Anda di halaman 1dari 142

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA


MENYUSUI YANG BENAR TERHADAP PERILAKU
IBU DALAM MENYUSUI DI RUANG NIFAS
RSUD KOTA MADIUN

Oleh :

ELA ANGGI PRISMADANI


NIM : 201302079

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA


MENYUSUI YANG BENAR TERHADAP PERILAKU
IBU DALAM MENYUSUI DI RUANG NIFAS
RSUD KOTA MADIUN

Diajukan untuk memenuhi


Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

ELA ANGGI PRISMADANI


NIM : 201302079

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017

ii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Bismillahirohirohmanirrahim..

Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kesempatan
untuk menyelesaikan tugas akhir dengan segala kekuranganku. Segala syukurku
ku ucapkan kepadaMu karena telah menghadirkan mereka yang selalu memberiku
semangat dan doa disaat kutertatih. karenaMu lah mereka ada, dan karenaMu
tugas akhir ini terselesaikan. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang-
orang yang sangat aku sayangi dan aku kasihi.

Ayah dan Ibuku, apa yang ananda peroleh hari ini belum mampu membayar
setetes keringat dan semangat dalam hidup ananda. Terimakasih atas semua
dukungan, baik moril maupun materil. Karya ini kupersembahkan untuk ibu dan
ayah tercinta. Aku takkan pernah lupa semua pengorbanan dan jerih payah yang
ibu dan ayah berikan untukku agar dapat menggapai cita-cita dan semangat serta
doa yang kau lantunkan untukku di setiap sujudmu sehingga dapat kurai
kesuksesan.

Bharada Ibnu Khajar Kafiana sebagai partner hidup, tiada waktu yang paling
berharga selain bersama denganmu, disaat kita berjauhan kita saling merindukan.
Terimakasih untuk semangat, bantuan, pengertian, dan perhatian darimu sehingga
aku berada pada titik ini semoga menjadi awal dari kesuksesanku yang akan
membahagiakan dan membanggakanmu.

Sahabatku, Anindyah Evrita Swasta Tasari, Anita Sefti Rahayu, Devi Purwati,
Defri Indriani, Ika Wahyuningrum, terimakasih selalu mendampingiku, kita
bertemu diawal perkuliahan. Terimakasih atas motivasi , kerjasama dan
kebersamaan kita selama in.

v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ela Anggi Prismadani

Nim : 201302057

Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Cara Menyusui Yang


Benar Terhadap Perilaku Ibu Dalam Menyusui Di Ruang Nifas
RSUD Kota Madiun

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan


pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain,
saya akan mencantumkan sumber yang jelas.

Demikian penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila


dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang
berlaku di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Madiun, 2017

Yang membuat pernyataan,

Ela Anggi Prismadani

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ela Anggi Prismadani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Jember, 30 Januari 1996

Agama : Islam

Alamat : Ds. Kerang Rt/Rw 02/01 Kec. Takeran Kab.

Magetan

Email : elaanggi08@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. 2001 – 2007 : SDN Kerang 1

2. 2007 – 2010 : SMPN 1 Takeran

3. 2010 – 2013 : SMAK ST.BONAVENTURA Madiun

4. 2013 – Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Riwayat Pekerjaan : -

vii
ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENYUSUI


YANG BENAR TERHADAP PERILAKU IBU DALAM MENYUSUI DI
RUANG NIFAS RSUD KOTA MADIUN

Ela Anggi Prismadani

Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan asupan nutrisi ASI
mulai dari bayi umur 0 tahun hingga 6 bulan tanpa menambahkan/mengganti
dengan makanan atau minuman lain. Seorang ibu dengan bayi pertamanya akan
mengalami berbagai masalah seperti cara memegang dan menaruh bayi, cara
menyusui yang benar, putting susu lecet. Pendidikan kesehatan tentang cara
menyusui yang benar harus ditekankan pada ibu primigravida sehingga ibu bisa
mempersiapkan menyusui bayi pertama kalinya. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar
terhadap perilaku ibu dalam menyusui di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun.

Desain penelitian ini menggunakan metode Pre-Eksperimental dengan


pendekatan One Group Pre-Post Test Design, sampel dalam penelitian ini
berjumlah 18 responden. Teknik sampling pada penelitian menggunakan
systematis random sampling dengan alat ukur kuesioner. Analisa data
menggunakan Uji Paired T Test dengan derajat signifikansi α 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pendidikan


kesehatan terdapat pada retang nilai 41-28 sebanyak 94,44%. Setelah dilakukan
pendidikan kesehatan perilaku ibu menyusui meningkat pada rentang nilai 42-56
sebanyak 83,33%. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa nilai P value 0,000
(p < α 0,05) yaitu ada pengaruh pendidikan kesehatan tantang cara menyusui yang
benar terhadap perilaku ibu dalam menyusui di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun.

Masih banyaknya perilaku ibu dalam menyusui yang sangat kurang akan
kebersihan putting payudara diharapkan petugas kesehatan memberikan
penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar untuk
meningkatkan pengetahuan dan mengubah perilaku ibu dalam menyusui.

Kata kunci : Pendidikan Kesehatan, Menyusui, Perilaku.

viii
ABSTRACT

INFLUENCE OF HEALTH EDUCATION ON HOW TO BREASTFEED


RIGHT AGAINST THE BEHAVIOR OF THE MOTHER IN NURSING IN
HOSPITALS OF THE CITY OF MADIUN PARTURITION

Ela Anggi Prismadani

Breastfeeding is the optimal way to deliver the nutrients BREAST MILK


intake ranging from baby age 0 years old up to 6 months without adding/replacing
with other food or drink. A mother with her first baby will experience various
problems such as how to hold and put the baby, how to breastfeed, chafed nipples.
Health education about how to correct breastfeeding should be emphasized in
primigravida mothers so that mothers can prepare for breastfeeding a baby the
first time. The purpose of this research is to know the influence of health
education on how to breastfeed right against the behavior of the mother in nursing
in HOSPITALS of the city of Madiun Parturition.
The design of this research method using Pre-Experimental approach with
One Group Pre-Post Test Design, the sample in this research totalled 18
respondents. Sampling techniques in the research of systematis uses random
sampling with a measuring instrument a questionnaire. Analysis of Test data using
the Paired T Test with α significance 0.05 degrees.
The results showed that prior to health education is found in the 41-28
value as much as retang 94.44%. After done breast feeding behavior health
education increased in the range of value of 42-56 as much as 83.33%. The results
of this research are obtained that the value of P value 0.000 (p < α 0.05) i.e. There
is the influence of health education on nursing the right way against the behavior
of the mother in nursing in HOSPITALS of the city of Madiun Parturition.
. Still the number of mothers in feeding behavior very less breast nipple
cleanliness will be expected to provide counseling or health officer health
education about how to breastfeed properly to increase knowledge and change the
behavior of mothers in breastfeeding.

Keywords: Health education, Nursing, Behavior.

ix
DAFTAR ISI

Sampul Depan ......................................................................................................... i


Sampul Dalam ......................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ................................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ………………………………………………………………. iv
Lembar Keaslian Penelitian ………………………………………………………. v
Daftar Riwayat Hidup …………………………………………………………….. vi
Abstrak ……………………………………………………………………………. vii
Abstract …………………………………………………………………………… viii
Daftar Isi .................................................................................................................. ix
Daftar Tabel ............................................................................................................. xi
Daftar Gambar ......................................................................................................... xii
Daftar Lampiran ...................................................................................................... xiii
Daftar Singkatan ...................................................................................................... xiv
Daftar Istilah ............................................................................................................ xv
Kata Pengantar ......................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 5
1.5 Keaslian Penelitian............................................................................................. 6
1.6 Penelitian Sebelumnya....................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Kesehatan
2.1.1 Pengertian .................................................................................................. 9
2.1.2 Tujuan ........................................................................................................ 9
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi ....................................................................... 10
2.1.4 Metode ....................................................................................................... 11
2.1.5 Media ......................................................................................................... 13
2.1.6 Hubungan pendidikan pengaruhnya terhadap pengetahuan, sikap, dan
perilaku...................................................................................................... 18
2.2 ASI
2.2.1 Pengertian .................................................................................................. 19
2.2.2 Komposi Gizi dalam ASI .......................................................................... 20
2.2.3 ManfaatPemberian ASI ............................................................................. 21
2.2.4 Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi ASI .............................................. 25
2.2.5 Tanda Bayi Cukup ASI ............................................................................. 28

x
2.2.6 Lama dan Frekuensi Menyusui ................................................................. 28
2.2.7 ASI Eksklusif ............................................................................................ 29
2.2.8 Menyusui ................................................................................................... 32
2.2.9 Cara Menyusui yang Benar ....................................................................... 33
2.2.10 Masalah dalam Menyusui ........................................................................ 37
2.3 Perilaku Kesehatan
2.3.1 Pengertian ................................................................................................. 42
2.3.2 Bentuk Perilaku ......................................................................................... 42
2.3.3 Klasifikasi Perilaku ................................................................................... 43
2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi ...................................................................... 44
2.3.5 Proses Adopsi Perilaku............................................................................... 46
2.3.6 Perilaku Ibu dalam Menyusui.................................................................... 47
2.3.7 Pengukuran Perilaku ................................................................................. 47
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL & HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................................ 49
3.2 Hipotesis ............................................................................................................ 50
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 51
4.2 Populasi dan Sampel .......................................................................................... 53
4.3 Teknik Sampling ................................................................................................ 55
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................................. 56
4.5 Variabel dan Definisi Operasional .................................................................... 58
4.6 Instrumen Penelitian .......................................................................................... 60
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................. 62
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................. 62
4.9 Teknik Analisa Data .......................................................................................... 63
4.10 Etika Penelitian ................................................................................................ 66
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ……………………………………... 69
5.2 Hasil Penelitian ……………………………………………………………….. 70
5.2.1 Data Umum …………………………………………………………....... 70
5.2.2 Data Khusus …………………………………………………………….. 71
5.3 Pembahasan …………………………………………………………………... 73
5.3.1 Perilaku Ibu dalam Menyusui Sebelum Pendidikan Kesehatan ………... 74
5.3.2 Perilaku Ibu dalam Menyusui Setelah Pendidikan Kesehatan …………. 77
5.3.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Ibu ……………….. 79
5.4 Keterbatasan Penelitian ………………………………………………………. 80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan …………………………………………………………………… 82
6.2 Saran ………………………………………………………………………….. 82
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran-lampiran

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional ............................................................................ 59


Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas ………………………………………………….... 60
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas ……………………………………………….... 61
Tabel 4.5 Kisi-kisi Perilaku Menyusui................................................................. 61
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia …………………………….. 70
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ………………...…… 70
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ………………………. 71
Tabel 5.4 Hasil Pretest …………………………………………………………. 72
Tabel 5.5 Hasil Posttest ………………………………………………………… 72
Tabel 5.6 Hasil Analisis Bivariat ………………………………………………. 73

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 49


Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................... 56

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian……………………………………………... 86


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ……………………… 89
Lampiran 3 Lembar Kuisioner Perilaku Menyusui ……………..................... 90
Lampiran 4 Lembar Satuan Acara Penyuluhan ……………………………... 92
Lampiran 5 Tabulasi Data ………………………………………………....... 107
Lampiran 6 Distribusi Frekuensi ……………………………………………. 109
Lampiran 7 Hasil Uji Paired T Test …………………………………………. 112
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Data……………………………………........ 113
Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas ………………………………………........ 116
Lampiran 10 Jadwal Kegiatan ………………………………………………. 118
Lampiran 11 Leaflet ………………………………………………………… 119

xiv
DAFTAR SINGKATAN

AKABA : Angka Kematian Balita


AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
ASEAN : Association of Southeast Asian Nation
BAKESBANGPOL : Bagian Kesatuan Bangsa dan Politik
BALT : Bronchus Associated Immunocompetent Limphoid Tissue
GALT : Gut Associated Immunocompetent Limphoid Tissue
MALT : Malt Associated Immunocompetent Limphoid Tissue
BBL : Bayi Baru Lahir
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
DEPKES : Departemen Kesehatan
Ig E : Imunoglobulin E
Ig M : Imunoglobulin M
KEMENKES : Kementrian Kesehatan
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KP ASI : Kelompok Pendukung Air Susu Ibu
MDG : Milenium Development Goal
PERMENKES : Peraturan Menteri Kesehatan
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SUPAS : Survei Penduduk Antar Sensus
SOR : Stimulus Organisme Respon
WHO : World Health Organization

xv
DAFTAR ISTILAH

Acini : Kelompok kecil sel-sel


Adoption : Adopsi
Analysis : Analisis
Anemia : Kurang darah
Anonimity : Tanpa nama (inisial)
Antibodi : Kekebalan tubuh
Audio aid : Alat bantu dengar
Audio visual aid : Alat bantu lihat-dengar
Awareness : Kesadaran
Billboard : Papan pengumuman
Body of knowledge : Panduan berisi pengetahuan
Checklis : Tanda centang
Cleaning : Pengecekan kembali
Closed ended : Tertutup
Coding : Pemberian kode
Comprehension : Memahami
Confidentiality : Kerahasiaan
Convert Behavior : Perilaku tertutup
Coolbox : kotak pendingin
Counceling : Pemberian nasihat
Defisiensi besi : Kondisi kekurangan zat besi
Dermatitis : Peradangan pada kulit
Editing : Pengeditan
Enabling : Penguat
Entry : Memasukkan data

xvi
Estrogen : Hormon seks wanita
Evaluation : Evaluasi
Freezer : Lemari es
Guidance : Pembimbing
Health maintenance : Perilaku pemeliharaan kesehatan
Health seeking behavior : Perilaku pencarian fasilitas kesehatan
Hipofisis : Kelenjar endokrin penghasil hormon
Informed consent : Lembar persetujuan
Input : Masuk
Karsinoma : Kanker
Know : Tahu
Korelasi : Hubungan
Laktogenik : Hormon untuk merangsang produksi susu
Mammae : Payudara
Massage : Pemijatan
Non probability : Pengambilan sampel tidak secara acak
One group pretest posttest : Pretes posttest dalam 1 kelompok
Oksitosin : Hormon perangsang kontraksi otot polos
Output : Keluar
Overt behavior : Perilaku terbuka
Predisposing : Predisposisi
Progesteron : Hormon yang berfungsi memlihara kehamilan
Prolaktin : Hormon produksi sumsum
Purposive sampling : Pengambilan sampel secara sengaja
Rating scale : Skala penilaian
Recall : Mengingat kembali
Reinforcing : Pemungkin

xvii
Rooting reflek : Reflek mencari puting
Scholar : Sarjana
Simple random sampling : Pengambilan sampel acak sederhana
Sinus lactiferous : Saluran air susu
Tabulating : Penyusunan data dalam bentuk tabel
Trial : Mencoba
Visual aid : Alat bantu lihat

xviii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Cara Menyusui Yang Benar Terhadap

Perilaku Ibu Dalam Menyusui Di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun”.

