Dosen Pengampu:
Ns.Wilda Fauzia,M.Kep
Disusun oleh:
Mei Noviyanti
1903038
Kamar Operasi adalah salah satu fasilitas yang ada di rumah sakit dan termasuk sebagai fasilitas yang
mempunyai banyak persyaratan. Fasilitas ini dipergunakan untuk pasien pasien yang membutuhkan tindakan
operasi, terutama untuk tindakan operasi besar. Proses operasi meskipun sebuah operasi yang komplek akan
terbagi menjadi 3 periode yaitu 1. Prior Surgery, 2. During Surgery dan 3. After Surgery. Kegiatan pada periode
prior surgery dapat dilakukan di ruang perawatan atau di ruang persiapan operasi untuk kasus kasus One Day Care
Surgery. Kegiatan pada periode During Surgery tentu saja berada di Kamar Operasi. Sedangkan kegiatan pada
periode After Surgery, pasien yangtelah selesai dilakukan tindakan operasi akan dipindahkan ke ruang
pemulihan tahap 1 selama 1 atau 2 jam. Setelah pasien siuman dapat dipindahkan ke ruang perawatan yang
tentunya tergantung dari kondisi pasien itu sendiri, jika pasien dalam keadaan baik maka akan dipindahkan ke
bangsal perawatan biasa, apabila pasien perlu mendapatkan perawatan intensive maka akan di relokasi ke ICU.
Sedangkan pasien yang dilakukan tindakan operasi dengan system one day care maka akan dipindahkan ke
ruang pemulihan tahap 2 sebelum pasien ini pulang ke rumah.
Penentuan jumlah ruang operasi sangat tergantung dari historis jumlah pasien dan prediksi pasien yang akan
datang ke rumah sakit untuk melakukan tindakan operasi.
Rumah sakit menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk melakukan operasi baik untuk pasien
maupun tenaga medis yang beraktifitas di dalamnya. Kenyamanan dan keamanan ini dapat di capai
dari dua hal kenyamanan fisik dan kenyamanan non fisik. Yang dimaksud dengan kenyamanan fisik
dapat di capai dengan memenuhi persyaratan sebuah kamar operasi dan membuat desain bangunannya
memberikan kenyamanan visual, termal dan audio. Sedangkan kenyamanan non fisik dapat dicapai
dengan memberikan ruangan sesuai dengan kebutuhan kenyamanan hidup manusia dan mendesain
ruangan agar bersuasana yang tidak membuat bosan. Contohnya dengan memberikan ruang tunggu bagi
dokter dokter sebelum atau sesudah melakukan operasi, dimana ruangan tersebut di lengkapi dengan
fasilitas sofa yang ergonomis, view natural atau artifisial, internet connection, bed dan pantry semi
streril misalnya.
d. Ruang yang cukup untuk menyimpan peralatan, llinen, obat farmasi termasuk bahan narkotik
e. Ruang/ tempat pengumpulan/ pembuangan peralatan dan linen bekas pakai operasi
h. Ruang operasi hendaknya tidak bising dan steril. Kamar ganti hendaknya ditempatkan sedemikian
rupa sehingga terhindar dari area kotor setelah ganti dengan pakaian operasi. Ruang perawat
hendaknya terletak pada lokasi yang dapat mengamati pergerakan pasien.
i. Dalam ruang operasi diperlukan 2 ruang tindakan, yaitu tindakan elektif dan tindakan cito
j. Alur terdiri dari pintu masuk dan keluar untuk staf medik dan paramedik; pintu masuk pasien
operasi; dan alur perawatan
Daerah semi steril, daerah prosedur steril diperlukan bagi personil yang
harus sudah berpakaian khusus dan masker.
Setiap 2 kamar operasi harus dilayani oleh 2 kamar scrub up
Harus disediakan pintu keluar terdiri untuk jenazah dan bahan kotor
yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung.
m. Syarat Kamar Operasi :
1. Pintu kamar operasi harus selalu di tutup.
2. Lebar Pintu minimal 1,2 m dan tinggi miniman 2,1m, terdiri dari 2
daun pintu.
