Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANANA & KESEHATAN REPRODUKSI

Di susun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan

Praktik Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun Oleh:
Nama : Cindy Fastika
NIM : PO.62.24.2.21.306

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Asuhan Kebidanan KB & Kesehatan Reproduksi

Telah Disahkan Tanggal : November 2023

Mengesahkan,

Pembimbing Lahan Praktik, Pembimbing Institusi,

Ayang Minarni, A.Md.Keb Happy Marthalena S, SST.,M.Keb


NIP. 19750807 200604 2 021 NIP. 19860107 200912 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sarjana Koordinator Mata Kuliah Asuhan


Terapan Kebidanan dan Kebidanan KB & Kesehatan Reproduksi
Pendidikan Profesi Bidan

Erina Eka Hatini, SST., MPH Eline Charla S. Bingan, SST., M.Kes
NIP.19800608 200112 2 001 NIP.19860621 200912 2 002

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga Laporan Pendahuluan guna memenuhi persyaratan ketuntasan
Praktik Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya ini dapat
diselesaikan.

Penyusunan Laporan Pendahuluan ini dimaksud sebagai sarana


pembelajaran untuk memudahkan mahasiswa untuk dapat memahami konsep
dasar penerapan Praktik Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
(KB) dan Kesehatan Reproduksi yang sudah diperoleh sesuai dengan kompetensi
yang dibebankan sebelum benar-benar terjun untuk melakukan pelayanan
kebidanan.

Saya menyadari banyak kekurangan dalam menyelesaikan Laporan


Pendahuluan ini sehingga saya sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran
yang membangun untuk penyempurnaan Laporan Pendahuluan ini. Semoga
Laporan Pendahuluan ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan serta
bermanfaat bagi para pembacanya.

Saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyelesaian Laporan Pendahuluan ini mulai dari Pembimbing Institusi dan
Pembimbing Lahan tempat melakukan Praktik Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi.

Palangka Raya, 11 November 2023


Penulis,

iv
Cindy Fastika
NIM. PO.62.24.2.21.306

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................................iv
DAFTAR ISI................................................................................................................v
BAB I...........................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2
C. Manfaat.................................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................4
PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Konsep Dasar Keluarga Berencana........................................................................4
B. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi...................................................................17
C. Evidence Based Midwifery Pada Keluarga Berencana (KB) Dan Kesehatan
Reproduksi..................................................................................................................34
1. EBM Keluarga Berencana................................................................................34
2. EBM Kesehatan Reproduksi............................................................................36
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................38

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya untuk
menyejahterakan kehidupan keluarga dengan cara mengatur jarak
kelahiran anak melalui metode tertentu yang disesuaikan dengan kondisi
kesehatan anggota keluarga (Jalilah, et all, 2022).
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan
sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran
langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan
pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga Sejahtera (Sari Priyanti & Agustin,
2017).
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pengaturan kehamilan dilakukan
dengan menggunakan cara, alat, dan obat kontrasepsi (Sugiarti2019).
Menurut (Sari Priyanti & Agustin, 2017) Kesehatan reproduksi
adalah suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental,
dan sosial. Bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi,
serta prosesnya. Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu
keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya.

1
Permasalahan kesehatan reproduksi masih banyak sekali yang
harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa
aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode
atau alat kontrasepsi meliputi : IUD, suntik, pil, implant, kontap, kondom.
Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik
(Ekawati, 2019).
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia
(SDKI) pada tahun 2017, pola 2 pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu
suntik 31,6%, pil 13,2%, IUD 4,8%, implant 2,8%, kondom 1,3%, kontap
wanita (Medis Operasi Wanita-MOW) 3,1% dan kontap pria (Medis
Operasi Pria- MOP) 0,2%, pantang berkala 1,5%, senggama terputus 2,2%
dan metode lainnya 0,4%. Dilihat dari penggunaan KB suntik dari tahun
2017 sampai 2017 yaitu pada tahun 2017 mengalami kenaikan terdapat
11,7%, 2017 menjadi 15,2%, 2017 menjadi 21,1%,2017menjadi 27,8%
dan 2017 mencapai 31,6% (Aminatussyadiah, 2017).
Peran bidan di antaranya adalah bidan sebagai pengelola, bidan
sebagai educator, bidan sebagai fasilitator dan bidan sebagai motifator.
Bidan memberikan penyuluhan dan koseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana (Erfiana2017).
Pentingnya pelaksanan layanan keluarga berencana (KB) serta
konseling dan promosi kesehatan reproduksi membuat Bidan perlu
memahami teori maupun sistematis terkait tata laksana konseling Keluarga
Berencana (KB) dan promosi kesehatan reproduksi sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan serta membagikan ilmu yang
bermanfaat kepada masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui gambaran asuhan kebidanan keluarga
berencana (KB) dan kesehatan reproduksi sesuai dengan landasan
teori dan evidence based midwifery.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar Keluarga Berencana (KB) dan

2
Kesehatan Reproduksi
b. Untuk mengetahui masalah dan hal yang harus di lakukan dalam
asuhan kebidanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan
Reproduksi
c. Untuk mengetahui evidence based midwifery mengenai asuhan
kebidanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

C. Manfaat
1. Bermanfaat untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan
meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan
Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi
2. Bermanfaat untuk mengetahui standar dalam melakukan asuhan
kebidanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi
3. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan kebidanan Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi
4. Untuk mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan Keluarga Berencana
(KB) dan Kesehatan Reproduksi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Keluarga Berencana


1. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu
mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan, mengatur interval kehamilan menentukan jumlah anak dalam
keluarga, mengontrol saat-saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan, alat yang digunakan untuk menunda kehamilan dan
menjarangkan jarak kelahiran. Menurut (Ida Prijatni & Sri Rahayu, 2016)
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami isteri untuk:
a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu.
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
d. Mengatur diantara kelahiran.
e. Mengontrol waktu saat kelahira dalam hubungan dengan umur suami
istri
f. Menentukan jumlah anak dalam dalam keluarga keluarga.
Dalam (Imbarwati, 2019) dijelaskan bahwa kontrasepsi berasal dari
kata kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang yang matang
dan dan sel sel sperma (sel pria) yang yang mengakibatkan
kehamilan. Jadi kontrasepsi kontrasepsi adalah adalah menghindari
mencegah terjadinya kehamilan sebag sebagai akibat pertemuan sel
telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
2. Tujuan Keluarga Berencana

4
Tujuan menggunakan kontrasepsi adalah untuk menjarangkan
kelahiran, mengendalikan jumlah anak, dan untuk kesehatan reproduksi
wanita, serta mencapai keluarga yang sejahtera.
Menurut (Ambarwati, 2019) kebijakan keluarga berencana (KB)
bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha
penurunan tingkat kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama dengan
usaha pembagunan yang lain selanjutnya akan meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
3. Konseling Keluarga Berencana
Menurut (Priyanti Sari & Agustin Dwi, 2017) Konseling adalah
suatu proses dimana seseorang membantu seorang lain dalam membuat
keputusan atau mencari jalan untuk mengatasi masalah, melalui
pemahaman tentang fakta dan perasaan yang terlibat didalamnya.
Konseling juga berarti relasi atau hubungan timbal balik antara dua orang
individu (konselor dengan klien) di mana konselor berusaha membantu
klien untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam
hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada saat ini
dan yang akan datang.
Konseling KB merupakan percakapan tatap muka atau wawancara
antara klien dengan konselor, yang diselenggarakan dengan sengaja,
dengan tujuan membantu klien tersebut membuat keputusan yang sesuai
dengan kondisi dan keinginannya, serta pilihannya berdasarkan informasi
yang lengkap tentang alat kontrasepsi. Pemilihan dan pemakaian alat KB
yang didahului dengan Konseling KB akan membuat peserta KB merasa
aman dan nyaman. Rasa aman dan nyaman dalam memakai alat KB bisa
tercapai karena Konseling KB membantu calon peserta KB supaya bisa
memilih dan menggunakan cara KB yang sesuai dengan keadaan diri dan
kebutuhannya. Peserta KB memilih sendiri alat KB yang dipakainya
sesudah mendapatkan penjelasan tentang bermacam-macam cara atau
alat KB dan kemungkinan yang bisa dialaminya kalau menggunakan alat
atau cara KB tersebut. Jadi, dengan Konseling KB peserta KB tahu
persis, mengapa dia memilih alat KB yang digunakannya. Dengan begitu