Adapun maksud penulis menyusun skripsi ini adalah memenuhi persyaratan

dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan di STIKes Bhakti Husada

Mulia Madiun.

Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan setulus hati

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Zaenal Abidin, SKM., M.Kes selaku ketua STIKes Bhakti Husada Mulia

Madiun.

2. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana

Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun.

3. Aris Hartono, S.Kep,.Ns,.M.Kes selaku Dewan Penguji dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Sri Ratna Koesoemawati, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing 1 dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Hariyadi, S.Kp.,M.Pd selaku pembimbing 2 dalam penyusunan skripsi ini.

6. RSUD Kota Madiun sebagai lahan penelitian dalam menyelesaikan skripsi

ini.

xix
7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam

penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman kelas 8B Keperawatan dan semua pihak yang banyak

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam

penyusunan proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan

kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan

proposal ini.

Madiun, Agustus 2017

Peneliti

Ela Anggi Prismadani


201302079

xx
xxi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif merupakan pilihan asupan nutrisi yang sangat

baik bagi bayi. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 33 Tahun 2012 tentang

pemberian Air Susu Eksklusif, ASI Ekskusif adalah Air susu ibu yang diberikan

kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan tanpa menambahkan dan/atau

mengganti dengan makanan atau minuman lain. Seorang ibu dengan bayi

pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak

mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti cara menaruh

bayi pada payudara ketika menyusui, isapan yang mengakibatkan puting susu

terasa nyeri dan masih banyak lagi masalah lain (Romiyati, 2015)

Angka kematian bayi di seluruh dunia setiap tahun mencapai empat juta

(Yuhan,2008). Di Malaysia angka kematian bayi mencapai 41 per 100.000

kelahiran, Singapura 6 per 100.000 kelahiran, Thailand 44 per 100.000 kelahiran

dan Filiphina 170 per 100.000 kelahiran (Swamurti, 2007). Berdasarkan Survei

Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003 angka kematian bayi tercatat 35 per

1.000 kelahiran hidup. Data di badan statistik menunjukkan angka kematian ibu

dan bayi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara, mendominasi lebih dari 75%

total kematian anak dibawah 5 tahun. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus

(SUPAS, 2015) menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang

artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup.

Begitu pula dengan Angka Kematian Balita (AKABA) hasil SUPAS 2015 sebesar

1
26,29 per 1.000 kelahiran hidup, juga sudah memenuhi target MDG 2015 sebesar

32 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).

Setelah diteliti lebih mendalam ternyata faktor penyebab utama terjadinya

kematian bayi baru lahir dan balita adalah karena kelainan congenital sebanyak

29,4%, diare 17,65%, dan BBLR sebanyak 11,76% (Profil Dinkes Kota Madiun,

2016). Diare yang terjadi pada bayi bisa akibat dari salah cara memberikan ASI.

Berdasarkan data dari United Nations Children’s Fund (UNICEF) pada tahun

2012 hanya 39% bayi di bawah usia 6 bulan yang mendapat ASI secara eksklusif

di seluruh dunia. Angka tersebut juga tidak mengalami kenaikan pada tahun 2015,

yaitu hanya 40% keberhasilan pemberian ASI eksklusif di seluruh dunia.

Mengacu pada target program tahun 2014 sebesar 80%, maka secara nasional

cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% belum mencapai target dari

4.749.791 bayi 0 tahun. Hanya terdapat satu provinsi yang berhasil mencapai

target yaitu Nusa Tenggara Barat sebesar 84,7%. Untuk provinsi Jawa Timur

belum memenuhi target renstra yaitu sebesar 74% pemberian ASI Eksklusif

(Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2015). Cakupan ASI Eksklusif di Kota

Madiun pada tahun 2014 sebesar 67,16% dari 2.810 kelahiran hidup. Cakupan ini

mengalami peningkatan 1,43% dibanding cakupan pada tahun 2013 yakni 65,7%,

namun masih dibawah target nasional yaitu 75% (Profil Kesehatan Kota Madiun,

2014). Persalinan yang dilakukan di RSUD Kota Madiun selama setahun terdapat

636 persalinan primigravida. Dari survei yang telah dilakukan kepada 10

responden di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun tanggal 22 April 2017 masih

banyak perilaku menyusui yang kurang sebanyak 30%, perilaku menyusui cukup

2
40%, dan perilaku menyusui baik hanya 30%. Perilaku ibu dalam menyusui yang

masih banyak dilewatkan saat menyusui adalah menyiapkan peralatan,

membersihkan putting susu sebelum menyusui, melakukan masasse payudara,

frekuensi menyusui, dan menyendawakan bayi.

Untuk mendukung ibu menyusui secara eksklusif, pemerintah mengatur

tentang pemberian ASI Eksklusif dalam undang-undang Nomor 33 tahun 2012.

Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif

sejak lahir sampai berusia enam bulan. Upaya pemerintah ini lantas mendapat

sambutan positif dari dunia internasional. Tetapi pada kenyataannya, realisasi dari

peraturan pemerintah tersebut masih kurang. 1,7% kegagalan dalam proses

menyusui disebabkan karena timbulnya beberapa faktor, antara lain faktor ibu,

bayi, psikologis, tenaga kesehatan, dan sosial budaya. Penelitian yang dilakukan

oleh Diana (2007) dalam penelitian kualitatif menunjukkan faktor penghambat

berupa keyakinan yang keliru tentang makanan bayi, promosi susu formula, dan

masalah kesehatan pada ibu dan bayi menyebabkan gagalnya pemberian ASI

Eksklusif.

Dalam rangka menanggulangi dampak krisis ekonomi terhadap status

kesehatan dan gizi pada keluarga miskin, berbagai langkah dan upaya terus

dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satu upayanya adalah

peningkatan pengetahuan ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi

melalui pendidikan kesehatan, sehingga diharapkan terjadi peningkatan tumbuh

kembang secara optimal. Untuk itu diperlukan peran serta tenaga kesehatan untuk

memberikan pendidikan kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif yang baik

3
dan benar pada ibu hamil dan menyusui. Salah satunya ialah cara menyusui yang

benar meliputi posisi badan dan ibu bayi, posisi mulut bayi dan puting susu ibu,

serta posisi menyusui yang benar. Pendidikan kesehatan ASI eksklusif sebaiknya

ditargetkan ke semua lapisan masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan

dengan tidak membedakan tingkat pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, umur

maupun tempat tinggal. Mengacu pada latar belakang diatas peneliti ingin

melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara

menyusui yang benar terhadap perilaku ibu dalam menyusui.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar

terhadap perilaku ibu dalam menyusui di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang

benar terhadap perilaku ibu dalam menyusui di Ruang Nifas RSUD Kota

Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi perilaku ibu sebelum dilakukan pendidikan

kesehatan.

2. Mengidentifikasi perilaku ibu dalam menyusui sesudah dilakukan

pendidikan kesehatan.

4
3. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui

yang benar terhadap perilaku ibu dalam menyusui.

1.4 Manfaat Penlitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Untuk menilai seberapa jauh pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara

menyusui yang benar terhadap perilaku ibu dalam menyusui di Ruang

Nifas RSUD Kota Madiun.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

menentukan strategi peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya

dalam upaya peningkatan pengetahuan, perubahan perilaku ibu dalam

menyusui melalui suatu pengarahan, pendidikan kesehatan sebagai

upaya peningkatan pemberian ASI.

2. Bagi Responden

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang

cara menyusui yang benar.

3. Bagi Peneliti

Dengan hasil penelitian ini peneliti dapat mengetahui adakah pengaruh

pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar terhadap

perilaku ibu dalam menyusui.

5
4. Bagi Institusi

Menambah kepustakaan di Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

khususnya tentang cara menyusui yang benar dan sebagai bahan

pertimbangan bagi mahasiswa yang akan dan sedang praktik

keperawatan maternitas.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran sendiri atas masukan berasal

dari berbagai pihak serta jurnal yang bersangkutan. Telah diketahui dan ditelusuri

di lingkungan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun, penelitian tentang Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Tentang Cara Menyusui yang Benar terhadap Perilaku Ibu

dalam Menyusui di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun belum pernah diteliti oleh

peneliti sebelumnya. Dengan demikian, jika dilihat dari permasalahan penelitian

ini maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah asli.

Apabila ternyata dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat

dipertanggungjawabkan sepenuhnya.

1.6 Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ramlah S, Veni Hadju, Saifuddin

Sirajuddin (2014). Edukasi Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Pengetahuan

Sikap Ibu di RSIA Pertiwi Makassar. Jenis penelitian ini adalah quasi

experiment dengan desain one group pretest-posttest. Teknik pengambilan

sampel adalah accidental sampling. Pengumpulan data menngunakan

6
kuesioner. Analisis data menggunakan McNemar. Hasil penelitian,

terdapat pengaruh edukasi yang diberikan dalam meningkatkan

pengetahuan ibu hamil tentang IMD dengan nilai p<0,000, pengetahuan

kurang sebelum edukasi yaitu 93,3% menjadi 21,4% setelah edukasi,

artinya terjadi peningkatan sebesar 78,6% ibu hamil yang memiliki

pengetahuan kategori cukup. Sikap ibu hamil sebelum edukasi yaitu 65,0%

yang positif. Meningkat menjadi 98,3% setelah post dua hari, peningkatan

sikap ini menunjukkan significant dengan nilai p<0,000.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dhames (2009). Hubungan Pengetahuan

Ibu Tentang Cara Menyusui Dengan Perilaku Menyusui Bayi Usia 0-6

Bulan di Bidan Yuda, Klaten. Penelitian ini menggunakan metode survei

analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel

menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menggunakan

uji statistik koefisien korelasi spearman rank didapat hasil nilai koefisien

korelasi (p-hitung) 0,544. Untuk n=50 pengujian signifikansinya

menggunakan rumus t yaitu di dapatkan hasil 4,492. Untuk mengetahui

harga t ini signifikan atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan table t

untuk dk=48 yaitu 2,021. Karena t hitung > table (4,492 > 2,021) maka ada

hubungan antara pengetahuan dengan perilaku menyusui.

3. Penelitian yang dilakukan oeh Suprapti (2010). Pengaruh Pemberian

Penyuluhan Pada Ibu Meneteki Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Dalam

Pemberian Asi di Puskesmas Utara Kabupaten Ponorogo. Metode

penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif dengan teknik

7
purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan menggunakan

kuesioner. Data diuji menggunakan formula uji T (T-Test). Hasil pnelitian

adalah pengetahuan dalam pemberian ASI sebelum penyuluhan adalah

positif 30% dan negatif 70%. Sesudah penyuluhan, pengetahuan dalam

pemberian ASI adalah postif 90% dan negatif 10%. Selanjutnya, sikap

dalam pemberian ASI sebelum penyuluhan adalah sebagai berikut: sangat

setuju 13,3% setuju 20% ragu-ragu 20% tidak setuju 43,3% dan sangat

tidak setuju 3,4%. Sesudah penyuluhan sikap dalam pemberian ASI

adalah sangat setuju 23% setuju 63,3% ragu-ragu 13,4% tidak setuju 0%

dan sangat tidak setuju 0%. Hasil uji statistik untuk pengetahuan dengan

nilai t = -5,889 (p 0,000 < 0,05), untuk sikap dengan nilai t = -4,743 (p

0,000 < 0,05). Jadi baik untuk pengetahuan maupun sikap artinya ho

ditolak dan ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang

positif dan signifikan pemberian penyuluhan pada ibu meneteki terhadap

pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Pengertian pendidikan kesehatan

Pendidikan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu

individu, kelompok, atau masyarakat dalam meningkatkan perilaku mereka dalam

mencapai kesehatan secara optimal. Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan

secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini

tersirat unsur -unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya

yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa

yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan

kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan

(Notoatmodjo, 2012).

2.1.2 Tujuan pendidikan kesehatan

Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya perilaku

tersebut menurut Green dalam (Notoatmodjo, 2012) yaitu :

a. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi

Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadaran, memberikan

atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan

9
peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun

masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks promosi kesehatan juga

memberikan pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat dan

sebagainya, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan.

Bentuk promosi ini dilakukan dengan penyuluhan kesehatan, pameran

kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, billboard, dan sebagainya.

b. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)

Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat

memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan

prasarana kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan cara

bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk

pengadaan sarana dan prasarana.

c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan

pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan

sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi

teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat

mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :

a. Tingkat Pendidikan

10
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap

informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima

informasi yang didapatnya.

b. Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula

dalam menerima informasi baru.

c. Adat Istiadat

Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat

sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

d. Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh

orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan

masyarakat dengan penyampai informasi.

e. Ketersediaan waktu di masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas

masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam

penyuluhan.

2.1.4 Metode pendidikan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin

dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:

(a) Metode berdasarkan pendekatan perorangan

11
Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina

perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu

perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan

individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang

berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru

tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

2) Wawancara

(b) Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam

penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu

mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan

formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya kelompok, yaitu

kelompok besar dan kelompok kecil.

(c) Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-

pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran

dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan

umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan,

dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan

harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa.

12
(d) Metode ceramah adalah metode memberikan uraian atau penjelasan

pada waktu dan tempat tertentu. Metode ceramah ini hanya

mengandalkan indera pendengaran sebagai alat belajar yang paling

dominan. Dengan kata lain metode ini adalah sebuah metode mengajar

dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan.

(e) Metode Tanya jawab

Mengajukan pertanyaan untuk merangsang berfikir dan membimbingnya

dalam mencapai kebenaran.

(f) Metode Demontrasi

Metode yang digunakan untuk membelajarkan melalui penyajian

peragaan dan mempertunjukkan suatu proses, situasi, atau benda

tertentu baik sebenarnya maupun tiruan. Metode ini dapat membuat

penyajian bahan pelajaran lebih konkret. Sedangkan metode diskusi

adalah suatu cara mengajar dengan cara memecahkan masalah yang

dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan

argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.

2.1.5 Media pendidikan Kesehatan

2.2.5.1 Fungsi Media

Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alat-alat

bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012) :

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak

13
c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman

d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan –pesan yang

diterima oran lain

e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan

f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat

g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami,

dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik

h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

2.2.5.2 Tujuan Media

Media ini memiliki beberapa tujuan yaitu :

a. Tujuan yang akan dicapai

1) Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep- konsep

2) Mengubah sikap dan persepsi

3) Menanamkan perilaku/kebiasaan yang baru

b. Tujuan penggunaan alat bantu

1) Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidikan

2) Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah

3) Untuk mengingatkan suatu pesan/informasi

4) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan

2.2.5.3 Bentuk Media

Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain (Notoatmodjo, 2012) :

a. Berdasarkan stimulasi indra

14
1) Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu

menstimulasi indra penglihatan

2) Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk

menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian bahan

pendidikan/pengajaran

3) Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)

b. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya

1) Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan

sebagainya ayang memerlukan listrik dan proyektor

2) Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan –

bahan setempat

c. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan

1) Media Cetak

(a) Leaflet

Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui

lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara

lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis

karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya

disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat

diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa

didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang mana

tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan

diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran.

