Anda di halaman 1dari 36

i

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)


STASE PERSALINAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY’N USIA 32 TAHUN P1A0 DENGAN
MEMERAH ASI DI RUANG NIFAS RS PKU MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2022-2023

Dosen Pembimbing Pendidikan : Dr. Ismarwati, S.KM., S.ST., MPH

Disusun oleh :
Wike Regita Cahyani
2310106061

PRODI KEBIDANAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY’N USIA 32 TAHUN DENGAN


MEMERAH ASI DI RUANG NIFAS RS PKU MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2022-2023

Yogyakarta, 30 November 2023

Pembimbing Pendidik Pembimbing Lahan Mahasiswa

Dr. Ismarwati, S.KM., S.ST., MPH Rina Aryanti A.Md.Keb Wike Regita Cahyani

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulilah segala puji bagi Allah S.W.T., yang Maha menguasai alam semesta. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad S.A.W., keluarga, sahabat, serta
seluruh kaum muslim yang senantiasa istiqomah mengikuti petunjuk-Nya.. Adapun
penyusunan laporan Case Based Discussion (CBD) ini tidak telepas dari bantuan, bimbingan,
dan pengarahan semua pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr.Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.


2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. Nidatul Khofiyah, S.Keb.,Bd., M.PH selaku ketua Prodi Kebidanan Program Sarjana dan
Prodi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi.
4. Dr. Ismarwati, S.KM., S.ST., MPH Selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan
banyak waktu, tenaga, dan fikiran untuk memberikan bimbingan dalam menyusun
Laporan Case Based Discussion (CBD)
5. Rina Aryanti A.Md.Keb selaku pembimbing Lahan di Ruang Nifas RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
6. Kedua orang tua dan seluruh keluarga besar yang menjadi support system, baik berupa
bantuan, motivasi, materi maupun doa.
7. Semua teman-teman yang telah membantu dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, yang telah memberikan semangat serta dukungan.

Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman sehingga


penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 30 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL………………………………………………………………………………………...i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumus Masalah...............................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................................2
BAB III TINJAUAN TEORI..................................................................................................3
A. Memerah ASI..................................................................................................................3
B. Penyimpanan ASI............................................................................................................3
C. Cara Memerah ASI Dengan Tangan...............................................................................5
D. Tips Memerah ASI..........................................................................................................6
BAB III HASIL OBSERVASI................................................................................................9
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................14
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
LAMPIRAN

iii
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberian air susu ibu (ASI) ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi telah
terbukti mampu meningkatkan derajat kesehatan suatu bangsa. Selain itu, pemberian ASI
ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi akan memberikan manfaat positif bagi
kehidupannya dimasa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ASI
ekslusif mampu menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan bayi (Rahayu, 2018).
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, dan
mudah dicerna. Alasan mengapa bayi memerlukan ASI karena ASI memiliki manfaat
salah satunya memiliki banyak keunggulan kandungan zat-zat penting yang terkandung di
dalamnya, hal itu dapat membuat bayi berkembang dengan optimal. Berdasarkan data
stastistic World Health Organization (WHO) tahun 2018 diperoleh data cakupan ASI di
Negara dibawah 50%. Cakupan ASI di Afganistan sebesar 43,1%, India 54,9%, Mexico
30,1%, Myanmar 50,1%, Nigeria 23,3%, Paraguay 29,6% (WHO, 2021).
Teknik memerah ASI yang dianjurkan adalah dengan mempergunakan tangan dan
jari karena praktis, efektif dan efisien dibandingkan dengan menggunakan pompa. Cara
memerah ASI menggunakan cara Chele Marmet yang disebut dengan Teknik Marmet
yang merupakan perpaduan antara teknik memerah dan memijat. Memerah dengan
menggunakan tangan dan jari mempunyai keuntungan selain tekanan negatif dapat diatur,
lebih praktis dan ekonomis karena cukup mencuci bersih tangan dan jari sebelum
memerah ASI. Jika teknik ini dilakukan dengan efektif dan tepat maka tidak akan terjadi
masalah dalam produksi ASI maupun cara mengeluarkan ASI sehingga bayi akan tetap
mendapatkan ASI dan penggunaan susu formula di hari-hari pertama kelahiran bayi dapat
dikurangi (Puspitasari, 2019).
Prosentase Air Susu Ibu (ASI) untuk anak usia di bawah satu bulan memiliki
persentasea cukup tinggi yaitu sebesar 67%. Pada usia 2-3 bulan menurun 55%, setelah
umur 4-5 bulan turun lagi menjadi 38%. Ditengah kondisi belum tercapainya target
pemberian ASI Ekslusif secara rata-rata nasional tersebut. Kabupaten Sleman, baru
mencapai prosentase pemberian ASI Ekslusif 49,7%. Hal ini menunjukkan Kabupaten
Sleman berada di posisi terendah keempat dari 35 kota/kabupaten se Yogyakarta, jauh
dibawah angka rata-rata provinsi, 66% (Profil Kesehatan Yogyakarta, 2019).
5

Faktor-faktor penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif dipangaruhi oleh faktor


internal dan eksternal. Faktor internal seperti faktor pendidikan, faktor pengetahuan faktor
sikap atau perilaku, dan faktor psikologis. Sedangkan untuk faktor eksternal yaitu seperti
faktor peranan ayah, perubahan sosial budaya, meningkatnya promosi susu formula
sebagai pengganti ASI, dan Pemberian informasi yang salah (Wijayanti, 2018).

B. Rumus Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah “ Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas Pada Ny’N Usia 32 Tahun P1A0 Dengan Memerah ASI Di Ruang Nifas RS PKU
Muhammdiyah Yogyakarta”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Mampu Memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan memerah ASI
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji data meliputi data subyektif secara lengkap pada Ny
N P1A0 Dengan Memerah ASI
b. Mahasiswa mampu mengkaji data meliputi data obyektif pada Ny N P1A0
Minggu Dengan Memerah ASI
c. Mampu Melakukan analisis data data yang meliputi diagnosa kebidanan dan
masalah pada Ny N P1A0 Dengan Memerah ASI
d. Mampu melakukan Penatlaksanaan pada Ny N P1A0 Dengan Memerah ASI
6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Memerah ASI

1. Memerah ASI diperlukan untuk merangsang pengeluaran ASI pada keadaan payudara
sangat bengkak, puting sangat lecet, dan pada bayi yang tidak dapat diberikan minum.

2. ASI diperah bila ibu tidak bersama bayi saat waktu minum bayi.

3. Untuk meningkatkan produksi ASI, payudara dikompres dengan air hangat dan dipijat
dengan lembut sebelum memerah ASI.

4. Memerah yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan produksi ASI

5. Bila ASI akan diperah secara rutin, dianjurkan menggunakan kantong plastik yang
didisain untuk menyimpan ASI, yang pada ujungnya terdapat perekat untuk menutupnya.
Kumpulan kantong plastik kecil tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik besar agar
terlindung dan terhindar dari robek/ lubang. Pada setiap kantong plastik harus diberi label
tanggal dan waktu memerah (Purwaningtyas, 2020)

B. Penyimpanan ASI
1. ASI perah disimpan dalam lemari pendingin atau menggunakan portable cooler bag

2. Untuk tempat penyimpanan ASI, berikan sedikit ruangan pada bagian atas wadah
penyimpanan karena seperti kebanyakan cairan lain, ASI akan mengembang bila
dibekukan.