5
dia tidak akan mudah terpengaruh oleh omongan orang lain atau
pengalaman orang lain yang kurang enak. Dia tahu bahwa pengalaman
yang kurang enak itu tidak terjadi pada semua orang. Dia tahu bahwa alat
KB yang dipakainya adalah usaha yang dilakukannya untuk dapat
memiliki KKBS. Dia tahu bahwa kalau dia tidak cocok memakainya,
masih ada cara KB lain yang bisa dipilih dan dicobanya lagi. Konseling
KB membuat peserta KB tidak akan ikut-ikutan orang lain dalam
memilih alat KB. Juga tidak akan menyebabkan dia terpaksa
memakainya, misalnya karena dibujuk, diancam, atau didesak orang lain.
Dia tahu bahwa alat KB itu dipakainya untuk kepentingannya sendiri dan
bukan untuk kepentingan petugas KB, dokter, bidan atau orang-orang
lain di Inigkungannya. Dalam pelaksanaannya, konseling KB mempunyai
3 persyaratan, yaitu: suka rela (telah diberi informasi bahwa ada berbagai
upaya penyelesaian yang bisa dipilih), bahagia dan merasa senang karena
dibantu, dan sehat kliennya dan konselornya (Priyanti Sari & Agustin
Dwi, 2017).
Konseling KB mempunyai manfaat untuk mengetahui kemantapan
calon peserta atau peserta KB dalam memilih dan menggunakan alat KB.
Dengan proses konseling KB bisa diketahui, apakah cara KB yang dipilih
dan dipakai oleh peserta KB benar-benar atas kemauan sendiri atau
karena mengikuti kehendak orang lain (dibujuk, dipaksa). Jika konseling
KB dilakukan, maka pilihan dan pemakaian cara KB bisa lebih mantap
dan menjamin kelestarian peserta KB. Mengapa begitu? Karena alat KB
tersebut dipilih secara sadar. Jadi, sewaktu memilih alat KB, peserta
sudah mempunyai pengetahuan yang cukup tentang manfaat alat KB
tersebut. Dia juga tahu macam-macam kemungkinan yang bisa
dialaminya. Dia juga tahu cara-cara mengatasinya kalau mengalami
kesulitan, misalnya keluhan-keluhan efek samping (Priyanti Sari &
Agustin Dwi, 2017).
Pelaksanaan Konseling juga bertujuan untuk menghindari
pengambilan keputusan yang tidak rasional, menghindari penyesalan
serta agar tidak menghambat program KB. Dalam melaksanakan

6
konseling KB disarankan memakai alat bantu atau media konseling agar
memudahkan pemahaman klien sehingga klien dapat memutuskan
menggunakan alat KB yang tepat. Adapun macam- macam media
konseling yang bisa digunakan antara lain: Lembar balik, Q chard,
Leaflet, Buku, Poster, Celemek Alat Reproduksi (Wanita dan Pria),
Alokon Kit, Alat dan obat KB, Video, ABPK. Pelayanan Keluarga
Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius,
karena dengan mutu pelayanan Keluarga (Priyanti Sari & Agustin Dwi,
2017)

4. Metode KB
Menurut (Sari Priyanti & Agustin, 2017) ada berbagai macam
metode KB antara lain :
a. Alamiah
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe
Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode
Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu
perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode
kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup
serviks dan spermisida.
b. KB Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi
hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi.
Sedangkan kontrasepsi hormone yang berisi progesteron terdapat
pada pil, suntik dan implant.
c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
1) Profil

7
Intra Uterine Devices (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) merupakan salah satu kontrasepsi jangka
panjang yang efektif, aman, dan reversibel, dimana terbuat dari
plastik atau logam kecil yang dililit dengan tembaga dengan
berbagai ukuran dan dimasukkan ke dalam uterus.
2) Jenis
a) Copper-T
Jenis ini berbentuk huruf T yang terbuat dari polietilen yang
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus.
Lilitan tembaga ini memiliki efek anti fertilitas yang cukup
baik. Jenis ini melepaskan levonorgestrel dengan
konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari
hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam
mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun
perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah
tambahan terjadinya efek samping hormonal dan
amenorrhea.
b) Copper-7
Berbeda dengan Copper-T, jenis IUD ini memiliki bentuk
seperti angka "7" dimana memiliki ukuran diameter batang
vertikal 32 mm dan dililit kawat tembaga dengan luas
permukaan 200 mm2. Fungsi bentuk seperti angka “7” ini
memudahkan dalam pemasangan kontrasepsi.
c) Multi Load
Jenis Multi Load terbuat dari polietilen dengan dua tangan,
kanan dan kiri, berbentuk seperti sayap yang fleksibel. Jenis
ini memiliki panjang 3,6 cm dari atas hingga bawah dan
lilitan kawat tembaga memiliki luas permukaan 256 mm2
atau 375 mm2. Multi Load memiliki tiga ukuran yaitu
standar, small, dan mini.
d) Lippes Loop

8
Merupakan jenis yang terbuat dari polietilen berbentuk
spiral atau huruf S bersambung. Lippes Loop terdiri dari
empat jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian
atasnya, yaitu tipe A berukuran 25 mm dengan benang
berwarna biru, tipe B berukuran 27,5 mm dengan benang
berwarna hitam, tipe C berukuran 30 mm dengan benang
berwarna kuning, dan tipe D berukuran 300 mm dengan
benang berwarna putih dan tebal. Lippes Loop memiliki
angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari
pemakaian jenis ini adalah apabila terjadi perforasi jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat
dari bahan plastik. Jenis ini merupakan IUD yang banyak
digunakan.
3) Mekanisme Kerja
IUD memiliki cara kerja yang menghambat kemampuan sperma
untuk masuk kedalam tuba falopi, mempengaruhi fertilisasi
sebelum ovum mencapai cavum uteri, mencegah sperma dan
ovum bertemu karena jalannya terhalangi, dan memungkinkan
untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
4) Pemasangan dan Pencabutan AKDR
a) Pemasangan AKDR
Alat dan bahan :
1.) IUD dan Inserter
2.) Sarung tangan
3.) Kain steril (duk) lubang
4.) Speculum
5.) Tenakulum (cunam peluru)
6.) Pinset
7.) Klem
8.) Sonde Rahim
9.) Persiapan
10.) Tindakan

9
Persiapan :
Periksalah apakah alat-alat sudah disiapkan dengan lengkap
dan sudah di sterilkan. Memberi salam dan amnesis
seperlunya.
Tindakan :
1.) Akseptor dipersilahkan berbaring dengan posisi
litotomi, tangan ada di samping badan atau di atas
kepala agar kedudukannya lebih santai dan otot tidak
tegang Untuk mensterilkan daerah vulva dan
sekitarnya, dilakukan toilet dengan bahan-bahan
desinfektan. Agar tidak mudah terkena kontaminasi
dari kulit di sekitar alat genitalia pada saat pemasangan
IUD, maka dipasang duk (kain) steril yang berlubang.
2.) Spekulum yang ukurannya sesuai dipasang secara hati-
hati pada vagina, sampai porsio dapat ditampakkan
dengan jelas. Sekali lagi diamati apakah ada kelainan
pada porsio dan vagina yang merupakan kontra indikasi
pemasangan IUD. Rongga vagina dan permukaan
porsio dibersihkan dibersihkan dengan bahan
desinfektan.
3.) Dengan hati-hati porsio bagian depan dijepit dengan
tenakulum, agar porsio dapat terfiksasi. Dilakukan
sondase rongga rahim dengan sonde rahim, perhatikan
kelengkungan sonde terhadap posisi dan kedudukan
uterus (ante atau retrofleksi). Tujuan melakukan
sondase adalah mengetahui arah serta panjang rongga
rahim, sehingga dapat menentukan ukuran IUD yang
harus dipasang dan kedudukan elips penghenti pada
inserter.
4.) IUD Lippes Loop yang berbentuk seperti spiral,
direndam lebih dahulu dalam bahan desinfektan
(biasanya larutan IUD diregangkan sehingga hampir