3. Pintu keluar masuk harus tidak terlalu mudah dibuka dan ditutup.
4. Sepertiga bagian pintu harus dari kaca tembus pandang.
5. Paling sedikit salah satu sisi dari ruang operasi ada kaca
Sarana Ruang tersendiri yang Ruang tersendiri yang Ruang tersendiri yang
memenuhi persyaratan memenuhi persyaratan memenuhi persyaratan
septik dan aseptik sesuai septik dan aseptik sesuai septik dan aseptik sesuai
dengan kemampuan dengan kemampuan dengan kemampuan
pelayanan bedah dan pelayanan bedah dan pelayanan bedah dan
anestesiologi pada kelas anestesiologi pada anestesiologi pada
rumah sakit ini. kelas rumah sakit ini. Ada kelas rumah sakit ini. Ada
kamar pulih sadar kamar pulih sadar
Ruangan:
Ruang scrub Ruang Ruangan: Ruangan:
pra-anestesi Ruang locker Ruang locker
Ruang operasi yang Ruang scrub Ruang scrub
berhubungan Ruang pra-anestesi Ruang pra-anestesi
langsung dengan Ruang operasi yang Ruang operasi yang
kamar induksi Ruang berhubungan berhubungan
pemulihan Ruang langsung dengan langsung dengan
sterilisasi Ruang kamar induksi Ruang kamar induksi Ruang
menyimpan peralatan, pemulihan Ruang pemulihan Ruang
linen, obat farmasi sterilisasi Ruang sterilisasi Ruang
Ruang peralatan dan menyimpan peralatan, menyimpan peralatan,
linen bekas pakai linen, obat farmasi linen, obat farmasi
Ruang ganti pakaian Ruang peralatan dan Ruang peralatan dan
wanita dan pria Ruang linen bekas pakai linen bekas pakai
staf jaga Ruang Ruang ganti pakaian Ruang ganti pakaian
tunggu Gudang wanita dan pria Ruang wanita dan pria Ruang
Toilet staf jaga Ruang staf jaga Ruang
tunggu Gudang tunggu Gudang
Toilet Toilet
D. Sistem sirkulasi .
Pada kamar operasi pengguna jalur sirkulasinya adalah pasien, pengunjung staf medis, perawat dan logistical
support. Pasien yang masuk ke kamar operasi dapat berasal dari bangsal, UGD atau dari instalasi rawat jalan yang di
terima di ruang persiapan. Pengunjung yang biasanya merupakan keluarga dari pasien yang dioperasi akan menunggu di
ruang tunggu keluarga pasien. Masing masing dari mereka akan di bedakan jalur sirkulasinya. Sistem sirkulasi manusia
dan logistical support di kamar operasi ini menggunakan system one way yaitu tidak saling bertubrukan terutama untuk
logistical steril dan non steril dengan menggunakan system koridor maupun selasar, yang memiliki standar lebar yang
sama yaitu minimal 2,44 m. Untuk rumah sakit yang baru berkembang dan belum memungkinkan adanya system one way
ini, maka dapat di siasati dengan menghilangkan factor penulasarn infeksi dan memperlebar koridornya agar
persyaratan keteraturan tetap dapat di pertahankan
E. Sistem Ventilasi
a) Ventilasi di ruang operasi harus pasti merupakan ventilasi tersaring dan terkontrol.
Pertukaran udara dan sirkulasi memberikan udara segar dan mencegah pengumpulan
gas-gas anestesi dalam ruangan.
b) Dua puluh lima kali pertukaran udara per jam di ruang bedah yang disarankan.
c) Filter microbial dalam saluran udara pada ruang bedah tidak menghilangkan limbah
gas-gas anestesi. Filter penyaring udara, praktis hanya menghilangkan partikel-partikel
debu.
d) Jika udara pada ruang bedah disirkulasikan, kebutuhan sistem scavenger untuk gas
(penghisapan gas) adalah mutlak, terutama untuk menghindari pengumpulan gas
anestesi yang merupakan risiko berbahaya untuk kesehatan anggota tim bedah.
e) Ruang bedah menggunakan aliran udara laminair.
f) Tekanan dalam setiap ruang operasi harus lebih besar dari yang berada di koridor-
koridor, ruang sub steril dan ruang pencucian tangan (;scrub-up) (tekanan positif).
g) Tekanan positif diperoleh dengan memasok udara dari diffuser yang terdapat pada
langit-langit ke dalam ruangan. Udara dikeluarkan melalui return grille yang berada
pada + 20 cm diatas permukaan lantai.
