OLEH:
AMELIA AJENG SYALSADILLA
NIM : 201905007
OLEH:
AMELIA AJENG SYALSADILLA
NIM : 201905007
ii
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan dalam ujian akhir program
Judul : Efektivitas KIE Tentang Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan
Pola Asuh Ibu Dengan Balita Stunting Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Gondang
Pembimbing I
Pembimbing II
iv
LEMBAR PENGESAHAN
v
KATA PENGANTAR
Selesainya Skripsi ini tak lepas dari bantuan dan dukungan serta bimbingan dari
1) Dr. Windu Santoso, M.Kep selaku Rektor Universitas Bina Sehat PPNI
2) Dr. Tri Ratnaningsih, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku Dekan Universitas Bina
3) Indra Yulianti, SST., Bd., M.Kes selaku Ka. Prodi S1 Kebidanan yang telah
melakukan penelitian
4) Naning Puji S, SST., Bd., M.Kes selaku penguji utama yang telah bersedia
5) Heni Frilasari, SST., Bd., M.Kes selaku pembimbing I Skripsi yang telah
vi
6) Ariu Dewi, SST., Bd., M.Kes selaku pembimbing II Skripsi yang telah
7) Staff Dosen Universitas Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto yang telah
Akhirnya peneliti menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna,
Peneliti
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Jangan menilai saya dari kesuksesan, tetapi nilai saya dari seberapa sering saya
(Nelson Mandela)
Persembahan
1. Kedua orang tua saya, mama dan ayah. Terimakasih atas doa, semangat,
motivasi, pengorbanan, nasihat serta kasih sayang yang tidak pernah henti
sampai saat ini.
2. Eyang a’ung dan kedua saudari kandung saya, mba Aulia Ajeng Syafitri dan
dek Ayufatma Ajeng Nirmala yang selalu memberi nasihat, motivasi, menjadi
pendengar yang baik dan penghibur dikala jenuh melanda.
3. Teman-teman S1 Kebidanan angkatan 2019 Universitas Bina Sehat PPNI
Mojokerto. Terimakasih untuk cerita dan pengalaman selama 4 tahun ini.
Semangat dan semoga lancar menggapai impian masing-masing.
4. Beberapa sahabat saya, Almh Aini Nur Rahmawati yang beberapa waktu
terakhir masa hidupnya selalu memberi support penuh dan pengingat hal-hal
baik. Afrinda Lola N dan juga M Amin Zakaria (Arya) yang juga selalu
menjadi pendengar juga penyemangat yang amat baik dan selalu ada, Sofi Nur
F yang selalu bersedia membantu kapanpun, serta Fira T yang senantiasa
membersamai hingga sidang akhir.
5. Dosen dan staff Universitas Bina Sehat PPNI Mojokerto. Terimakasih atas
ilmu dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk bisa menyelesaikan
skripsi ini. Terimakasih atas dukungan dan arahannya.
6. Seluruh responden yang telah memberikan waktu dan informasi untuk
membantu penyelesaian skripsi ini.
7. Seseorang yang namanya selalu ada dalam hati dan ingatan saya “Shaktiawan
L P”, yang mana sudah mau membersamai hingga saya mendapat gelar sarjana.
viii
Walaupun kondisi kita selalu ups and downs, tapi kamu akan jadi salah satu
alasan berhasilnya aku mengerjakan tugas akhir ini. Semoga aku dan kamu
dapat berakhir indah suatu saat nanti.
8. Terakhir dan yang paling penting, diri saya sendiri. Terimakasih karena sudah
berjuang sampai sejauh ini. Terimakasih karena tidak mengabaikan kesehatan
selama mengerjakan skripsi. Terimakasih karena masih mau kembali bangkit
dari keterpurukan dan tetap waras disaat banyak hal yang harus diselesaikan
walaupun jalannya harus sambil tertatih-tatih. Terimakasih sudah sampai di
titik ini. Aku bangga!
ix
ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS OF KIE ABOUT BALANCED NUTRITION ON
THE KNOWLEDGE OF MOTHERS WITH STUNTING TODDLERS IN THE
WORKING AREA OF THE UPTD PUSKESMAS GONDANG
By:
Amelia Ajeng Syasadilla
Stunting is a condition where a person's height is less than normal based on age
and gender. The main cause of stunting is the mother's lack of knowledge about
parenting patterns that fulfill balanced nutrition and one way to overcome this is
by providing education. The aim of this research is to determine the effectiveness
of education about balanced nutrition on knowledge of parenting patterns of
mothers with stunting toddlers in the Gondang Community Health Center UPTD
Work Area. The method used in this research was cross sectional with a one
group pre-test post-test design. The population in this study was 69 mothers with
stunted toddlers in the Gondang Community Health Center UPTD area. The data
obtained will be tested using the Wilcoxon test and displayed in the form of a
distribution table. The results of the researchers' findings showed that there was
an increase in mothers' knowledge about balanced nutrition parenting before and
after being given KIE with a p-value <0.00001, which means that KIE about
balanced nutrition was effective in increasing knowledge of mothers' parenting
patterns with stunting toddlers in the Gondang Community Health Center UPTD
working area.
x
ABSTRAK
Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang yang kurang dari normal
berdasarkan usia dan jenis kelamin. Penyebab utama terjadinya stunting adalah
karena faktor pengetahuan ibu yang kurang tentang pola asuh pemenuhan gizi
seimbang dan salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan pemberian
edukasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas edukasi
tentang gizi seimbang terhadap pengetahuan pola asuh ibu dengan balita stunting
di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gondang. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cross sectional dengan rancangan one group pre-test post-
test. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dengan balita stunting di wilayah
UPTD Puskesmas Gondang berjumlah 69 orang. Data yang diperoleh akan diuji
menggunakan uji wilcoxon dan di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi. Hasil
temuan peneliti diperoleh terjadi peningkatan pengetahuan ibu tentang pola asuh
gizi seimbang sebelum dan sesudah diberikan KIE dengan p-value <0,00001,
yang artinya KIE tentang gizi seimbang efektif meningkatkan pengetahuan pola
asuh ibu dengan balita stunting di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gondang.
xi
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
ABSTRACT............................................................................................................x
ABSTRAK.............................................................................................................xi
DAFTAR ISI........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
Tujuan Umum..............................................................................................6
Tujuan Khusus.............................................................................................6
xii
2.1 Konsep Tiap Variabel................................................................................8
2.1.2 Stunting.............................................................................................13
3.2.1 Populasi.............................................................................................72
3.2.2 Sampling...........................................................................................72
3.2.3 Sampel..............................................................................................73
xiii
3.6.2 Analisis Data.....................................................................................82
3.7.3 Anonimity.........................................................................................84
3.7.4 Kerahasiaan.......................................................................................84
3.8 Keterbatasan.............................................................................................84
4.2 Pembahasan..............................................................................................89
5.1 Kesimpulan...............................................................................................95
5.2 Saran..........................................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................98
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang yang kurang dari normal
berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tinggi badan merupakan salah satu jenis
MKes(Epid), 2020). Menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat
standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan
kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi
berulang/kronis yang terjadi dalam 1000 HPK (dr Desi Fajar Susanti, M.Sc, Sp.A
Upaya pemerintah Indonesia dalam menurunkan angka stunting dapat dilihat dari
Percepatan Penurunan Stunting yang telah dilaksanakan sejak tahun 2018. Strategi
air minum dan sanitasi (Reyhan, 2022). Hingga saat ini, stunting masih menjadi
1
2
negara Asia Tenggara, prevalensi stunting adalah Myanmar 35%, Vietnam 23%,
stunting di dunia mencapai 22% atau sebanyak 149,2 juta pada tahun 2020
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) bahwa prevalensi stunting di Indonesia turun
mengharapkan di masa yang normal tahun ini penurunan kasus stunting bisa lebih
tajam lagi sehingga target penurunan stunting di angka 14% pada tahun 2024
dapat tercapai. Standard WHO terkait prevalensi stunting harus di angka kurang
dari 20%. Secara jumlah yang paling banyak penurunan angka stunting adalah
Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Banten (Tarmidzi,
2023).
sebesar 23,5% (Annur, 2023) Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI)
mencapai 19,2% pada tahun 2022. Provinsi ini menduduki peringkat ke-25
dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Indonesia tahun lalu. Pada tahun
2022 Jawa Timur berhasil memangkas angka balita stunting sebesar 4,3 poin dari
tahun sebelumnya. Berdasarkan data Dinas Kominfo Wakil Gubernur Jawa Timur
13,5% pada tahun 2024 mendatang. Target tersebut, tercatat lebih rendah dari
3
target pemerintah pusat yaitu 14%. Berdasarkan data yang dirilis oleh Survei
Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), Target dan Capaian Prevalensi Stunting di
Jawa Timur dari tahun 2019 hingga 2021 terus mengalami penurunan. Walaupun
belum sampai menyentuh target tahunan, namun tercatat menurun dari 26,86%
pada 2019 menjadi 25,64% pada 2020. Kemudian menjadi 23,5% pada tahun
Mojokerto sebesar 27,4%. Hal ini termasuk dalam kategori daerah tertinggi nomor
7 dari 10 daerah di wilayah jawa timur yang mengalami tingginya angka kejadian
mengalami penurunan yakni sebesar 11,6%. Meski turun dari tahun sebelumnya,
Gondang, pada tahun 2022 terdapat balita stunting sebesar 3,8% atau sebanyak 69
anak dari jumlah riil balita sebesar 2.625 anak. Angka kejadian stunting tersebut
bahwa penyebab utama terjadinya stunting adalah karena faktor pengetahuan ibu
yang kurang tentang pola asuh pemenuhan gizi seimbang. Berdasarkan hasil studi
dari 69 ibu dengan balita stunting terdapat 29 ibu dengan pengetahuan pola asuh
4
baik tentang gizi seimbang, dan 20 ibu dengan pengetahuan cukup tentang pola
asuh gizi seimbang, serta 20 ibu dengan pengetahuan kurang tentang pola asuh
gizi seimbang. Setelah diketahui data tersebut perlu diadakan KIE tentang gizi
terhaadap makanan bergizi, asupan vitamin dan mineral yang cukup. Selain itu,
masalah asupan gizi selama bayi didalam kandungan maupun masa balita, dan
intervensi. Intervensi yang paling menentukan yaitu pada 1000 HPK (Hari
tentang faktor penyebab terjadinya malnutrisi ada dua, yakni faktor penyakit dan
asupan zat gizi. Kedua faktor ini berhubungan dengan faktor pola asuh, akses
paling dominan berpengaruh terhadap kejadian stunting adalah pola asuh dan
mengatasi permasalahan gizi, terutama dalam hal asupan gizi keluarga. mulai dari
penyiapan berbagai jenis dan menu makanan, serta pemilihan bahan makanan.