3. ASI perah segar dapat disimpan dalam tempat/wadah tertutup selama 6-8 jam pada suhu
ruangan (26ºC atau kurang). Jika lemari pendingin (4ºC atau kurang) tersedia, ASI dapat
disimpan di bagian yang paling dingin selama 3-5 hari, di freezer satu pintu selama 2
minggu, di freezer dua pintu selama 3 bulan dan di dalam deep freezer (-18ºC atau kurang)
selama 6 sampai 12 bulan.

4. Bila ASI perah tidak akan diberikan dalam waktu 72 jam, maka ASI harus dibekukan.

5. ASI beku dapat dicairkan di lemari pendingin, dapat bertahan 4 jam atau kurang untuk
minum berikutnya, selanjutnya ASI dapat disimpan di lemari pendingin selama 24 jam
tetapi tidak dapat dibekukan lagi (Andi, 2021).
7

C. Cara Memerah ASI Dengan Tangan

1. Gunakan container / wadah yang paling bersih, bisa terbuat dari plastik atau bahan
metal (paling baik karena lemak dari ASI dapat menempel pada sisi wadah dari kaca).
Bayi membutuhkan kandungan lemak dari ASI untuk pertumbuhannya.

2. Cuci tangan terlebih dahulu dan duduklah dengan santai. Duduk dengan sedikit
mencondongkan badan ke depan. Anda dapat duduk di kursi dengan container/ wadah
di pangkuan anda. Wadah dengan mulut yang lebar seperti mangkok akan lebih mudah.

3. Massage dengan lembut payudara dari dasar payudara kearah puting susu untuk
merangsang refleks oksitosin (let down reflex). Rangsang puting susu dengan ibu jari
dan jari telunjuk anda. Gunakan kompres hangat atau mandi dengan air hangat akan
membantu ASI lebih mudah keluar.

4. Letakkan ibu jari di bagian atas di bagian luar areola ( di jam 12) dan jari telunjuk serta
jari-jari lain di bagian bawah areola (di jam 6) atau membentuk huruf C.

5. Tekan jari-jari anda kebelakang kearah dada kemudian pencet dan tekan payudara anda
diantara jari-jari anda, dan lepaskan, dorong ke arah puting seperti mengikuti gerakan
mengisap bayi. Ulangi hal ini berulang-ulang.

6. Hindari menarik atau memeras terlalu keras dan bersabarlah, mungkin akan memakan
waktu yang agak lama pada awalnya.

7. Ketika ASI mengalir lambat, gerakkan jari anda di sekitar areola dan berpindah-pindah
tempat, kemudian mulai memerah lagi sampai ASI yang tersimpan menjadi kosong.

8. Ulangi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan anda merasa telah
mengosongkan payudara sebanyak yang anda bisa (Purwaningtyas, 2020).
D. Tips Memerah ASI

1. Pompalah payudara sesuai jam bayi minum jika anda jauh darinya
2. Untuk meningkatkan jumlah ASi yang diperah, kompres payudara dengan air hangat
dan pijatlah dengan lembut sebelum memerah.
3. Jangan putus asa bila saat awal memerah jumlah ASI yang keluar sedikit. Dengan
memompa secara rutin biasanya akan meningkatkan produksi ASI dalam 2 minggu.
8

4. Simpan ASI sejumlah yang diminum bayi. Coba sedikit-sedikit. Sejumlah kecil yang
dicairkan lebih cepat mencair dan lebih sedikit ASI yang terbuang bila bayi hanya
sedikit minum dari biasanya.
5. Jika anda memompa saat kerja, dinginkan (atau gunakan portable cooler bag).
6. ASI dapat disimpan di lemari pendingin selama 72 jam. Jika anda tidak ingin
memakainya pada periode waktu tersebut, bekukan ASI. Anda dapat menggunakan
tempat penampung yang bersih. Kantong plastik atau botol.
7. Jika anda akan memompa dan menyimpan ASI secara teratur, pertimbangkan untuk
menggunakan kantong plastik yang didisain untuk menyimpan ASI. Kemudian ujung
plastik di tutup dengan menggunakan perekat plastiknya. Kumpulan kantong plastik
kecil itu dimasukkan dalam kantong plastik besar untuk melindungi dan menghindari
robek/ lubang. Beri label berisi tanggal dan waktu memerah pada tiap kantong plastik.
8. ASI beku: Aman untuk penyimpanan jangka panjang tergantung dari suhu freezer
dimana ASI di simpan.
9. ASI yang dicairkan dapat bertahan 24 jam di lemari pendingin.
10. Berikan sedikit ruangan pada bagian atas wadah. Seperti kebanyakan cairan lain, ASI
akan mengembang bila dibekukan.
11. Untuk mencairkan ASI, tempatkan di dalam wadah berisi air hangat untuk beberapa
menit.
12. Jangan menggunakan microwave untuk mencairkan atau menghangatkan ASI.
13. Jangan memasak ASI
14. Dengan perlahan kocoklah ASI untuk mencampur lemak yang telah mengapung
15. ASI beku dapat dicairkan di luar lemari pendingin pada udara terbuka yang cukup
hangat atau di dalam wadah berisi air hangat, selanjutnya ASI dapat bertahan 4 jam
atau sampai waktu minum berikutnya tetapi tidak dapat dibekukan lagi.
16. Jangan menggunakan microwave dan memasak ASI untuk mencairkan atau
menghangatkan ASI.
17. Sebelum ASI diberikan kepada bayi, kocoklah ASI dengan perlahan untuk
mencampur lemak yang telah mengapung.
18. ASI perah yang sudah diminum bayi sebaiknya diminum sampai selesai, kemudian
sisanya dibuang (Rahayu, 2019).
E. Tinjauan Islam

Istilah menyusui di dalam Al-Qur`an disebutkan


9

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak
ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” Air
Susu Ibu (ASI) adalah minuman terbaik dan tak tergantikan bagi buah hati sejak lahir hingga
awal 2 tahun kehidupannya.