10
lurus dan dimasukkan ke dalam inserter dari ujung yang
menghadap pasien. Secara perlahan, IUD dalam
inserter didorong sedemikian rupa sehingga benang
IUD keseluruhannya masuk ke dalam inserter dan
ujung IUD mencapai tepat sejajar dengan ujung inserter
yang menghadap ke arah pasien.
5.) Tangan kiri pemasang memegang pegangan tenakulum.
Tabung inserter yang didalamnya sudah ada IUD dan
pendorong Inserter secara halus dimasukkan ke dalam
rongga rahim melalui orifisium uteri eksternum dengan
tangan kanan sampai melalui kanalis servikalis (tidak
sampoai fundus). Dengan hati-hati IUD didorong
dengan pendorong inserter dan secara bersamaan
tabung inserter ditarik perlahan keluar rongga rahim.
Tenakulum dilepas, dan diperiksa apakah bekas jepitan
pada porsio mengeluarkan darah. Darah yang keluar
dari luka bekas jepitan dan keluar dari orifisium uteri
eksternum dibersihkan dengan kasa kering. Benang
IUD yang terlalu panjang dipotong dengan gunting,
sehingga benang yang tertinggal terjulur dari orifisium
uteri eksternum sampai kira-kira 2 atau 3 cm dari
introitus vagina. Dengan bahan desinfektan dilakukan
desinfeksi pada daerah orifisium uteri eksternum dan
luka bekas tenakulum. Spekulum dilepas dan sebelum
mengakhiri pemasangan, dilakukan pemeriksaan colok
vagina untuk memastikan bahwa seluruh IUD sudah
masuk ke dalam rongga Rahim sehingga ujung IUD
tidak teraba lagi, serta untuk menempatkan benang IUD
pada forniks anterior vagina agar tidak memberikan
keluhan pada suami saat koitus.
6.) Setelah selesai pemasangan ditanyakan pada akseptor,
apakah cukup nyaman dan tidak merasa pusing atau

11
sakit perut yang berlebihan. Awasi juga keadaan umum
akseptor sesudah pemasangan IUD Akseptor diminta
untuk datang kembali ke klinik untuk diperiksa pada 1
minggu, 1 bulan dan 3 bulan setelah pemasangan serta
sedikitnya tiap 6 bulan sesudahnya. Tindak lanjut ini
digunakan untuk mengetahui apakah ada keluhan dari
akseptor, ada tidaknya efek samping, ada tidaknya
kegagalan (kehamilan), dan tentu saja untuk
mengetahui apakah IUD masih terpasang dengan baik.
Salah satu cara untuk mengetahui apakah IUD masih
terpasang adalah dengan mengajar akseptor melakukan
pemeriksaan terhadap dirinya sendiri. Akseptor diajar
untuk memeriksa IUD sendiri dengan cara membasuh
tangan kemudian memasukkan jari tangannya ke vagina
hingga mencapai serviks uteri, dan meraba apakah
benang IUDnya masih bisa diraba, tetapi dianjurkan
agar tidak menarik benang IUD tertsebut. Apabila
benang tidak teraba, akseptor diminta untuk tidak
melakukan koitus dan segera datang ke klinik.

b) Pencabutan AKDR
1.) Akseptor dipersilahkan berbaring dengan posisi
litotomi, tangan ada di samping badan atau di atas
kepala aga kedudukannya lebih santai dan otot tidak
tegang
2.) Untuk mensterilkan daerah vulva dan sekitarnya,
dilakukan toilet dengan bahan-bahan desinfektan.
3.) Agar tidak mudah terkena kontaminasi dari kulit di
sekitar alat genitalia pada saat pemasangan IUD, maka
dipasang duk (kain) steril yang berlubang

12
4.) Sesudah spekulum dipasang dan rongga vagina
dibersihkan sehingga serviks uteri dan benang IUD
tampak jelas, maka benang IUD dijepit dengan klem.
5.) Pada waktu mencabut, benang harus ditarik perlahan
lahan. Pencabutan yang terlalu kasar atau tergesa-gesa
akan berakibat putusnya benang IUD. Lebih bijaksana
pencabutan dilakukan dengan menegangkan benang
IUD, dan IuD akan tercabut dengan sendirinya.
6.) Apabila benang IUD tidak tampak, benang putus atau
pada waktu pencabutan dirasakan tarikan berat,
hendaknya akseptor dikirimkan kepada dokter yang
berwenang menanganinya lebih lanjut dengan surat
rujukan.

d. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit


1) Profil
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah
kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah
kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-
tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya
sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan
enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan
dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk
tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi,
konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan
menghalangi migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti
setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun.
2) Jenis
a) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan
36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

13
b) Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-
kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg
3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c) Jadena atau indoplant
Terdiri dari 2 batang, yang berisi dengan 75 mg
levonogestrel dengan lama kerja 3 tahun

3) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja Implan menurut Wikjosastro (2007), adalah:
a) Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan
penetrasi sperma.
b) Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium
sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote.
c) Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya
ovulasi.
4) Pemasangan dan Pencabutan AKDK
a) Pemasangan AKDK
Persiapan alat pemasangan Implan :
1.) Sabun antiseptic
2.) Kasa steril
3.) Duk/kain steril yang berlubang
4.) Obat anestesi local
5.) Semprit dan jarum suntik
6.) Trokar No. 10
7.) Sepasang sarung tangan steril
Teknik pemasangan alat kontrasepsi implan menurut adalah
sebagai berikut:
1.) Persiapkan tempat pemasangan dengan larutan
antiseptic
2.) Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm diatas
lipatan siku pada bagian dalam lengan di alur antara

14
otot biseps dan riseps. Gunakan spidol untuk menandai
dengan membuat garis sepanjang 6-8 cm.
3.) Setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi
terhadap obat anestesi (1% tanpa Epinefrin) dan
disuntikkan tepat dibawah kulit. sepanjang jalur tempat
pemasangan. Pemberian anestesi juga dapat dilakukan
dengan semprotan.
4.) Keluarkan inserter dari kemasannya. Regangkan kulit
di tempat pemasangan dan masukkan jarum inserter
tepat di bawah kulit sampai masuk seluruh panjang
jarum inserter. Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah
kulit, angkat jarum inserter ke atas, sehingga kulit
terangkat.
5.) Lepaskan segel inserter dengan menekan penopang
pendorong inserternya.
6.) Putar pendorong inserter 900 atau 1800 dengan
mempertahankan pendorong inserter tetap di atas
lengan.
7.) Dengan tangan yang lain secara perlahan tarik jarum
keluar dari lengan sambil tetap mempertahankan
penompang inserter di tempatnya.
(Catatan: Prosedur ini berlawanan dengan suatu
penyuntikan, dimana pendorong didorong dan inserter
dipertahankan).
b) Pencabutan AKDK
Teknik pengangkatan alat kontrasepsi Implan adalah sebagai
berikut:
1.) Tahap desinfektan. Desinfeksi lapangan operasi dengan
betadine/isodin, yodium-alkohol, atau bahan desinfektan
lainnya. Setelah steril, lapangan operasi ditutup dengan duk
steril.
2.) Tahap insisi luka tempat pencabutan