Balita stunting akan lebih rentan terkena penyakit, dan ketika dewasa berisiko
untuk mengidap penyakit degenerative, selain itu kondisi stunting pada anak juga
untuk hidup dalam kemiskinan yang lebih tinggi dimasa dewasa, hal ini
kesehatan berupa konseling, informasi dan edukasi pada orang tua khususnya
kepada ibu tentang pola asuh terkait pemberian makan bergizi seimbang. Pola
asuh ibu sangat menentukan kebiasaan makan anak. Pola makan baik dengan gizi
yang seimbang adalah pola konsumsi makanan yang mengandung gizi lengkap
seperti karbohidrat, protein (hewani dan nabati), sayuran, vitamin dan mineral.
Selain itu intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi
yang cukup luas. Ruang lingkupnya meliputi peningkatan derajat kesehatan dan
gizi pada suatu masyarakat, dan selanjutnya peningkatan akses, mutu, relevansi,
dan daya saing pendidikan. Oleh karena itu, upaya pemerintah untuk mengatasi
Terhadap Pengetahuan Pola Asuh Ibu Dengan Balita Stunting Di Wilayah Kerja
penelitian ini adalah Bagaimana Efektivitas KIE tentang gizi seimbang terhadap
pengetahuan pola asuh ibu dengan balita stunting di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Gondang?
Tujuan Umum
pola asuh ibu dengan balita stunting di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gondang.
Tujuan Khusus
pola asuh ibu dengan balita stunting, sebelum dan sesudah diberikan KIE di
pola asuh ibu dengan balita stunting di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Gondang.
7
agar dapat menambah pengetahuan pada ibu, sehingga ibu dapat menerapkan pola
asuh dengan baik dalam proses pemenuhan gizi terlebih pada balita stunting.
perubahan positif kepada ibu mengenai pentingnya penerapan pola asuh yang
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar memberikan KIE sebagai
acuan dan referensi untuk membantu program pemerintah dalam penurunan angka
tentang gizi seimbang terhadap pengetahuan pola asuh ibu pada balita stunting.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan dan data dasar bagi
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau
lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Masa ini juga
dapat dikelompokkan dalam 2 kelompok besar yaitu anak usia 1−3 tahun (batita)
dan anak prasekolah (3−5 tahun). Proporsi tubuh anak balita mulai berubah,
mendekati bentuk dewasa, begitu juga ukuran dan fungsi organ dalamnya, kondisi
ini akan sangat dipengaruhi salah satunya adalah pemenuhan gizinya. Masa balita
merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu perhatian yang serius.
Pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat pesat yaitu
psikososial harus dimulai sejak dini dan tepat waktu untuk tercapainya
Pertumbuhan anak balita sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor
dalam maupun faktor luar. Faktor dalam dipengaruhi oleh jumlah dan mutu
8
9
merupakan kelompok umur yang paling sering menderita KEP. Beberapa kondisi
dan anggapan orang tua dan masyarakat justru merugikan penyediaan makanan
1. Anak balita masih dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan
2. Anak balita dianggap kelompok umur yang paling belum berguna bagi
keuangan.
3. Ibu sering sudah mempunyai anak kecil lagi atau sudah bekerja penuh,
apalagi mengurusnya.
4. Anak balita masih belum dapat mengurus sendiri dengan baik, dan belum
5. Anak balita mulai turun ke tanah dan berkenalan dengan berbagai kondisi
kepada dirinya.
Anak yang mengalami berat badan kurang apabila dibiarkan maka bisa
badan). Ketiga kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan maka akan menjadi
Jika tidak teratasi, berat badan berlebih, apalagi jika telah mencapai obesitas
akan berlanjut sampai remaja dan dewasa. Sama seperti orang dewasa, kelebihan
berat badan anak terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk
dengan yang keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit olah raga, atau
keduanya. Berbeda dengan dewasa, kelebihan berat badan anak tidak boleh
diturunkan, karena penyusutan berat akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang
proporsi berat terhadap tinggi badan kembali normal. Perlambatan akan dicapai
disebabkan karena kurangnya mineral (Fe) sebagai bahan yang diperlukan untuk
pematangan eritrosit (sel darah merah). Penyebab umum dari anemia adalah tidak
11
memiliki cukup zat besi. Anak-anak dapat mengalami anemia bila tidak ada
kandungan zat besi dalam makanan mereka untuk membuat jumlah normal
yang meningkat akibat pertumbuhan si anak yang pesat dan infeksi akut berulang.
Gejalanya anak tampak lemas, mudah lelah, dan pucat. Selain itu, anak dengan
d. Defisiensi Vitamin A
mata khas yang disebut xerophthalmia atau mata kering. Gangguan penglihatan
ini terutama yang terjadi pada tahun pertama kehidupan, mengganggu kehidupan
psikososial, pendidikan, dan ekonomi bukan hanya pada bayi dan anak tetapi juga
orangtua mereka. Buta akibat kurang gizi dapat menghinggapi siapa saja. Kondisi
dan KEP, paling sering menyerang anak-anak yang kebetulan bermukim di daerah
menunjukkan bagaimana penyakit campak lebih parah dan lebih fatal pada anak-
anak yang menderita xerophtalmia. Anak yang menderita KEP dan KVA lebih
dampak yang cukup serius pada Program Wajib Belajar 9 tahun, karena akan
banyak anak yang tidak dapat mengikuti program dikarenakan drop out dari
sekolah sebelum waktunya. Dampak sosial lain yang lebih besar akibat GAKI ini
perkembangan mental sehingga apabila berada dalam lingkungan yang buruk akan
f. Karies Gigi
Lubang gigi yang terjadi pada anak balita disebabkan oleh karena terlalu
sering makan cemilan yang lengket dan banyak mengandung gula. Karies yang
terjadi pada gigi sulung memang tidak berbahaya, namun kejadian ini biasanya
berlanjut sampai anak memasuki usia remaja, bahkan sampai dewasa. Gigi yang
menembus gusi. Upaya mencegah karies yaitu menggosok gigi dengan pasta gigi
dan bergula.
g. Alergi Makanan
13
yang orang biasa dapat menoleransinya. Alergi makanan tidak jarang terlihat pada
anak (5-8%) dan dewasa (1-2%), terutama mereka yang memiliki riwayat
keluarga sebagai penderita alergi. Bergantung pada jenis makanan yang disantap,
alergi dapat bersifat sementara atau bahkan menetap. Alergi yang dipicu oleh
susu, kedelai, telur, dan tepung terigu dapat reda sendiri, sementara yang
disebabkan oleh kacang, ikan, dan kerang cenderung menetap. Kebanyakan alergi
susu muncul pada tahun pertama kehidupan anak ketika diperkenalkan dengan
susu sapi atau susu formula yang terbuat dari susu sapi. Alergi ini juga dapat
mereda sejalan dengan pertambahan usia, kecuali mereka yang memang bersifat
”atopik”.
2.1.2 Stunting
deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi
berulang/kronis yang terjadi dalam 1000 HPK (dr Desi Fajar Susanti, M.Sc, Sp.A
(K), 2022)
karena kekurangan gizi kronis pada masa awal pertumbuhan menjadi cikal bakal
14
tumbuh kembang yang buruk. Beberapa di antaranya adalah anak akan memiliki
kecerdasan yang rendah (di bawah rata-rata), kurangnya sistem kekebalan tubuh,
dan lebih berisiko terkena penyakit ketika dewasa seperti diabetes, jantung, stroke,
Stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat badannya
dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan
hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek
dari WHOStunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat
badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan
standar, dan hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih
Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi badan per
umur (TB/U) ;
pendapatan dan pekerjaan orangtua, besar anggota keluarga, jarak kelahiran, pola
pemberian makanan pendamping ASI, pola asuh, dan anak yang tidak mau makan
menjadi:
A. Faktor Internal
1. Faktor Genetik
Sebuah meta analisis pada tahun 2016 juga menyimpulkan bahwa tinggi badan
orang tua mempengaruhi kejadian stunting pada anak. Hasil penelitian tersebut
menyebutkan tinggi badan ibu <145 cm berisiko memiliki anak pendek 2,13 kali
dibanding ibu dengan TB normal. Tinggi badan ibu 145- 150 cm memiliki risiko
memiliki anak stunting 1,78 kali dibanding ibu normal, sedangkan TB ibu 150-
155 cm berisiko memiliki anak stunting 1,48 kali dibanding ibu normal.
yaitu faktor internal seperti faktor genetik dan faktor eksternal seperti faktor
penyakit dan asupan gizi sejak usia dini. Hal ini berarti jika ayah pendek karena
gen-gen yang ada pada kromosomnya memang membawa sifat pendek dan gen-
gen ini diwariskan pada keturunannya, maka stunting yang timbul pada anak atau
keturunannya sulit untuk ditanggulangi. Tetapi bila ayah pendek karena faktor
penyakit atau asupan gizi yang kurang sejak dini, seharusnya tidak akan
mempengaruhi tinggi badan anaknya. Anak tetap dapat memiliki tinggi badan
16
normal asalkan tidak terpapar oleh faktor-faktor risiko yang lain (Candra MKes
(Epid), 2020).
Anemia pada ibu hamil sebagian besar disebabkan oleh defisiensi zat gizi
mikro terutama zat besi. Akibat defisiensi zat besi pada ibu hamil akan
dilahirkan sudah malnutrisi. Malnutrisi pada bayi jika tidak segera diatasi akan
stunting. Ibu hamil dengan anemia memiliki resiko yang lebih besar untuk
mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu sehingga dapat terjadi proses
kelahiran imatur (bayi prematur). Pengaruh metabolisme yang tidak optimal juga
terjadi pada bayi karena kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen,
sehingga kecukupan asupan gizi selama di dalam kandungan kurang dan bayi lahir
dengan berat di bawah normal. Beberapa hal di atas juga dapat mengakibatkan
efek fatal, yaitu kematian pada ibu saat proses persalinan atau kematian neonatal.