15
Sementara itu ada beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak

cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan

mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak

diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang

baik.

(b) Booklet

Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai saluran,

alat bantu, sarana dan sumber daya pendukungnya untuk

menyampaikan pesan harus menyesuaikan dengan isi materi yang

akan disampaikan.

Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan

adalah :

1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2. Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.

3. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan

cepat.

4. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan

yang diterima kepada orang lain.

5. Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.

6. Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.

7. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami

dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.

16
8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

(c) Flyer (selembaran)

(d) Flip chart (lembar balik)

Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk

buku di mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran

baliknya berisi kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan

dengan gambar. Keunggulan menggunakan media ini antara lain :

mudah dibawa, dapat dilipat maupun digulung, murah dan efisien,

dan tidak perlu peralatan yang rumit. Sedangkan kelemahannya

yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang berjumlah relatif besar,

mudah robek dan tercabik.

(e) Rubrik (tulisan – tulisan surat kabar), poster, dan foto

2) Media Elektronik

(a) Video dan film strip

Keunggulan penyuluhan dengan media ini adalah dapat

memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata

dan pikiran sasaran, dapat memicu diskusi mengenai sikap dan

perilaku, efektif untuk sasaran yang jumlahnya relatif penting

dapat diulang kembali, mudah digunakan dan tidak memerlukan

ruangan yang gelap. Sementara kelemahan media ini yaitu

memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko untuk

rusak, perlu adanya kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar,

17
membutuhkan ahli profesional agar gambar mempunyai makna

dalam sisi artistik maupun materi, serta membutuhkan banyak

biaya.

(b) Slide

Keunggulan media ini yaitu dapat memberikan berbagai realita

walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif

besar, dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup

ringkas dan mudah digunakan. Sedangkan kelemahannya

memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko mudah

rusak dan memerlukan ruangan sedikit lebih gelap.

(c) Media Papan

Keunggulan:

(1) Tidak memerlukan banyak pekerjaan dan persiapan

(2) Penyajian pelajaran dengan jelas oleh pengajar selangkah

demi selangkah dengan cara sistematis

(3) Dapat menjelaskan hal-hal sesaat

(4) Jika ada kekeliruan dapat diperbaiki secara langsung

Kelemahan:

(1) Pengajar segan untuk mempersiapkan dan membersihkan

papan tulis

(2) Adanya alat-alat modern yang sudah mulai banyak digunakan

18
(3) Demonstrasi dan ilustrasi yang disajikan di papan tlis

seringkali sulit ditangkapmoleh pembelajar

(4) Debu kapur dapat menyebabkan gangguan kesehatan, apalagi

jika ventilasi ruangan tidak begitu baik

2.1.6 Hubungan pendidikan pengaruhnya terhadap pengetahuan, sikap, dan

perilaku

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah seseorang tersebut

menerima informasi. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan

cenderung mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang

yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu

aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan

menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek

positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap yang semakin positif

pula. Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari

19
proses belajar mengajar adalah perubahan perilaku. Dengan dmikian, pendidikan

sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Sesorang yang

berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang

berpendidikan rendah.

2.2 ASI

2.2.1 Pengertian

Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik pada awal usia kehidupan bayi.

ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan, anti

alergi serta anti inflamasi (Angsuko, 2009).

2.2.2 Komposisi Gizi Dalam ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam

organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai

makanan utama bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini

berdasarkan stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam :

1. Kolostrum

ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bahyi

lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuning-

kuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI mature, bentuknya agak

kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan khasiat

kolostrum sebagai berikut :

20
a. Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap

untuk menerima makanan.

b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin

sehingga memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.

c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari

berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.

2. ASI masa transisi

ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai kesepuluh.

3. ASI mature

ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.

2.2.3 Manfaat Pemberian ASI

a. Bagi Bayi

1. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.

Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang

baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan

mengurangi obesitas.

2. Mengandung antibodi

Mekanisme pembentukan antibodi pada bayi adalah sebagai berikut :

apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk

antibodi dan akan disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit.

Antibodi di payudara disebut mammae associated immonocompetent

lymphoid tissue (MALT). Kekebalan terhadap penyakit saluran

21
pernapasan yang ditransfer disebut Bronchus associated

immunocompetent lymphoid tissue (BALT) dan untuk penyakit

saluran pencernaan ditransfer melalui Gut associated

immunocompetent lymphoid tissue (GALT). Dalam tinja bayi yang

mendapat ASI terdapat antibodi terhadap bakteri E.Coli dalam

konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.Coli dalam tinja

bayi tersebut juga rendah. Di dalam ASI kecuali antibodi terhadap

enterotoksin E.Coli, juga pernah dibuktikan adanya antibodi terhadap

salmonella typhi, shigela dan antibodi terhadap virus, seperti rota

virus, polio dan campak.

3. ASI yang mengandung komposisi yang tepat

Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri

dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang

diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.

4. Mengurangi kejadian karies gigi

Insiden karies gigi pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih

tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui

dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan

gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan menyebabkan asam

yang terbentuk akan merusak gigi.

5. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara

ibu dan bayi.

22
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak

kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor

maupun sosial yang lebih baik.

6. Terhindar dari alergi

Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu

formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan

alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang

ditunda akan mengurangi kemungkinan alergi.

7. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3

untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang

mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari

rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan

terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak.

8. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi

karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

b. Bagi Ibu

1. Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf sensorik

sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin

masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak

ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan

23
98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah

kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif)dan belum terjadi

menstruasi kembali.

2. Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin

oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan

mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid

dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi

anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang

menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui. Mencegah

kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara

eksklusif. Penelitian membuktikan ibu yang memberikan ASI secara

eksklusif memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker

ovarium 25% lebih kecil dibanding yang tidak menyusui secara

eksklusif.

3. Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat

kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat

hamil, badan bertambah berat selain karena ada janin juga karena

penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak ini sebetulnya

memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI.

Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi

sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga

24
akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusut, berat badan

ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.

4. Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga

untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang

dibutuhkan oleh semua manusia (Ambarwati dan Wulandari 2010).

c. Bagi keluarga

1. Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan

untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.

Kecuali itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat

ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

2. Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang,

sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan

bayi dan keluarga.

3. Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan

kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol

dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

d. Bagi negara

1. Menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi

25
2. Menghemat devisa negara

3. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

4. Peningkatan kualitas generasi penerus (Ambarwati dan Wulandari

2010).

2.2.4 Hal-Hal yang Mempengaruhi Produksi ASI

Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml

setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

sebagai berikut :

1. Makanan

Untuk membentuk produksi ASI yang baik makanan ibu harus

memenuhi jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin serta mineral

yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih

8 – 12 gelas/hari.

Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui :

a. Yang merangsang : cabe, merica, jahe, kopi, alcohol

b. Yang membuat kembung : ubi, singkong, kool, sawi, dan ddaun

bawang.

c. Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.

2. Ketenangan jiwa dan fikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu

dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan berbagai

26
bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan

tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik

harus dalam keadaan tenang.

3. Penggunaan alat kontrasepsi

Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi

hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak

tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.

4. Perawatan payudara

Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypofise untuk

mengeluarkan hormon progesteron dan estrogenlebih banyak lagi dan

hormon oxytocin.

5. Anatomis buah dada

Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobus pun berkurang.

Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini

yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang.

6. Fisiologi

Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon terutama prolaktin ini

merupakan hormon laktogenikyang menentukan dalam hal pengadaan

dan mempertahankan sekresi susu.

7. Faktor istirahat

27
Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan

fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI

berkurang.

8. Faktor isapan anak

Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar

makan isapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI

berkurang.

9. Faktor obat-obatan

Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormon mempengaruhi

hormon prolaktin fan oxytocin yang berfungsi dalam pembentukan

dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu dengan

sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

2.2.5 Tanda Bayi Cukup ASI

1. Jumlah buang air kecilnya dalam 1 hari paling sedikit 6 kali.

2. Air seni biasanya tidak berwarna kuning pucat.

3. Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji.

4. Bayi kelihatannya puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur

dengan cukup.

5. Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam.

6. Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui.

28
7. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai

menyusu.

8. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI.

9. Bayi bertambah berat badannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

2.2.6 Lama dan Frekuensi Menyusui

a. Menyusui bayi tidak perlu dijadwal. Saat bayi sudah lahir segera disusui.

b. ASI ada dalam lambung bayi hingga habis diserap berlangsung dalam 2

jam, oleh karena itu usahakan bayi menyusu lagi dalam 2 jam.

c. Bayi yang sehat akan menyusu dan mengosongkan payudara selama 5 – 7

menit (Purwanti, 2004 dalam Dhames, 2009).

2.2.7 ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa

tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih serta

tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan

nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan sampai anak usia 2 tahun atau

lebih. Pengenalan makanan tambahan dimulai pada usia 6 bulan dan bukan 4

bulan, hal ini dikarenakan :

1. Dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat

dan benar sampai bayi berumur 6 bulan. Namun, pada kenyataannya 60%

bayi belum berumur 4 bulan sudah mendapat tambahan susu formula.

29
2. Bayi pada saat umur 6 bulan sistem pencernaannya mulai matur. Jaringan

pada usus halus bayi umumnya seperti saringan pasir. Pori-porinya

berongga sehingga memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan

langsung dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi.

Pori-pori pada usus bayi ini akan tertutup rapat setelah bayi berumur 6

bulan. Dengan demikian, usus bayi setelah 6 bulan mampu menolak faktor

alergi ataupun kuman yang masuk.

Bagi ibu yang bekerja, menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja harus

tetap memberikan ASI kepada bayinya karena banyak keuntungan. Berikan

ASI sesering mungkin selama cuti melahirkan. Jangan memberikan makanan

lain setelah bayi benar-benar membutuhkannya. Jangan memberikan ASI

melalui botol, berikan melalui cangkir atau sendok dilatih 1 minggu sebelum

bekerja (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Ibu sudah harus belajar memerah ASI segera setelah bayi lahir. Sediakan

waktu yang cukup dan suasana tenang agar ibu dapat dengan santai

mengeluarkan ASI. ASI dikeluarkan sebanyak mungkin dan ditampung di

cangkir atau gelas yang bersih. Walaupun jumlah ASI yang dikeluarkan

sedikit tetap sangat berguna bagi bayi. Tinggalkan sekitar setengah cangkir

penuh (100 ml) untuk sekali minum bayi saat ibu keluar rumah. Di dalam

ruangan dengan suhu 27-32oC kolostrum dapat disimpan selama 12 jam,

sedangkan dalam lemari es pada suhu 0-4oC akan tahan selama 1-2 hari.

Setelah selesai menyusui, payudara harus dikosongkan dan ASI dapat

disimpan dalam suhu ruangan sampai 8 jam. Jika disimpan di dala freezer

30
(pintu terpisah) dapat bertahan hingga 6 bulan, sedangkan di freezer1 pitu

tahan selama 2-3 jam. Cara pemberiannya dengan menghangatkan ASI di

dalam botol atau wadah yang direndamkan ke dalam air hangat (suhu kurang

lebih 50oC). Jika tidak mempunyai lemari es perahan ASI dapat ditaruh pada

botol kaca bekas selai dengan tutup plastik dan dibungkus dalam kantung

plastik atau plastik klip yang tebal dan simpan dalam coolbox untuk

penyimpanan di rumah. Tempat menyimpan ASI sebaiknya terbuat dari

bahan plastik polietylen, atau gelas kaca (Ambarwati dalam Wulandari,

2010).

Ada beberapa cara mengeluarkan ASI yaitu mengeluarkan ASI dengan tangan

dan mengeluarkan ASI dengan alat.

1. Cara mengeluarkan ASI dengan tangan

1) Cuci tangan sampai bersih.

2) Pegang cangkir bersih untuk menampung ASI.

3) Condongkan badan ke depan dan sangga payudara dengan tangan.

4) Letakkan ibu jari pada batas areola mammae dan letakkan jari telunjuk

pada batas areola mammae bagian bawah sehingga berhadapan.

5) Tekan kedua jari ini ke dalam ke arah dinding dada tanpa menggeser

letak kedua jari.

6) Pijat daerah diantara kedua jari tadi ke arah depan sehingga akan

memeras dan mengeluarkan ASI yang berada di dalam sinus

lactiferous.

7) Ulangi gerakan tekan pijat dan lepas beberapa kali.

31
8) Setelah pancaran ASI berkurang, pindahkan posisi ibu jari dan

telunjuk tadi dengan cara diputar pada sisi lain dari batas areola

dengan kedua jari selalu berhadapan.

9) Lakukan berulang-ulang sehingga ASI akan terperah dari semua

bagian payudara.

10) Jangan memijat atau menarik putting susu, karena ini tidak akan

mengeluarkan ASI dan akan menyebabkan rasa sakit.

2. Mengeluarkan ASI dengan pompa

Ada dua macam bentuk pompa

1) Pompa manual/tangan

Ada beberapa tipe manual, antara lain :

a. Tipe silindris

Pompa ini efektif dan mudah dipakai. Kekuatan tekanan isapan

mudah dikontrol, baik kedua silinder maupun gerakan memompa

berada dalam garis lurus. Terbuat dari plastik yang tempat

penampungan ASI di bagian bawah silinder.

b. Tipe silindris bersudut

Dengan gerakan piston yang ditarik ke bawah akan lebih mudah

mengontrol kekuatan tekanan isapan. ASI akan ditampung di botol

yang ditempelkan di pompa.

c. Tipe kerucut/plastik dan bola karet/tipe terompet (Squezee and bulb

atau Horn)

32
Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena dapat menyakitkan

dan dapat menyebabkan kerusakan putting susu serta jaringan

payudara. Kekuatan tekanan isapan sulit diatur.

2) Pompa elektrik

Beberapa macam pompa listrik sudah ada di beberapa kota besar.

Karena umumnya harganya sangat mahal sehingga penggunaannya

terbatas di rumah sakit besar.

2.2.8 Menyusui

Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan

mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh

kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat

terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya (varney, 2004

dalam Nurhidayah 2011).

2.2.9 Cara Menyusui yang Benar

1. Cara menyusui dengan sikap duduk :

a. Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang

rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar

pada sandaran kursi.

b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat

sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.

33
c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di

atas pangkuan ibu dengan cara :

1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada

lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala

bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan

telapak tangan ibu.

2) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu yang satu di

depan.

3) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara.

4) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

5) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.

d. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari

menekan payudara bagian atas ereola.

e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan

cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut

bayi.

f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.

Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi,

sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi

akan menekan ASI keluar dari gtempat penampungan ASI yang

terletak di bawah areola (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

34
g. Bila mengambil posisi telungkup, bayi ditidurkan di meja dengan

kepala bayi mengarah ke payudara ibu. Posisi ini akan

menguntungkan untuk bayi kembar. Segera setelah persalinan, posisi

menyusui yang terbaik adalah ditelungkupkan di perut ibu sehingga

kulit ibu bersentuhan dengan kulit bayi (Purwanti, 2004 dalam

Angsuko, 2009).