15
a.) Anestesi lokal. Tempat susuk KB dipasang (diujung
distal) dengan lidokain. Anestesi dibawah kapsul susuk
KB sehingga dapat mendorong ke permukaan kulit.
Anestesi diratakan dan ditunggu sekitar 2 menit.
b.) Insisi tempat pencabutan. Dilakukan melintang dibagian
pangkal susuk KB ditusukkan. Insisi diperdalam dan
jaringan ikat lemak yang melekat pada kapsul susuk KB
sebagian dibersihkan dengan klem arteri.
3.) Tahap pencabutan susuk KB. Tangan kanan mendorong
satu kapsul KB kearah luka insisi. Tangan kiri memegang
pinset atau klem arteri untuk menjepit atau menangkap
kapsul susuk. Kapsul susuk KB ditarik semaksimal
mungkin ke arah luka insisi. Setelah kapsul susuk KB yang
elastis terpegang oleh pinset atau klem arteri, untuk
mengeluarkannya dapat ditempuh dua cara:
a.) Bersihkan kapsul susuk KB dari jaringan ikat dengan
pisau yang dipegang oleh tangan kanan sampai tampak
putih. Setelah tampak putih (bebas dari jaringan ikat),
alat tusuk ditusukkan pada kapsul terus mengait keluar.
b.) Tangan kanan mengambil alat tusuk dan menusukkan
ke dalam kapsul serta mengungkit kapsul ke arah luka
insisi. Pinset atau klem arteri dilepaskan dari tangan
kiri. Tangan kiri mengambil pisau untuk membebaskan
sedikit demi sedikit kapsul dari jaringan ikat. Kapsul
terus diungkit ke arah luka insisi dan selanjutnya
dengan mudah dapat dikeluarkan dari implantasinya.
4.) Setelah semua kapsul keluar dan tidak dijumpai perdarahan,
tutup luka dengan kasa steril, kemudian plester (band aid)
5.) Tidak perlu jahitan pada kulit
6.) Anjurkan akseptor agar luka tidak basah selama kurang
lebih 3 hari.

16
e. Kontrasepsi Mantab
1) MOW
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur
wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan
mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada
pria, yaitu vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu
pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi
alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi ini
baik sekali, karena kemungkinan untuk menjadi hamil kecil
sekali. Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi
adalah kesukarelaan dari akseptor. Dengan demikia, sterilisasi
tidak boleh dilakukan kepada wanita yang belum/tidak menikah,
pasangan yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan yang
sewaktu-waktu terancam perceraian, dan pasangan yang masih
ragu menerima sterilisasi. Yang harus dijadikan patokan untuk
mengambil keputusan untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan
usia istri. Misalnya, untuk usia istri 25-30 tahun, jumlah anak
yang hidup harus 3 atau lebih.
2) MOP
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia
alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak
terjadi.
a) Indikasi kontrasepsi vasektomi :
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilisasi
dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau
gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta
melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga. Kondisi yang
memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi
1.) Infeksi kulit pada daerah operasi
2.) Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi
kesehatan klien

17
3.) Hidrokel atau varikokel
4.) Hernia inguinalis
5.) Filarisasi(elephantiasis)
6.) Undesensus testikularis
7.) Massa intraskotalis
8.) Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang
menggunakan antikoaglansia.

B. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi


1. Definisi Kespro
Menurut (Priyanti Sari & Agustin Dwi, 2017) Kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara
utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu
yang berkaitan dengan system reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan
kesejahteraan social dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau
kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan system reproduksi
dan fungsi serta proses (ICPD, 1994). Kesehatan Reproduksi adalah
suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh
pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan yang serasi,
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan (BKKBN,1996). Kesehatan reproduksi
adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi
dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan
persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well
Health Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam
batas normal (IBG. Manuaba, 1998). Kesehatan Reproduksi adalah suatu
keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan

18
sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang
pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan
seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah
(Depkes RI, 2000).

2. Kespro Dalam Pespektif Gender


Menurut (Priyanti Sari & Agustin Dwi, 2017) Peran sosial dimana
peran laki-laki dan perempuan ditentukan perbedaan fungsi, perandan
tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial
yang dapat berubah atau diubah sesuai perubahan zaman peran
dankedudukan sesorang yang dikonstrusikan oleh masyarakat. dan
budayanya karena sesorang lahir sebagai laki-laki atau perempuan.
Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran,
fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan atau laki–laki yang
merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah dan atau
diubah sesuai dengan perkembangan zaman. Gender (Bahasa Inggris)
yang diartikan sebagai jenis kelamin. Namun jenis kelamin di sini bukan
seks secara biologis, melainkan sosial budaya dan psikologis, tetapi lebih
memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan wanita, yang
dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial
budaya masyarakat yang bersangkutan. Gender mempunyai pengaruh
besar terhadap kesehatan laki-laki dan perempuan. Hal ini semakin
dirasakan dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi antara lain karena
hal berikut:
a. Masalah kesehatan reproduksidapat terjadi sepanjang siklus hidup
manusia seperti masalah inces yang terjadi pada masa anak-anak
dirumah, masalah pergaulan bebas, kehamilan remaja.
b. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko kesehatan
reproduksi seperti kehamilan, melahirkan, aborsi tidak aman dan
pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksi yang

19
rentan secara social atau biologis terhadap penularan IMS termasuk
STD/HIV/AIDS.
c. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisah dari hubungan laki-laki
dan perempuan. Namun keterlibatan, motivasi serta partisipasi laki-
laki dalam kesehatan reproduksi dewasa ini masih sangat kurang.
d. Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya
berkaitan dengan IMS. HIV, dan AIDS. Karena ini dalam menyusun
strategi untuk memperbaiki kesehatan reproduksi harus
dipertimbangkan pula kebutuhan, kepedulian dan tanggung jawab
laki-laki.
e. Perempuan rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga
(kekerasan domestik) atau perlakuan kasar yang pada dasarnya
bersumber gender yang tidak setara.
f. Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan urusan
perempuan seperti KB.

3. Isu-Isu Kesehatan Perempuan


a. Masalah reproduksi Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan)
dan kematian perempuan yang berkaitan dengan kehamilan.
Termasuk didalamnya juga masalah gizi dan anemia dikalangan
perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah
kemandulan dan ketidaksuburan; Peranan atau kendali sosial budaya
terhadap masalah reproduksi. Maksudnya bagaimana pandangan
masyarakat terhadap kesuburandan kemandulan, nilai anak dan
keluarga, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil. Intervensi
pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya
program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah
genetik, dan lain sebagainya. Tersedianya pelayanan kesehatan
reproduksi dan keluarga berencana, serta terjangkaunya secara
ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-anak. Kesehatan bayi
dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun. Dampak

20
pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan
terhadap kesehatan reproduksi.
1) Masalah gender dan seksualitas
Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya
adalah peraturan dan kebijakan negara mengenai pornografi,
pelacuran dan pendidikan seksualitas. Pengendalian sosio-
budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma-norma
sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami,
dan perceraian. Seksualitas dikalangan remaja. Status dan peran
perempuan. Perlindungan terhadap perempuan pekerja.
2) Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan
Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada
perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap korban
Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta
mengenai berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan. Sikap
masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur.
Berbagai langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.
3) Masalah Penyakit yang Ditularkan Melalui Hubungan Seksual
Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan
gonorrhea. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru
seperti chlamydia, dan herpes. Masalah HIV/AIDS (Human
Immunodeficiency Virus/Acguired immunodeficiency
Syndrome); Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular
seksual. Kebijakan dan progarm pemerintah dalam mengatasi
maslah tersebut (termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi
pelacur/Penjaja Seks Komersial). Sikap masyarakat terhadap
penyakit menular seksual.
4) Masalah Pelacuran
Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran. Faktor-
faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat
terhadap pelacuran. Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi,

21
baik bagi pelacur itu sendiri maupun bagi konsumennya dan
keluarganya.
5) Masalah Sekitar Teknologi
Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan
bayi tabung). Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender
fetal screening). Penapisan genetik (genetic screening).
Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan. Etika dan hukum
yang berkaitan dengan masalah teknologi reproduksi ini.