3. Riwayat BBLR
Ada riwayat BBLR merupakan faktor risiko stunting pada anak 1-2 th. Hasil
analisis pada suatu penelitian disebutkan juga bahwa anak yang mempunyai
riwayat BBLR akan berisiko menjadi stunting 11,88 kali dibanding anak yang
tidak mempunyai riwayat BBLR. Pada analisis multivariat diketahui anak yang
mempunyai riwayat BBLR berisiko menjadi stunting 3 kali dibanding anak yang
17
tidak mempunyai riwayat BBLR. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Adel
kejadian stunting pada anak 1-2 th. Berat badan lahir rendah menandakan janin
kondisi malnutrisi yang akut. Stunting sendiri terutama disebabkan oleh malnutrisi
yang lama. Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari normal (<2500 gr)
mungkin masih memiliki panjang badan normal pada waktu dilahirkan. Stunting
baru akan terjadi beberapa bulan kemudian, walaupun hal ini sering tidak disadari
oleh orangtua. Oleh karena itu anak yang lahir dengan berat badan kurang atau
anak yang sejak lahir berat badannya di bawah normal harus diwaspadai akan
4. Jarak Kelahiran
Anak yang memiliki jarak atau selisih umur dengan saudaranya <2 th
mempunyai risiko menjadi stunting 10,5 kali dibanding anak yang memiliki jarak
≥2 th atau anak tunggal. Pada analisis multivariat diperoleh hasil anak dengan
jarak kelahiran dekat (<2 th) berisiko menjadi stunting 18 kali dibandingkan anak
menjadi stunting 4,6 kali dibanding anak tunggal. Penelitian yang dilakukan
satu orang saudara kandung merupakan faktor risiko stunting pada anak <3 th.
18
optimal dalam merawat anak. Hal ini disebabkan karena anak yang lebih tua
belum mandiri dan masih memerlukan perhatian yang sangat besar. Apalagi pada
keluarga dengan status ekonomi kurang yang tidak mempunyai pembantu atau
pengasuh anak. Perawatan anak sepenuhnya hanya dilakukan oleh ibu seorang
diri, padahal ibu juga masih harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang lain.
Akibatnya asupan makanan anak kurang diperhatikan. Jarak kelahiran kurang dari
dua tahun juga menyebabkan salah satu anak, biasanya yang lebih tua tidak
mendapatkan ASI yang cukup karena ASI lebih diutamakan untuk adiknya.
Akibat tidak memperoleh ASI dan kurangya asupan makanan, anak akan
menderita malnutrisi yang bisa menyebabkan stunting. Untuk mengatasi hal ini
atau ayah harus dihimbau supaya secepat mungkin. menggunakan alat kontrasepsi
untuk mencegah kehamilan. Jarak kehamilan yang terlalu dekat, selain kurang
baik untuk anak yang baru dilahirkan juga kurang baik untuk ibu. Kesehatan ibu
dapat terganggu karena kondisi fisik yang belum sempurna setelah melahirkan
sekaligus harus merawat bayi yang membutuhkan waktu dan perhatian sangat
besar. Ibu hamil yang tidak sehat akan menyebabkan gangguan pada janin yang
B. Faktor Eksternal
ukuran dan massa konstituen tubuh. Pertumbuhan adalah salah satu hasil dari
hidup mengambil dan mengubah zat padat dan cair asing yang diperlukan untuk
Asupan zat gizi yang menjadi faktor risiko terjadinya stunting dapat dikategorikan
menjadi 2 yaitu asupan zat gizi makro atau mikronutrien dan asupan zat gizi
sedangkan asupan zat gizi mikro yang paling mempengaruhi kejadian stunting
adalah asupan kalsium, seng, dan zat besi (Candra MKes (Epid), 2020)
6. Status Ekonomi
Status ekonomi kurang, dapat diartikan daya beli juga rendah sehingga
kemampuan membeli bahan makanan yang baik juga rendah. Kualitas dan
kuantitas makanan yang kurang menyebabkan kebutuhan zat gizi anak tidak
terpenuhi, padahal anak memerlukan zat gizi yang lengkap untuk pertumbuhan
dengan daya beli rendah jarang memberikan telur, daging, ikan atau kacang-
kacangan setiap hari. Hal ini berarti kebutuhan protein anak tidak terpenuhi
karena anak tidak mendapatkan asupan protein yang cukup. Anak sering diasuh
oleh kakak atau neneknya karena ibu harus bekerja membantu suami atau
mengerjakan pekerjaan rumah yang lain. Usia kakak yang masih terlalu muda atau
nenek yang terlalu tua membuat kurangnya pengawasan terhadap anak. Anak
20
anak. Orangtua terkadang tidak mengetahui makanan apa yang diberikan kepada
anak setiap hari. Pada kelompok status ekonomi cukup dimana pengasuhan anak
dilakukan sendiri oleh ibu juga ditemukan masalah yaitu nafsu makan anak yang
kurang. Anak tidak suka masakan rumah, tetapi lebih suka makanan jajanan. Anak
juga tidak mau makan sayur atau buah-buahan. Orangtua tidak mau memaksa
karena jika dipaksa anak akan menangis. Kurangnya konsumsi sayur dan buah
cukup masih banyak dijumpai ibu yang memiliki pengetahuan rendah di bidang
memperoleh informasi tentang gizi. Informasi tentang gizi justru diperoleh dari
tenaga kesehatan yang mereka datangi pada saat anak sakit, itupun hanya sedikit.
Informasi dari media massa maupun media cetak juga tidak banyak diperoleh
kebutuhan gizi keluarga karena harga bahan pangan di negara kita sebenarnya
tidak mahal dan sangat terjangkau. Jenis bahan makanan juga sangat bervariasi
dan dapat diperoleh di mana saja. Namun karena pengetahuan akan gizi yang
kurang menyebabkan banyak orangtua yang beranggapan bahwa zat gizi yang
baik hanya terdapat dalam makanan yang mahal. Membuat masakan yang bergizi
21
aditif yang bisa membahayakan kesehatan. Selain itu makanan jajanan kebersihan
makanan, kurangnya sanitasi yang memadai, lantai tanah di rumah, bahan bakar
memasak berkualitas rendah, dan pembuangan limbah lokal yang tidak memadai
terkait dengan peningkatan risiko pengerdilan anak. Akses ke sumber air yang
aman telah dipelajari dalam sejumlah besar studi, tetapi hasilnya tetap inklusif
karena temuan studi yang tidak konsisten. Studi terbatas tersedia untuk arsenik,
merkuri, dan tembakau lingkungan, dan dengan demikian peran mereka dalam
bahan bakar padat dan mikotoksin bawaan makanan sebagai faktor risiko
a. Jangka pendek
22
tubuh.
b. Jangka Panjang
dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan
dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.
anak, maka perlu diketahui karakteristik anak stunting agar dapat ditangani sedini
2) Anak usia 8-10 tahun lebih tenang dan jarang melakukan kontak mata
3) Perawakan pendek
6) Performa buruk pada tes perhatian dan pembelajaran serta daya ingat yang
buruk.
Pembinaan Gizi Percepatan, dengan fokus pada kelompok umur 1000 hari
3) Nutrisi lengkap
7) Makanan Pendamping ASI untuk bayi di atas 6 bulan sampai 2 tahun (MP-
ASI)
anak,
adalah:
2.1.3.1 Pengertian
gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
bersih dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi (Annet & Naranjo, 2014).
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya
merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar
dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara teratur. Empat Pilar
tersebut adalah:
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang
kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6
sumber utama kalori, namun rendah vitamin dan mineral. Selain itu sayur kaya
akan vitamin, mineral dan serat namun rendah kalori dan protein. Khusus untuk
bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal yang sempurna. Hal ini
jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang
cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur Anjuran pola makan dalam
pangan sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat ini dianjurkan
garam dan lemak yang dapat meningkatkan resiko beberapa penyakit tidak
menular, dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah
yang cukup telah dimasukkan dalam komponen gizi seimbang oleh karena
status gizi seseorang secara langsung, terutama anak- anak. Seseorang yang
jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada
keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi
disertai panas. Pada orang yang menderita penyakit diare, berarti mengalami
kehilangan zat gizi dan cairan secara langsung akan memperburuk kondisinya.
mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya
tahan tubuh seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk
dan berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi
dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik. Budaya perilaku hidup bersih
Contoh:
1) Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum
minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan
dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai
kuman penyakit;
27
3) selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan
dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik
aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang
badan normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah
terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang
normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya. Indikator tersebut
dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB
normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi
pencegahan dan penanganannya. Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan
28
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik, dan lebih.
Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan
kesehatan, sehingga dapat membantu pertumbuhan bagi anak (Seimbang & Bayi,
2019). Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Penelitian status
dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia balita maka makin bertambah
makanan yang cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat
menderita gizi kurang. Sebaliknya balita yang makan tidak cukup baik maka daya
infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi kurang. Sehingga
disini terlihat interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi (Inda, 2018). Hubungan antara
29
kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang
ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Penyakit infeksi
disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang
Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh balita yang tidak memadai,
merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang
cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan
dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin
kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi. Sedangkan penyebab
mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis ekonomi, politik
antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya
perkembangan anak. Masa balita adalah masa transisi terutama pada usia 1 – 2
tahun dimana anak akan mulai memakan makanan yang padat dan menerima rasa
sertatekstur makanan yang baru. Kebutuhan nutrisi pada balita sebenarnya juga
dipengaruhi oleh usia, besar tubuh, dan tingkat aktivitas yang dilakukannya
Syarat makanan yang diberikan pada anak balita adalah makanan yang mudah
1. Umur 1-3 tahun Pada usia 1-3 tahun anak bersifat konsumen pasif.
Makanannya tergantung pada apa yang disediakan ibu. Gigi geligi susu telah
tumbuh, tetapi belum dapat digunakan untuk mengunyah makanan yang terlalu
keras. Namun anak hendaknya sudah diarahkan untuk mengikuti pola makanan
orang dewasa.
2. Umur 4-5 tahun Pada usia 4-5 tahun anak bersifat konsumen aktif, yaitu
mereka telah dapat memilih makanan yang disukai. Kepada mereka telah dapat
baik sudah harus ditanamkan. Prinsip penyusunan menu pada balita adalah
lemak.