Golden liquid atau cairan emas ini merupakan modal awal membentuk generasi emas.
Bahkan dalam Islam pun menyarankan untuk menyusui bayi hingga genap dua tahun
umurnya. Namun, pada kenyatannya, dengan semakin berkembangnya zaman dan emansipasi
wanita yang tak lagi hanya mengurus dapur, sumur, dan kasur. Dapat mempengaruhi
pergeseran pengasuhan anak. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa semakin tinggi pendidikan
seorang wanita, maka semakin tinggi pula keinginannya untuk bekerja dalam
mengimplementasikan ilmu yang dimilikinya. Sehingga kebutuhan signifikan anak mulai
dikesampingkan. Seperti halnya Air Susu Ibu (ASI), yang mana selain memberikan ASI
eksklusif maupun ASI dengan cara memerah dan menyimpannya di botol, ada juga ibu
pekerja yang memilih susu formula. Menurut mereka cara ini adalah solusi bagi ibu yang
10

kesulitan menyusui secara langsung karena tak punya kesempatan bersama anak setiap
waktu. Padahal Sumber nutrisi ideal bagi bayi baru lahir hingga 2 tahun adalah air susu ibu
(ASI).
BAB III

HASIL OBSERVASI

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY’N USIA 32 TAHUN P1A0


MEMERAH ASI DI RUANG NIFAS RS PKU MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA

PENGKAJIAN DATA, Oleh : Wike Regita Cahyani


Tanggal/Jam : 07 November 2023
Pukul : 06.00 WIB

SUBYEKTIF
A. Biodata Istri Suami
1. Nama :Ny N : Tn I
2. Umur :32 Tahun : 32 Tahun
3. Agama :Islam : Islam
4. Suku :Jawa : Jawa
5. Bangsa :Indonesia : Indonesia
6. Pendidikan :SMA : SMA
7. Pekerjaan :IRT : Buruh
8. Alamat :Pandeyan
B. Alasan kunjungan : Ibu mengatakan payudaranya bengkak
C. Riwayat menstruasi :
1. Menarche umur : 13 Tahun
2. Siklus : 30 Hari
3. Lama : 6 Hari
4. Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut
5. Sifat Darah : cair namun terkadang sedikit menggumpal
6. Keluhan : tidak ada keluhan
D. Riwayat Kehamilan ini
1. Usia Kehamilan : 41 minggu
2. Keluhan yang dirasakan selama hamil
a) TM I : mual muntah
b) TM II :tidak ada keluhan

11
c) TM III :sering buang air kecil
d) Adakah penyakit penyerta selama kehamilan : Tidak ada
e) Imunisasi TT : Imunisasi lengkap
E. Riwayat obstetri : G1P1A0 HPHT : 27/01/2023 HPL :30/11/2023

12
13

F. Riwayat kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

Hamil Persalinan Nifas


ke Tgl Lahir Umur Jenis Penolong Komplikasi Jk BB Laktasi Komplikasi
lahir kehami persalinan lahir
lan
1 06- Tunggal 41 spontan bidan - P 3125 - -
11-23 minggu

G. Riwayat kontrasepsi : Ibu mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi


H. Riwayat Keehatan
1. Penyakit yang pernah di derita oleh ibu dan suami: Ibu mengatakan tidak ada
riwayat pengyakit yang pernah di derita
2. Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh keluarga : ibu mengatakan tidak ada
riwayat penyakit seperti DM,Hipertensi, Jantung, Hipatitis, HIV, dan asma.
3. Riwayat keturunan kembar : ibu mengatkan tidak ada riwayat keturunan kembar.
I. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1. Pola nutrisi
a) Makan : 2x shari, jenis nasi sayur mayur lauk pauk ikan tempe ayam dan buah
buahan , posri sedang,
b) Minum : 5-7 x sehari, jenis air putuh dan teh, porsi 1 gelas
2. Pola eliminasi
a) BAB: 1 x sehari, warna kecoklatan, knsitensi lunak, bauk khas, tidak ada
keluhan
b) BAK: 4-5 x sehari, warna kekuningan, bau khas, tidak ada keluhan
3. Pola istirahat
a) Siang : 1 jam, pukul 13.00-14.00 WIB
b) Malam : 9 Jam, Pukul 21.00-05.00 WIB
4. Pola seksualitas : 2 x semingu, tidak ada keluhan
5. Personal hgyiene
a) Mandi : 2x sehari
b) Gosok gigi : 2x sehari
c) Mencuci rambut : 3 hari sekali
d) Ganti pakaian : 2x sekali
14

6. Pola aktivitas : ibu mengatakan ibu hanya membersihkan rumah seperti biasanya
J. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
1. Merokok : ibu mengatakan tidak merokok
2. Minum jamu : ibu mengatakan tidak meminum jamu-jamuan
3. Minum minuman berakohol : ibu mengatakan tidak mengkonsumsi minum
minuman berakohol
K. Riwayat Psikologis dan ekonomi : ibu mengatakan keluarga suami sangat senang
dengan kehamilannya, dan ibu keluarga sangat menantikan kelahiran anaknya.
L. Hewan peliharaan : ibu mengatakan tidak ada hewan peliharaan

OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Vital sign
1) Tekanna darah : 113/82 mmHg
2) Nadi : 96x/ Menit
3) Suhu : 36,5oC
4) Respirasi : 20x/Menit
d. Antropometri
1) Berat badan : 66 kg
2) Tinggi badan : 156 cm
3) Lila : 25 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : tidak ada benjolan, bersih, rambut tidak rontok, rambut berwarna
hitam, tidak ada ketombe
b. Muka : tidak pucat, simetris, tidak ada oedema
c. Mata : sklera putih, konjung tiva berwarna pink, tidak ada kotoran
d. Telinga : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada kotoran
e. Hidung : simetris, tidak ada kotoran
f. Mulut : tidak ada sariawan, bibim tidak pucat, tidak ada karang gigi, gigi
tidak berlobang
g. Leher : tidak ada benjolan kelnjar tiroid, kenjar limfe, kelenjar jugularis
h. Payudara : bengkak, aerola mamae kehitaman, puting susu menonjol
15

 Abdomen : keras
i. Genetalia :

Lochea : rubra (merah kecoklatan)


Anus : Tidak ada Hemoroid dan benjolan
j. Ekstermitas atas : jari jari tangan lengkap kanan dan kiri, kuku tidak pucat dan
tidak ada oedema
k. Ekstermitas bawah : jari-jari kaki lengkap kanan dan kiri, kuku bersih dan tidak
ada oedema
3. Data penunjang : pemeriksaan laboratorium
- HB: 15 g/dl
- Protein Urine : Negative
- Glukosa : Negative
ANALISA
Ny N Usia 32 Tahun P1A0 Dengan Memerah ASI di Ruang Nifas RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta

PENATALAKSANAAN

1. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu

E : KU : Baik, Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 126/82 mmHg R : 20 x/menit

N : 77 x/menit S : 36,60 C

2. Memberitahu ibu teknik memerah ASI

E : Ibu mengerti yang dijelaskan bidan

3. Memberi dukungan moril dan informasi tentang keadaan ibu dan tips memerah ASI

E : Ibu merasa nyaman dan sudah mengetahui keadaannya

4. Memberitahu ibu untuk mengompres dingin payudara

E : Ibu mau mengikuti anjuran bidan

5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang bergizi

E : Ibu mengerti.