4. Masalah-masalah Kespro yang Sering Terjadi Pada Siklus


Reproduksi Perempuan
Konsep Kesehatan Reproduksi (Priyanti Sari & Agustin Dwi,
2017) menggunakan pendekatan siklus kehidupan perempuan (life-cycle-
approach) atau pelayanan kesehatan reproduksi dilakukan sejak dari janin
sampai liang kubur (from womb to tomb) atau biasa juga disebut dengan
“Continuum of care women cycle”. Kesehatan reproduksi menggunakan
pendekatan sepanjang siklus kehidupan perempuan hal ini disebabkan
status kesehatan perempuan semasa kanak-kanak dan remaja
mempengaruhi kondisi kesehatan saat memasuki masa reproduksi yaitu
saat hamil, bersalin, dan masa nifas. Hambatan sosial, budaya, dan
ekonomi yang dialami sepanjang hidup perempuan merupakan akar
masalah yang mendasar yang menyebabkan buruknya kesehatan
perempuan saat hamil, bersalin, dan masa nifas. Tingkat pendidikan,
kualitas dan kuantitas makanan, nilai dan sikap, sistem kesehatan yang
tersedia dan bisa diakses, situasi ekonomi, serta kualitas hubungan
seksualnya mempengaruhi perempuan dalam menjalankan masa
reproduksinya. Perhatikan tabel berikut :
Masa konsepsi Masa setelah bersatunya sel telur dengan sperma kemudian
janin akan tumbuh menjadi morulla, blastula, gastrula,
neurulla yang akhirnya menjadi janin dan dengan
terbentuknya placenta akan terjadi interaksi antara ibu dan
janin.

22
Masa bayi dan Masa bayi dan anak adalah masa pertumbuhan dan
anak perkembangan yang sangat cepat, Tumbuh kembang motorik
kasar dan motorik halus akan berjalan dengan baik bila
kesehatan bayi dan anak dalam keadaan prima.
Masa Remaja Masa remaja pada masa ini terjadi perubahan fisik dan
psikologis. Perubahan fisik yang terjadi diantaranya adalah
tumbuhnya rambut kemaluan (pubeshe), buah dada mulai
tumbuh (thelarche), pertumbuhan tinggi badan yang cepat
(maximal growth), mendapatkan haid yangpertama kali
(menarche).
Masa Reproduksi Masa dimana perempuan menjalankan tugas kehidupannya
yaitu mulai hamil, melahirkan, masa nifas dan menyusi dan
masa antara yaitu merencanakan jumlah atau jarak anak
dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Masa Usia lanjut Masa usia lanjut yaitu masa dimana hormone Estrogen sudah
mulai menurun atau habis dikarenakan produksi sel telur juga
sudah mulai menurun atau habis. Dengan menurunnya
hormon estrogen akan terjadi perubahan fisik dan psikologis
pada perempuan diantaranya perubahan pada organ
reproduksi, perubahan pada metabolism tubuh dan turunya
massa tulang (osteophorosis).

5. Mendeteksi Dini Kanker Pada Wanita


Menurut (Priyanti Sari & Agustin Dwi, 2017) cara mendeteksi dini
kanker pada Wanita adalah :
a. Kanker Serviks
Kanker serviks adalah suatu keganasan dengan ciri pertumbuhan sel
dan jaringan yang tidak terkontrol pada serviks. Kanker dapat
bermetastase ke bagian tubuh yang lain. Kanker serviks disebabkan
oleh infeksi kronik leher rahim oleh satu atau lebih virus HPV
(Human Papilloma Virus) yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Faktor risiko terjadinya infeksi HPV pada wanita adalah:

23
1) Hubungan seksual pada usia dini.
2) Berhubungan seks dengan berganti-ganti pasangan atau
memiliki pasangan yang suka berganti-ganti pasangan.
3) Terpapar infeksi yang ditularkan secara seksual (IMS).
4) Tes deteksi dini kanker sebelumnya abnormal.
5) Perokok aktif maupun pasif.
6) Imunnosupresi.
7) Paritas yang tinggi
8) Faktor social ekonomi.

Stadium dari kanker serviks yang terjadi dari stadium 0 sampai


stadium 4. Pada stadium 0 lesi belum menembus membrana basalis,
stadium I terjadi karsinoma invasif yang berada di serviks, stadium II
karsinoma bermetastase ke vagina sampai perimetrium, stadium III
karsinoma bermetastase sampai ke panggul bagian bawah dan
stadium IV karsinoma bermetastase sampai ke rektum, kandung
kemih dan organ lain yang lebih jauh. Gejala dan tanda yang terjadi
adalah perdarahan pervaginam pada saat kontak seksual atau secara
spontan di luar masa haid atau setelah menopause, adanya rasa nyeri
pada kelenjar lympa dan adanya bau yang menyengat pada sekret
vagina. Jika tumornya besar, dapat terjadi infeksi dan menimbulkan
cairan berbau yang mengalir keluar dari vagina. Gejala dan tanda
kanker serviks pada stadium yang sudah lanjut adalah akan timbul
nyeri panggul, gejala yang berkaitan dengan kandung kemih dan
usus besar, gangguan organ yang terkena misalnya otak (nyeri
kepala, gangguan kesadaran), paru (sesak atau batuk darah), tulang
(nyeri atau patah), hati (nyeri perut kanan atas, kuning, atau
pembengkakan) dan lain-lain. Cara untuk mendeteksi secara dini
kanker serviks diantaranya adalah melalui Pap Smear dan Tes IVA.
(Kemenkes RI, 2016)
1) Pap Smear
a) Pengertian Pap Smear

24
Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan
porsio untuk melihat adanya perubahan/keganasan pada
serviks atau portio. Melalui tes Pap, sel-sel yang berasal
dari eksfoliasi serviks diambil dan diwarnakan secara
khusus dan sel-sel yang abnormal dapat terlihat di bawah
mikroskop. Papsmear mempunyai efektifitas yang tinggi
untuk skrining sehingga dipercaya untuk mendeteksi lesi
prakanker. Lesi prakanker adalah kelainan pada epitel
serviks akibat terjadinya perubahan sel-sel epitel (kelainan
belum menembus lapisan basal). Deteksi dini lesi prakanker
dapat mencegah lesi prakanker tidak berlanjut menjadi
kanker leher rahim jika segera dilakukan pengobatan.
b) Indikasi PapSmear
Indikasi pemeriksaan ini adalah sebagai berikut :
1.) Wanita yang sudah melakukan seksualaktif.
2.) Deteksi dini adanya keganasan padaserviks.
3.) Wanita dengan gejala: perdarahan diantara siklus haid,
perdarahan pasca menopause,
4.) Contact bleeding.
5.) Pemantauan setelah pembedahan, radioterapi atau
kemoterapi kanker serviks.
6.) Wanita pasca histerektomi subtotal.
c) Waktu Pemeriksaan Pap Smear
Tes pap smear dilakukan secara rutin pada wanita 3 tahun
sesudah intercourse pertama kali atau tidak melebihi umur
21 tahun. Dan dilakukan pemeriksaan rutin setiap tahun
(papsmear konvensional) atau setiap 2 tahun (dengan liquid
based) sampai umur 30 tahun. Dan dilakukan setiap 2-3
tahun bila dalam 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan
hasil normal pada usia di atas 30 tahun. Pemeriksaan
papsmear bisa lebih sering bila di dapat hasil papsmear
yang abnormal. WHO menyarankan :

25
1.) Skrining pada setiap wanita sekali dalam hidupnya
pada wanita yang berumur 35-40 tahun;
2.) Kalau fasilitas tersedia, lakukan setiap 10 tahun pada
wanita berumur 35-55 tahun;
3.) kalau fasilitas tersedia lebih, maka lakukan setiap 5
tahun pada wanita berumur 35-55 tahun. Ideal atau
jadwal yang optimal setiap 3 tahun pada wanita yang
berumur 25-60 tahun.
4.) Persiapan Klien
Sebelum pemeriksaan Pap Smear Persiapan wanita jika
akan tes pap adalah dua hari sebelum tes hindari
pembilasan vagina, penggunaan tampon vagina,
spermisida foam, krim/jelly/obat-obatan vagina. Tidak
melakukan hubungan seksual paling sedikit 24 jam
sebelum dilakukan tes.
5.) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil PAP Smear
menjadi salah yang disebabkan oleh pemeriksa, yaitu:
a.) Terkontaminasi oleh darah atau minyak untuk
lubrikasi.
b.) Kaca objek salah label/tidak berlabel.
c.) Pemeriksaan klinis tidak lengkap.
d.) Pengambilan sampel yang tidak benar pada daerah
transformasi.
e.) Usapan pada kaca objek terlalu tebal/kurang.
f.) Adanya infeksi.
6.) Faktor-faktor tidak tepatnya hasil PAP Smear yang
disebabkan oleh faktor laboratorium adalah:
a.) Kesalahan kaca objek atau nama pasien.
b.) Kesalahan untuk mengidentifikasi sel yang
mengalami dysplasia.
c.) Teknik pemrosesan yang tidak benar.
7.) Hal yang harus diperhatikan pada prosedur PapSmear