Tubuh anak terdiri dari struktur tulang, otot, peredaran darah, jaringan
otak, dan organ-organ lain. Perkembangan tiap struktur ini sangat dipengaruhi
Pada usia 2 tahun ini, anak-anak memiliki kerangka tubuh berupa tulang rawan
sehinga dengan pemberian masukan gizi berupa vitamin dan mineral akan
mampu untuk berjalan dan melakukan semua gerakan tubuh yang dilakukan oleh
otot. Hal ini terjadi karena ribuan serabut otot yang semakin membesar dan terus
bekerja. Artinya, otot membutuhkan zat-zat dari asupan makanan yang diberikan
pada anak
Selain zat gizi diatas, air merupakan komponen utama dalam tubuh
manusia secara umum. Pada anak sekolah 60%-70% berat tubuh adalah air, Air
juga merupakan kebutuhan & bagian dari kehidupan manusia sehingga asupan air
pun sebaiknya seimbang dengan jumlah yang dikeluarkan. Asupan air yang
yang berlebih juga dapat menimbulkan masalah kesehatan, khususnya pada anak
yang yang menderita penyakit ginjal & gagal jantung . Kebutuhan rata- rata cairan
Jadwal makan baik itu makan utama maupun snack harus diberikan secara
teratur dan terencana. Kondisi ini akan membuat ritme saluran cerna menjadi
terpola sehingga saluran cerna anak akan bekerja dengan baik. Lama waktu
makan maksimum 30 menit. Ketika anak sudah mulai tidak lagi focus dengan
32
makanannya hentikan pemberian makan. Diantara waktu makan anak hanya boleh
pada si anak meskipun anak hanya makan 1-2 suap saja. Begitu juga sebaliknya
jangan memberikan makanan sebagai hadiah pada anak kondisi ini akan
Seorang ibu atau pengasuh harus mampu menciptakan pola makan yang
baik untuk si anak, sehingga anak dapat belajar pola makan yang baik serta
memilih makanan yang sehat melalui teladan orang tua dan keterlibatannya dalam
aktifitas makan. Jadikan kebiasaan makan yang ingin dibiasakan dalam keluarga
sebagai bagian dari kesepakatan antara anak dan orang tua serta keluarga, anak
perlu tau semua alasan dibalik kesepakatan tersebut, dimana salah satunya adalah
dalam kebiasaan makan anak balita. Makanan apa yang menjadi kesukaan
dan yang tidak disukainya adalah gambaran dari lingkungan dimana balita
yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula pada diri si anak
33
Media masa baik elektronik maupun cetak juga berdampak besar pada
asupan makan anak. Pada saat ini anak sangat mudah mengakses berita
ataupun paparan iklan di media massa. Untuk itu pendapingan anak dalam
Kondisi yang tidak bisa diabaikan dalam melihat asupan makan balita
adalah kondisi kesehatan dan penyakit yang dialami oleh anak. Kondisi
Kesehatan yang tidak baik akan sangat mempengaruhi selera makan anak,
sehingga pada kondisi ini perlu perhatian khusus pada sianak sehingga
Stunting masih bisa diatasi dengan memberikan gizi yang lengkap dan
sesuai anjuran dokter (Fahlevi, 2022). Beberapa gizi penting untuk anak stunting,
di antaranya:
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi tubuh. Pada anak, persentase
Sementara itu, sumber dari karbohidrat sederhana adalah gula pasir, permen, dan
sirup. Karbohidrat kompleks adalah yang paling diperlukan untuk pasokan energi
anak. Sedangkan, karbohidrat sederhana hanya boleh diberikan sedikit saja, yaitu
2. Lemak
dengan stunting. Selain itu, zat tersebut juga memegang peran yang penting untuk
menunjang pertumbuhan otak anak. Lemak dapat pula berperan sebagai bahan
dasar pembentukan sel, serta berbagai hormon dalam tubuh. Pada anak, komposisi
kalori yang berasal dari lemak dapat mencapai 30 hingga 45 persen dari total
harian. Semakin muda usia anak, komposisi lemak yang diberikan bisa semakin
3. Protein
Protein bermanfaat untuk membentuk sel sehat baru. Nutrisi tersebut juga
membantu sel-sel tubuh untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Anak stunting
memerlukan protein dalam jumlah seimbang untuk mendukung daya tahan tubuh,
agar tidak mudah terserang penyakit. Senyawa ini pun berperan penting untuk
dalam sehari adalah sebanyak 10 hingga 20 persen dari total kalori harian. Protein
35
itu sendiri bisa berasal dari sumber hewani, seperti daging, ayam, telur, ikan, susu,
4. Berbagai Vitamin
Beberapa jenis vitamin yang penting dipenuhi pada kondisi anak stunting, antara
lain:
Vitamin A, C, dan E, yang berperan untuk daya tahan tubuh agar anak
5. Kalsium
Kekurangan nutrisi ini bisa mengganggu pertumbuhan bagian tubuh tersebut, juga
memengaruhi tinggi badan anak. Maka dari itu, penting untuk memberikan
makanan yang kaya kalsium untuk anak stunting. Beberapa makanan yang
6. Zinc
Zinc adalah salah satu nutrisi yang tidak boleh diabaikan untuk anak yang
mengalami stunting. Pasalnya, nutrisi ini dibutuhkan oleh semua sel, jaringan, dan
perkembangan sel menjadi jaringan dan organ tertentu. Selain itu, nutrisi ini juga
dibayangkan jika anak kekurangan asupan zinc. Tak hanya pertumbuhannya yang
7. Mineral Lainnya
si kecil dengan stunting. Salah satu contoh mineral yang penting untuk
anak stunting, yaitu zat besi. Anak membutuhkan makanan kaya besi untuk
menunjang perkembangan otot, otak, dan sistem kekebalan tubuhnya. Mineral ini
Ada pula mineral lain yang tak kalah penting, seperti fosfor dan magnesium.
Keduanya dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang yang optimal. Tak hanya itu,
mineral lain yang juga penting bagi anak stunting adalah yodium. Senyawa ini
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, teinga,
tindakan yang dilakukan. Pengetahuan yaitu seseorang yang tidak secara mutlak
A. Cara non-ilmiah
disebut dengan metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba
2. Cara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja oleh orang
orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,
otoritas pemimpin agama, maupun ilmu pengetahuan atau ilmuan. Prinsip inilah
orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
lalu.
ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau
menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara
hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau
dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang menjadi teori atau
Ajaran agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui
para nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut- pengikut
agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau
tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para nabi adalah wahyu dan bukan
7. Secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat melalui proses luar
kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang
diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak mengunakan
39
cara-cara yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang
9. Induksi
pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam
Karena proses berpikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal-
hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal yang
10. Deduksi
khusus. Dalam berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar
secara umum, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi.
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah. Cara ini
disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metode penelitian
(research methodology).
a. Faktor pendidikan
disampaikan oleh orang tua, guru, dan media masa. Pendidikan sangat erat
manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat
b. Faktor pekerjaan
c. Faktor pengalaman
pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan semakin bertambah pula
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tantang isi materi
d. Keyakinan
Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat secara turun-
temurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu, keyakinan positif dan
e. Sosial Budaya
a. Tahu (Know)
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
b. Memahami (Comprehention)
c. Aplikasi (Application)
42
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini diartikan dapat
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
dan sebagainya.
e. Sintesa (Synthesis)
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-
f. Evaluasi (Evaluation)
terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang
yang menanyakan materi yang ingin diukur dari responden atau melalui
43
dan 0 untuk jawaban yang salah berdasarkan kategori baik, cukup, dan kurang,
1) Kurang (<56%)
2) Cukup (56%-75%)
3) Baik (>76%-100%)
1. Benar B 1
2. Salah S 0
pengukuran variabel dengan tipe jawaban yang lebih tegas, yaitu “Ya dan Tidak”,
pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
44
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang) terjadi
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
4) Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi,
Secara terminologi pola asuh adalah cara terbaik yang ditempuh orang tua
dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari tanggung jawab kepada anak
Pola asuh dalam pemberian makan oleh ibu kepada anak atau parental
oleh ibu kepada anak yang berkaitan dengan cara dan situasi makan (Sevriani,
2022).
secara teratur, dan pengobatan kalau sakit), pemukiman yang layak, higiene
2. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (asih) Pada tahun pertama kehidupan,
kehidupan yang erat, mesra, dan selaras antara ibu dengan anak merupakan
syarat mutlak untuk menjamin perkembangan yang selaras baik fisik, mental
maupun psikososial.
proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap
kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada
sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada dirinya
sendiri (Mathematics, 2016). Orang tua pada tipe pola asuh demokratis selalu
Dalam pola asuh demokratis terdapat ciri-ciri atau indikator sebagai berikut:
internal.
2. Anak diakui sebagai yang dilibatkan oleh orang tua dalam mengambil
keputusan.
pengendalian mereka.
tetap memberi pengawasan dan pengendalian terhadap anak serta di dukung oleh
pendekatan yang bersifat hangat dapat membuat anak merasa nyaman berada di
Dalam hal pemberian makan, pola asuh demokratis dikatakan sebagai pola
asuh yang paling seimbang karena orang tua menetukan menu makanan untuk
anaknya, akan tetapi orang tua tetap memberikan kesempatan bagi anak memilih
makanan. Orang tua dengan tipe pola asuh yang demokratis selalu mendorong
pada anak. Pola asuh ini dikatakan paling baik dan sehat karena orang tua
mengontrol jenis makanan anak, mengontrol berat badan anak, mengatur emosi
anak saat makan, serta mendorong anak untuk mengatur sendiri asupan makan
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-
anak dengan aturan yang ketat, sering kali memaksa anak untuk berperilaku yang
ketat, sering kali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua),
kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi, anak jarang diajak
berkomunikasi dan diajak ngobrol, bercerita, bertukar pikiran dengan orang tua.
Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai dengan hukuman-hukuman yang
48
dilakukan dengan keras, anak juga diatur dengan berbagai macam aturan yang
3. Bersikap mengomando
Pola asuh otoriter yaitu pola asuh yang cenderung memaksakan segala
kehendak dan tuntutan orang tua kepada anaknya, dengan pengontrolan sangat
ketat, yang dapat menimbulkan perasaan takut, merasa tidak bahagia dan mudah
stress pada anak. Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa
1. Mudah tersinggung
2. Penakut
6. Tidak bersahabat
Dalam hal pemberian makan, pola asuh otoriter menerapkan peraturan kaku
yang berlaku pada setiap acara makan. Bukan hanya mengatur porsi dan waktu
makan, orang tua otoriter juga menyeleksi dengan ketat jenis makanan yang boleh
dimakan oleh anak, memantau perilaku makan anak, dan membatasi berat badan
anak. Anak hanya diizinkan menyantap jenis makanan sehat atau jenis makanan
apa pun yang lolos seleksi orang tuanya. Selain itu, sama sekali tidak
sehingga gizi anak akan terpenuhi. Penerapan gaya pengasuhan otoriter berpotensi
memunculkan sejumlah kebiasaan pada diri anak seperti jadwal makan yang
anak untuk mengenali sinyal lapar dan kenyang; kegiatan makan yang berada
dalam suasana penuh tekanan akan membuat anak cenderung memiliki berat
badan berlebih atau terlalu rendah; anak akan cenderung makan berlebihan ketika
suatu saat mendapatkan akses pada jenis-jenis makanan yang biasanya dilarang;
karena acara makan tidak terasa menyenangkan, anak kurang antusias terhadap
50
makanan dan kegiatan makan; Anak yang lebih kecil juga akan cenderung
Pola asuh permisif merupakan segala kehendak orang tua diberikan kepada
anak untuk bebas memilih sesuka hati tanpa memikirkan dampaknya yang
dilakukan oleh anak. Pola asuh permisif ini orang tua justru merasa tidak peduli
dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anaknya
(Meidiana, 2018). Pola asuh ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas
pada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri, orang tua tidak
pernah memberikan aturan dan pengarahan kepada anak, sehingga anak akan
dengan norma social. Gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dengan
melakukan apa yang mereka inginkan. Anak menerima sedikit bimbingan dari
orang tua, sehingga anak sulit dalam membedakan perilaku yang benar atau tidak.
kurang eksplorasi.
Dalam hal pemberian makan orang tua yang menerapkan pola asuh permisif
tak punya aturan yang jelas mengenai kegiatan makan. Jadwal makan serta jenis
makanan yang hendak dikonsumsi sepenuhnya berada dalam kendali anak. Selain
kebebasan dalam mengatur jadwal makan, anak juga memegang kendali penuh
51
dalam menentukan pilihan menu. Jika anak tidak ingin mengkonsumsi nasi dan
lauk pauk yang tersedia di atas meja, maka orang tua siap menawarkan sejumlah
alternatif makanan lain yang terkadang melibatkan jenis makanan instan. Orang
tua permisif juga sering kali membolehkan anaknya ngemil makanan ringan
hingga kenyang menjelang waktu makan. Kebiasaan inilah yang sering kali
pola asuh permisif, makanan sehat maupun tidak sehat dipilih sesuai dengan
keinginan anak, sehingga kontrol terhadap status gizi anak dikendalikan oleh anak
memilih jenis makanan sendiri memang akan membuat anak lebih bersemangat di
saat makan.
5. Membolehkan anak melakukan segala kegiatan tanpa diawasi oleh orang tua.
A. Faktor Internal
Usia merupakan faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua. Hal ini
masanya. Usia ini juga nantinya akan berpengaruh terhadap komunikasi terhadap
anak. Usia mempengaruhi cara orang memandang dan berpikir. Semakin matang
tindakannya (Sevriani, 2022). Orang tua yang usianya lebih muda (20-35 tahun)
cenderung lebih demokratis dibandingkan dengan orang tua yang lebih tua (lebih
dari 35 tahun). Semakin kecil perbedaan usia antara orang tua dan anak, maka
semakin kecil pula perbedaan dan perubahan budaya dalam kehidupan mereka
(Mathematics, 2016).
Latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola pikir orang
tua baik formal maupun non formal kemudian juga berpengaruh pada Aspirasi
atau harapan orang tua kepada balita (Inda, 2018). Orang tua yang berpendidikan
hak-hak anak. Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan
yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran
pengasuhan antara lain : terlibat efektif dalam setiap pendidikan anak, mengamati
menyediakan waktu anak- anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan
kepercayaan anak.
53
Orang tua yang bekerja cenderung memiliki waktu yang terbatas dalam
4. Jumlah anak
Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang
diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, maka ada
kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara
maksimal pada balita karena perhatian dan waktunya terbagi antara balita yang
Kepribadian ayah dan ibu ikut mewarnai pola interaksi orang tua-anak
(Sevriani, 2022). Dalam mengasuh balita orang tua bukan hanya mampu
siap untuk mengambil peran sebagai orang tua. Selain itu, orangtua akan lebih
orang tua merasa bahwa orangtua mereka berhasil mendidik dengan baik, mereka
54
akan menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anaknya. Jika mereka
merasa teknik yang digunakan orang tua mereka salah, makan biasanya mereka
7. Status ekonomi
yang dibentuk oleh orang tua maupun balita dengan lingkungan sekitarnya. Balita
jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan
sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi (Inda, 2018). Dengan
tua menuju perlakuan tertentu yang dianggap orang tua sesuai (Mathematics,
2016).
8. Budaya
Budaya sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh
mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat
diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan
dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan
B. Faktor Eksternal
55
1. Sikap bawaan anak. Sikap orang tua terhadap anak tidak terlepas dari
pengaruh sifat anak sendiri sehingga interaksi orang tua anak tidak sama
2. Kelahiran anak. Interaksi orang tua anak akan berubah dengan lahirnya
Sudah menjadi tugas orang tua untuk memberikan anak pengalaman yang
memiliki peran yang sama dalam pengasuhan anak-anaknya. Namun ada sedikit
perbedaan dalam sentuhan dari apa yang ditampilkan oleh ayah dan ibu. Peran
ibu, antara lain: menumbuhkan perasaan sayang, cinta, melalui kasih sayang dan
dan baik. Peran ayah, antara lain: menumbuhkan rasa percaya diri dan
anak. Orang tua tunggal dapat terjadi akibat perceraian atau perpisahan,
atau adopsi oleh pria atau wanita yang tidak menikah. Pola asuh dengan orang
anak-anak. Hidup dalam rumah tangga dengan orang tua tunggal dapat
menimbulkan stress baik bagi individu dewada dan anak-anak. Orang tua
tunggal dapat merasa kewalahan karena tidak ada individu lain untuk berbagi
untuk optimalitas fungsi pola asuh dengan orang tua tunggal. Orang tua tunggal
konsisten telah menemukan bahwa nenek memiliki kontak yang lebih banyak
yang berbeda dalam keluarga, kelompok etnis dan budaya, dan situasi yang
berbeda. Keberagaman pengasuhan cucu pada usia lanjut juga timbul pada
cucu mereka.
57
Perawat asuh adalah situasi ketika anak diasuh dalam situasi hidup lain
yang terpisah dari orang tua atau wali legalnya. sebagian besar anak-anak yang
terhadap asuhan yang mencakup orang tua kandung, orang tua asuh, anak,
A. Pengertian
atau pengasuh kepada anak balita yang berkaitan dengan cara dan situasi makan.
Jumlah dan kualitas makanan direncanakan, dan dilaksanakan oleh ibu atau
pengasuhnya. Pola asuh makan anak akan selau terkait dengan kegiatan
Pola asuh makan adalah interaksi yang dilakukan oleh ibu kepada anaknya yang
Praktik pemberian makan pada anak mempunyai perasan yang besar dalam
asupan nutrient anak. Ada tiga perilaku yang mempengaruhi asupan tersebut,
yaitu:
anak.
makan.
Frekuensi makanan yang dibutuhkan oleh anak untuk mencapai energi yang
anak ukurannya kecil, maka pemberian makan yang sering adalah penting.
Bantuan pertama yang dibutuhkan anak dari orang tuanya untuk tumbuh kembang
dan mental yang baik. pola asuh makan yang baik, dalam arti secara kuantitatif
Pola pemberian makanan dapat mempengaruhi status gizi balita, karena pola
pemilihan bahan makanan yang tepat akan melahirkan status gizi yang baik.
berat badan dan penyakit lain yang disebabkan oleh kelebihan zat gizi.
tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Kedua keadaan tersebut sama
Keadaan ekonomi keluarga relatif lebih mudah diukur dan berpengaruh besar
pada konsumsi pangan, dimana konsumsi pangan pada balita ditentukan dan pola
asuh gizi, terutama pada keluarga golongan miskin. Hal ini disebabkan karena
sebagai determinan pola asuh gizi adalah pendapatan keluarga dan harga (baik
memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang
yaitu rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indera
60
pendidikan tinggi. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting
dalarn tumbuh kembang anak. karena dengan pendidikan yang baik, maka orang
tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan
• Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
• Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya
dalam masalah kurang gizi. Lain sebab yang penting dan gangguan gizi
sebagai pengasuh utama anaknya sangat diperlukan mulai dari pembelian hingga
anak dan akan membantu sikap anak yang dapat mempengaruhi kebiasaan anak
dalam memilih makanan dan snack yang menyehatkan. Pengaruh pendidikan gizi
ibuterhadap kesehatan akan lebih efektif jika tergetnya adalah langsung pada anak
memiliki balita, dengan jumlah anggota keluarga yang besar bila tidak didukung
terhadap pola asuh yang secara langsung mempengaruhi konsumsi pangan yang
bahwa jumlah anggota keluarga yang paling ideal adalah 4 orang. Program
pemerintah ini bertujuan agar anggota keluarga dengan jumlah sekian diharapkan
banyak. Namun program pemerintah ini belum 100% berhasil. Terbukti dengan
masih banyaknya keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak.
Hal ini lebih banyak dilihat pada keluarga yang tinggal di pedesaan.
Pola asuh dan pola konsumsi makanan merupakan hasil budaya masyarakat
Pola asuh ini diajarkan dan bukan diturunkan secara herediter dan nenek moyang
pemilihan bahan makanan. Salah satu pengaruh yang sangat dominan terhadap
pola konsumsi adalah pantangan atau tabu. Terdapat jenis-jenis makanan yang
tidak boleh dimakan oleh kelompok umur tertentu atau oleh perempuan remaja
atau perempuan hamil dan menyusui. Larangan ini sering tidak jelas dasarnya,
tetapi mempunyai kesan larangan dan penguasa supernatural, yang akan memberii
hukuman bila larangan tersebut dilanggar. Namun demikian, orang sering tidak
dapat mengatakan dengan jelas dan pasti. siapa yang melarang tersebut dan apa
a) KIE individu : Suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas
diri, berdoa. Media KIE yang digunakan bisa merupakan alat peraga,
bahan bacaan
b) KIE kelompok : Suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas
(FGD). Media yang digunakan bisa berupa alat peraga, video, buku
c) KIE massa : Suatu proses KIE tentang sesuatu program yang dapat
jawab. Selain itu, KIE Secara aktif mendukung suatu masalah/issu dan mencoba
informasi
6. Umpan Balik, ada respon atau tanggapan balik dari masyarakat tentang
4. Penyusunan Isi Pesan, menyusun materi dan isi terkait pesan yang akan
disampaikan
6. Pelaksanaan KIE, KIE yang sudah disusun dan didesain dengan tepat
bagi masyarakat serta berdampak pada perubahan sikap dan perilaku pada
masyarakat.