6. Mendokumentasikan hasil temuan

E : Telah dilakukan dokmentasi


BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan kebidanan nifas pada Ny.N usia 32 tahun P1A0 dengan
memerah ASI dengan menggunakan managemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari
7 langkah, mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dengan ada tidaknya kesenjangan
antara teori dan praktek yang penulis alami dilapangan.
1. Subjektif
Menurut Notoatmodjo (2010) wawancara merupakan suatu metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut.
Untuk mendapatkan data subjektif menggunakan metode pengumpulan data
dengan wawancara. Hasil wawancara pada Ny. N yaitu, ibu mengatakan berumur 32
tahun, ibu mengatakan pernah melahirkan satu kali dan belum pernah keguguran, telah
melahirkan pada tanggal 06 November jam 08.00 WIB. Ibu mengatakan payudara terasa
nyeri sejak satu hari yang lalu, dan ibu mengatakan saat menyusui dengan payudara
sebelah kanan semakin nyeri sesuai dengan Risanto (2018 ) gejala dari payudara bengkak
antara lain nyeri pada payudara.
Dari pengkajian juga didapatkan pada riwayat pemberian ASI ditemukan teknik
yang kurang benar saat ibu mencoba menyusui bayinya yaitu areola tidak masuk
seluruhnya pada mulut bayi dan saat ibu menghentikan menyusui ibu sudah berhati-hati
dengan memasukkan jari kelingking ke mulut bayi sambil puting di kait dengan jari
tersebut dan dengan cara menekan dagu bayinya. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori
Suradi (2019) posisi hisapan bayi yang benar antara lain mulut bayi terbuka lebar, dagu
bayi menempel pada payudara ibu, sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi,
bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
Pada data pengetahuan ditemukan bahwa ibu belum begitu tahu cara menyusui
yang baik dan benar. Menurut Pusdiknakes (2019) ibu tahu cara yang benar untuk
memposisikan bayi pada payudaranya, menyusui pada waktu diinginkan bayi (on
demand), dan memperoleh dukungan serta percaya diri tentang kemampuannya memberi
ASI, berbagai penyulit dapat dihindari atau dicegah.

16
Data psikologi ditemukan ibu merasa cemas dengan keadaan nyeri ketika
menyusui. Kecukupan ASI nya cukup. Menurut Pusdiknakes (2019) wanita mengalami
banyak perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi
seorang ibu.
2. Objektif
Untuk mendapatkan data objektif dilakukan dengan cara observasi dan
pemeriksaan fisik diperoleh hasil, data subjektif keadaan umum : baik, kesadaran :
composmentis, TTV : TD : 113/82 mmHg, R : 20 x/menit, N : 96 x/menit, S : 36,5 0C.
status pasien yang perlu ditekankan pada kasus ini adalah pada pemeriksaan payudara
didapatkan hasil payudara nyeri, payudara simetris.
Pada kasus Ny. N, dari hasil pemeriksaan terdapat payudara nyeri, tidak hangat
ketika disentuh, tidak ada benjolan, ASI sudah keluar lancar saat dipencet. Hasil tersebut
sesuai dengan teori Risanto (2018) penyebab umum payudara nyeri adalah perlekatan
yang kurang baik. Bila bayi melekat kurang baik maka penegluaran ASI kurang
sempurna dan terjadi nyeri.Setelah bayi melekat dengan baik, rasa nyeri akan berkurang.
Pada kasus Ny. N tidak termasuk kasus yang mengarah ke mastitis. Menurut Risanto
(2018) mastitis sering disamakan dengan payudara bengkak dan nyeri. Payudara bengkak
terjadi pada seluruh payudara, dan sering kali pada kedua payudara. Mastitis terjadi pada
sebagian payudara, dan biasanya hanya satu payudara. Payudara bengkak yang tidak
segera ditangani akan memicu terjadinya mastitis. Mastitis timbul pada payudara yang
bengkak, atau karena saluran tersumbat. Saluran tersumbat karena disebabkan karena
tidak ada pengosongan ASI. Kadang terjadi karena saluran tersumbat oleh ASI yang
menebal. Gejalanya adalah adanya gumpalan dan lembek, sering kali terdapat kemerahan
pada kulit di daerah yang bengkak. Ibu tidak demam dan merasa sehat, sehingga sesuai
dengan teori Wiknjosastro (2019).
Pada kasus Ny. N TFU 2 jari di bawah pusat pada 1 hari post partum sehingga
sesuai dengan teori Bobak (2019) apabila wanita berdiri di hari pertama setelah
melahirkan, abdomennya akan menonjol dan membuat tampak seperti masih hamil.
Diperlukan sekitar enam minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum
hamil. Kulit memperoleh kembali elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil stria menetap.
Risanto (2018) mengatakan pengeluaran lochea berhenti setelah 2 minggu post
partum. Lochea rubra (cruenta) adalah berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum, selama 2 hari postpartum.
Lochea sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, selama hari ke-3

17
hingga hari ke-7 postpartum. Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke-7 hingga hari ke-14 postpartum. Lochea alba adalah cairan putih, setelah 2
minggu. Pada kasus Ny. I 3 hari post partum genetalia terdapat lochea rubra yang berupa
darah berwarna merah kecoklatan baunya khas.
3. Assessment
1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus,umur ibu, dan
keadaan nifas dengan data subjektif dan data objektif Ambarwati (2019). Dari
pengkajian yang dilakukan dapat ditentukan diagnosa kebidanan yaitu P 1A0 umur 32
tahun 1 hari post partum normal. Berdasarkan teori dengan praktik tidak ditemukan
adanya kesenjangan, hal ini dibuktikan dengan diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data subyektif dan obyektif.
2. Masalah
Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum
persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan masa pasca
persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus,
seperti payudara nyeri seringkali ibu menghentikan menyusui karena payudara nyeri
Suradi, (2019). Berdasarkan praktik dilapangan pada kasus Ny.N masalah yang
muncul adalah payudara nyeri. Berdasarkan antara teori dengan praktik di lapangan
tidak ditemukan adanya kesenjangan, hal ini dibuktikan dengan adanya faktor
presdiposisi payudara nyeri yang ditemukan dari hasil pengkajian subjektif yaitu ibu
melakukan kesalahan dalam teknik menyusui yaitu areola tidak masuk seluruhnya
dalam mulut bayi, cara ibu membersihkan puting susunya tidak menggunakan
minyak zaitun dan baby oil.
3. Diagnosa potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Varney,
2007 : 75). Dalam kasus Ny. N tidak ditemukan adanya diagnosa potensial karena
tidak ada tanda-tanda bahaya yang bisa mengarah pada komplikasi. Berdasarkan
teori dengan praktik tidak ada kesenjangan, hal ini dibuktikan dengan tidak
ditemukannya tanda-tanda yang mengarah pada diagnosa potensial yang terjadi
pada pasien.