Kamar operasi harus mempunyai standar yang tinggi terhadap kebersihan dan kondisi aseptic. Kamar
oeprasi mempunyai beberapa jenis yang standar peruangan dan mechanical nya sedikit berbeda, seperti ruang
operasi untuk cystoscopy, ophthalmology, orthopedic dan neurosurgery mempunyai standar electrical
yang berbeda terutama yang berkaitan dengan peralatan medis yang harus disedikan. Secara umum kamar
operasi membutuhkan medical gases yang harus terpenuhi yaitu oxygen, nitrous oxide dan juga
mempunyai vacuum system untuk memompa gas gas yang tidak terpakai. Gas gas tersebut dapat
dilairkan melalui system hose drop atau medical gas column. Di kamar operasi juga dibutuhkan smoke
evacuation sebagai pembuang asap yang ditimbulkan oleh laser atau cutter. Juga harus ada system
fluorescent fixture, gas evacuation system yang dperlukan untuk membuang gas anastesi yang sudah tidak
terpakai. Penghawaan di kamar operasi juga harus dingin dengan menggunakan system fresh air yang
menjaga kesegaran di ruang operasi dan tidak menimbulkan kantuk.
G. Alat – Alat Medis Di Ruang Operasi
Berikut ini beberapa macam alat – alat yang terdapat di dalam ruang operasi berdasarkan
petunjuk dan pedoman teknis ruang operasi rumah sakit Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
1. Meja Operasi
Satu instrument atau peralatan medis yang wajib ada di ruang operasi yaitu meja operasi
(operating table). Meja ini berfungsi untuk membaringkan pasien yang akan menjalani
proses operasi. Meja operasi didesain secara khusus yang memungkinkan kemudahan
pergerakan dan perubahan posisi pasien seperti miring, ketinggian, vertikal horizontal
danlain sebagainya.
Meja Operasi secara umum bisa kita kategorikan dalam dua jenis yaitu meja operasi
manual dan meja operasi elektrik. Kedua jenis ini didasarkan pada sistem kerja hidraulik
yang berfugnsi untuk perubahan posisi dan ketinggian dari meja tersebut. Intinya, meja
operasi merupakan satu alat medis yang harus ada di dalam ruang operasi.
2. Lampu operasi
Peralatan medis yang juga harus ada di ruang operasi rumah sakit yaitu lampu operasi
(operating lam). Lampu ini biasanya tergantung di langit – langit dan tepat berada di
atas meja operasi. Fungsi lampu ini yaitu sebagai penerangan pada saat tim dokter
menjalankan tugasnya. Lampu operasi juga terdapat dua macam yaitu lampu halogen
dan LED. Keduanya memiliki kelebihan masing – masing dalam hal penggunaan.
Namun keduanya memiliki fungsi yang sama.
3. Mesin Anestesi
Alat – Alat ruang operasi lainnya yaitu mesin Anestesi. Alat ini berfungsi untuk
melakukan pembiusan. Yaitu proses menghilangkan kesadaran pasien sebelum
dilakukan pembedahan oleh dokter bedah. Proses pembiusan dengan mesin ini juga
harus dilakukan oleh dokter spesialis Anestesi yang berpengalaman sehingga prosesnya
dapat berlangsung dengan lancar.
4. Ventilator
Ventilator umumnya digunakan di dalam ruang operasi juga di dalam ruang icu. Fungsi
alat ini yaitu untuk menggantikan seluruh atau sebagian fungsi paru – paru. Yaitu untuk
mengalirkan ventilasi mekanik ke dalam paru – paru. Alat ini digunakan pada pasien
dengan kondisi fisik yang sangat lemah sehingga harus dibantu pernapasannya
menggunakan alat ini.
5. Patient Monitor
Berikutnya, di dalam ruang operasi juga terdapat monitor pasien atau sering disebut
dengan pasien monitor. Yaitu alat elektromedis yang digunakan untuk memantau
kondisi kesehtan fisik pasien seperti aktifitas kelistrikan jantung (ECG), tekanan darah,
detak jantung, suhu tubuh, dan parameter – parameter lain yang dibutuhkan dalam
proses pembedahan.
6. Suction Pump
Suction Pump atau Suction Aspirator merupakan alat yang digunakan untuk menghisap
lendir atau darah dari tubuh pasien pada saat proses operasi berlangsung. Alat ini
dilengkapi dengan pompa vakum dan juga wadah yang digunakan untuk menampung
cairan yang dihisap dari tubuh pasien. Alat Suction ini juga terdapat beberapa macam
jenis biasanya digunakan berdasarkan daya hisapnya. Untuk ruang operasi biasanya
terdapat smua jenis agar dapat disesuaikan dengan kondisinya.