7. JELAS, menggunakan materi dan alat peraga yang menarik perhatian dan
ramah.
12. Faktor penunjang : Faktor yang menunjang kelancaran proses KIE antara
• Kecurigaan
• Gagap
Informasi : Memberi informasi kepada ibu terkait stunting dan bagaimana cara
agar dapat mencegah terjadinya stunting apabila ibu hendak memiliki anak lagi.
Edukasi : Memberikan edukasi dan pendidikan kepada ibu terkait Gizi seimbang,
Macam-macam pola
asuh: KIE tentang gizi seimbang
1. Demokratis
2. Otoriter Gambar 2.2 Kerangka Teori Efektivitas KIE Gizi
3. Pengabaian Seimbang Terhadap Pengetahuan Pola Asuh Ibu
4. Permisif
Dengan Balita Stunting di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Gondang.
69
< 56%
Faktor Penyebab Stunting Balita Stunting
Cukup
1. Faktor genetic
2. Anemia pada ibu hamil Pengetahuan Pola asuh 56%-75%
Tingkat Pengetahuan
3. Riwayat BBLR
4. Jarak kelahiran Baik
Keterangan:
: Tidak diteliti
: Diteliti
yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2021). Dalam penelitian ini dapat dirumuskan
1. H1: KIE gizi seimbang efektif terhadap peningkatan pengetahuan pola asuh
2. H0: KIE gizi seimbang tidak efektif peningkatan pengetahuan pola asuh ibu
METODE PENELITIAN
untuk mengkaji hubungan antar variabel dalam suatu penelitian. Desain penelitian
dapat menjadi petunjuk bagi peneliti untuk mencapai tujuan penelitian dan juga
sebagai panutan bagi peneliti dalam seluruh proses penelitian (Studi et al., 2022)
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan untuk
mengetahui efektivitas KIE tentang gizi seimbang terhadap pengetahuan pola asuh
ibu dengan balita stunting. Sebelum diberi perlakuan subjek diberi pretest terlebih
dahulu, kemudian subjek diberi perlakuan KIE tentang gizi seimbang. Sesuai
dengan tujuan dan hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini, maka desain
penelitian yang di terapkan dalam penelitian ini ialah pretest – treatment – posttest
design yang dapat digambarkan seperti dibawah ini (Reichenbach et al., 2019a).
01 x 02
Keterangan:
01 : Observasi pengetahuan pola asuh ibu pada balita stunting dan gizi
02 : Observasi pengetahuan pola asuh ibu pada balita stunting dan gizi
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti
(Studi et al., 2022). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dengan balita
3.2.2 Sampling
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini
sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Studi et al., 2022).
3.2.3 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu dengan balita stunting di
2019a).
Variabel adalah konsep yang menjadi suatu fasilitas dalam pengukuran atau
manipulasi dalam suatu penelitian (Studi et al., 2022). Variabel yang digunakan
1. Variabel independen
2. Variabel dependent
Variabel dependent atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sevriani, 2022). Variabel
(Hidayat, 2021).
-Jenis pengasuhan
-MPASI
2. Setelah mendapat persetujuan oleh dosen pembimbing, peneliti meminta surat izin
Bina Sehat PPNI Mojokerto sesuai prosedur, setelah itu surat diserahkan kepada
yang ada.
3. Setelah mendapat izin, peneliti meminta semua data jumlah ibu yang memiliki
informed consent.
ibu untuk melakukan penelitian selama 1 hari dengan hari yang sudah
ditentukan.
6. Pengambilan data dilakukan 3 kali pertemuan dengan responden yang berbeda dan
di tempat yang berbeda pada bulan Juni hingga Juli dengan cara peneliti menebar
77
kuesioner pretest, namun peneliti memberi penjelasan terlebih dahulu bahwa hasil
Gizi Seimbang, lalu kembali menebar kuesioner Post test. Setelah semua data
9. Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel dan pembahasan, serta dilanjutkan
akan dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti, dan variabel penelitian (Afifah,
I., & Sopiany, 2017). Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Populasi:
Ibu dengan balita stunting di wilayah UPTD Puskesmas Gondang
berjumlah 69 orang
Teknik Sampling:
Total Sampling
Sampel:
Seluruh Ibu dengan balita stunting di wilayah UPTD Puskesmas
Gondang berjumlah 69 orang
Informed consent
Pengumpulan data
Hasil Desiminasi
Kesimpulan
3.5 Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Kuisioner
adalah daftar pertanyaan yang sudah disusun dengan baik, dimana responden tinggal
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur
sebuah fenomena alam maupun sosial yang dapat diamati (Afifah, I., & Sopiany,
2017). Instrumen dalam penelitian ini adalah data sekunder ibu balita stunting
pada UPTD Puskesmas Gondang tahun 2022 dan lembar kuisioner untuk
Kabupaten Mojokerto.
dilakukan pada bulan Juni-Juli 2023, dilakukan selama 3 kali dan dalam 3 waktu
yang berbeda.
80
1) Editing
2) Coding
menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2021). Pada penelitian ini
responden.
a. Data Umum
2) Pendidikan
3) Pekerjaan
81
Kode 3 : PNS
Kode 4 : Lain-lain
4) Paritas
Kode 1 : Primipara
Kode 2 : Multipara
Kode 3 : Grandemultipara
b. Data Khusus
Kode 1 : Kurang
Kode 2 : Cukup
Kode 3 : Baik
3) Scoring
perlu diberi penilaian skor dari jawaban responden tentang pengetahuan pola asuh
dan gizi seimbang. Dalam penelitian ini kedua variabel diberikan skor,
jawaban yang lebih tegas, yaitu “Ya dan Tidak”, “Benar dan Salah”, “Pernah-
Tidak Pernah”. Pada penelitian ini kuesioner tingkat pengetahuan yang diukur
82
menggunakan teknik jawaban “Benar dan Salah” dengan benar diberi skor 1 dan
4) Tabulating
penelitian ini memberikan skor atau nilai pada masing-masing variabel kemudian
Frekuensi
Prosentase = x 100 %
Jumlah Frekuensi
Hasil tabulasi perhitungan kuesioner kemudian diprosentase dan hasil
penilaian nilai 1 untuk jawaban benar, 0 untuk jawaban yang salah berdasarkan
1. Kurang (<56%)
2. Cukup (56%-75%)
3. Baik (>76%-100%)
sistematis dari wawancara, catatan lapangan, dan bahan lain dengan cara yang
membuat itu mudah dimengerti. Dan hasil temuan dapat ditransfer ke orang lain
komputer dan dianalisis secara statistik . Analisa data pada penelitian ini terdiri
dari:
83
1. Analisa Univariat
ini, data akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.
2. Analisa Bivariat
2, skala data variabel yang dianalisis adalah skala ordinal. Uji Wilcoxon
dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows 20.0. Jika ρvalue < 0,05,
maka H1 diterima, berarti ada pengaruh pemberian KIE gizi seimbang pada
ibu, jika ρvalue ≥ 0,05, maka H0 ditolak, berarti tidak ada pengaruh KIE gizi
informed consent adalah agar subjek memahami maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya.
3.7.3 Anonimity
responden pada halaman meteran dan hanya dengan menuliskan kode pada
3.7.4 Kerahasiaan
informasi dan lain-lain. Semua data yang dikumpulkan bersifat rahasia bagi
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang tercermin dalam hasil penelitian
(Hidayat, 2021).
3.8 Keterbatasan
1. Sulitnya akses untuk dapat menjangkau ibu yang memiliki balita stunting
karena jarak tempuh yang lumayan jauh, dan ada beberapa ibu yang tidak
dapat hadir ke tempat penyuluhan dikarenakan satu dan lain hal sehingga
puskesmas.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
(65,2%).
86
rumah tangga.
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pengetahuan pola asuh ibu dengan balita
seluruhnya baik yaitu 89,8%. Namun, masih terdapat 7 responden yang tidak
sebagai ibu rumah tangga dan karyawan swasta. Semakin tua umur ibu
Kesulitan menerima pengetahuan baru ini juga dapat dikatakan imbas dari
latar belakang budaya atau pola pikir yang sudah melekat pada ibu. Sehingga
untuk merubah stigma yang sudah ada sangatlah sulit. Ibu yang bekerja pun
2022).
pengetahuan pola asuh responden sebelum diberikan KIE gizi seimbang yaitu
15,39 dengan nilai minimum 9 dan nilai maximum 20. Rata-rata pengetahuan
pola asuh tentang gizi seimbang sesudah diberikan KIE gizi seimbang yaitu
18,73 dengan nilai minimum 16 dan nilai maximum 20. Dari hasil analisis
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisa Univariat
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebanyak 59 responden (85,5%)
berusia 20-35 tahun. Usia ini merupakan kategori usia produktif yang
pada usia 20-35 tahun merupakan usia dimana seseorang masih terus aktif
mempelajari hal baru. Dengan kemampuan otak yang masih produktif akan
menengah atau dasar. Hal ini disebabkan, seseorang yang mempunyai latar
ide-ide baru dan membuat mereka lebih konservatif. Karena mereka tidak
mengenal alternatif yang terbaik yang tersedia baginya. Sebaliknya orang yang
berpendidikan tinggi akan lebih mudah menerima gagasan baru, karena mereka
memiliki jalan pikiran yang lebih terbuka untuk menyerap hal-hal baru
tangkap seseorang terhadap ilmu baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
(13,1%) memiliki pekerja lain seperti petani, wiraswasta dan lain sebagainya.
pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Menurut Within and Lanoil (2016) bahwa
pemenuhan gizi seimbang pada balita. Hal ini dikarenakan responden yang
bekerja akan mempunyai peluang untuk memiliki pengetahuan yang baik tentang
pemenuhan gizi seimbang untuk balita stunting, begitupun pada responden yang
tidak bekerja berpeluang sama untuk memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini
mengenai kesehatan anak. Begitu pula halnya dengan responden yang bekerja,
walaupun waktu mereka akan terbagi antara pekerjaan dan merawat anak, mereka
tetap harus lebih dulu mengurus keluarga terutama anak-anak. Dengan bekerja
yang beragam.