2. Melepas isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya

diganti menyusui pada payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi :

a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi

atau,

b. Dagu bayi ditekan ke bawah.

3. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan

(yang dihisap terakhir).

4. Setelah menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.

5. Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung

supaya bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah menyusu. Cara

menyendawakan bayi:

a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemuadian

punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

35
b. Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-

usap punggung bayi sampai bersendawa.

c. Mendudukkan bayi diatas pangkuan dengan punggung bersandar pada

dada kemudian menepuk punggung secara perlahan.

6. Faktor-faktor

a. Cara menyusui yang baik dan benar

Posisi badan ibu dan bayi :

1) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.

2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.

3) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.

4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.

5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

6) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu

garis dengan leher dan lengan bayi.

7) Jauhkan hidung bayi pada payudara ibu dengan cara menekan

pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

Posisi mulut bayi dan puting susu ibu :

1) Payudara dipegang dengan cara ibu jari diatas jari yang lain

menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara

dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang

areola (kalang payudara).

2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek).

3) Posisikan putting susu di atas “bibir atas”

36
4) Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langit-langit

mulut bayi.

5) Setelah bayi menyusu/menghisap payudara dengan baik, payudara

tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

6) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-

elus bayi.

Posisi menyusu yang benar :

1) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu.

2) Dagu bayi menempel pada payudara ibu.

3) Dagu bayi menemoel pada dada ibu yang berada di dasar payudara

(bagian bawah).

4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.

5) Mulut bayi terbuka dengan bibir bawah yang terbuka.

6) Sebagian besar areola tidak tampak.

7) Bayi menghisap dalam dan perlahan.

8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu.

9) Terkadang terdengar suara bayi menelan.

10) Puting susu tidak terasa sakit dan lecet.

2.2.10 Masalah dalam Menyusui

1. Masalah menyusui masa antenatal

a. Kurang atau salah informasi

37
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau

malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula

bila merasa bahwa ASI kurang.

b. Puting susu datar atau terbenam

Sejak kehamilan trimester akhir, ibu yang tidak mempunyai resiko

kelahiran premature dapat diusahakan mengeluarkan puting susu

datar atau terbenam dengan :

1) Teknik atau gerakan Hoffman yang dikerjakan 2x sehari.

2) Dibantu dengan jarum suntik yang dipotong ujungnya atau dengan

pompa ASI.

2. Masalah menyusui pada masa nifas dini

a. Putting susu nyeri

Perasaan sakit akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut

bayi dan putting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang.

Cara menangani :

1) Pastikan posisi menyusui sudah benar.

2) Mulailah menyusui pada putting susu yang tidak sakit, guna

membantu mengurangi sakit pada putting susu yang sakit.

38
3) Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di putting

susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai

putting susu kering.

b. Putting susu lecet

Putting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan

menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-

kadang mengeluarkan darah. Putting susu lecet dapat disebabkan

oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh

trush (candidates) atau dermatitis. Cara menangani :

1) Cari penyebab puting lecet (posisi menyusui salah, cavdidiasis atau

dermatitis).

2) Obati penyebab putting lecet terutama perhatikan posisi menyusui.

3) Kerjakan semua cara-cara menangani putting susu nyeri di atas

tadi.

4) Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak

begitu sakit.

5) Olesi putting susu dengan ASI akhir, jangan sekali-kali

memberikan obat lain, seperti krim, salep, dll.

6) Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu

kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam

waktu sekitar 2x24 jam.

39
7) Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap

dikeluarkan dengan tangan, dan tidak di anjurkan dengan alat

pompa karena nyeri.

8) Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk

menggunakan dengan sabun.

9) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang

sakit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya

menyembuh.

10) Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan

dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran

pembentukan ASI.

11) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas.

12) Setelah rasa sakit membaik, mulai meyusui kembali mula-mula

dengan waktu yang lebih singkat.

13) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke puskesmas.

c. Payudara bengkak

Penyebab bengkak :

1) Posisi mulut bayi dan putting susu ibu salah.

2) Produksi ASI berlebihan.

3) Terlambat menyusui.

4) Mengeluarkan ASI yang jarang.

5) Waktu menyusui yang terbatas.

40
Perbedaan payudara penuh dan payudara bengkak adalah :

1) Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas, dan keras. Bila

diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam.

2) Payudara bengkak : payudara oedema, sakit, putting susu kencang,

kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila di priksa atau dihisap

ASI tidak keluar.

3) Badan biasanya demam setelah 24 jam.

Cara merangsang refleks oksitosin maka dilakukan :

(1) Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit

(2) Ibu harus rileks.

(3) Pijat leher dan punggug belakang (sejajar daera payudara).

(4) Pijat ringan pada payudara bengkak (pijat pelan-pelan ke arah

tengah).

(5) Kompres dingin paska menyusui,untuk mengurangi oedema.

(6) Bila terlalu sakit dapat diberikan analgesik.

Cara mengatasinya :

(1) Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan

tanpa batas waktu.

(2) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan

tangan atau pompa ASI efektif.

(3) Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat

dilakukan : kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit,

massage payudara, massage leher dan punggung.

41
(4) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi

oedema.

d. Mastitis atau abses payudara

Payudara menjadi merah, bengkak kadang kala diikuti rasa nyeri,

panas, suhu tubuh menjadi meningkat. Kejadian ini terjadi pada

masa nifas 1-3 minggu pasca persalinan diakibatkan oleh sumbatan

saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI

dihisap/dikeluarkan untuk oengisapan yang tidak efektif. Dapat juga

karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau tekanan

baju/BH. Tindakan yang dapat dilakukan :

1) Kompres hangat/panas dan pemijatan.

2) Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit

yaitu stimulasi putting susu, pijat leher punggung, dll.

3) Pemberian antibiotik : Flucloxacilin atau erythromycin selama

7-10 hari.

4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untul

penghilang rasa nyeri.

5) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin

perlu tindakan bedah.

2.3 Perilaku Kesehatan

2.3.1 Pengertian

42
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamatilangsung, maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), merumuskan

bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya

stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons, maka

teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

2.3.2 Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2007) :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,

kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

43
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

orang lain.

2.3.3 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit

atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta

lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3

kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau

sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior)

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun sosial budaya, dan sebagainya.

2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang

44
Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-

faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek.Menurut Lawrence Green (1980)

dalam Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan terbagi menjadi tiga teori

penyebab masalah kesehatan yang meliputi :

1. Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Merupakan faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya

perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,

kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi.

Seseorang dengan pengetahuan yang rendah akan berdampak pada

perilaku perawatan, contohnya pada penderita hipertensi. Seseorang

dengan pengetahuan yang cukup tentang perilaku perawatan hipertensi

maka secara langsung akan bersikap positif dan menuruti aturan

pengobatan, disertai munculnya keyakinan untuk sembuh, tetapi terkadang

masih ada yang percaya dengan pengobatan alternatif bukan medis yang

dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang sudah membudaya.

2. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Merupakan faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau

tindakan artinya bahwa faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau

fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Contohnya lingkungan yang

jauh atau jarak dari pelayanan kesehatan yang memberikan kontribusi

rendahnya perilaku perawatan pada penderita hipertensi.

3. Faktor penguat (Reinforcing factors)

45
Adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya

perilaku antara lain:

a. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan Petugas sangat membantu, sebab petugas adalah yang

merawat dan sering berinteraksi, sehingga pemahaman terhadap kondisi

fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi akan sangat

mempengaruhi rasa percaya dan menerima kehadiran petugas bagi

dirinya, serta motivasi atau dukungan yang diberikan petugas sangat

besar artinya contohnya terhadap ketaatan pasien untuk selalu

mengontrol tekanan darahmya secara rutin (Purwanto,1999).

Ibu yang mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan memberikan

kolostrum lebih besar daripada ibu yang tidak mendapat dukungan dari

petugas kesehatan (Sholihah, et al, 2007).

b. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga sangatlah penting karena keluarga merupakan unit

terkecil dalam masyarakat dan sebagai penerima asuhan keperawatan.

Oleh karena itu keluarga sangat berperan dalam menentukan cara

asuhan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit, apabila

dalam keluarga tersebut salah satu anggota keluarganya ada yang

sedang mengalami masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan

terpengaruhi. (Friedman, 1998).

Begitu juga dalam pemberian ASI, ibu juga membutuhkan dukungan

keluarga terutama suami. Ketika suami mempunyai pengetahuan

46
mengenai manfaat pemberian ASI untuk bayi, biasanya suami akan

lebih mendukung ibu untuk menyusui. Keterlibatan suami yang sangat

menentukan sukses atau tidaknya ibu dalam menyusui eksklusif terlebih

mulai dari bayi lahir 0 – 6 bulan.

2.3.5 Proses Adopsi Perilaku

a) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya).

d) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

e) Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007 dalam

Novelia, 2012).

2.3.6 Perilaku ibu dalam menyusui

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas, baik yang dapat diamati

langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan teori Lawrence Green, status kesehatan dipengaruhi oleh perilaku,

sedang perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh faktor predisposisi salah satunya

adalah pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemberian pendidikan

kesehatan.

47
Melalui kegiatan pendidikan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan sehingga timbul suatu kesadaran akan pentingnya cara menyusui

yang benar. Setelah timbul kesadaran akan termotivasi dan timbul ketertarikan

untuk melakukan perilaku menyusui yang benar. Setelah ibu hamil mendapat

pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar akan menimbang-

nimbang, memahami dan berminat mencoba melakukan dan mempraktekkan

perilaku menyusui yang benar dan dianggap bermanfaat bagi ibu yang akan

menyusui.

2.3.7 Pengukuran Perilaku

Dalam Azwar (2008), pengukuran perilaku dikategorikan menjadi 3, yaitu:


a) Baik : jika skor jawaban x ≥ (µ + 1.σ)
x ≥ (35 + 1 . 7)
x ≥ 42
x : 42 – 56

b) Cukup : jika skor jawaban (µ - 1 . σ) ≤ x < (µ + 1 . σ)


(35 - 7) ≤ x < (35 + 7)
28 ≤ x < 42
x : 28 – 42
c) Kurang : jika skor jawaban x < (µ - 1 . σ)
x < (35 - 7)
x < 28
x : 28 – 14

Dengan ketentuan:
µ = ½ (X maks + Xmin) x total item pertanyaan
= ½ (4 + 1) x 14
= 35

48
σ = 1/6 (Imaks – Imin)
= 1/6 (56 - 14)
=7

Xmaks : skor tertinggi pada 1 item pertanyaan (4)


Xmin : skor terendah pada 1 item pertanyaan (1)
Imaks : jumlah skor tertinggi (56)
Imin : jumlah skor terendah (14)

49
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA

3.1 Kerangka Konsep

Faktor – faktor yang mempengaruhi Faktor – faktor yang mempengaruhi


pendidikan kesehatan (Saragih, 2010): perilaku kesehatan (Green, 1980
dalam Notoatmodjo 2007) :
- Tingkat pendidikan
- Tingkat sosial ekonomi 1. Faktor Predisposisi :
- Adat istiadat Kepercayaan/budaya, sikap,
- Kepercayaan masyarakat keyakinan, nilai-nilai,
- Ketersediaan waktu di pengetahuan.
masyarakat 2. Faktor pemungkin :
Ketersediaan fasilitas dan sarana
kesehatan
3. Faktor penguat :
Dukungan keluarga, dukungan
petugas kesehatan
Pendidkan Kesehatan :

- Manfaat pemberian ASI


- Posisi menyusui Perilaku Ibu dalam menyusui
- Waktu dan frekuensi
menyusui
- Cara menyusui yang benar Status Gizi
- Cara penyimpanan ASI perah

Wilayah yang di teliti :

Wilayah yang tidak teliti :

50
3.2 Hipotesa

Hipotesa adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya

hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan dua variabel, variabel bebas

dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan kerangka konseptual penelitian maka hipotesa yang diajukan dalam

penelitian ini adalah :

H1 : Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar


terhadap perilaku ibu dalam menyusui di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun.

51
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Metode penelitian adalah metode yang dipakai sebagai dasar pengembangan

metode ilmiah yang selanjutnya akan menghasilkan ilmu (Notoatmodjo, 2012).

Sedangkan menurut Sugiyono (2014) Metode penelitian merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang

memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi validitas suatu hasil. Desain riset sebagai petunjuk dalam

perencanaan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab

suatu pertanyaan (Nursalam, 2013).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu penelitian

yang dilakukan untuk mencari berbagai variabel dan menganalisis setiap variabel

yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini juga digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dinamakan penelitian kuantitatif karena

data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono,

2010).

Penelitian ini menggunakan rancangan pra-eksperimen dengan desain pretest-

posttest dalam satu kelompok (one group pretest posttest design), dalam

52
rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah

dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-

perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (program). Bentuk rancangan

ini sebagai berikut:

Pretest Perlakuan Posttest

01 x 02

Kelemahan dari rancangan ini antara lain tidak ada jaminan bahwa perubahan

yang terjadi pada variabel depndent karena intervensi atau perlakuan. Tetapi perlu

dicatat bahwa rancangan ini tidak terhindar dari berbagai macam (kelemahan)

terhadap validitas, misalnya sejarah, testing, maturasi, dan instrumen

(Notoatmodjo, 2012).

Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan

tujuan serta informed consent. Responden yang terpilih diminta untuk mengisi

kuesioner pretest tentang perilaku menyusui. Setelah mendapatkan persetujuan

dari responden peneliti membagikan kuesioner pada responden dan menjelaskan

cara pengisian kuesioner serta tiap item pernyataan pada kuesioner. Kuesioner

yang telah diisi secara lengkap selanjutnya diserahkan kepada peneliti untuk

pengolahan data. Setelah pengisian kuesioner selesai, responden diberikan

pendidikan kesehatan mengenai cara menyusui yang benar. Setelah pendidikan

kesehatan selesai, peneliti melakukan observasi kepada responden tentang cara

menyusui yang benar dan dihari kedua setelah pendidikan kesehatan peneliti

memberikan kuesioner perilaku untuk posttest.

53
4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan

kemuadian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi adalah keseluruhan

objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi

sensus (Arikunto, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Ruang Bersalin

RSUD Kota Madiun berjumlah 636 ibu melahirkan primigravida selama satu

tahun dengan rata-rata perbulan 53 ibu melahirkan primi gravida (normal maupun

SC).

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan

penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah

mengangkut kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi

(Arikunto, 2010). Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2011).

Sedangkan menurut Sugiyono (2014) berpendapat sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Setiap sampel harus memenuhi syarat sesuai dengan kriteria dalam penelitian:

54
a. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1) Kriteria Inklusi adalah kriteria umum subjek penelitian dari satu populasi

target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2011). Kriteria inklusi

adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil atau dijadikan sampel (Notoatmodjo, 2012).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

(1) Ibu menyusui anak pertama di Ruang Nifas.