26
a.) Mengisi blanko permintaan secara lengkap.
b.) Jangan lakukan pemeriksaan vagina lainnya sebelum
pengambilan sampel.
c.) Jangan gunakan lubrikan/antiseptik pada spekulum.
d.) Penderitapasca bersalin, pasca operasi rahim, pasca
radiasi sebaiknya datang 6-8 minggu kemudian.
e.) Sebaiknya dilakukan di luar menstruasi kecuali pada
perdarahan vaginal abnormal sampel dapat diambil
dengan melakukan tampon vagina sebelum
mengambil sampel.
f.) Pada kasus yang dicurigai keganasan endometrium
disarankan untuk mengambil sampel pada forniks
posterior atau melakukan kerokan pada
endometrium secara langsung. Spesimen dapat
diambil dari seksresi vagina, sekret serviks, sekret
endometrium dan forniks posterior. Tempat lokasi
pengambilan yang tepat adalah pada daerah
Sambungan Skuamosa Kolumnar (SSK).

2) Visual Asam Asetat (IVA)


Inspeksi visual asam asetat (IVA) adalah suatu metode
skrining kanker mulut rahim dengan menggunakan larutan asam
cuka (asam asetat 3-5%) pada serviks dan melihat perubahan
warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. Test IVA merupakan
suatu tes yang bertujuan untuk melihat adanya sel serviks yang
mengalami displasia. Pemberian asam asetat 3-5% pada serviks
akan mempengaruhi epitel pada serviks yang abnormal dan akan
meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler. Cairan
ekstraseluler yang bersifat hipertonik akan menarik cairan dari
intraseluler sehingga membran akan kolaps dan jarak antar sel
akan semakin dekat. Sebagai akibatnya, jika permukaan epitel
mendapat sinar, sinar tersebut tidak akan diteruskan ke stroma,

27
tetapi dipantulkan keluar sehingga permukaan epitel abnormal
akan berwarna putih, disebut juga epitel putih (acetowhite).
Penelitian telah membuktikan bahwa IVA memiliki tingkat
sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi untuk digunakan sebagai
metode penapisan lesi pra kanker. Sasaran pemeriksaan IVA
adalah seluruh wanita yang telah melakukan hubungan sexual
terutama usia 30 sampai 50 tahun.
Tidak direkomendasikan pada wanita menopause, karena
daerah zona transisional seringkali terletak pada kanalis servikalis
dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo. Sama seperti tes
PAP Smear, pemeriksaan IVA sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun
sekali untuk hasil yang optimal dan fasilitas tersedia, jika tidak
memungkinkan pemeriksaan IVA dapat dilakukan setiap 5 tahun
sekali.
Kategori hasil pemeriksaan IVA :

Kategori Diskripsi Temuan


- Normal - Licin, merah muda, bentuk porsio normal

- Infeksi - Servisitis (inflamasi, hiperemis), banyak flour,


ekstropion, polip

- Positif IVA - Plak putih, epitel acetowhite (bercak putih), biasanya


dekat SSK

- Kanker leher - Pertumbuhan seperti bunga kol, pertumbuhan mudah


Rahim berdarah

28
Jika pada saat tes IVA, Sambungan Skuamokolumnar (SSK)
tidak dapat ditampakan seluruhnya maka tetap dilakukan pulasan
asam asetat 3-5%, tetapi beri catatan bahwa SSK tidak terlihat
seluruhnya, sebaiknya lanjutkan dengan pemeriksaan pap smear. Jika
Sambungan skuamokolumnar (SSK) terlihat semua lanjutkan dengan
melakukan pulasan asam asetat 3-5% pada serviks.
1) Kanker Payudara
a) Definisi
Tumor payudara adalah pertumbuhan sel-sel abnormal yang
mengganggu pertumbuhan sel jaringan tubuh terutama sel
epitheel payudara. Kanker payudara adalah suatu penyakit
pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang
menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan
payudara, merupakan tumor ganas yang dapat terjadi di
kelenjar susu, aliran susu, jaringan lemak maupun jaringan
ikat payudara. Perbedaan keduanya, pertama kanker lebih
cepat tumbuh dibandingkan dengan tumor. Dalam 8-200
hari, sel- sel kanker bisa membelah dengan sangat cepat.
Sementara tumor jinak pertumbuhannya lebih lambat.
Kedua, ketika diraba, benjolan kanker terasa padat dan
keras. Sel-sel kanker bila teraba rasanya akan seperti
meraba tulang, Sementara itu, benjolan tumor akan teraba
lebih lunak. Benjolan tumor pun bisa mengalami pergeseran
jika ditekan, tidak seperti kanker yang kaku. Ini karena sel-
sel kanker umumnya melakukan infiltrasi (penyusupan)
terhadap jaringan-jaringan di sekitarnya, maka sulit untuk
digerakan. Benjolan akibat kanker yang sudah berkembang
lebih lanjut juga menyebabkan perubahan pada permukaan
payudara, misalnya puting yang tertarik ke dalam, itu
karena infiltrasi Pemeriksaan payudara yang dilakukan
secara rutin akan meningkatkan sensitivitas pemeriksanya
untuk mendeteksi adanya benjolan. Artinya, kemampuan

29
membedakan antara benjolan kanker dan tumor juga
meningkat.
Tanda-tanda perubahan payudara yang mengarah kepada
kanker :
1.) Adanya benjolan
Benjolan di sekitar payudara merupakan salah satu ciri
atau tanda paling awal yang diperhatikan. Sebagian
wanita memiliki benjolan di daerah ketiak atau sekitar
payudara sebagai tanda awal dari kanker payudara.
Tanda Benjolan Yang Kemungkinan Kanker, apabila :
a.) Benjolan terasa keras
b.) Benjolan ini tidak diskrit; tidak mudah dibedakan
c.) Benjolan tetap di payudara; tidak bergerak
d.) Hanya ada satu benjolan
e.) Tidak ada benjolan yang sama di payudara
sebelahnya
f.) Kulit payudara berlesung pipit
g.) Benjolan disertai dengan keluarnya cairan
Benjolan Yang Kemungkinan Kecil Menjadi
Kanker : Benjolan lunak, Benjolan diskrit ; mudah
dibedakan, Benjolan bergerak di payudara, Ada
beberapa benjolan payudara, Ada benjolan di
payudara sebelahnya, Benjolan menghilang setelah
siklus menstruasi
2) Perubahan Ukuran dan Bentuk Payudara
Tanda umum kedua yang paling sering terjadi adalah
perubahan ukuran payudara misalnya. Ukuran bra
sebelumnya 34 menjadi 32 Tidak hanya bentuk, ukuran
payudara juga menjadi tanda yang umum. Perubahan
lainnya adalah perubahan bentuk payudara yaitu
sebelumnya mancung, sekarang menjadi tengkulai ke