Ruang Operasi dapat terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan ukuran dan skalanya
yaitu ruang operasi minor, ruang operasi umum dan ruang operasi mayor. Ketiga ruang
tersebut memiliki standar peralatan masing – masing.
Meja Operasi
Lampu Opersai Tunggal
Mesin Anestesi
Peralatan Bedah
Film Viewer
Instrument Trolley
Tmpat Sampah Klinis
Tempat linen kotor
Almari obat dan peralatan lainnya
Itulah beberapa contoh peralatan medis yang harus disediakan di ruangan operasi rumah
sakit dan klinik. Terlebih lagi berdasarkan Undang – Undang No. 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit pasal 10 (2) menyebutkan bahwa persyaratan minimal bangunan rumah sakit
setidaknya harus memiliki ruang operasi.
a) Vakum, udara tekan medik, oksigen, dan nitrous oksida disalurkan dengan pemipaan
ke ruang operasi. Outlet-outletnya bisa dipasang di dinding, pada langit-langit, atau
digantung di langit-langit.
b) Bilamana terjadi gangguan pada suatu jalur, untuk keamanan ruang-ruang lain, sebuah
lampu indikator pada panel akan menyala dan alarm bel berbunyi, pasokan oksigen dan
nitrous oksida dapat ditutup alirannya dari panel-panel yang berada di koridor-koridor,
Bel dapat dimatikan, tetapi lampu indikator yang memonitor gangguan/kerusakan yang
terjadi tetap menyala sampai gangguan/kerusakan teratasi.
c) Selama terjadi gangguan, dokter anestesi dapat memindahkan sambungan gas
medisnya yang semula secara sentral ke silinder-silinder gas cadangan pada mesin
anestesi.
d) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem gas medik dan vakum medik pada bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit mengikuti ”Pedoman Teknis Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik di
RS” yang disusun oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan, Direktorat Jendeal Bina Upaya Kesehan, Kenterian Kesehatan RI, Tahun
2011.
J. Sistem pencahayaan
a) Pencahayaan Umum
1) Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus mempunyai pencahayaan alami
dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan
fungsinya.
2) Ruang fasilitas/akomodasi petugas dan ruang pemulihan sebaiknya dibuat untuk
memungkinkan penetrasi cahaya siang langsung/tidak langsung.
3) Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang
dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi, dan penempatannya
tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
4) Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus dipasang
pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit dengan fungsi tertentu, serta dapat
bekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk
evakuasi yang aman.
5) Semua sistem pecahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan
darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau otomatis, serta
ditempatkan pada tempat yang mudah dibaca dan dicapai, oleh pengguna ruang.
6) Pencahayaan umum disediakan dengan lampu yang dipasang di langit-langit.
7) Disarankan pencahayaan ruangan menggunakan lampu fluorecent, dengan
pemasangan sistem lampu recessed karena tidak mengumpulkan debu.
8) Pencahayaan harus didistribusikan rata dalam ruangan.
9) Dokter anestesi harus mendapat cukup pencahayaan, sekurang- kurangnya 200
footcandle (= 2.000 Lux), untuk melihat wajah pasiennya dengan jelas.
10) Untuk mengurangi kelelahan mata (fatique), perbandingan intensitas pencahayaan
ruangan umum dan di ruang operasi, jangan sampai melebihi satu dibanding lima,
disarankan satu berbanding tiga.
11) Perbedaan intensitas pencahayaan ini harus dipertahankan di koridor, tempat
pembersihan dan di ruangannya sendiri, sehingga dokter bedah menjadi terbiasa
dengan pencahayaan tersebut sebelum masuk ke dalam daerah steril. Warna-warni
cahaya harus konsisten.
K. Standar tata letak ruang tindakan pembedahan, di buat semacam denah buat
keterangan denah
5 4
Kamar Bedah 3
Kompleks Kamar Bedah
Keterangan :
4 = Zona Resiko sangat tinggi ( Steril dengan prefiliter, medium filter dan
hepa filter, Tekana positif )
d. Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium
Filter, Hepa Filter)
Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Merupakan area
dengan kebersihan ruangan kelas 10.000 (ISO 7 – ISO 14644-1 cleanroom
standards, Tahun 1999)
e. Area Nuklei Steril
Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah (;laminair air flow)
dimana bedah dilakukan. Merupakan area dengan kebersihan ruangan kelas
1.000 sampai dengan 10.000 (ISO 6 s/d 7 – ISO 14644-1 cleanroom
standards, Tahun 1999).