(2) Bersedia menjadi responden.

2) Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena seba-sebab tertentu

(Nursalam, 2011).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

(1) Ibu yang tidak menyusui.

(2) Ibu yang berada di Ruang Observasi.

b. Besar Sampel

Rumus besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Federer

(1977)yang dapat ditentukan berdasarkan total kelompok (t) yang digunakan

dalam penelitian ini sehingga jika t-1 maka sampel yang digunakan :

(t - 1) (n - 1) ≥ 15

(1 - 1) (n - 1) ≥ 15

(n - 1) ≥ 15

n – 1 = 15

n = 15 + 1

55
n = 16

Maka besar sampel untuk kelompok pada penelitian ini adalah 16 responden.

Untuk menghindari adanya Drop Out dalam proses penelitian, maka perlu

penambahan jumlah sampel agar besar sampel tetap terpenuhi dengan rumus

berikut :

n’ = n
(1 - f )
= 16
(1 – 0,1)
= 16
0,9
= 17,7
= 18
Keterangan :
n’ = ukuran sampel setelah revisi
n = ukuran sampel asli
1-f = perkiraan proporsi Drop Out, yang di perkirakan 10% (f = 0,1)
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel akhir yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah 18 responden.

4.3 Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,2013). Dalam penelitian ini

56
menggunakan teknik probability sampling bahwa setiap subjek dalam populasi

mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel.

Penelitian ini menggunakan teknik systematic random sampling

(pengambilan sampel secara acak sistematis).teknik ini merupakan modifikasi dari

sampel random sampling. Caranya adalah membagi jumlah atau anggota populasi

dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel.

Sampel diambil dengan membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak

antara 1 sampai dengan banyaknya anggota populasi. Kemudian membagi dengan

jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya sebagai interval X, maka yang terkena

sampel setiap kelipatan X (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini sampel

dipilih dengan menetapkan kriteria yaitu ibu menyusui anak pertama dan dengan

yang memiliki nomor belakang KTP yang berkelipatan genap.

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja atau kerangka operasional adalah suatu yang abstrak, logical

serta hafiah dan akan membantu penelitian dalam menghubungkan hasil

penemuan dengan body of knowledge (Nursalam, 2009). Adapun kerangka kerja

penetian ini adalah sebagai berikut :

57
Populasi
Seluruh ibu menyusui sebanyak 53 di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun

Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah 18 ibu menyusui anak pertama di Ruang Nifas

Teknik Sampling
Sistematis random sampling

Pengumpulan Data

Pre Eksperimen dengan desain


pretest-posttest one group

Kelompok Eksperimen

Pretest

Intervensi

Posttest

Pengolahan Data
Coding, Editing, Entry, Cleaning, Tabulating

Analisis Data
Dependent t-test

Hasil, Pembahasan dan Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

58
4.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

4.5.1 Identifikasi Variabel

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian

tertentu (Notoatmodjo, 2012).

4.5.1.1 Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan

variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti

menciptakan suatu dampak pada variabel dependent. Variabel bebas dimanipulasi,

diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap

variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan

tentang cara menyusui yang benar.

4.5.1.2 Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan variabel

lain. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-

variabel lain. Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang

diamati dari suatu organisme yang dikenei stimulus. Dengan kata lain, variabel

terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya

hubungan atau pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah perilaku ibu dalam menyusui.

59
4.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasinal adalah definisi yang berdasarkan karakteristik (variabel)

yang diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2009). Adapun

definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

Varibel Definisi Operasional Parameter Cara Ukur Alat Skala Skor


Ukur Data
Indepen- Peneliti memberikan Memberikan - Responden di Leaflet
den pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan beri pendidikan dan
Pendidi- tentang cara pada ibu hamil tentang kesehatan cara phantom
kan menyusui yang benar cara menyusui yang menyusui yang
Keseha- kepada ibu menyusui. benar: benar
tan Pelaksanaan - pengertian ASI
pendidikan kesehatan - manfaat pemberian
dilakukan dengan
ASI
metode demonstrasi
- posisi menyusui
dan pemberian leaflet
kepada responden. - waktu dan frekuensi
menyusui
- cara menyusui yang
benar
- cara penyimpanan ASI
perah
Depen-den Upaya perilaku ibu - menyiapkan - Responden Format Rasio Perilaku
Perilaku dalam menyusui. peralatan untuk mengisi lembar kuesio- menyusui dalam
menyusui Tindakan yang membersihkan puting kuesioner ner rentang
dilakukan oleh ibu - posisi ibu dan bayi pretest dan skor 14 – 56
dalam menyusui yang - posisi mulut bayi dan posttest tentang
diamati selama 2 hari puting susu ibu perilaku
dengan pemberian - membasahi puting menyusui yang
posttest di hari susu ibu dengan ASI berjumlah 14
kedua. setelah menyusui pertanyaan
- menyendawakan bayi yang dilakukan
hari kedua
setelah
pendidikan
kesehatan

Tabel 4.2 Definisi Operasional

60
4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Arikunto, 2010). Dalam

penyusunan instrumen penelitian terdapat uraian dalam pengumpulan data, yaitu

validitas dan reliabilitas. Uji validitas instrument penelitian ini berupa kuesioner

perilaku ibu dalam menyusui terdiri dari 14 pernyataan yang dilakukan di RSUD

dr. Soedono Kota Madiun bulan Juli 2017 sebanyak 18 ibu menyusui. Metode

yang digunakan pada pengujian validitas instrumen menggunakan pendekatan

korelasi pearson product moment dengan menggunakan software SPSS 16. Hasil

uji validitas pada kuesioner perilaku ibu dalam menyusui ini seluruh pernyataan

dinyatakan valid. Ketentuan kevalidan instrument dengan melihat hasil

perhitungan r hitung. Apabila r hitung > r tabel (0,468) maka pernyataan tersebut

valid pada N 18 atau pada nilai taraf signifikansi 5% (Sugiyono, 2010).

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 18 100.0
Excludeda 0 .0
Total 18 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner tersebut konsisten apabila

digunakan untuk mengukur gejala yang sama di tempat lain (Sugiyono 2010). Uji

reliabilitas pada penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Soedono Kota Madiun

menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan software SPSS 16. Hasil uji

61
menunjukkan nilai Alpha 0,923, nilai rtabel N 18 adalah 0,468 pada signifikansi

5%, kesimpulannya Alpha 0,923 > rtabel 0,468 artinya item-item pernyataan

dikatakan reliabel atau terpercaya sebagai alat pengumpul data penelitian. Teori

lain menyebutkan suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha

Cronbach >0,60 (Hidayat, 2007).

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.923 14
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini juga menggunakan instrumen kuesioner yaitu peneliti

mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan

secara tertulis. Jenis kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner

tertutup (closed ended) yaitu pertanayan yang variasi jawaban sudah disediakan

sehingga responden tidak memiliki kebebasan untuk menjawab karena pilihan

jawabanya sudah disediakan (Arikunto, 2010). Kuesioner daam penelitian ini

terdiri dari 14 pertanyaan positif mengenai perilaku menyusui yang diberikan

sebelum dimulai pendidikan kesehatan dan 2 hari setelah pendidikan kesehatan

untuk menilai perubahan perilaku ibu dalam menyusui.

Variabel Penelitian Parameter No Item Jumlah

Perilaku ibu dalam - persiapan menyusui 1, 2 14


menyusui - posisi menyusui
- langkah menyusui 3, 4
- lama dan frekuensi menyusui 5, 6, 8, 9, 11
- cara pengamatan teknik menyusui
10
7, 13, 14

Tabel 4.5 Kisi-kisi perilaku menyusui

62
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun. Penelitian ini

dilakukan pada 25 Juli – 01 Agustus 2017.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek yang

diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data

tergantung dari desain penelitian dan teknik instrumen yang digunakan. Selama

proses pengumpulan data peneliti memfokuskan pada penyediaan subjek, melatih

tenaga pengumpul data jika diperlukan, memperhatikan prinsip-rinsip validitas

dan menyelesaikan masalah-masalah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

(Nursalam, 2013).

Beberapa langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data

adalah sebagai berikut :

a. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari STIKes Bhakti

Husada Mulia Madiun untuk ditujukan kepada Bakesbangpol Kota Madiun.

b. Setelah mendapat surat ijin penelitian dari Bakesbangpol, surat ijin

ditujukan kepada Direktur RSUD Kota Madiun.

c. Setelah mendapat ijin dari bagian Tata Usaha RSUD Kota Madiun, surat ijin

ditujukan kepada Kepala Ruang Nifas.

d. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan

tujuan serta informed consent.

63
e. Setelah mendapatkan persetujuan dari responden peneliti membagikan

kuesioner pada responden dan menjelaskan cara pengisian kuesioner serta

tiap item pertanyaan pada kuesioner perilaku ibu dalam menyusui.

f. Kuesioner yang telah diisi secara lengkap selanjutnya diserahkan kepada

peneliti untuk pengolahan data.

g. Setelah pengisian kuesioner selesai, responden diberikan pendidikan

kesehatan mengenai cara menyusui yang benar.

h. Setelah pendidikan kesehatan selesai, responden diobservasi dan di hari

kedua setelah pendidikan kesehatan diberi kuesioner perilaku untuk posttest

berupa pertanyaan yang sama untuk menilai perubahan perilaku.

i. Kuesioner yang telah diisi secara lengkap selanjutnya diserahkan kepada

peneliti untuk pengolahan data.

4.9 Teknik Analisa Data


4.9.1 Teknik Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan

mengubah data menjadi informasi. Data statistik, informasi yang diperoleh

dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan. Dalam proses pengolahan

data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya:

1. Editing

Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat kembali

apakah isian pada lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai

upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut. Pada saat

64
melakukan penelitian, apabila ada soal yang belum diisi oleh responden

maka responden diminta untuk mengisi kembali.

2. Coding

Coding adalah peng”kodean” atau “coding”, yaitu mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan (Notoatmodjo,

2012).

3. Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi

(Hidayat, 2009). Proses ini memasukkan data dalam bentuk kode ke dalam

program komputer.

4. Cleaning

Cleaning data adalah proses pengecekan kembali data yang sudah di entry

apakah ada kesalahan atau tidak. Tahapan cleaning data terdiri dari

mengetahui missing data, variasi data dan konsistensi data (Hidayat,

2009). Proses ini dilakukan apabila semua data responden sudah selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan dalam pengkodean, tidak lengkap data. Kemudian akan

dilakukan pembentulan atau pengoreksian data kembali.

65
5. Tabulating

Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel nilai statistik. Setelah

proses editing, coding, entry, cleaning selanjutnya data dimasukkan ke

komputer dan dianalisis secara statistik.

4.9.2 Analisa Data

Tujuan dilakukan analisa data adalah memperoleh gambaran dari hasil

penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan

hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, dan memperoleh kesimpulan

secara umum dari penelitian yang merupakan kontribusi dalam pengembangan

ilmu yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).

Analisa data penelitian ini menggunakan analisa bivariat. Analisa Bivariat

yang merupakan uji terhadap dua variabel yang diduga barhubungan atau

berkorelasi (Notoatmodjo, 2012), untuk mengetahui korelasi pengaruh pendidikan

kesehatan tentang cara menyusui yang benar terhadap perilaku ibu dalam

menyusui dengan uji dependent t-test dengan kemaknaan α = 0,05. Adapun uji

statistiknya menggunakan softwere SPSS16.

Beberapa syarat penggunaan dependent t-test, yaitu:

1) Data berdistribusi normal.

2) Data berskala numerik.

Hasil ini akan diuji signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95% (Sugiyono, 2011).

Dengan demikian hasil analisa yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :

66
1) Menolak Ho (Menerima Ha) bila diperoleh nilai p < α 0,05

2) Menerima Ho (Menolak Ha) bila diperoleh nilai p > α 0,05

4.10 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan surat pengantar dari

ketua prodi S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun untuk

mendapatkan persetujuan dari RSUD Kota Madiun. Kemudian dilakukan

penelitian dengan menekankan pada etika penelitian yang meliputi :

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga

perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan

untuk mengembangkan ilmu. Informed consent merupakan bentuk

persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan

lembar persetujuan. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed

consent tersebut antara lain : partisipasi responden, tujuan dilakukan

tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,

potensial masalah yang akan terjadi, manfaaat, kerahasiaan, informasi

peneliti yang mudah dihubungi dan lain-lain (Nursalam, 2011).

67
2. Tanpa nama (Anonimity)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner)

yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi kode dalam bentuk

nomor pada masing-masing lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentility)

Data informasi yang di dapat oleh peneliti dari responden akan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya pada kelompok-kelompok tertentu saja

yang akan peneliti sajikan (Nursalam, 2013).

68
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan pembahasan penelitian tentang

pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar terhadap

perilaku ibu dalam menyusui di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun. Hasil

penelitian diuraikan secara deskriptif sesuai dengan tujuan umum dan tujuan

khusus pada penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Juli 2017 - 01

Agustus 2017 dengan responden penelitian sebanyak 18 responden untuk

kelompok eksperimen. Hari pertama peneliti melakukan pretest, kemudian

memberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar

pada kelompok eksperimen, dan di hari ketiga kelompok diberi posttest. Data

dikumpulkan peneliti untuk melihat perubahan perilaku reponden dalam

menyusui.

Hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu data umum dan data

khusus. Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden

berdasarkan usia, berdasarkan pendidikan, berdasarkan pekerjaan. Sedangkan data

khususnya menyajikan hasil perilaku ibu dalam menyusui sebelum dan sesudah

dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen dan hasil uji statistik

Paired T Test untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara

menyusui yang benar terhadap perilaku ibu dalam menyusui.

68
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

RSUD Kota Madiun merupakan salah satu layanan kesehatan milik

Pemerintah Kota Madiun yang terletak di Jl. Campursari No.12b Madiun.

Kelurahan Sogaten, Mangunharjo, Madiun. RSU milik Pemerintah Kota ini

mempunyai luas tanah 45.000 m² dengan luas bangunan 10.966,74 m². Di RSUD

Kota Madiun terdapat 217 tempat tidur yang terdiri dari : 14 tempat tidur kamar

VIP, 36 tempat tidur kamar kelas I, 32 tempat tidur kamar kelas II, 85 tempat tidur

kamar kelas III, 6 tempat tidur kamar ICU, 10 tempat tidur kamar HCU, 16 tempat

tidur di IGD, 11 tempat tidur kamar bersalin, 5 tempat tidur ruang operasi, 2

tempat tidur ruang isolasi. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang ada di RSUD

Kota Madiun antara lain : 71 perawat, 26 bidan, dan 33 dokter.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil tempat penelitian di Ruang

Nifas RSUD Kota Madiun memiliki 2 ruang kelas 1, 1 ruang kelas 2, Ruang

obsevarsi dengan 8 tempat tidur, ruang rawat gabung 13 tempat tidur, terdapat

tempat untuk memandikan bayi, terdiri dari 10 bidan dan 1 dokter.