30
bawah. Kondisi dapat terjadi pada satu atau kedua
payudara.
3) Terdapat kerutan dipayudara
Kerutan payudara biasanya dialami oleh orang yang
sudah tua, namun tidak halnya jika seseorang
mengalami atau terkena gejala awal kanker payudara,
kerutan mungkin saja terdapat di bagian tertentu di
payudara. Kulit payudara normal tidak memiliki
kerutan, cenderung halus dan permukaan yang rata
(kecuali di daerah puting). Untuk mendeteksinya,
rabalah menggunakan tangan dan rasakan adanya
permukan kasar dan spesifik di daerah tertentu pada
kulit payudara. Biasanya kerutan ini akan berwarna
sedikit hitam dan tidak terlalu besarlingkupnya
4) Cairan dari Puting secara Tiba-tiba
Ketika tanpa sebab yang jelas (tidak sedang menyusui)
tiba tiba keluar cairan dari puting, maka ini adalah salah
satu gejala anda terkena kanker payudara. Cairan yang
keluar dari puting ini dapat berwarna putih dan bening,
agak kental atau encer. Jika puting mengeluarkan cairan
coklat atau bahkan berupa cairan berwarna merah
darah, ini sudah berada dalam tahap kronis.
5) Nyeri tidak Kunjung Hilang di Bagian Tertentu
Payudara
Payudara mungkin saja terasa nyeri ketika mengalami
menstruasi ataupun ketika sedang hamil, namun tentu
rasa nyeri tersebut dapat hilang seiring dengan
selesainya siklus menstruasi. Jika rasa nyeri tersebut
tidak hilang, teliti lagi apakah bagian yang nyeri
tersebut terletak pada posisi yang sama atau tidak jika
pada bagian yang sama maka akan semakin besar

31
kemungkinan bahwa itu merupakan gejala kanker
payudara yang harus diwaspadai.
6) Payudara Nampak Kemerahan dan Bengkak
Amati kulit sekitar payudara, lihat apakah ada warna
aneh di bagian bawah, atas, atau samping. Tanda merah
ini biasanya akan membawa kehangatanjika di sentuh.
Seperti orang pada saat demam, namun hanya pada
daerah tersebut saja. Selain benjolan ada juga bengkak
yang lunak, tidak seperti benjolan yang keras bengkak
ini cenderung lebih lunak sifatnya.
7) Puting Masuk ke Dalam
Puting susu biasanya akan timbul, kalau pun sedang
mengecil setidaknya akan sejajar dengan kulit. Namun
kondisi yang harus diperhatikan adalah ketika puting
telah menukik ke dalam dan tidak sewajarnya. Puting
yang ‘bersembunyi’ di dalam dapat terjadi pada salah
satu bagian saja atau pada kedua bagian. Tidak hanya
puting susu, bagian lain selain puting juga dapat
menukik ke dalam yang merupakan tandan kronis.
8) Gatal, bersisik, sakit dan ruam di putting susu
Faktor lain yang dapat menjadi ciri ciri penyakit kanker
payudara adalah timbulnya gatal yang tidak terduga di
sekitar daerah payudara. Gatal ini dapat terjadi dalam
skala kecil dan tidak terlalu mengganggu sampai yang
cukup mengganggu karena sulit hilang serta
intensitasnya sudah sangat tinggi. Di kulit payudara
juga timbul semacam sisik yang cukup mengganggu
karena sakit jika di kelupas atau di pegang
b) Cara Mendeteksi adanya Kelainan Payudara
Pemeriksaan payudara sendiri adalah pemeriksaan
payudara yang dilakukan oleh perempuan itu sendiri setelah
mendapatkan menstruasi, jadi pemeriksaan payudara

32
dilakukan setiap bulan. Tujuan dari SADARI adalah untuk
mengetahui adanya benjolan pada payudara. SADARI harus
dilakukan karena wanita mempunyai risiko yang besar
untuk terkena tumor atau keganasan pada payudara.
Pemeriksaan payudara sendiri (sadari) dapat dilakukan oleh
wanita siapa pun setelah berusia 20 tahun. Para wanita
disarankan untuk melakukannya sendiri, karena mereka
pasti mengenal struktur payudara normalnya. Oleh
karenanya, jika ada benjolan atau hal tidak normal yang
lain, maka mereka akan langsung menyadarinya. Saat yang
paling tepat untuk melakukan pemeriksaan ini adalah pada
hari ke 5-7 setelah menstruasi datang, saat payudara tidak
mengeras, membesar, atau nyeri lagi. Untuk wanita yang
telah menopause, atau tidak menstruasi lagi, mereka dapat
melakukannya kapan saja, dan disarankan untuk
memeriksanya sendiri setiap awal atau akhir bulan.

c) Langkah-langkah pemeriksaan payudara sendiri


1.) Mulailah pemeriksaan dengan mengamati bentuk
payudara Anda di cermin. Pastikan bahu lurus sejajar,
dan letakkan tangan Anda di pinggang. Perhatikan
bentuk, ukuran, dan warnanya. Kelainan yang mungkin
ditemukan seperti kerutan, benjolan, lekukan, posisi
puting yang tidak normal, atau struktur kulit yang tidak
normal (merah, kasar, bengkak, berkerut), atau bahkan
nyeri.
2.) Angkat tangan ke atas, dan lihat adakah perubahan
pada payudara. Saat berdiri di depan cermin, lihat
tanda-tanda keluarnya cairan dari puting (dapat berupa
cairan bening, putih, kuning atau darah).
3.) Raba payudara saat berbaring, gunakan tangan kanan
untuk meraba payudara kiri dan kemudian gunakan

33
tangan kiri untuk meraba payudara kanan. Gunakan
sentuhan yang lembut, tekan perlahan permukaan
payudara dan rasakan apakah ada benjolan. Rabalah
sesuai dengan pola berikut: melingkar, dari atas ke
bawah, dari tengah ke samping, sampai area ketiak.
Lakukan langkah ini pada kedua payudara. Ikuti pola
gerakan melingkar, dimulai dari puting, bergerak
melingkar lebih besar hingga ke bagian luar dari
payudara. Anda dapat juga menggerakan jari-jari ke
atas dan ke bawah secara vertikal. Yakinkan Anda
meraba semua jaringan dari depan ke belakang. Untuk
kulit dan jaringan dibawah, gunakan tekanan ringan,
gunakan tekanan sedang pada jaringan di bagian tengah
payudara, dan gunakan tekanan yang kuat untuk
jaringan yang lebih dalam pada bagian belakang. Saat
mencapai jaringan yang dalam, Anda harus meraba ke
bawah ke bagian rusuk.
4.) Terakhir, rabalah payudara saat berdiri atau duduk.
Banyak perempuan menemukan bahwa cara yang
termudah untuk meraba payudara adanya kelainan atau
tidak yaitu pada saat kulit payudara basah dan licin,
sehingga mereka melakukannya pada saat mandi.
Lakukan gerakan seperti pada gerakan no3.

C. Evidence Based Midwifery Pada Keluarga Berencana (KB) Dan


Kesehatan Reproduksi
Evidence Based adalah hasil riset yang terbukti terpilih dan
direkomendasikan untuk mempberbaiki kualitas asuhan kebidanan. Semakin
banyak bukti penelitian yang tersedia untuk menginformasikan asuhan
postnatal atau nifas yang kita berikan, kita memiliki tugas untuk menerapkan
pengetahuan maupun kompetensi asuhan ini. Seperti yang dinyatakan dalam
Kode NMC: “Anda sebagai bidan harus memberikan asuhan berdasarkan

34
bukti terbaik yang ada atau praktik yang terbaik”. Bukti dalam praktik
kebidanan meliputi banyak aspek dan keputusan yang diambil oleh bidan
tentang praktiknya akan dipengaruhi oleh serangkaian faktor.
Namun asuhan kebidanan harus didasarkan pada bukti “terbaik”
sebanyak mungkin, apa pun itu. Asuhan kebidanan berdasarkan bukti yang
terbaik (Evidence Based Practice) adalah pelaksanaan praktik asuhan
kebidanan bukan sekedar berdasarkan kebiasaan rutinitas praktik atau
pengalaman klinis saja, namun berdasarkan bukti yang terbaik. Adapun yang
dimaksud bukti yang terbaik (Evidence Based) adalah hasil-hasil riset yang
terbukti terpilih dan direkomendasikan untuk memperbaiki kualitas asuhan
kebidanan. Bidan harus mengikuti perkembangan terkini dalam pelayanan
dan menemukan bukti yang terbaik (Evidence Based Practice), sehingga
dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat sesuai bukti yang terbaik.

