Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

METODE IMPLANT

DISUSUN OLEH:
NAMA : R.AJ FATIMA PUTRI NABILA
NPM : 721610723

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
2021
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA


METODE IMPLANT

(R.Aj Fatima Putri Nabila)

Mengetahui Menyetujui
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan Praktek

( ) ( )

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat-Nya.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan
rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan tugas ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Laporan asuhan kebidanan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
kesehatan reproduksi tentang asuhan kebidanan keluarga berencana (ASKEB KB) yang saya
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan artikel.
Laporan asuhan kebidanan ini disusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
saya maupun yang datang dari luar, namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga laporan asuhan kebidanan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Saya sadar bahwa laporan asuhan
kebidanan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen
pengampu mata kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, ibu Iva Gamar Dian
Pratiwi.,S.ST.,Bdn.,M.kes meminta masukannya demi perbaikan pembuatan laporan asuhan
kebidanan saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Sumenep, 08 November 2021

R.Aj Fatima Putri Nabila

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................ i
HALAMA PENGESAHAN ................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 2
1.3 Tujuan.................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori ..................................................................................... 3
2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan ............................................. 9
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Format Terlampir .................................................................. 22
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan ........................................................................... 30
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 31
5.2 Saran ...................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga berencana atau lebih akrab disebut KB adalah program skala nasional
untuk menekan angka kelahiran dan mengendalikan pertambahan penduduk di suatu
negara. Salah satunya Indonesia, di Indonesia terdapat suatu tujuan umum dari
perencanaan KB yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera khususnya bagi
ibu dan anak serta mengendalikan pertambahan penduduk suatu negara sesuai dengan
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yaitu dengan jalan mengendalikan
jumlah kelahiran. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program keluarga
berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. KB merupakan salah satu
strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T: terlalu muda
melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak
melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia35 tahun). Selain itu, program KB
juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman,
tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan
lahir dan kebahagiaan batin.
Program KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta
perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-
laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa
jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai
anak.Melalui tahapan konseling pelayanan KB, Pasangan Usia Subur (PUS) dapat
menentukan pilihankontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya berdasarkan
informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan kerugian, risiko metode
kontrasepsi dari petugas kesehatan.Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan
diantaranya dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran.
Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebihdititikberatkan pada
kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.
(Kemenkes, 2014 )
1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumuskan masalah pada laporan asuhan kebidanan ini
adalah “Bagaimanakah penatalaksanaan dalam melaksanakan asuhan kebidanan kesehatan
reproduksi (KB) pemasangan Implan?”

1.3 Tujuan

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam melaksanakan asuhan kebidanan


kesehatan reproduksi (KB) pemasangan Implan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI
A. Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pengaturan
kehamilan dilakukan dengan menggunakan cara, alat, dan obat kontrasepsi. Menurut
WHO Expert Commite, (1970) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk :

1. Mendapatkan objektif – objektif tertentu

2. Menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan

3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

4. Mengatur interval di antara kelahiran

5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri.

6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga ( Saroha Pinem, 2010 ).


Pengertian Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Menurut World Health
Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang
membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008). Tujuannya yaitu untuk
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak guna mewujudkan norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera sebagai dasar bagi terwujudnya masyarakat yg sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk indonesia (wiknjosastro ,2006).
Dari definisi diatas dalam pelayana KB, secara garis besar mencakup beberapa
komponen yaitu KIE (Komunikasi Informasi Edukasi), konseling, pelayanan

3
kontrasepsi, pelayanan infertilitas, pendidikan seks, konsultasi pra perkawinan dan
perkawinan, konsultasi genetik, test keganasan dan adopsi (Sri Handayani,2014).
Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan yaitu :

1. Tujuan Umum : Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB.

2. Tujuan Pokok : Penurunan angkakelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan


tersebut, ditempuh kebijaksanaan menggolongkan pelayanan KB kedalam tiga fase
yaitu :
a) Fase Menunda Kehamilan
Pasangan Usia Subur (PUS) dengan usia kurang dari 20 tahun dianjurkan
untuk menunda kehamilannnya karena :
 Usia dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai
anak dulu karena berbagai hal alasan.Priorotaskan penggunaan
kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda
 Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pada pasangan
muda frekuensi bersenggamanya relatif tinggi, sehingga kegagalannya
juga tinggi.
Ciri kontrasepsi yang diperlukan :

Pada PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun ciri kontrasepsi yang sesuai
adalah :
 Reversibilitas tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjadi 100%
karena pasangan belum mempunyai anak.
 Efektivitas tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan kehamilan
dengan resiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.
b) Fase Menjarangkan Kehamilan
Pada fase ini usia istri antara 20-30/35 tahun, merupakan periode usaha yang
paling baik untuk hamil dan melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan
jarak antara kelahiran 2-4 tahun yang dikenal sebagai catur warga. Alasan
menjarangkan kehamilan adalah:
 Usia antara 20 – 30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk hamil dan
melahirkan.
 Segera setelah anak pertama lahir, amka dianjurkan untuk mrmakai IUD
sebagai pilihan utama.
 Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun disini
tidak/kurangberbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia hamil

4
dan melahirkan yang baik.
 Kegagalan kontrasepsi disini bukan merupakan kegagalan program.