18
4. Tindakan segera
Pada langkah ini mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan serta konsultasi
dengan dokter atau tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien (Varney,
2007 : 94). Pada kasus Ny. N tindakan segera tidak perlu dilakukan karena pasien
dalam keadaan normal. Sehingga pada kasus Ny.N tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dengan praktik, hal ini dikarenakan tidak ada diagnosa
potensial yang muncul sehingga tidak ada antisipasi tindakan segera yang
dilakukan.
4. Planning
Pada kasus Ny. N perencanaan yang dibuat adalah beri tahu hasil pemeriksaan
pada ibu, atasi cemas, beri pendidikan kesehatan tentang payudara nyeri, ajarkan
teknik menyusui yang benar, anjurkan menyusui setiap 2 jam sekali atau jika bayi
menginginkannya (on demand), jelaskan kebutuhan nutrisi selama menyusui, beri
terapi paracetamol 500 mg 3x1 (10 tablet) dan amoxicilin 500 mg 3x1 (10 tablet),
beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang. Menurut suradi (2011) puting susu
yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan
biasanya akan sembuh sendiri sekitar 2x24 jam. Terdapat kesenjangan perencanaan
asuhan dari teori dan praktik, hal tersebut dibuktikan bahwa puting susu lecet dapat
sembuh sendiri sekitar 2x24 jam, sehingga tidak perlu diberikan terapi paracetamol
500 mg 3x1 (10 tablet) dan amoxicilin 500 mg 3x1 (10 tablet). Dan tidak
memberikan pendidikan tentang perawatan bayi baru lahir (Sarwono 2009 : 123)
Catatan Implementasi
Pada pelaksanaan asuhan payudara nyeri yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat. Menurut Suradi (2019) pelaksanaan yang dibuat
pada kasus payudara nyeri adalah memberitahu tentang hasil pemeriksaan pada ibu
bahwa ibu mengalami payudara nyeri, mengatasi cemas ibu dengan memberikan
motivasi kepada ibu bahwa payudara nyeri dapat diatasi dengan teknik menyusui
yang baik dan benar, memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang
payudara nyeri, mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang benar, menganjurkan
pada ibu untuk menyusui secara on demand, menjelaskan pada ibu tentang
kebutuhan nutrisi selama menyusui, memberikan terapi pada ibu, memberitahu
kepada ibu kunjungan ulang 2 minggu lagi. Pada kasus Ny. N ditemukan bahwa
ibu sudah benar saat melakukan teknik menyusui, pada mulut bayi tidak ada
moniliasis, ibu tetap memberikan ASI pada payudara nyeri, tetap mengompres,

19
membersihkan puting susu dengan minyak kelapa atau baby oil. Berdasarkan teori
dengan praktik tidak ada kesenjangan, tetapi penulis tidak memberikan pendidikan
tentang perawatan bayi baru lahir. (Sarwono 2009 : 123)
Asuhan yang diberikan kepada pasien dengan payudara nyeri oleh bidan di
yaitu diberikan terapi amoxicilin 500 mg 3x1 sebagai antibiotik dari golongan
penisilin yang umum digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri dan
paracetamol 500 mg 3x1 adalah obat analgetik dan antipiretik yang digunakan
untuk mengurangi rasa nyeri. Sebenarnya terapi amoxicillin dan paracetamol tidak
perlu diberikan, hal tersebut dibuktikan bahwa payudara nyeri dapat sembuh
sendiri sekitar 2x24 jam.
Evaluasi
Dari evaluasi asuhan kebidanaan yang telah diberikan pada Ny. N selama1
hari didapatkan hasil yang optimal, karena keadaan payudara nyeri sudah sembuh,
serta ibu dapat melakukan teknik, hal ini sesuai dengan teori Suradi (2019) payudara
nyeri dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan
biasanya akan sembuh sendiri sekitar 2x24 jam.
1. Pengkajian
Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang
ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial dan spiritual (Nur Jannah,
2019). langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada data subjektif didapatkan Ny. N
mengatakan bahwa baru melahirkan anak pertama. Keluhan utama pada waktu masuk ibu
mengatakan payudar terasa nyeri, ibu diminta untuk melakukan terapi memerah ASI.
Data subjektif keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, TTV : TD : 113/82
mmHg, R : 20 x/menit, N : 96 x/menit, S : 36,5 0C.
2. Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai
diagnosis (Yulaikah, 2019).
Diagnosa kebidanan pada kasus yaitu Ny. N usia 32 tahun P1A0 1 hari postpartum
dengan memerah ASI. Masalah ibu merasa cemas dengan keadaan yang dialami saat ini

20
dan kebutuhan yang diberikan yaitu informasi kepada ibu mengenai payudara yang nyeri
dan teknik memerah ASI.
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi (Jannah, 2019).
Pada kasus ini diagnosa yang muncul sama seperti yang ada pada teori, dan diagnosa
potensial ini tidak terjadi pada ibu karena telah dilaksanakan penatalaksanaan yang benar.
4. Tindakan Segera / Antisipasi
Antisipasi yang pertama yang perlu dilakukan pasien dengan kompres air dingin dan
lakukan teknik memerah ASI serta makanan nutrisi.
5. Rencana Tindakan
Pada kasus ibu nifas dengan memerah ASI pada Ny. N rencana tindakan yang diberikan
yaitu :
a. Observasi keadaan umum dan vital sign
b. Observasi payudara nyeri
c. Beri dukungan moril dan informasi tentang keadaan ibu dan bayi kepada ibu maupun
keluarga
d. Lakukan informed consent pada ibu dan keluarganya untuk melakukan teknik
memerah ASI
e. Anjurkan ibu untuk melakukan kompres dingin
f. Beritahu ibu teknik memerah ASI yang benar
g. Observasi hasil tindakan. Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan kasus yang ada di lapangan.
6. Penatalaksaan
Merupakan rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan seperti pada perencanaan.
Ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh bidan, pasien dan tim
kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaan (Varney, 2017). Asuhan telah terlaksana dengan baik
sesuai dengan SOP yang ada.
7. Evaluasi
Langkah ini merupakan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
penemuan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan,
diagnosa, dan masalah sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa kebidanan
(Varney, 2017), yaitu ibu nifas dengan memerah ASI. Dalan evaluasi ini ibu nifas

21
langsung mendaptkan penanganan asuhan sesuai kebutuhannya.
Pada kasus Ny. N evaluasi yang didapat yaitu :
a. Ibu nifas dengan memerah ASI dengan penanganan yang benar
b. Payudara normal
c. ASI normal

22
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan pada asuhan
kebidanan ibu nifas Ny. N dengan memerah ASI di RS maka penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada pengkajian Ny. N P1A0 di peroleh data subyektif dan data obyektif.
2. Diagnosa kebidanan diperoleh dari hasil pengkajian..
3. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan masalah dan diagnosa yang
sudah diidentifikasi.
4. Antisipasi merupakan langkah untuk menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,
melakukan terapi memerah ASI.
5. Rencanan tindakan yang di berikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
6. Pelaksanaan pada kasus ini sesuai pada perencanaan yang ada, mengompres dingin
payudara, melakukan perawatan payudara dan memerah ASI sesuai SOP yang ada.
7. Evaluasi merupakan keefektifan apakah bantuan benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan, diagnosa, dan masalah sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa
kebidanan.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan wawasan bagi para mahasiswa
tentang bagaimana penanganan pada kasus memerah ASI.
2. Bagi Bidan
Diharapkan dari hasil penulis dapat memberikan masukan terhadap tenaga
kesehatan khususnya bagi bidan memahami teknik memerah ASI.
3. Bagi RSUD
Diharapkan data menggali lagi tentang faktor penyebab lainya dari
payudara bengkak dan ASI tidak lancar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Andi Ayu Novitasari, A. T. (2021). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Memerah ASI Kab. Wajo. AL-IQRA MEDICAL JOURNAL : JURNAL BERKALA
ILMIAH KEDOKTERAN, 10-11.

Afni, R. (2019). Kneading Techniques and Settings Breath On Mother Maternity


Primigravidae In Dince BPM Safrina Pekanbaru. Journal Of Nursing And Midwifery,
2(1), 111–114.