1. EBM Keluarga Berencana

HUBUNGAN LAMANYA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3


BULAN DENGAN KEMBALINYA KESUBURAN PADA POST
AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSKESMAS KARYA TANI
LAMPUNG TIMUR (Lindasari et al., 2023)
Lama Penggunaan Suntik 3 Bulan pada Post Akseptor KB 3 Bulan.
Banyaknya responden yang telah memakai kontrasepsi suntik dalam
jangka waktu yang lama (>1 tahun) menunjukkan bahwa kontrasepsi
suntik telah lama diminati oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa
yang dinyatakan Mochtar, (2015) bahwa kontrasepsi hormonal jenis KB
suntik di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya efektif,
pemakaiannya praktis, harganya relatif murah dan aman. Cara ini banyak
diminati masyarakat dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai
kontrasepsi suntik untuk mencegah kehamilan.
Kembalinya Kesuburan Setelah Penggunaan KB Suntik 3 Bulan.
hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zanartu
tahun 2019 bahwa pengembalina kesuburan pada wanita ex- akseptor KB
suntik DMPA adalah 6 sampai 14 bulan. Selain itu sesuai dengan hasil

35
penelitian Fotherby dan Howard bahwa ovulasi pada wanita ex- akseptor
KB suntik DMPA rata-rata terjadi 210 hari setelah penyuntikan terakhir.
Hubungan lamanya pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
kembalinya kesuburan pada post akseptor KB suntik 3 bulan. Terdapat
Hubungan lamanya pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
kembalinya kesuburan pada post akseptor KB suntik 3 bulan di
Puskesmas Karya Tani dengan nilai (p) = 0,001. Lama Penggunaan KB
Suntik 3 Bulan Mempengaruhi Masa Tidak Subur, Pada penggunaan
Lebih dari 1 Tahun akan lebih lambat untuk kembali menstruasi.
Kembalinya Kesuburan pasca penggunaan KB suntik 3 Bulan rata-rata
lebih lambat atau lebih dari 1 tahun setelah penggunaan KB dihentikan
(Ratu matahari, 2018). Lamanya masa tidak subur atau infertil mungkin
tergantung pada kecepatan metabolisme Menurut Saifuddin (2014)
terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadi kerusakan atau
kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya
pelepasan obat dari deponya atau tempat suntikan. Rata-rata orang yang
pernah menjadi akseptor suntikan DMPA memerlukan 1,5 sampai 3
bulan lebih lama untuk kembali hamil dibandingkan pil oral dan IUD.
Upaya untuk mengurangi adanya keluhan setelah penghentian dari
pemakaian KB suntik progestin, sebaiknya sebelum penggunaan terlebih
dahulu didiskusikan secara menyeluruh bersama wanita dan pasangan
yang ingin menggunakan KB suntik progestin sebelum ia diberikan
suntikan yang pertama agar akseptor KB memilih kontrasepsi yang
sesuai dan tidak mengganggu kesehatan reproduksinya dan juga
diharapkan bimbingan dan penyuluhan dari petugas kesehatan yang lebih
intensif tentang efek samping dari suntik progestin, untuk obat-obatan
yang merangsang ovulasi seperti chlophene sistrad yang dapat
mengembalikan kesuburan pada wanita yang mengalami amenorhe
setelah pemakian DMPA juga dianjurkan (Hartanto Hanafi, 2012).

36
2. EBM Kesehatan Reproduksi

PENTINGNYA PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI


(SADARI) SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI KANKER
PAYUDARA (Puji Lestari, Wulansari Tahun 2019)
Dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya angka
kematian akibat dari kanker payudara, maka upaya deteksi dini sangatlah
diperlukan. Salah satu upaya mendeteksi dini adanya kemungkinan
kanker payudara adalah dengan melakukan Pemeriksaan Payudara
Sendiri (SADARI). Tidak perlu mengeluarkan biaya, hanya cukup untuk
meluangkan waktu sejenak. Program SADARI sendiri dapat menekan
angka kematian akibat kanker payudara hingga 20%. Risiko perempuan
yang tidak melakukan SADARI secara rutin akan lebih tinggi dari
perempuan yang rutin melakukannya. Dimana 7,122 kali memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan perempuan yang
melakukan SADARI sebagai upaya deteksi dini.
Kanker payudara tidak hanya masa remaja merupakan suatu periode
rentan kehidupan manusia yang sangat kritis karena merupakan tahap
transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Pada tahap ini sering kali
remaja tidak menyadari bahwa suatu tahap perkembangan sudah dimulai,
namun yang pasti setiap remaja akan mengalami suatu perubahan baik
fisik, emosional maupun sosial Pada wanita, hormon-hormon ini
bertanggung jawab atas permulaan proses ovulasi dan menstruasi, juga
pertumbuhan payudara. Pada masa ini sudah seharusnya para remaja
putri mulai memperhatikan perubahan yang ada pada dirinya, juga halnya
dengan payudara dan kesehatanya.
Seorang remaja putri dapat memeriksa payudara sendiri (SADARI)
pada saat mandi dengan menggunakan jari-jari tangan dengan cara
memutar sehingga dapat menentukan benjolan pada lekukan halus
payudaranya. Bagi banyak wanita kejadian sangat mengejutkan pada
waktu sebuah benjolan sudah nampak dengan jelas, kemungkinanya
adalah bahwa benjolan tersebut adalah kanker, maka seseorang mungkin
telah kehilangan waktu yang berharga untuk memulai pengobatan sedini

37
mungkin. Jadi jalan yang paling bijaksana adalah memeriksa payudara
kita secara teratur pada selang waktu yang tertentu pula. Dengan cara ini,
kelainan yang terkecil sekalipun dapat ditemukan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Hakiki, Miftahul. Dkk, 2022. Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana.


Bandung : Media Sans Indonesia.

Ida Prijatni, Sri Rahayu, 2016. Modul Keluarga Berencana Dan Kesehatan
Reproduksi Chania Forcepta, Rodiani, 2017. Faktor-Faktor Pengaruh
Penggunaan Alat Kontrasepsi Medis Operasi Wanita (Mow) Pada
Pasangan Wanita Usia Subur.

Jalilah, Nurul Hidayatun. Ruly Prapitasari. 2022. Buku Ajar Kesehatan


Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Indramayu : Penerbit Adab

Kumiasari, N.D. (2017). Perempuan Dan Isu Lingkungan (Analisis Pemberitaan


Di Media Nasional Dan Lokal Tahun 2014-2017) 10, 91-108.

Lestari, P., & Wulansari, W. (2019). Pentingnya Pemeriksaan Payudara Sendiri


(Sadari) Sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara. Jurnal
Pemberdayaan Masyarakat Indonesia (Ijce), 1 (2).

Lina Ratnawati, 2019. Pengembangan Modul Konseling Alat Kontrasepsi Bawah


Kulit (Akbk) Bagi Bidan : Pendekatan Kualitatif.

Nirmala Hayati, 2018. Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Modul Terhadap


Health Belief Model Dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Pada
Wus Di Rw 20 Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Baru.

Priyanti, Sari. Syalfina Agustin Dwi. 2017. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana. Surakarta : CV Kakata Group.

Utami, Uji., & Renni Puspita Sari. (2022). Pengaruh Pengetahuan Dengan
Pemilihan Metode Kontrasepsi Di Desa Bangsri Karangpandan. Jurnal
Ilmiah Maternal, 6(1), 2541-5085.

Widianti, D., Rifqatussa’adah, Mahardhika, Z. P., Oktavian, A. R., Wigati, A. A.,


Putri, M. K., Fauziah, M. S., Safira, S., & Setiowati, S. R. (2021).
Pengaruh Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan

39
Reproduksi Wanita Di Era Pandemi Covid-19. Comphi Journal:
Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal, 1(3), 125-
131.

Di, B., Karya, P., & Lampung, T. (2023). HUBUNGAN LAMANYA PEMAKAIAN
KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEMBALINYA KESUBURAN
PADA POST AKSEPTOR KB SUNTIK 3. I(2), 87–93.

40

Anda mungkin juga menyukai