RSUD Kota Madiun memiliki visi dan misi dalam melakukan

pelayanan terhadap masyarakat. Visi RSUD Kota Madiun yaitu mewujudkan

fasilitas kesehatan masyarakat yang terjangkau. Misi RSUD Kota Madiun yaitu

meningkatkan SDM yang berkualitas. Di RSUD Kota Madiun menggalakkan

penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang cara menyusui kepada ibu-ibu

yang akan melahirkan. Saat penelitian, peneliti yang melakukan penyuluhan atau

pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar. Data penelitian yang

69
diperoleh seluruhnya merupakan data primer yang diperoleh dari jawaban

kuesioner yang di isi oleh responden.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data Umum

Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden berdasarkan

karakteristik responden berdasarkan usia, karakteristik responden berdasarkan

pendidikan, karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.

1). Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di RSUD Kota Madiun pada
tanggal 25 juli – 01 agustus 2017

Usia Mean Modus SD Min-Max CI- 95 %

(Tahun) 27,44 24 3.634 22 – 35 25,63 – 29,25

Sumber : Data primer hasil penelitian bulan juli 2017

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rata-rata usia responden yaitu

27 tahun dengan standart deviasi 3,634.

2) Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir di RSUD Kota


Madiun pada tanggal 25 juli – 01 agustus 2017

No Pendidikan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1 SMP 2 11,1

2 SMA 13 72,2

3 SARJANA 3 16,7

TOTAL 18 100

Sumber : Data primer hasil penelitian bulan juli 2017

70
Berdasarkan tabel 5.2 Pendidikan terakhir terbanyak adalah SMA dengan 13

orang (72,2%), Sarjana 3 orang (16,7%), dan pendidikan terendah adalah SMP 2

orang (11,1%).

3) Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Kota Madiun


pada tanggal 25 juli – 1 agustus 2017

No Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)

1 Ibu Rumah Tangga 11 61,1

2 Wiraswasta 6 33,3

3 PNS 1 5,6

TOTAL 18 100

Sumber : Data primer hasil penelitian bulan juli 2017

Berdasarkan pekerjaan pada tabel 5.3 menunjukkan pekerjaan terbanyak

adalah ibu rumah tangga sebanyak 11 orang (61,1%), pekerja wiraswasta

sebanyak 6 orang (33,3%), dan Pegawai negeri sipil 1 orang (5,6%).

5.2.2 Data Khusus

Data khusus menyajikan data hasil pretest dan posttest perilaku ibu dalam

menyusui dan hasil uji statistik Paired T Test.

71
5.2.2.1 Hasil Analisis Univariat

1. 1. Hasil pretest perilaku ibu dalam menyusui


Tabel 5.4 Distribusi hasil Pretest perilaku ibu dalam menyusui di Ruang Nifas
RSUD Kota Madiun
Hasil Pre-Test Mean Modus SD Min-Max CI- 95 %

30,44 29 3.518 24 – 39 39,00

(Sumber : Lembar kuesioner perilaku ibu dalam menyusui di Ruang Nifas RSUD
Kota Madiun)

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui rata-rata yang diperoleh dari hasil pretest

adalah 30,44 dengan skor yang paling banyak adalah 29. Skor terendah dari

pretest 24 dan skor tertinggi adalah 39. Perilaku yang masih kurang dari

responden diantaranya menyiapkan peralatan untuk membersihkan putting

payudara, membasahi putting susu ibu dengan ASI setelah menyusui, dan

menyendawakan bayi.

2. Hasil posttest perilaku ibu dalam menyusui


Tabel 5.5 Distribusi hasil Posttest perilaku ibu dalam menyusui di Ruang Nifas
RSUD Kota Madiun

Hasil Post-Test Mean Modus SD Min-Max CI- 95 %

45,89 44 4,497 36 - 53 53,00

(Sumber: Lembar kuesioner perilaku ibu dalam menyusui di Ruang Nifas RSUD
Kota Madiun)

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui rata-rata dari hasil posttest adalah 45,89

dengan skor yang paling banyak adalah 44. Skor terendah dari hasil posttest

adalah 36 dan skor tertinggi adalah 53. Perilaku ibu dalam menyusui yang masih

kurang sebelum pendidikan kesehatan sudah meningkat dengan mempraktikkan

prosedur menyusui yang benar seperti menyiapkan peralatan untuk membersihkan

72
putting payudara, membasahi putting dengan ASI setelah menyusui, dan

menyendawakan bayi.

5.2.2.2 Hasil Analisis Bivariat

1. Hasil uji pretest posttest perilaku ibu dalam menyusui

Hasil Mean Modus SD Min-Max CI- 95 % α P value


Pre-Test
30,44 29 3.518 24 - 39 39,00

Hasil Mean Modus SD Min-Max CI- 95 % 0,05 0,000


Post-Test
45,89 44 4,497 36 - 53 53,00

Tabel 5.6 Hasil pretest dan posttest perilaku ibu dalam menyusui di Ruang
Nifas RSUD Kota Madiun dengan uji Paired T-Test

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui dari hasil pretest berbeda dengan

posttest. Dapat dilihat hasil pretest yang rata-rata skor nya 30,44 menjadi 45,89

di hasil posttest. Skor yang paling banyak 29 saat pretest dan saat posttest skor

yang paling banyak adalah 44. Skor terendah dan tertinggi saat pretest 24-39,

dan saat posttest skor terendah dan tertinggi adalah 36-53. Sehingga ada

perbedaan antara hasil pretest dan posttest pendidikan kesehatan. Hasil uji

statistik pretest posttest menggunakan Paired T Test diperoleh nilai P = 0,000

karena nilai P < α 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yaitu ada perbedaan

antara pretest dan posttest yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan

tentang cara menyusui yang benar terhadap perilaku ibu dalam menyusui di

Ruang Nifas RSUD Kota Madiun.

73
5.3 Pembahasan

Berikut pembahasan hasil dari perhitungan masing-masing variabel dan ada

tidaknya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku ibu dalam menyusui.

5.3.1 Perilaku ibu dalam menyusui sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

di Nifas RSUD Kota Madiun

Berdasarkan data hasil penelitian terhadap 18 responden sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar dengan skor terendah 24

dan skor tertinggi 39 dengan rata-rata 30,44 yang berarti dalam kategori cukup

Perilaku yang kurang dari responden karena responden kurang mengerti cara

menyusui yang benar.

Penelitian ini menggambarkan beberapa item pernyataan perilaku menyusui.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada item pernyataan “menyiapkan

peralatan, seperti kapas, air hangat, bantal, dan penopang kaki ibu (membersihkan

daerah putting dan sekitar putting dengan kapas dan air hangat sebelum

menyusui)”, sebagian besar responden memilih jawaban tidak pernah sebanyak

94,44% dan jawaban sering 5,55%. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar

responden masih sangat kurang untuk membersihkan putting payudara sebelum

menyusui. Hal ini mungkin disebabkan pengetahuan yang masih kurang dari

responden tentang pentingnya kebersihan payudara sebelum menyusui. Sangat

penting membersihkan putting payudara sebelum menyusui guna mencegah

timbulnya kerak atau kotoran di permukaan putting yang dapat menghambat

keluarnya air susu.

74
Pada pernyataan “setelah menyusui, menyendawakan bayi dengan cara:”,

seluruh responden memilih jawaban tidak pernah 100%. Hal ini menjelaskan

bahwa seluruh responden tidak pernah menyendawakan bayinya karena masih

takut dan khawatir mengubah posisi bayinya untuk disendawakan serta

pengetahuan ibu yang kurang tentang pentingnya menyendawakan bayi setelah

menyusui.

Item pernyataan “setelah bayi menyusu, membasahi putting dan sekitarnya

oleh ASI dan membiarkan kering sendiri”, sebagian besar responden memilih

jawaban tidak pernah sebesar 94,44% dan sisanya memilih jawaban sering sebesar

5,55%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden belum melakukan

membasahi putting dan sekitarnya oleh ASI. Menyusui sesering mungkin dan

melanjutkan dengan mengeluarkan ASI ibu dari payudara setiap kali selesai

menyusui mencegah penyumbatan kelenjar payudara (Prawirohardjo, 2010 dalam

Meihartati, 2016)

Berdasarkan hasil beberapa item pernyataan yang telah dijelaskan di atas

sesuai dengan teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) bahwa

perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi adalah

faktor yang ada dalam diri individu (pengetahuan, sikap, kepercayaan), faktor

pemungkin adalah faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku (sarana dan

prasarana), dan faktor penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya perilaku

(dukungan keluarga dan petugas kesehatan).

Perilaku baik yang harus dimiliki ibu yaitu mau menerima praktik perilaku

cara menyusui yang benar mulai dari membersihkan putting payudara sebelum

75
menyusui dengan rutin dan benar. Menerima dapat diartikan bahwa subjek mau

dan memperhatikan yang diberikan objek (Wawan&Dewi, 2011).

Dari hasil penelitian didapatkan perilaku ibu yang masih kurang seperti

kebersihan putting payudara, menyendawakan bayi, dan membasahi putting

dengan ASI setelah menyusui. Hal ini dikarenakan pengetahuan ibu yang masih

kurang, sehingga perilaku ibu masih dalam rentang cukup. Pendidikan ibu yang

masih banyak pada tingkat Sekolah Menengah Atas dan dengan kehamilan

pertama menyebabkan kurangnya pengetahuan dan kurangnya keinginan ibu

dalam mencari informasi tentang ASI dan menyusui. Dari pengetahuan ibu dan

sikap yang kurang sehingga menyebabkan perilaku ibu dalam menyusui berada

pada rentang skor 24-39.

Hasil penelitian perilaku ibu dalam menyusui juga didukung oleh hasil

penelitian dari Ramlah S, Veni Hadju, Saifuddin Sirajuddin (2014) bahwa

sebagian besar perilaku ibu dalam menyusui dalam rentang 65% sebelum

dilakukan pendidikan Kesehatan.

5.3.2 Perilaku ibu dalam menyusui sesudah dilakukan pendidikan kesehatan

di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun

Berdasarkan data hasil penelitian terhadap 18 responden yang menjadi

kelompok eksperimen di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun sesudah dilakukan

pendidikan kesehatan skor terendah 36 dan skor tertinggi 53 dengan rata-rata

45,89.

76
Pengalaman pribadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku seseorang. Teori menyebutkan bahwa untuk dapat menjadi dasar

pembentukan perilaku, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang

kuat. Media massa juga berpengaruh terhadap perilaku seseorang karena beritanya

yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh

perilaku penulisnya, akibatnya akan berpengaruh perilaku konsumennya. Selain

faktor pengalaman pribadi dari media massa, ada tahap motivasi yang mengubah

seseorang setelah mengikuti pendidikan kesehatan benar-benar mengubah

perilaku sehari-hari (Wawan&Dewi, 2011).

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk

mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan

masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup bersih dan sehat. Sama halnya

dengan proses pembelajaran pendidikan kesahatan memiliki tujuan yang sama

yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak faktor diantaranya

adalah sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses pendidikan dan perubahan

perilaku yang diharapkan (Dermawan & Setiawati, 2008). Peran pendidikan

kesehatan diharapkan menjadi salah satu intervensi kesehatan yang dapat

mengubah perilaku ibu untuk selalu hidup bersih dan sehat guna meningkatkan

kesehatan bayi dan mencegah penyakit pada bayi seperti diare, sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan mereka.

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2007). Alasan peningkatan skor perilaku pada

ibu dalam menyusui di sini adalah karena terjadi peningkatan pengetahuan yang

77
menjadi salah satu faktor predisposisi perilaku, pengetahuan diperoleh dari

pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh peneliti dengan metode ceramah dan

demonstrasi salah satunya yaitu demonstrasi pembersihan putting payudara

dengan kapas dan air hangat. Keuntungan dari metode ceramah dan demonstrasi

yaitu dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret

lebih mudah memahami sesuatu, lebih menarik, peserta didik dirangsang untuk

mengamati, menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan sendiri

(Suliha dkk 2001 dalam Viviyawati 2014). Selain kedua metode tersebut peneliti

juga menggunakan metode pembagian leaflet tentang ASI, seperti manfaat ASI,

waktu dan frekuensi menyusui, cara menyusui yang benar, dan cara penyimpanan

ASI perah.

Pendidikan kesehatan merupakan upaya pencegahan yang efektif untuk bekal

pengetahuan para ibu dalam meningkatkan perilaku dalam menyusui yang benar,

sehingga dapat meningkatkan kesadaran ibu dalam berperilaku hidup bersih dan

sehat guna menurunkan dan mencegah timbulnya penyakit pencernaan pada bayi.

Dari hasil penelitian ini didapatkan perilaku ibu dalam menyusui sudah

meningkat. Hal ini dikarenakan pengetahuan ibu yang meningkat dan informasi

yang didapat melalui pendidikan kesehatan. Ibu semakin mengerti tentang ASI

dan menyusui sehingga perilaku ibu dalam menyusui pun juga berubah dari yang

berada pada rentang skor 24-39 berubah saat posttest dengan berada pada rentang

skor 36-53.

78
Hasil penelitian perilaku ibu dalam menyusui juga didukung oleh hasil

penelitian dari Ramlah S, Veni Hadju, Saifuddin Sirajuddin (2014) bahwa

perilaku ibu meningkat menjadi 98,3% sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.

5.3.3 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku ibu dalam menyusui

di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun

Hasil uji statistik dengan Paired T Test untuk menguji perilaku sebelum dan

sesudah dilakukan pendidikan kesehatan diperoleh nilai p = 0,000 karena nilai p <

α 0,05, dan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang

cara menyusui yang benar terhadap perilaku ibu dalam menyusui di Ruang Nifas

RSUD Kota Madiun.

Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO

yang dikutip Notoatmodjo (2007) adalah dengan pemberian informasi untuk

meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya

seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Salah satu

upaya pemberian informasi yang dapat dilakukan adalah dengan pendidikan

kesehatan.

Lucie (2005) dalam Avrianto (2014) menjelaskan bahwa pendidikan

kesehatan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah. Dalam proses

perubahan perilaku, sasaran diharapkan berubah bukan semata-mata karena

penambahan pengetahuan saja. Namun, diharapkan juga adanya perubahan pada

keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada perilaku yang lebih

baik, produktif, dan menguntungkan. Lebih lanjut Notoatmodjo (2007)

79
menjelaskan suatu perilaku belum tentu mewujudkan suatu tindakan (overt

behaviour). Untuk mewujudkan perilaku menjadi tindakan nyata diperlukan faktor

pendukung (support) atau suatu kondisi yang memungkinkan seperti adanya

fasilitas dan dukungan dari berbagai pihak.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan penelitian di Ruang Nifas RSUD

Kota Madiun, perilaku ibu dalam menyusui pada kelompok eksperimen setelah

dilakukan pendidikan kesehatan sudah lebih baik. Hal ini disebabkan oleh

pengetahuan ibu yang meningkat sehingga perilaku ibu dalam menyusui

meningkat dari yang nilainya cukup menjadi baik.