2. Sistem zonasi pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit bertujuan untuk
meminimalisir risiko penyebaran infeksi (;infection control) oleh micro-
organisme dari rumah sakit (area kotor) sampai pada kompleks ruang operasi.
3. Sistem zonasi tersebut menyebabkan penggunaan sistem air conditioning pada
setiap zona berbeda-beda. Ini berarti bahwa petugas dan pengunjung datang
dari koridor kotor mengikuti ketentuan berpakaian dan ketentuan tingkah laku
yang diterapkan pada zona.
4. Aliran (;flow) bahan-bahan yang masuk dan keluar Ruang Operasi Rumah Sakit
juga harus memenuhi ketentuan yang spesifik.
5. Aspek esensial dari system zonasi ini dan layout/denah bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit adalah mengatur arah dari tim bedah, tim anestesi, pasien dan setiap
pengunjung serta aliran bahan steril dan kotor.
6. Dengan menerapkan sistem zonasi ini dapat meminimalkan risiko infeksi pada
paska bedah. Kontaminasi mikrobiologi dapat disebabkan oleh :
a. Phenomena yang tidak terkait komponen bangunan, seperti.
1. Mikroorganisme (pada kulit) dari pasien atau infeksi yang mana pasien
mempunyai kelainan dari apa yang akan dibedah.
2. Petugas ruang operasi, terkontaminasi pada sarung tangan dan
pakaian.
3. Kontaminasi dari instrumen, kontaminasi cairan.
1. Denah (Layout).
Contoh denah (layout) dari ruang operasi umum ini seperti ditunjukkan pada
gambar ruang operasi minor.
2. Peralatan kesehatan utama minimal yang berada di kamar ini antara lain :
2) Komponen dinding
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
a) Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan
kimia, tidak berjamur dan anti bakteri.
b) Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak
mengandung pori-pori) sehingga dinding tidak menyimpan
debu.
c) Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
d) Hubungan/ pertemuan antara dinding dengan dinding harus
tidak siku, tetapi melengkung untuk memudahkan
pembersihan dan juga untuk melancarkan arus aliran udara.
e) Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat,
tidak punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
f) Apabila dinding punya sambungan, seperti panel dengan
bahan melamin (merupakan bahan anti bakteri dan tahan
gores) atau insulated panel system maka sambungan
antaranya harus di-seal dengan silicon anti bakteri sehingga
memberikan diding tanpa sambungan (;seamless), mudah
dibersihkan dan dipelihara.
g) Alternatif lain bahan dinding yaitu dinding sandwich galvanis,
2 (dua) sisinya dicat dengan cat anti bakteri dan tahan
terhadap bahan kimia, dengan sambungan antaranya harus di-
seal dengan silicon anti bakteri sehingga memberikan diding
tanpa sambungan (;seamless).
3) Komponen Langit-langit.
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
a) harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan
terhadap air, tidak mengandung unsur yang dapat
membahayakan pasien, tidak berjamur serta anti bakteri.
b) memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak
berpori) sehingga tidak menyimpan debu.
c) berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.
d) Selain lampu operasi yang menggantung, langit-langit juga
bisa dipergunakan untuk tempat pemasangan pendan bedah,
dan bermacam gantungan seperti diffuser air conditioning dan
lampu fluorescent.
e) Kebutuhan peralatan yang dipasang dilangit-langit, sangat
beragam. Bagaimanapun peralatan yang digantung tidak
boleh sistem geser, kerena menyebabkan jatuhnya debu
pengangkut mikro-organisme setiap kali digerakkan.
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/20084/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
file:///C:/Users/HP/Downloads/pedoman-teknis-ruang-operasi-rs-2012.pdf
https://manajemenrumahsakit.net/wp-content/uploads/2012/07/Kamar-
Operasi_handout.pdf
https://www.gloryamedica.com/alat-alat-di-ruang-operasi/
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/10%20KMK%20No.
%20779%20ttg%20Standar%20Pelayanan%20Anestesiologi%20dan%20Reanimasi
%20di%20Rumah%20Sakit.pdf
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/10%20KMK%20No.
%20779%20ttg%20Standar%20Pelayanan%20Anestesiologi%20dan%20Reanimasi
%20di%20Rumah%20Sakit.pdf