(71,1%) adalah ibu dengan paritas multipara, 18 responden (26,1%) adalah ibu
keadaan wanita yang pernah melahirkan bayi hidup. Dimana para wanita
cara untuk memperoleh kebenaran dari suatu pengetahuan. Oleh sebab itu
Baik secara langsung ataupun tidak langsung, namun tidak semua pengalaman
pengetahuan pola asuh ibu dengan balita stunting tentang gizi seimbang sebelum
Sedangkan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa setelah diberikan KIE gizi
seimbang, pengetahuan pola asuh ibu dengan balita stunting meningkat dengan
Wilcoxon dan didapatkan hasil p value pengetahuan pola asuh ibu dengan balita
stunting sebelum dan sesuah diberikan KIE adalah <0,0001 yang artinya artinya
pemberian KIE gizi seimbang sebelum dan sesudah intervensi. KIE tentang gizi
seimbang efektif dalam meningkatkan pengetahuan pola asuh ibu dengan balita
stunting.
tersebut mendapat informasi yang benar maka hal itu akan meningkatkan
pengetahuan yang sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa KIE yang diberikan
melalui penyuluhan kesehatan tentang pola asuh gizi seimbang balita stunting
hasil penelitian dapat dikatakan bahwa semakin sering diberikan KIE maka
kesehatan lebih sering memberikan KIE tentang pola asuh gizi seimbang supaya
ibu yang memiliki balita stunting dapat menambah wawasan yang lebih luas.
banyak informasi yang didapat maka akan semakin banyak pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seseorang memiliki informasi yang rendah atau
didasari dengan informasi yang benar atau kurangnya informasi yang lengkap
dilaksanakan KIE, faktor yang mempengaruhi tentang pola asuh gizi seimbang
balita stunting, yaitu karena lakar belakang budaya setempat yang meliputi
tambahan dan makanan berat yang tidak sesuai untuk balita yang mengalami
stunting. Kebiasaan seperti itu sudah sejak dahulu diterapkan sehingga para
selalu di terapkan oleh masyarakat atau warga secara turun temurun sampai saat
ini. Setelah dilaksanakan KIE, para ibu dengan balita stuting diharapkan mulai
Selain dari faktor ibu, stunting juga dapat disebabkan faktor balita seperti
aktivitas balita. Aktivitas fisik penting untuk mencapai kesehatan fisik dan
emosional serta berat badan yang normal. Aktivitas fisik dapat menyeimbangkan
kalori dalam makanan dengan kalori yang digunakan selama aktivitas fisik untuk
mengontrol berat badan. Dengan aktivitas yang cukup maka balita dapat terhindar
Dalam upaya pencegahan dan penanganan bayi balita stunting, pihak desa
bantuan makanan tambahan berupa susu tinggi protein yang diberikan setiap 1
bulan sekali. Pengawasan dilakukan secara berkala oleh pihak puskesmas dengan
cara pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita stunting, pemerikasaan ibu
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Sebelum diberikan KIE tentang gizi seimbang diketahui ibu memiliki
responden
Gondang. Hal ini tampak pada hasil penelitian sebelum dan sesudah
95
5.2 Saran
belajar, edukasi dan olahraga agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Selain itu diperlukan juga adanya suatu penerapan kegiatan
pengantin, melakukan kelas ibu hamil dan kelas ibu balita di setiap bulan,
kunjungan rumah.
untuk memotivasi ibu dalam praktek pemberian gizi seimbang pada balita
seimbang pada balita stunting agar balita yang mengalami stunting dapat
Afifah, I., & Sopiany, H. M. (2017). BAB 4 Metode Penelitian, 87(1,2), 149–200.
Ammar. (2021). Penyebab Kejadian Stanting Pada Balita. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 1–27.
Annet, N., & Naranjo, J. (2014). Permenkes RI No 41, Pedoman Gizi Seimbang.
Applied Microbiology and Biotechnology, 85(1), 2071–2079.
Candra MKes(Epid), D. A. (2020). Pencegahan dan Penanggulangan Stunting. In
Epidemiologi Stunting.
Demi Kita. (2021). Buku milik : Book.
Devy Shimarti, RMoersintowarti, Suminar, S. A. R. (2019). Kompetensi Kader
Taman Posyandu Berbasis Tender Loving Care. Zifatama Jawara, Sidoarjo,
2018, 9–57.
Dr. Vladimir, V. F. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan Kinerja Karyawan.
Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local., 1(69), 5–24.
Hidayat, A. A. (2021). Menyusun Instrumen Penelitian & Uji Validitas-
Reliabilitas. Surabaya: Health Books.
Inda, M. R. H. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu
Dengan Status Gizi Balita Di Desa Kesiman Kertalangu Denpasar Timur
Privinsi Bali. 4(1), 1–23.
Jannah, M. M. (2017). Identifikasi Pola Asuh Orangtua di Taman Kanak-kanak
ABA Jogokaryan Yogyakarta. 67–68.
https://core.ac.uk/download/pdf/132421455.pdf
Jonathan Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. In Nucl.
Phys. (Vol. 23, Issue 1, p. 286). Bandung: Alfabeta.
Kemenkes RI. (2017). Gizi Dalam Daur Kehidupan.
Khairiyati, R. &. (2014). Stunting 1. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(11), 1689–1699.
Mathematics, A. (2016). Pola Asuh. 1–23.
Meidiana, M. (2018). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Sikap
Kemandirian Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Dialektika, 8(1), 9–22.
Notoadjmojo. (2018). Pengetahuan. 1–23.
Notoatmodjo, S. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Potensi, I., Tanah, A. I. R., Sebaran, P., & Di, G. (2016). Digital Digital
Repository Repository Universitas Universitas Jember Jember Digital
Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember Jember.
Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O., & Anggraini, L. (2018). Study Guide -
Stunting dan Upaya Pencegahannya. In Buku stunting dan upaya
pencegahannya.
Reichenbach, A., Bringmann, A., Reader, E. E., Pournaras, C. J., Rungger-
Brändle, E., Riva, C. E., Hardarson, S. H., Stefansson, E., Yard, W. N.,
Newman, E. A., & Holmes, D. (2019a). BAB 3 Metode Penelitian. Progress
in Retinal and Eye Research, 561(3), S2–S3.
Reichenbach, A., Bringmann, A., Reader, E. E., Pournaras, C. J., Rungger-
Brändle, E., Riva, C. E., Hardarson, S. H., Stefansson, E., Yard, W. N.,
Newman, E. A., & Holmes, D. (2019b). PENGARUH PENYULUHAN GIZI
TENTANG POLA MAKAN GIZI SEIMBANG. Progress in Retinal and
Eye Research, 561(3), S2–S3.
richard oliver ( dalam Zeithml., dkk 2018 ). (2021). Stunting. Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.
richard oliver ( dalam Zeithml ). (2018). Pengetahuan. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.
Seimbang, G., & Bayi, U. (2019). Modul Ajar ini berisi tentang : Konsep Zat Gizi.
Sevriani, S. (2022). Skripsi Pola Asuh Dan Stunting.
Sisparyadi, Antik, B., Susilawati, Asriani, P. S., Wohon, E. U., & Fanggidae, A.
(2018). Buku Saku Penggunaan Media KIE. Kemenpppa, 1–18.
Studi, P., Keperawatan, I., & Kesehatan, F. I. (2022). Pengetahuan Tentang
Stunting Dan Status Gizi Pada Ibu Anak.
Suparyanto dan Rosad. (2020). Gambaran Pengetahuan Gizi dan Pola Asuh Ibu
terhadap Kejadian Stunting. Suparyanto Dan Rosad, 5(3), 248–253.
Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden
Dengan hormat,
NIM : 201905007
Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan Pola Asuh Ibu Dengan Balita Stunting Di
menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon saudara untuk
Hormat saya
Peneliti
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONCENT)
Alamat : ..........................................................
Wali dari
Usia : ..........................................................
Apabila sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka
saya akan bertanggung jawab atas pilihan saya sendiri dan tidak akan menuntut di
kemudian hari.
-MPASI
1 13 B
2 7,8 C, B
-Jenis pengasuhan
-Pemenuhan gizi
balita stunting
1 20 C
1 18 A
-Makanan yang
mengandung vitamin
dan mineral
1 14 C
-Pengolahan
makanan yang baik
1 19 C
Jumlah Soal 20
Lampiran 3. Instrumen Penelitian Kode Responden :
a) Nama Ibu :
b) Umur Ibu
< 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
c) Pendidikan
Dasar (SD, SMP)
Menengah (SMA)
Tinggi (Perguruan Tinggi)
d) Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Swasta
Wiraswasta
ASN
Petani
Lain-lain, :.....
e) No. Telp/HP :
Orangtua dari
f) Nama anak :
g) Usia :
h) Jenis Kelamin :
i) Tempat, Tanggal Lahir :
KUISIONER PRETEST – POST TEST
PENGETAHUAN POLA ASUH TENTANG GIZI SEIMBANG
A. Petunjuk Mengerjakan
3. Bacalah dengan seksama dan teliti setiap item pertanyaan
4. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan tepat
5. Berilah tanda (X) pada jawaban yang Anda anggap benar
B. Soal tes Penelitian Pengetahuan Ibu tentang Gizi
1. Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung…
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh
a. Zat gizi c. Gizi optimal
b. Unsur gizi d. Vitamin
2. Pedoman Gizi seimbang adalah konsumsi makan sehari-hari harus mengandung
…dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau
kelompok umur.
a. Vitamin c. Karbohidrat
b. Mineral d. Zat gizi
3. Mengonsumsi beraneka ragam pangan merupakan salah satu prinsip…
a. 5 pilar gizi seimbang c. 6 pilar gizi seimbang
b. 4 pilar gizi seimbang d. 3 pilar gizi seimbang
4. Piring Makanku ini menggambarkan anjuran makan sehat dimana separo (50%)
dari total jumlah makanan setiap kali makan adalah sayur dan buah, dan separoh
(50%) lagi adalah…
a. Makanan pokok dan lauk-pauk c. Buah dan Vitamin
b. Nasi dan Sayur d. Vitamin dan Mineral
5. Jadwal makan yang ideal dalam sehari adalah…
a. 1x sehari c. 3x sehari
b. 2x sehari d. Suka-suka
6. Tahu dan tempe merupakan sumber protein…
a. Nabati c. Lemak
b. Hewani d. Karbohidrat
7. Berikut merupakan pernyataan yang salah…
a. MPASI diberikan dari bentuk bubur cair kemudian bubur kental
b. MPASI diberikan sesuai dengan selera balita
c. MPASI harus olahan bahan makanan dengan harga mahal
d. MPASI diberikan pada umur 12-24 bulan
8. Hal-hal dibawah ini yang tidak boleh diberikan dalam proses MPASI…
a. Balita boleh diberikan MPASI berupa olahan sayuran
b. Balita boleh diberikan MPASI berupa olahan daging, ikan dan telur yang
dimasak setengah matang.