Agma, A. A. F. (2018). Pengaruh ASI ekslusif di Klinik Pratama Tanjung Deli Tua Tahun
2018. Politeknik Kesehatan Kemnkes Medan.
Annisa, N. H., Antari, G. Y., & Afrida, B.
R. (2018). Efektifitas Pijat Terhadap Penurunan ASI Prosiding Workshop & Presentasi
Hasil Penelitian, Pengabdian Masyarakat Dan Literatur Review “ Hidup Sehat
Dengan Hipnoterapi,” 27 November 2018, 7–15.
Armini, N. K. A., Esti Yunitasari, Triharini, M., Kusumaningrum, T., Pradanie, R., &
Nastiti, A. A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Maternitas 2. Tim Pustaka Saga.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. (2021). Profil Kesehatan Jateng 2020.
Barnes, T. (2017). Benefits of Swedish Massage. In Physical Benefits of Therapeutic
Massage (pp. 1–33). Tanja Barnes LMT.
Bill & Melinda Gates Foundation. (2021). Global Progress and Projections for Maternal
Mortality.
Dewi, P. I. S., Aryawan, K. Y., Ariana, P. A., & Eka Nandarini, N. A. P. (2020). Intensitas
Ibu Nifas Exercise. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 456–465.
Fatmawati, L. (2020). Diktat Keperawatan Maternitas. Universitas Gresik Press.
Faujiah, I. N., Herliani, Y., & Diana, H. (2018). Pengaruh Perawatan Payudara Di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Rajapolah Tahun 2018. Midwife Journal, 4(2), 1–10.
Felaili, S. E., & Machmudah. (2017). Teknik Memerah ASI di Kabupaten Semarang. Jurnal
Kebidanan, 9(1), 91–100.
Rahayu, B. & Sari, A. N. 2019. Studi Deskriptif ASI Ekslusif pada Ibu Nifas. Jurnal Ners
dan Kebidanan Indonesia, 5(2): 134-138.
Nugroho, T. (2021). Obsgin : Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika

24
8 (2) Juni 2022 pp 17-20
JURNAL ILMU
KEBIDANAN

POLTEKKES UMMI p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027


KHASANAH

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP


PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG CARA
MEMERAH DAN MENYIMPAN AIR SUSU IBU (ASI)

Tita Restu Yuliasri1*

1 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

*tita_dheta@yahoo.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Cakupan presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di
Indonesia pada tahun 2017 sebesar (35,73%) naik bila dibandingkan pada tahun 2016
(29,5%) (Kemenkes RI, 2018). Namun, target pencapaian ASI eksklusif enam bulan
Received June 27,2022 yang ditetapkan Kementrian Kesehatan masih dibawah target. Ibu bekerja yang tidak
menyusui bayinya secara eksklusif dikarenakan ibu merasa tidak mempunyai waktu
Accepted June 29, 2022 untuk menyusui bayinya. Sebenarnya, ASI masih dapat diberikan kepada bayi pada saat
ibu sibuk bekerja dengan cara memerah atau memompa dan kemudian menyimpannya
Published June 30, 2022 untuk diberikan kepada bayi. Tujuan penelitian ini untuk megetahui pengaruh tingkat
pendidikan dengan pengetahuan ibu menyusui tentang cara memerah dan menyimpan
air susu ibu (ASI) . Metode: Desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 199
orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah 67
Kata Kunci: orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner terdiri dari 25 item pernyataan yang
telah dinyatakan valid dengan menggunakan uji pearson product moment. Hasil: Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang cara memerah dan
menyimpan Air Susu Ibu (ASI) mayoritas dalam kategori baik dengan jumlah 39
Tingkat pendidikan
responden (58,2%). Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang
Pengetahuan
cara memerah dan menyimpan Air Susu Ibu (ASI) baik sehingga cakupan ASI eksklusif
Memerah ASI
dapat mencapai target.
Menyimpan ASI

ABSTRACT

Page |
Available online at: htt ps://jur nalilm ukebi danan.akbiduk.ac.id/index.php/jik 17
The Relationship of Education Level to Knowledge of Breastfeeding about
Expressing and Storing Breast Milk

Background: The percentage coverage of exclusive breastfeeding for infants 0-6 months
in Indonesia in 2017 was (35.73%) an increase compared to 2016 (29.5%) (Kemenkes
Key words: RI,

2018). However, the target of achieving six months of exclusive breastfeeding set by the
Ministry of Health is still below the target. Working mothers who do not breastfeed their
Education level
babies exclusively because they feel they do not have time to breastfeed their babies.
Knowledge
Actually, breast milk can still be given to the baby when the mother is busy working by
Expressing milk
expressing or pumping and then storing it to be given to the baby. The purpose of this
Storing breast milk
study was to determine the effect of education level on breastfeeding mothers' knowledge
of how to express and store breast milk. Methods: The research design used a
quantitative descriptive study with a cross sectional approach. The population of this
study was 199 people. Sampling using accidental sampling technique with a total of 67
people. The instrument used is a questionnaire consisting of 25 statement items that have
DOI: been declared valid using the Pearson product moment test. Results: The results showed
that the mother's level of knowledge about how to express and store breast milk was
https://10.48092/jik.v8i2.173
mostly in the good category with 39 respondents (58.2%). Conclusion: It can be
concluded that the mother's knowledge about how to express and store breast milk is
good so that the coverage of exclusive breastfeeding can reach the target.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page |
Available online at: htt ps://jur nalilm ukebi danan.akbiduk.ac.id/index.php/jik 18
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni
2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN
Faktor-faktor penyebab gagalnya pemberian ASI
eksklusif dipangaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan bayi internal seperti faktor pendidikan,
yang paling sempurna, mudah dicerna, dan diserap
karena mengandung enzim pencernaan. Hal ini
dapat

mencegah terjadinya penyakit infeksi, karena


mengandung zat penangkal penyakit. Selain itu ASI
mengandung rangkaian asam lemak tak jenuh yang
sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
otak anak. Kebutuhan bayi selama enam bulan cukup
dipenuhi dengan pemberian ASI saja, atau yang sering
dikenal dengan ASI eksklusif.

Pemerintah Indonesia telah melakukan


kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
yang dipelopori oleh World Health Organization
(WHO). Selain itu, Pemerintah telah menetapkan
peraturan yang tercantum dalam Undang-undang (UU)
Kesehatan No.

36 Tahun 2009 tentang kesehatan memberlakukan


sanksi pengadilan dalam pasal 200 yang berbunyi
setiap orang yang dengan sengaja menghalangi
program pemberian ASI eksklusif dapat dikenai pidana
penjara paling lama satu tahun dan denda sebanyak 100
juta rupiah. Undang- undang (UU) ini telah disahkan
oleh Presiden dan juga Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI pada tanggal

13 Oktober 2009 (Wiji, 2013).

Cakupan presentase pemberian ASI eksklusif


pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2017
sebesar (35,73%) naik bila dibandingkan pada
tahun

2016 (29,5%) (Kemenkes RI, 2018). Namun,


target

pencapaian ASI eksklusif enam bulan yang ditetapkan


Kementrian Kesehatan masih dibawah target yaitu
pada tahun 2016 sebesar 80 % dan tahun 2017 sebesar
90%. Persentase pemberian ASI eksklusif secara
nasional diperoleh angka tertinggi pada Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (61,45%), sedangkan
persentase terendah Provinsi Sumatra Utara (10,75%)
(Kemenkes RI, 2018).