5.4 Keterbatasan Penelitian

1. Dalam penelitian ini, sebagian responden yang kurang kooperatif karena

emosional yang berubah-ubah setelah melahirkan.

2. Observasi tidak maksimal karena waktu yang kurang mencukupi.

3. Tempat lahan penelitian yang kurang nyaman karena banyaknya keluarga

dari pasien lain yang tidak menjadi sampel sehingga terdengar ramai dan

responden terlihat tidak fokus.

80
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara

menyusui yang benar terhadap perilaku ibu dalam menyusui dapat dirumuskan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Perilaku ibu dalam menyusui sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

sebagian besar berada pada rentang skor terendah 24 dan skor tertinggi 39.

2. Perilaku ibu dalam menyusui sesudah dilakukan pendidikan kesehatan

sebagian besar berada pada rentang skor terendah 36 dan skor tertinggi 53.

3. Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar

terhadap perilaku ibu dalam menyusui sebelum dan sesudah dilakukan

pendidikan kesehatan dengan hasil analisis statistik dengan Paired T Test

didapatkan p-value (0,000 < α 0,05).

5.2 Saran

Sesuai dengan hasil, pembahasan dan kesimpulan penelitian, peneliti ingin

mengemukakan saran antara lain :

1. Bagi RSUD Kota Madiun

Memberikan informasi melalui brosur/leaflet, informasi melalui TV di

Ruangan/Poli tentang ASI dan cara menyusui yang benar sehingga ibu yang

sedang memeriksakan kandungan mengetahui untuk mempersiapkan tahap

menyusui setelah melahirkan.

68
2. Bagi Responden

Responden harus harus mentaati cara menyusui yang benar yang telah

diajarkan melalui pendidikan kesehatan, mencari informasi yang lebih luas

lagi tentang ASI dan menyusui melalui media lainnya.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Meningkatkan program penyuluhan atau pendidikan kesehetan untuk

menambah wawasan tentang ASI bagi ibu menyusui dan bayi.

4. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun

Institusi menambah buku pustaka tentang ASI, pendidikan kesehatan,

perilaku kesehatan untuk menambah sumber dalam penelitian yang dilakukan

mahasiswa.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang cara

menyusui yang benar dengan menggunakan metode pendidikan kesehatan

yang lain dan faktor lain sebagai variabel penelitian.

82
DAFTAR PUSTAKA

Amalia. 2017. Upaya Mengaktifkan Proses Menyusui Pada Ibu Nifas. Surakarta :
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Angsuko, D. 2009. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui dengan


Perilaku Menyusui Bayi Usia 0-6 Bulan di Bidan Yuda Klaten. Surakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian dengan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta

Avrianto Defri. 2014. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan


Tindakan Petani Paprika Di Desa Kumbo Pasuruan Terkait Penggunaan
Alat Pelindung Diri Dari Bahaya Pestisida. Jakarta : Skripsi Universitas
Islam Indonesia.

Azwar, S. 2012. Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Birawa, A.B.P (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Pendidikan Kesehatan.


Bandung: Imperial Bhakti Utama

Buku Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.pdf

Depkes. 2007. Majalah Informasi & Referensi Promosi Kesehatan I No. 3/Tahun
IX. Penerbit Pusat Promosi Kesehatan DepKes RI, Jakarta

http://asilaktasi.com/2015/04/09/cara-mempersiapkan-payudara-sebelum-
menyusui/ di akses pada 1 agustus 2017

idr.iain-antasari.ac.id di akses pada 1 agustus 2017

Jtptunimus-gdl-nurhidayah-5886-2-bab2.pdf di akses pada 1 agustus 2017

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta

. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

83
Novelia, F. 2012. Pengaruh Pemberian Penyuluhan Tentang Cara Menyusui
Terhadap Perilaku Menyusui Bayi. Surakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret

Nursalam. 2013. Metodoogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Ed.3. Jakarta :


Salemba Medika

Profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf

Romiyati. 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui dengan


Perilaku Pemberian ASI Pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Pakualam
Yogyakarta. Yogyakarta : STIKes Aisyiah Yogyakarta

Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

. 2012. Metdologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.


. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta

Susilo, Rakhmat Ns. 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan.


Yogyakarta : Nuha Medika

Swarjana, 2016. Statistik Kesehatan. Denpasar : C.V Andi Offset.

Wawan dan Dewi. 2011. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Wulandari, Ambarwati. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra


Cendekia Press
3557_Jatim_Kota_Madiun_2014.pdf Profil Kesehatan Kota Madiun di akses

pada 14 maret 2017

84
Lampiran 1

SURAT IJIN PENELITIAN

85
86
87
Lampiran 2

PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan menandatangani lembar ini, saya:

Nama :

Usia :

Alamat :

Memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian yang


berjudul “Pengaruh pendidikan kesehatan tentang Cara Menyusi yang Benar
terhadap perilaku ibu dalam menyusui di Ruang Nifas RSUD Kota Madiun”.

Saya telah dijelaskan bahwa jawaban kuesioner ini hanya digunakan untuk
keperluan penelitian dan saya secara suka rela bersedia menjadi responden
penelitian ini.

Madiun, Juli 2017

Yang Menyatakan

( )

88
Lampiran 3

KUESIONER PERILAKU MENYUSUI

No Kode Responden :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

No Pertanyaan SL SR K TP

1. Menyiapkan peralatan, seperti kapas, air hangat, bantal, dan


penopang kaki ibu (membersihkan daerah puting dan sekitar
puting dengan kapas dan air hangat sebelum menyusui)

2. Memilih posisi yang paling nyaman untuk menyusui. Jika


posisi duduk, punggung bersandar (tegap) dan kaki diberi
penyangga (tidak boleh menggantung)

3. Membaringkan bayi diatas bantal dengan baik dan posisi bayi


menghadap perut ibu

4. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus serta
kepala tidak menengadah

5. Melakukan masasse payudara dan mengeluarkan sedikit ASI


untuk membasahi puting susu

6. Menopang payudara dengan tangan kiri atau kanan dengan


empat jari menahan bagian bawah areola mammae sampai bayi
membuka mulut

7. Setelah bayi siap menyusu memasukkan puting susu sampai


daerah areola mammae masuk ke mulut bayi menempel pada
payudara ibu

89
8. Mempertahankan posisi bayi yang tepat dan nyaman sehingga
memungkinkan bayi dapat menghisap dengan benar

9. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan

10. Menyusui bayi selama ia mau dan memberikan ASI secara


bergantian pada kedua payudara

11. Setelah bayi selesai menyusu, membasahi puting susu dan


skitarnya oleh ASI dan membiarkan kering sendiri

12. Setelah menyusu, menyendawakan bayi dengan cara:

a. Menegakkan bayi dan menyandarkan bayi di pundak,


kemudian menepuk punggung secara perlahan
b. Menelungkupkan bayi secara melintang di atas
pangkuan ibu kemudian menggosok-gosok punggung
c. Menundukkan bayi diatas pangkuan dengan punggung
bersandar pada dada kemudian menepuk secara
perlahan
13. Bayi tampak tenang (bayi tidur pulas, tidak rewel)

14. Puting susu ibu tidak terasa nyeri

Keterangan:

SL : Selalu (setiap kali menyusui)

SR : Sering (dari anjuran 8 kali menyusui, ibu hanya melakukan 4-6 kali dari
semua prosedur menyusui)

K : Kadang-kadang (dari anjuran 8kali menyusui, ibu hanya melakukan 1-3


kali dari semua prosedur menyusui)

TP : Tidak Pernah melakukan

90
Lampiran 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN

CARA MENYUSUI YANG BENAR

Topik : Cara Menyusui Yang Benar

Sub Topik : Pengertian, manfaat pemberian ASI, posisi menyusui,


waktu dan frekuensi menyusui, cara penyimpanan ASI
perah, cara menyusui yang benar

Sasaran : Seluruh ibu hamil di Ruang Bersalin RSUD Kota Madiun

Tempat : Ruang Bersalin RSUD Kota Madiun

Hari/Tanggal : -

Waktu : 30 menit

Penyuluh : Ela Anggi Prismadani

I. Analisa Data
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif merupakan pilihan asupan nutrisi yang sangat
baik bagi bayi. Namun, masih banyak ibu yang salah mengartikan pengertian
dari ASI Eksklusif, dimana mereka biasanya hanya memfokuskan bahwa ASI
Ekskusif hanya tidak memperbolehkan pemberian makanan tambahan saja.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian Air
Susu Eksklusif, ASI Ekskusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan tanpa menambahkan dan/atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain.

91
Berdasarkan data dari United Nations Children’s Fund (UNICEF) pada tahun
2012 hanya 39% bayi di bawah usia 6 bulan yang mendapat ASI secara
eksklusif di seluruh dunia. Angka tersebut juga tidak mengalami kenaikan pada
tahun 2015, yaitu hanya 40% keberhasilan pemberian ASI eksklusif di seluruh
dunia. Mengacu pada target program tahun 2014 sebesar 80%, maka secara
nasional cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% belum mencapai
target dari 4.749.791 bayi 0 tahun. Hanya terdapat satu provinsi yang berhasil
mencapai target yaitu Nusa Tenggara Barat sebesar 84,7%. Untuk provinsi
Jawa Timur belum memenuhi target renstra yaitu sebesar 74% pemberian ASI
Eksklusif (Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2015). Cakupan ASI Eksklusif
di Kota Madiun pada tahun 2014 sebesar 67,16% dari 2.810 kelahiran hidup.
Cakupan ini mengalami peningkatan 1,43% dibanding cakupan pada tahun
2013 yakni 65,7%, namun masih dibawah target nasional yaitu 75% (Profil
Kesehatan Kota Madiun, 2014).
Dalam rangka menanggulangi dampak krisis ekonomi terhadap status
kesehatan dan gizi pada keluarga miskin, berbagai langkah dan upaya terus
dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satu upayanya adalah
peningkatan pengetahuan ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif pada
bayi melalui pendidikan kesehatan, sehingga diharapkan terjadi peningkatan
tumbuh kembang secara optimal. Untuk itu diperlukan peran serta tenaga
kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang pemberian ASI
eksklusif yang baik dan benar pada ibu hamil dan menyusui. Salah satunya
ialah cara menyusui yang benar meliputi posisi badan dan ibu bayi, posisi
mulut bayi dan puting susu ibu, serta posisi menyusui yang benar. Pendidikan
kesehatan ASI eksklusif sebaiknya ditargetkan ke semua lapisan masyarakat
baik di perkotaan maupun pedesaan dengan tidak membedakan tingkat
pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, umur maupun tempat tinggal.

B. Kebutuhan Ibu Hamil


Ibu hamil yang akan melahirkan di Ruang Bersalin RSUD Kota Madiun
membutuhkan penyuluhan kesehatan tentang Cara Menyusui Yang Benar

92
sebagai upaya peningkatan pemberian ASI Eksklusif yang belum mencapai
target untuk wilayah Kota Madiun. Penyuluhan kesehatan ini akan menambah
pengetahuan ibu hamil dan merubah perilaku ibu dalam menyusui sebagai
upaya peningkatan pemberian ASI dengan benar.

C. Karakteristik Ibu Hamil


1. Tingkat pengetahuan dasar : ibu hamil di Ruang Bersalin RSUD Kota
Madiun.
2. Sosial : interaksi dengan lingkungan sosialnya cukup baik.
3. Kepercayaan : Islam

II. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan mengenai Cara Menyusui Yang Benar, para ibu
hamil di Ruang Bersalin RSUD Kota Madiun mampu memahami dan
menerapkan perilaku menyusui.

III. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan mengenai cara menyusui yang benar selama 1 x
30 menit ibu hamil di Ruang Bersalin RSUD Kota Madiun mampu memahami
dan menerapkan perilaku menyusui:
1. Memahami pengertian cara menyusui yang benar
2. Memahami manfaat pemberian ASI
3. Memahami posisi menyusui
4. Memahami waktu dan frekuensi menyusui
5. Memahami cara penyimpanan ASI perah
6. Memahami cara menyusui yang benar

IV. Materi (terlampir)


1. Pengertian ASI
2. Manfaat pemberian ASI
3. Posisi menyusui

93
4. Waktu dan frekuensi menyusui
5. Cara penyimpanan ASI perah
6. Cara menyusui yang benar

V. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi

VI. Media dan Alat Pengajaran


1. Leaflet
2. Phantom bayi

VII. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

1 Pembukaan Memberikan salam Menjawab salam


5 menit Perkenalan Mendengarkan
Menjelaskan tujuan penyuluhan dan
Memberikan pretest berupa kuesioner memperhatikan
tentang pengetahuan dan perilaku Menjawab
menyusui pretest
Menyebutkan tema materi
penyuluhan
2 Inti Menanyakan (review) kepada ibu Menjawab
pertanyaan
15 menit hamil tentang definisi cara menyusui penyuluh
yang benar menurut pengetahuan ibu Mendengarkan
hamil dan
memperhatikan
Menjelaskan materi Cara Menyusui
Bertanya pada
Yang Benar : penyuluh bila
a. Pengertian masih ada yang
b. Manfaat pemberian ASI kurang jelas
ikut

94
c. Posisi menyusui berpartisipasi
aktif dalam
d. Waktu dan frekuensi menyusui demonstrasi
e. Cara menyusui yang benar cara menyusui
f. Cara penyimpanan ASI perah yang benar
Demonstrasi cara menyusui yang
benar
3 Evaluasi Meminta ibu hamil untuk menjawab Menyebutkan
5 menit pertanyaan penyuluh dan
Memberikan post test berupa menjelaskan
kuesioner tentang perilaku menyusui jawaban
Menjawab Post
Test
4 Penutup Mengucapkan terimakasih dan salam Memperhatikan
5 menit penutup Menjawab
salam

VIII. Referensi

95
LAMPIRAN MATERI SAP CARA MENYUSUI YANG BENAR

Pengertian
Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik pada awal usia kehidupan bayi.
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam
organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bayi.

Manfaat pemberian ASI


a. Bagi Bayi

1. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.

Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang

baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan

mengurangi obesitas.

2. Mengandung antibodi

Mekanisme pembentukan antibodi pada bayi adalah sebagai berikut :

apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk antibodi

dan akan disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit. Antibodi di

payudara disebut mammae associated immonocompetent lymphoid

tissue (MALT). Kekebalan terhadap penyakit saluran pernapasan yang

ditransfer disebut Bronchus associated immunocompetent lymphoid

tissue (BALT) dan untuk penyakit saluran pencernaan ditransfer

melalui Gut associated immunocompetent lymphoid tissue (GALT).

Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi terhadap bakteri

E.Coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.Coli

96
dalam tinja bayi tersebut juga rendah. Di dalam ASI kecuali antibodi

terhadap enterotoksin E.Coli, juga pernah dibuktikan adanya antibodi

terhadap salmonella typhi, shigela dan antibodi terhadap virus, seperti

rota virus, polio dan campak.