c. Balita boleh diberikan MPASI berupa olahan daging, ikan dan telur yang
dimasak matang.
d. Semua jawaban benar
9. Nasi merupakan contoh makanan yang mengandung…
a. Karbohidrat c. Protein
b. Energi d. Vitamin
10. Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga…
a. Sebagai pengganti energi
b. Sebagai pengganti karbohidrat
c. Menggantikan jaringan yang rusak.
d. Menggantikan mineral yang hilang
11. Apabila anak mengalami gangguan yang berhubungan dengan status gizi anak
ibu sebaiknya dirujuk ke…
a. Bidan c. Ahli gizi
c. Dokter Spesialis Anak d. Dukun
12. Dibawah ini merupakan hal yang harus diperhatikan dalam praktik pemberian
makan, kecuali…
a. Hendaknya ibu atau pengasuh mengetahui jam yang tepat dan pemberiannya
tidak bersifat memaksa
b. Biasakan anak makan di meja makan, tidak sambil bermain atau menonton
televisi
c. Berikan makanan yang baik dan sehat untuk anak
d. Berikan anak makanan yang mahal dan enak
13. Dinyatakan gizi kurang dalam KMS apabila…
a. Berat badan sejajar garis merah
b. Berat badan dibawah garis merah
c. Berat badan diatas garis merah
d. Semua jawaban salah
14. Jenis mineral yang sangat berperan dalam pertumbuhan tulang dan gigi
adalah…
a. Iodium c. Kalsium
b. Kalium d. Fosfor
15. Dibawah ini merupakan fungsi utama karbohidrat, kecuali…
a. Sumber energi
b. Sebagai pengganti lemak
c.Sebagai pengganti protein
d. Sebagai pembentuk sel darah merah
16. Berikut merupakan factor yang mempengaruhi balita dalam proses asupan
makan nya, kecuali…
a. Lingkungan dan teman sebaya
b. Media masa dan elektronik
c. Kondisi keluarga
d. Faktor pengasuh
17. Dibawah ini anjuran mengonsumsi makanan beraneka ragam adalah…
a. Makanan yang bervariasi
b. Makanan dalam proporsi yang sesuai, tidak kurang dan tidak lebih
c. Makanan yang menyehatkan
d. Semua jawaban benar
18. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, kalsium, zinc dan mineral merupakan
kebutuhan gizi yang harus dipenuhi untuk…
a. Penanggulangan balita stunting.
b. Pencegahan stunting
c. Balita dengan gizi kurang
d. Balita dengan anemia
19. Berikut pengolahan bahan makanan yang benar adalah...
a. Dipotong - dikupas - dicuci
b. Dicuci – dipotong - dikupas
c. Dikupas – dipotong - dicuci
d. Dikupas – dicuci - dipotong
20. Dibawah ini pernyataan yang tidak benar adalah…
a. Anak yang diasuh oleh selain orangtuanya sendiri cenderung mendapatkan
kurangnya asupan gizi seimbang.
b. Anak yang diasuh oleh orangtua akan cenderung mendapatkan gizi seimbang
c. Anak yang diasuh oleh orangtua akan menjadi manja dan pilih pilih makanan
d. Anak yang diasuh oleh orangtua akan lebih paham mengenai makanan yang
baik dan kurang baik untuk dirinya
Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Topik : Pemenuhan Gizi Seimbang
Sasaran : Ibu dengan balita stunting di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Gondang
Hari/ Tanggal : Sabtu, 24 Juni 2023 Jam : 09.00 – 11.00 WIB
Waktu : 120 Menit
Tempat : Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gondang
C. Materi
1. Definisi stunting
2. Penyebab stunting
3. Pencegahan dan penanganan stunting
4. Dampak stunting
5. Definisi gizi seimbang
6. Factor yang mempengaruhi status gizi
7. Prinsip pemberian gizi seimbang
8. Pemenuhan gizi pada balita stunting
C. Media
1. Sound system
2. Laptop
D. Metode
1. Komunikasi
2. Informasi
3. Edukasi
4. Diskusi
5. Tanya jawab
E. RENCANA KEGIATAN
No Tahap Wakt Kegiatan Penyuluhan Kegiatan
. u Audience
DATA PRIMER
R2 20 87 9,1
R3 22 86 14
R4 15 78 9,5
R5 18 83 10,8
R6 20 86 9,4
R7 24 86 10,9
R8 29 89 12,7
R9 19 85 10,5
R10 12 75 9,3
R11 16 86 9
R12 21 85 13,5
R13 15 80 10,5
R14 17 84 9,5
R15 19 86 9,7
R16 14 75 9,3
R17 20 87 9,4
R18 20 86 11,5
R19 22 86 12,3
R20 29 87 12,5
R21 31 92 12,4
R22 30 93 15,1
R23 32 89 11,9
R24 40 94 13,7
R25 37 90 13,2
R26 16 84 9,6
R27 19 86 9,2
R28 24 87 13,5
R29 26 88 13,2
R30 22 84 11,4
R31 29 89 12,5
R32 31 91 13,2
R33 40 94 14
R34 24 88 11,9
R35 18 84 12,4
R36 22 85 10,6
R37 36 85 13,5
R38 33 90 12,5
R39 35 93 12,6
R40 15 82 9,2
R41 26 87 11,8
R42 22 86 13,7
R43 17 84 11,1
R44 20 85 13,2
R45 22 86 14,1
R46 27 88 12,4
R47 26 89 10,5
R48 39 93 12,9
R49 40 95 13,6
R50 35 93 13,5
R51 31 90 14,2
R52 22 84 12,7
R53 17 87 12,4
R54 18 84 11,9
R55 19 86 8,5
R56 20 86 11,6
R57 22 86 11,9
R58 27 89 13,6
R59 25 88 14,1
R60 44 93 13,5
R61 27 88 13,2
R62 23 87 12,5
R63 28 88 13,5
R64 17 84 10,5
R65 20 86 12,5
R66 29 91 14,2
R67 19 86 8,9
R68 16 80 10,3
R69 13 77 10
PRE-TEST PENGETAHUAN POLA ASUH DAN GIZI SEIMBANG
No. Item
Responden Total % Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
R1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 13 65% Cukup
R2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85% Baik
R3 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 70% Cukup
R4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 90% Baik
R5 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 17 85% Baik
R6 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 11 55% Kurang
R7 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 16 80% Baik
R8 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 15 75% Cukup
R9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 18 90% Baik
R10 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 90% Baik
R11 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 13 65% Cukup
R12 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14 70% Cukup
R13 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14 70% Cukup
R14 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 85% Baik
R15 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16 80% Baik
R16 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 12 60% Cukup
R17 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 80% Baik
R18 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95% Baik
R19 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 12 60% Cukup
R20 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 12 60% Cukup
R21 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 9 45% Kurang
R22 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 80% Baik
R23 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 15 75% Cukup
R24 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15 75% Cukup
R25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 18 90% Baik
R26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 100% Baik
R27 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 17 85% Baik
R28 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 14 70% Cukup
R29 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95% Baik
R30 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 14 70% Cukup
R31 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 13 65% Cukup
R32 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 16 80% Baik
R33 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 17 85% Baik
R34 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 75% Cukup
R35 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 14 70% Cukup
R36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 19 95% Baik
R37 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90% Baik
R38 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 75% Cukup
R39 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18 90% Baik
R40 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 10 50% Kurang
R41 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 90% Baik
R42 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 14 70% Cukup
R43 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 85% Baik
R44 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 90% Baik
R45 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 15 75% Cukup
R46 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18 90% Baik
R47 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 16 80% Baik
R48 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 12 60% Cukup
R49 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 90% Baik
R50 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 12 60% Cukup
R51 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 12 60% Cukup
R52 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 85% Baik
R53 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 70% Cukup
R54 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90% Baik
R55 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90% Baik
R56 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 15 75% Cukup
R57 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 75% Cukup
R58 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95% Baik
R59 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 14 70% Cukup
R60 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 15 75% Cukup
R61 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 17 85% Baik
R62 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 14 70% Cukup
R63 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85% Baik
R64 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 90% Baik
R65 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 13 65% Cukup
R66 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 10 50% Kurang
R67 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 14 70% Cukup
R68 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15 75% Cukup
R69 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 15 75% Cukup
Keterangan:
Analisis Univariat
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan
Pekerjaan
Pre-Test
Post-Test
Pre Test
Umur < 20 0 0 0 0
20 – 35 28 28 3 59
> 35 5 4 1 10
Total 33 32 4 69
Post Test
Umur < 20 0 0 0 0
20 – 35 54 5 0 59
> 35 8 2 0 10
Total 62 7 0 69
Pre Test
Pendidikan Dasar 2 2 2 6
Menengah 20 23 2 45
Tinggi 11 7 0 18
Total 33 32 4 69
Pendidikan *Post Test Crosstabulation
Post Test
Pendidikan Dasar 4 2 0 6
Menengah 40 5 0 45
Tinggi 18 0 0 18
Total 62 7 0 69
Pre Test
Pekerjaan IRT 17 24 4 45
Kary. 7 4 0 11
PNS 4 0 0 4
Lain-lain 5 4 0 9
Total 33 32 4 69
Post Test
Pekerjaan IRT 38 7 0 45
Kary. 11 0 0 11
PNS 4 0 0 4
Lain-lain 9 0 0 9
Total 62 7 0 69
Paritas *Pre Test Crosstabulation
Pre Test
Paritas Primipara 5 12 1 18
Multipara 27 19 3 49
Grandemulti 1 1 0 2
Total 33 32 4 69
Post Test
Paritas Primipara 7 11 0 18
Multipara 54 5 0 49
Grandemulti 1 1 0 2
Total 62 7 0 69
Analisis Bivariat
Descriptive Statistics
Ranks
Ties 0c
Total 69
Test Statisticsa
Z -4.7821b