Page |
Available online at: htt ps://jur nalilm ukebi danan.akbiduk.ac.id/index.php/jik 19
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni
2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
menyusui bayinya secara eksklusif 199 orang. Jumlah sampel sebanyak 67 orang.
dikarenakan ibu merasa tidak mempunyai Teknik
waktu untuk menyusui bayinya. Sebenarnya,
pengambilan sampel secara accidental sampling. Dalam
ASI masih dapat diberikan kepada bayi pada
penelitian ini instrumen yang digunakan adalah
saat ibu sibuk bekerja dengan cara memerah
kuesioner dengan hasil uji validitas dan reliabilitas
atau memompa dan kemudian
valid untuk 25 butir soal dari 30 butir soal.
menyimpannya untuk diberikan kepada bayi
Analisis data menggunakan uji Chi Square.
(Septyasrini, 2016).

Tujuan penelitian ini adalah untuk HASIL DAN PEMBAHASAN


mengetahui hubungan tingkat pendidikan
dengan pengetahuan ibu menyusui tentang
cara memerah dan menyimpan air susu ibu 1. Karakteristik Responden
(ASI) yang dilakukan di PMB Sumarni
Pundong. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang
berjumlah 67 orang responden. Sebelum dilakukan
analisa dilakukan pengelompokkan data dengan
M tujuan untuk memudahkan pembaca karena data
E yang diperoleh dari responden berbeda-beda, untuk
T lebih jelas dalam pengelompokkan dapat dilihat
O pada tabel berikut :
D Tabel 1. Karakteristik Responden
E
No Karakteristik Frekuens i %

1 Usia Responden
Jenis penelitian yang digunakan
bersifat deskriptif kuantitatif dengan <20 tahun 1 1,4%
pendekatan cross-sectional. Populasi yang
dipakai dalam penelitian ini adalah ibu yang 20– 35 tahun 57 85,0%
menyusui anak usia 0 bulan sampai usia 2 >35 tahun 9 13,4%
tahun yang berkunjung di PMB Sumarni
Pundong sebanyak

faktor pengetahuan faktor sikap atau perilaku, dan faktor Jumlah 67 100%

psikologis. Sedangkan untuk faktor eksternal yaitu 2 Paritas


seperti faktor peranan ayah, perubahan sosial budaya, Primipara 17 25,3%
meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti
ASI, dan Pemberian informasi yang salah Sekundipara 36 53,7%
(Wijayanti,
Multipara 14 20,8%
2017). Penyabab gagalnya ibu tidak bekerja
Jumlah 67 100%
dalam

memberikan ASI eksklusif yaitu karena kurangnya 3 Pekerjaan


tingkat pengetahuan ibu menyusui, dan
dukungan Bekerja 36 53,7%

Tidak bekerja 31 46,2%


keluarga terutama dukungan ibu kandung dan mertua ibu Jumlah 67 100%

Page |
Available online at: htt ps://jur nalilm ukebi danan.akbiduk.ac.id/index.php/jik 20
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni
2022
P ISSN 2407-6872
menyusui E ISSNatau
sehingga diminta 2579-4027
diperintah untuk 4 Pendidikan

atau bubur sebelum bayi berusia enam bulan dengan SD 7 10,4%


alasan ASI yang belum keluar atau produksi ASI sedikit SMP 16 23,8%
sehingga bayinya rewel dan dianggap tidak kenyang SMA/SMK 38 56,7%
(Lenna, 2017). Akan tetapi satu sisi ibu bekerja juga bisa Akademi/S1 6 8,9%
Jumlah 67 100%
gagal dalam memberikan ASI eksklusif karena ibu sibuk
bekerja (Wahyuningsih, 2013). Ibu bekerja yang tidak Sumber: Data Primer, Juni 2020

Page |
Available online at: htt ps://jur nalilm ukebi danan.akbiduk.ac.id/index.php/jik 21
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni
2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berkualitas karna pendidikan yang tinggi akan membuahkan
karakteristik responden mayoritas berusia 20-35 pendidikan yang baik dan menjadikan hidup berkualitas.
tahun yaitu sebanyak 57 responden (85,0%), Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
mempunyai jumlah anak 2 (sekundipara) memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang
sebanyak yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih
rasional terhadap informasi yang didapatnya dan akan berpikir
36 responden (53,7%), dan jika dilihat dari sejauh mana keuntungan yang akan mereka peroleh dari
pekerjaan
gagasan tersebut. Pendidikan mempunyai pengaruh dalam hal
sebagian responden adalah ibu bekerja sebanyak 36 peningkatan pengetahuan seseorang, namun banyak faktor lain
responden (53,7%) yang sebagian besar mayoritas juga yang menyebabkan seseorang kurang dapat menyerap
berpendidikan SMA/SMK sebanyak sebanyak 38 informasi yang diberikan dalam jalur formal pendidikan,
responden (56,7%). Kemudian tingkat pendidikan sehingga seseorang yang berpendidikan tinggi belum tentu
dikategorikan menjadi dua yaitu tingkat pendidikan sepenuhnya memiliki pengetahuan yang baik pula,
tinggi dan tingkat pendidikan rendah. Tingkat apalagi
pendidikan tinggi meliputi akademi/ S1 dan
SMA/SMK dengan jumlah responden sebanyak 44
responden (65,7%) dan tingkat pendidikan
rendah meliputi SD dan SMP sebesar 23 responden
(34,3%). Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu menjadi
baik diantaranya yaitu usia, paritas, pekerjaan dan
pendidikan ibu (Wawan & Dewi, 2011).

Usia dapat mempengaruhi terhadap daya


tangkap dan pola pikir seseorang dimana semakin
bertambah usia seseorang maka semakin banyak
pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya,
sehingga usia seseorang yang lebih dewasa
mempengaruhi tingkat kemampuan dan kematangan
dalam berfikir dan menerima informasi
pengetahuan yang baik. Sesuai dengan hasil
penelitian yang didapatkan mayoritas responden
usia 20-35 tahun memiliki tingkat pengetahuan
yang baik.

Mayoritas ibu berpendidikan tinggi


sejumlah

44 responden (65,7%), tingkat pendidikan seseorang


atau individu akan berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir, semakin tinggi pendidikan
akan semakin mudah berpikir dan semakin luas
pula pengetahuannya. Sesuai dengan teori
Notoatmodjo (2012) pendidikan merupakan peran
penting dalam menentukan kualitas manusia,
dengan pendidikan manusia dianggap akan
memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin
tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin

Page |
Available online at: htt ps://jur nalilm ukebi danan.akbiduk.ac.id/index.php/jik 22
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni
2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027
pengetahuan yang diluar bidang 2. Tingkat Pegetahuan
pendidikan yang ditempuhnya.