3. ASI yang mengandung komposisi yang tepat

Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri

dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang

diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.

4. Mengurangi kejadian karies gigi

Insiden karies gigi pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih

tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui

dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi

lebih lama kontak dengan susu formula dan menyebabkan asam yang

terbentuk akan merusak gigi.

5. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu

dan bayi.

Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak

kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor

maupun sosial yang lebih baik.

6. Terhindar dari alergi

Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu

formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan

97
alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang

ditunda akan mengurangi kemungkinan alergi.

7. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3

untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang

mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari

rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar

dari kerusakan sel-sel saraf otak.

8. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi

karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

b. Bagi Ibu

1. Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf sensorik

sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin

masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada

ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98%

metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah

kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif)dan belum terjadi

menstruasi kembali.

98
2. Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin

oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan

mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan

berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi

anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang

menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui. Mencegah

kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara

eksklusif. Penelitian membuktikan ibu yang memberikan ASI secara

eksklusif memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium

25% lebih kecil dibanding yang tidak menyusui secara eksklusif.

3. Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat

kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil,

badan bertambah berat selain karena ada janin juga karena penimbunan

lemak pada tubuh, cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan

sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui,

tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan

lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.

Logikanya, jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat

kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.

99
4. Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga

untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang

dibutuhkan oleh semua manusia (Ambarwati dan Wulandari 2010).

c. Bagi keluarga

1. Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk

membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali

itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih

jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

2. Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang,

sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan

bayi dan keluarga.

3. Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan

saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot

yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain (Ambarwati

dan Wulandari, 2010).

d. Bagi negara

1. Menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi

2. Menghemat devisa negara

3. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

100
4. Peningkatan kualitas generasi penerus (Ambarwati dan Wulandari

2010).

Posisi Menyusui
Posisi badan ibu dan bayi :

a) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.

b) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.

c) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.

d) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.

e) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

f) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis

dengan leher dan lengan bayi.

g) Jauhkan hidung bayi pada payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi

dengan lengan ibu bagian dalam.

Posisi mulut bayi dan puting susu ibu :

a) Payudara dipegang dengan cara ibu jari diatas jari yang lain menopang

dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk

dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang payudara).

b) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek).

c) Posisikan putting susu di atas “bibir atas”

d) Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi.

e) Setelah bayi menyusu/menghisap payudara dengan baik, payudara tidak

perlu dipegang atau disangga lagi.

101
f) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus

bayi.

Waktu dan frekuensi menyusui


a) Menyusui bayi tidak perlu dijadwal. Saat bayi sudah lahir segera disusui.

b) ASI ada dalam lambung bayi hingga habis diserap berlangsung dalam 2

jam, oleh karena itu usahakan bayi menyusu lagi dalam 2 jam.

c) Bayi yang sehat akan menyusu dan mengosongkan payudara selama 5 – 7

menit (Purwanti, 2004 dalam Dhames, 2009).

Cara penyimpanan ASI perah


Di dalam ruangan dengan suhu 27-32oC kolostrum dapat disimpan selama 12

jam, sedangkan dalam lemari es pada suhu 0-4oC akan tahan selama 1-2 hari.

Setelah selesai menyusui, payudara harus dikosongkan dan ASI dapat disimpan

dalam suhu ruangan sampai 8 jam. Jika disimpan di dalam freezer (pintu

terpisah) dapat bertahan hingga 6 bulan, sedangkan di freezer1 pitu tahan

selama 2-3 jam. Cara pemberiannya dengan menghangatkan ASI di dalam

botol atau wadah yang direndamkan ke dalam air hangat (suhu kurang lebih

50oC). Jika tidak mempunyai lemari es perahan ASI dapat ditaruh pada botol

kaca bekas selai dengan tutup plastik dan dibungkus dalam kantung plastik

atau plastik klip yang tebal dan simpan dalam coolbox untuk penyimpanan di

rumah. Tempat menyimpan ASI sebaiknya terbuat dari bahan plastik

polietylen, atau gelas kaca (Ambarwati dalam Wulandari, 2010).

102
Cara menyusui yang benar
1. Cara menyusui dengan sikap duduk :

a. Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang rendah

agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada

sandaran kursi.

b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat

sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.

c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di

atas pangkuan ibu dengan cara :

1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada

lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala

bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan

telapak tangan ibu.

2) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu yang satu di

depan.

3) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara.

4) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

5) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.

d. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari

menekan payudara bagian atas ereola.

103
e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan

cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut

bayi.

f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.

Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi,

sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi

akan menekan ASI keluar dari gtempat penampungan ASI yang

terletak di bawah areola (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

g. Bila mengambil posisi telungkup, bayi ditidurkan di meja dengan

kepaa bayi mengarah ke payudara ibu. Posisi ini akan menguntungkan

untuk bayi kembar. Segera setelah persalinan, posisi menyusu yang

terbaik adalah ditelungkupkan di perut ibu sehingga kulit ibu

bersentuhan dengan kulit bayi (Purwanti, 2004 dalam Dhames 2009).

2. Melepas isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya

diganti menyusui pada payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi :

a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut

bayi atau,

b) Dagu bayi ditekan ke bawah.

3. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan

(yang dihisap terakhir).

104
4. Setelah menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.

5. Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung

supaya bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah menyusu. Cara

menyendawakan bayi:

1) Bayi degendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemuadian

punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

2) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-

usap punggung bayi sampai bersendawa.

3) Mendudukkan bayi diatas pangkuan dengan punggung bersandar pada

dada kemudian menepuk punggung secara perlahan.

105
Lampiran 5
TABULASI DATA
HASIL PRETEST KELOMPOK EKSPERIMEN
No Usia Pekerjaan Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Total
Responden Skor
1 26 IRT SMK 1 4 4 4 4 4 3 2 2 2 1 1 3 4 39
2 28 Wiraswasta SMA 3 3 3 2 1 1 1 4 4 4 1 1 4 2 24
3 32 Wiraswasta SMA 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 3 4 29
4 24 Wiraswasta SMK 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 3 4 29
5 24 Wiraswasta SMP 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 25
6 25 IRT SMA 1 2 3 2 1 1 2 4 4 3 3 1 3 2 32
7 30 IRT SMP 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 4 4 27
8 28 IRT SMA 1 2 2 2 4 2 1 2 2 2 1 1 3 4 29
9 30 Wiraswasta S1 1 2 2 2 3 1 2 3 3 2 1 1 4 4 31
10 22 IRT SMK 1 2 1 2 4 2 2 2 4 2 1 1 4 4 32
11 28 Wiraswasta SMK 1 1 2 2 4 2 2 2 3 3 1 1 4 4 32
12 35 IRT S1 1 1 2 2 4 2 2 2 3 3 1 1 4 4 32
13 34 PNS S1 1 2 3 3 4 2 3 3 3 3 1 1 3 4 36
14 24 IRT SMK 1 1 2 2 4 2 2 2 3 3 1 1 4 4 32
15 26 IRT SMK 1 1 1 2 4 2 2 2 3 3 1 1 4 4 31
16 24 IRT SMK 1 1 1 2 4 2 2 2 3 3 1 1 4 2 29
17 28 IRT SMA 1 1 1 2 4 2 2 3 3 3 1 1 3 3 30
18 26 IRT SMK 1 1 1 2 4 2 2 2 3 3 1 1 3 3 29

106
TABULASI DATA
HASIL POSTTEST KELOMPOK EKSPERIMEN
No Usia Pekerjaan Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Total
Responden Skor
1 26 IRT SMK 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 53
2 28 Wiraswasta SMA 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 49
3 32 Wiraswasta SMA 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 48
4 24 Wiraswasta SMK 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 45
5 24 Wiraswasta SMP 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 50
6 25 IRT SMA 2 3 3 2 2 2 2 4 4 3 3 2 3 4 39
7 30 IRT SMP 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 46
8 28 IRT SMA 2 3 2 2 4 2 2 3 3 2 2 2 3 4 36
9 30 Wiraswasta S1 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 52
10 22 IRT SMK 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 49
11 28 Wiraswasta SMK 2 2 3 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 4 44
12 35 IRT S1 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 4 4 50
13 34 PNS S1 3 3 4 3 4 2 4 4 3 4 3 3 3 4 47
14 24 IRT SMK 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 2 4 4 44
15 26 IRT SMK 3 3 4 3 4 3 2 3 4 4 3 3 4 4 47
16 24 IRT SMK 3 2 3 2 4 3 2 3 4 4 3 2 4 3 41
17 28 IRT SMA 3 3 2 3 4 3 2 3 4 4 3 2 4 4 44
18 26 IRT SMK 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 2 4 4 42

107
Lampiran 6
HASIL DISTRIBUSI FREKUENSI
USIA

Statistics

usia

N Valid 18

Missing 0

Mean 27.44

Median 27.00
a
Mode 24

Std. Deviation 3.634

Minimum 22

Maximum 35

a. Multiple modes exist. The smallest


value is shown

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 22 1 5.6 5.6 5.6

24 4 22.2 22.2 27.8

25 1 5.6 5.6 33.3

26 3 16.7 16.7 50.0

28 4 22.2 22.2 72.2

30 2 11.1 11.1 83.3

32 1 5.6 5.6 88.9

34 1 5.6 5.6 94.4

35 1 5.6 5.6 100.0

Total 18 100.0 100.0

108
HASIL ANALISIS
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PENDIDIKAN * PEKERJAAN 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%

PENDIDIKAN * PEKERJAAN Crosstabulation

Count

PEKERJAAN

IRT SWASTA PNS Total

PENDIDIKAN SMP 1 1 0 2

SMA 9 4 0 13

SARJANA 1 1 1 3

Total 11 6 1 18

Statistics

PENDIDIKAN PEKERJAAN

N Valid 18 18

Missing 0 0

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMP 2 11.1 11.1 11.1

SMA 13 72.2 72.2 83.3

SARJANA 3 16.7 16.7 100.0

109
PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMP 2 11.1 11.1 11.1

SMA 13 72.2 72.2 83.3

SARJANA 3 16.7 16.7 100.0

Total 18 100.0 100.0

PEKERJAAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 11 61.1 61.1 61.1

SWASTA 6 33.3 33.3 94.4

PNS 1 5.6 5.6 100.0

Total 18 100.0 100.0

110
DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL PRETEST DAN POSTTEST

Statistics

hasil_pretest

N Valid 18

Missing 0

Mean 30.44

Median 30.50
a
Mode 29

Std. Deviation 3.518

Minimum 24

Maximum 39

Percentiles 95 39.00

a. Multiple modes exist. The smallest value


is shown

hasil_pretest

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 24 1 5.6 5.6 5.6

25 1 5.6 5.6 11.1

27 1 5.6 5.6 16.7

29 5 27.8 27.8 44.4

30 1 5.6 5.6 50.0

31 2 11.1 11.1 61.1

32 5 27.8 27.8 88.9

36 1 5.6 5.6 94.4

39 1 5.6 5.6 100.0

Total 18 100.0 100.0

111
Statistics

hasil_posttest

N Valid 18

Missing 0

Mean 45.89

Median 46.50

Mode 44

Std. Deviation 4.497

Minimum 36

Maximum 53

Percentiles 95 53.00

hasil_posttest

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 36 1 5.6 5.6 5.6

39 1 5.6 5.6 11.1

41 1 5.6 5.6 16.7

42 1 5.6 5.6 22.2

44 3 16.7 16.7 38.9

45 1 5.6 5.6 44.4

46 1 5.6 5.6 50.0

47 2 11.1 11.1 61.1

48 1 5.6 5.6 66.7

49 2 11.1 11.1 77.8

50 2 11.1 11.1 88.9

52 1 5.6 5.6 94.4

53 1 5.6 5.6 100.0

Total 18 100.0 100.0

112
Lampiran 7
HASIL UJI PAIRED T TEST

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pretest perilaku menyusui 30.44 18 2.549 .601

posttest perilaku menyusui 45.89 18 4.497 1.060

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pretest perilaku menyusui &


18 .046 .857
posttest perilaku menyusui

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t Df tailed)

Pair 1 hasil prestest postest


-14.889 4.600 1.084 -17.177 -12.601 -13.731 17 .000
perilaku menyusui

113
Lampiran 8

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

SPSS 16

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 18 100.0


a
Excluded 0 .0

Total
18 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.923 .917 14

114
Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Cronbach's Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted

soal1 37.67 54.118 .830 .976 .911

soal2 37.39 54.016 .815 .940 .911

soal3 37.28 55.036 .806 .869 .912

soal4 37.22 57.830 .804 .954 .913

soal5 36.28 66.330 .477 .909 .937

soal6 37.28 55.036 .871 .959 .909

soal7 37.39 55.428 .764 .898 .913

soal8 36.89 60.693 .563 .871 .920

soal9 36.72 63.977 .520 .803 .925

soal10 36.78 62.418 .490 .845 .922

soal11 37.89 53.869 .868 .968 .909

soal12 38.00 54.706 .939 .978 .907

soal13 36.28 63.036 .560 .843 .921

soal14 36.22 64.183 .690 .898 .926

115
116
Lampiran 9

Hasil Uji Normalitas Data

SPSS 16

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


perilaku_
menyusui N Percent N Percent N Percent

total skor perilaku Pretest 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%


menyusui
Posttest 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%

Descriptives

perilaku_menyusui Statistic Std. Error

total skor perilaku pretest Mean 31.00 .758


menyusui
95% Confidence Interval for Lower Bound 29.40
Mean
Upper Bound 32.60

5% Trimmed Mean 30.89

Median 31.00

Variance 10.353

Std. Deviation 3.218

Minimum 25

Maximum 39

Range 14

Interquartile Range 3

Skewness .691 .536

Kurtosis 1.424 1.038

postest Mean 45.89 1.060

95% Confidence Interval for Lower Bound 43.65


Mean
Upper Bound 48.13

117
5% Trimmed Mean 46.04

Median 46.50

Variance 20.222

Std. Deviation 4.497

Minimum 36

Maximum 53

Range 17

Interquartile Range 6

Skewness -.503 .536

Kurtosis -.048 1.038

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
perilaku_
menyusui Statistic df Sig. Statistic df Sig.

total skor perilaku Pretest .211 18 .033 .937 18 .253


menyusui *
Posttest .115 18 .200 .974 18 .865

a. Lilliefors Significance
Correction

*. This is a lower bound of the true


significance.

118
Lampiran 10

JADWAL KEGIATAN

Bulan
No
Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017
Pembuatan dan
1.
Konsul Judul
Penyusunan
2.
Proposal
Bimbingan
3.
Proposal
Ujian
4.
Proposal
Revisi
5.
Proposal
Pengambilan
6.
Data
Penyusunan dan
7.
Konsul Skripsi
Ujian
8.
Skripsi

119
Lampiran 11

Leaflet

120

Anda mungkin juga menyukai