Tingkat pengetahuan ibu tentang cara memerah dan


Sebagian besar responden ibu menyimpan Air Susu Ibu (ASI) dapat diketahui dari
bekerja sejumlah 36 responden (53,7%), tabel berikut:
bekerja merupakan salah satu faktor
Tabel 2. T ingkat Pengetahuan
yang mempengaruhi pengetahuan
ditinjau dari jenis pekerjaan seseorang No Kategori Frekuens i %
yang sering berinteraksi dengan orang
lain lebih banyak pengetahuannya bila
dibandingkan dengan orang tanpa ada
interaksi dengan orang lain. Lingkungan
pekerjaan dapat membuat seseorang 1 Baik 39 58,2%
memperoleh pengalaman dan
pengetahuan, baik secara langsung 3 Kurang 10 14,9%
Total 67 100%
maupun tidak langsung. Pergaulan
lingkungan sosial dalam pekerjaan ada Sumber: Data Primer, Juni 2020
yang memberikan dampak positif dan
negatif. Seseorang yang bergaul dengan
orang-orang yang mempunyai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan tinggi maka secara
pengetahuan ibu tentang cara memerah dan
langsung maupun tidak langsung
menyimpan Air Susu Ibu (ASI) mayoritas dalam
pengetahuan yang dimilikinya akan
kategori Baik dengan jumlah 39 responden (58,2%).
bertambah begitu sebaliknya.

Pekerjaan bukan merupakan


kesenangan, tetapi pekerjaan
merupakan cara mencari nafkah yang
cenderung membosankan, berulang dan
banyak tantangan. Namun persepsi setiap
individu dalam menilai pekerjaan
tidaklah sama sama dan tergantung dari
jenis pekerjaannya pula. Bekerja bagi
ibu-ibu akan berpengaruh bagi kehidupan
keluarganya, orang yang bekerja akan
mempunyai pengetahuan yang lebih baik
dibandingan dengan orang yang tidak
bekerja karena orang yang bekerja akan
banyak menerima informasi dari
lingkungan maupun rekan kerja. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang
menunjukan ibu bekerja mempunyai
tingkat pengetahuan yang baik. Sebagian
besar ibu juga mempunyai paritas
sekundipara sejumlah 36 responden
(53,7%), pengalaman seseorang sangat
mempengaruhi pengetahuan, semakin
banyak pengalaman seseorang tentang
suatu hal maka akan semakin bertambah
pengetahuan seseorang akan hal tersebut.

Page |
Available online at: htt ps://jur nalilm ukebi danan.akbiduk.ac.id/index.php/jik 23
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni
2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

3. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap melakukan uji chi square. Hasil pengujian tersebut
Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Cara Memerah dapat dilihat pada tabel di bawah ini
dan Menyimpan Air Susu Ibu (ASI)

Tabel 3. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap


Untuk melihat hubungan tingkat pendidikan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Cara Memerah
terhadap pengetahuan ibu menyusui tentang cara dan Menyimpan Air Susu Ibu (ASI)
memerah dan menyimpan air susu ibu (ASI)
peneliti

Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total

p value
Pendidikan n % N % N % n %

Rendah 4 6,0 9 13,4 9 13,4 22 32,8 0.000

Tinggi 35 52,2 9 13,4 1 1,5 45 67,2

Jumlah 39 58,2 18 26,8 10 14,9 67 100

Page |
Available online at: htt ps://jur nalilm ukebi danan.akbiduk.ac.id/index.php/jik 24
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni
2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

Hasil uji statistik menggunakan chi memberikan ASI pada bayinya, sehingga dapat
square diperoleh nilai koefisien korelasi tercapai
sebesar 0,000, karena nilai signifikansi p<
0,05, maka Ho ditolah, artinya terdapat
hubungan antara tingkat pendidikan dengan
pengetahuan ibu menyusui tentang cara
memerah dan menyimpan air susu ibu (ASI).
Cara memerah ASI menggunakan pompa
dapat dilakukan menggunkan pompa ASI
elektrik atau pompa ASI tipe silindris akan
tetapi apabila ibu salah memilih pompa, maka
dapat merusak jaringan payudara. Untuk itu
selain mengetahuai cara memerah ASI
menggunakan pompa ibu menyusui juga harus
memiliki pengetahuan yang lebih terkait
pemilihan dan penggunaan pompa ASI yang
steril dan aman dengan menggali informasi
kepada petugas kesehatan maupun membaca
dan mencari informasi di media (Maritalia,
2012).

Menyimpan Air Susu Ibu (ASI) adalah


salah satu upaya ataupun solusi yang dapat
digunakan ibu bekerja atau pun ibu yang tidak
selalu berada dirumah atau tidak selalu
bersama dengan bayinya. Hal ini didukung
dengan ketepatan responden dalam menjawab
kuesioner dengan jawaban yang benar
mengenai cara memerah dan menyimpan ASI
dapat diperah menggunakan tangan, ASI
dapat di perah menggunakan pompa, ASI
diperah menggunakan pompa lebih maksimal
dari pada menggunakan tangan. dan
menyimpan ASI pada botol atau tempat
menyimpan ASI yang bersih, steril dan setiap
menyimpan ASI tempelkan label jam dan
tanggal pada botol atau tempat yang
digunakan untuk menyimpan ASI.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Terdapat hubungan antara pendidikan


dengan pengetahuan ibu menyusui tentang cara
memerah dan menyimpan Air Susu Ibu (ASI) di
Praktek Mandiri Bidan (PMB) Sumarni
Pundong. Saran untuk peneliti selanjutnya
penelitian akan lebih mendalami tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni
2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

target untuk Firmansya & Mahmudah. (2012).


pemberian ASI Pengaruh Karakteristik,
eksklusif. Pengetahuan dan Sikap Ibu
Menyusui terhadap Pemberian
ASI Eksklusif. Jurnal
Biometrika dan
REFERENSI
Kependududkan, Vol 1

Hal 52-71.
Dinkes. Bantul. (2018). Profil
Kesehatan Kabupaten
Maritalia. (2012). Asuhan
Bantul 2017.Bantul: Kebidanan Nifas dan
DinasKesehatanBantul.
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dinkes. DIY. (2018). Profil


Kesehatan Provinsi DIY Mega Oktiana. (2014). Hubungan
Tingkat Pengetahuan dengan
2017. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Sikap Penyimpanan ASI pada
Yogyakarta. Ibu Menyusui. Jurnal
Kesehatan. Vol 1 Hal 3

Fitri Nurhayati & Sofi Nurlatifah.


(2017). Hubungan Pengetahuan Notoadmodjo, S. (2012). Promosi
Ibu Menyusui tentang Kesehatan dan
Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Perah dengan Pendidikan Perilaku Kesehatan.
diwilayah Kerja Puskesmas Jakarta: Rineka Cipta.
Cimahi Tengah. Jurnal
Kebidanan. Vol 5 Hal 9
Wiji. (2013). ASI dan Panduan
Ibu Menyusui.
Kemenkes, RI. (2012). Profil
Yogyakarta: Nuha Medika.
Kesehatan Indonesia 2011.

Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes, RI. (2018). Profil


Kesehatan Indonesia tahun

2017. Jakarta: Kemenkes RI.

Luluk Hidayat & Utari Setyaningsih.


(2018). Hubungan Pengetahuan
Ibu Bekerja tentang ASI perah
dengan Sikap Terhadap ASI
Perah. Midwife Journal, Vol 1
Hal 35.
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (2) Juni
2022
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

Anda mungkin juga menyukai