Ciri kontrasepsi yang diperlukan :

 Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih harapkan punya anak


lagi.
 Efektivitas cukup tinggi
 Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak
yang direncanakan.
 Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan yang
terbaik sampai anak usia 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan
dan kematian anak.
c) Fase Menghentikan/Mengakhiri Kehamilan /Kesuburan
Usia isteri diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah memiliki 2 orang anak. Alasan mengakhiri kesuburan adalah
 Karena alasan medis dan alasan lainnya, ibu –ibu dengan usia di atas 30
tahun dianjurkan untuk tidak hamil/tidak punya anak lagi.
 Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
 Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan mempunyai
resiko kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.
Ciri – ciri kontrasepsi yang diperlukan :
 Efektifitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan
resiko tinggi bagi ibu da bayi. Selain itu akseptor memang tidak
mengharapkan punya anak lagi.
 Dapat dipakai untuk jangka panjang.
 Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada usia tua, kelainan
seperti
 penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya
meningkat. Oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan cara kontrasepsi
yang menambah kelainan tersebut. (Saroha Pinem,2010)

Selanjutnya yaitu pelayanan Infertilisasi, menurut sensus 1980, kira – kira 10 % dari
Pasangan usia subur di Indonesia,tidak/belum berhasil mempunyai anak/sesuai dengan
tujuan program Nasional Kependudukan dan Keluarga Berencana, yaitu NKKBS,
seharusnya diberikan pelayanan infertilisasi bagi mereka ini. (Saroha Pinem,2010).
Kemudian pendidikan Seks, dulu ada anggapan bahwa pada waktunya orang akan tahu
5
sendiri tentang seks. Pada kenyataannya banyak remaja yang mengalami kehamilan diluar
nikah karena ketidak tahuannya dan beberapa persen perkawinan yang berakhir dengan
perceraian atau tidak harmonis akibat kurangnya pengetahuan tentang seks. Oleh karena
itu masalah pendidikan seks sudah tidak dapat ditunda lagi pelaksanaannya. (Saroha
Pinem,2010)
Konsultasi pra-perkawinann dan konsultasi perkawinan. Kebutuhan tentang
konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan diperlihatkan melalui adnya masa
pertunangan sebelum menikah dan nasihat/khotbah. Konsultasi Generik, dengan ikut ber-
KB. Maka pasangan akan mempunyai anak relatif sedikit dibandingkan dengan mereka
yang hidup puluhan tahun sebelumnya dimana belum ada program KB. Tes Keganasan,
kebiasaan untuk memelihara kesehatan secara berkala perlu dilakukan dan dibudayakan.
Melalui program KB, maka pelayanan yang bersifat pemeliharaan kesehatan ini dapat
dikembangkan yang pada gilirannya akan meningkatkan Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera (NKKBS) dan terakhir adopsi, sebagian dari pasangan infertile tidak pernah
akan mempunyai anak sendiri sementara banyak anak-anak yang terlantar karena beberapa
alasan sehingga tidak dapat diasuh atau dibesarkan orangtuanya. Alangkah baiknya jika
pasangan yang tidak bisa mempunyai anak sendiri mengadopsi/mengasuh anak-anak yang
terlantar tersebut.(Saroha Pinem,2010).
Adanya komponen-komponen tersebut dapat meningkatkan pengetahuan, sikap
dan praktek KB sehingga peserta baru bertambah, membina kelestarian peserta KB serta
meletakkan dasar bagi mekanisme sosio kultural yang dapat menjamin berlangsungnya
proses penerimaan. Konseling atau tindakan lanjut dari kegiatan KIE. Bila seseorang telah
termotivasi melalui KIE, maka selanjutnya orang tersebut perlu diberikan konseling.
Dalam pelayanan KB, konseling merupakan aspek yang sangat penting. Melalui konseling
petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
digunakannya dan sesuai dengan keinginannya, membuat klien merasa lebih puas,
meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada antara petugas dan klien,
membantu klien dalam menggunakan kontrasepsi lebih lama dan meningkatkan
keberhasilan KB. Dalam melakukan konseling petugas (provider) harus menerapkan
teknik konseling yang baik dan memberikan informasi yang lengkap dalam pembicaraan
yang interaktif dan sesuai dengan budaya setempat.
Teknik-teknik konseling yang biasa digunakan adalah :

1. Cara supportif : untuk memberikan dukungan kepada klien peserta atau calon
peserta, karena mereka dalam keadaan bingung dan ragu-ragu yaitu dengan
menenangkan / menentramkan klien dan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa
6
ia mampu dan membantu dirinya sendiri.
2. Katarsis : memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan dan
menyalurkan semua perasaannya untuk menimbulkan perasaan lega
3. Membuat refleksi dan kesimpulan atas ucapan-ucapan serta perasaan-perasaan
yang tersirat dalam ucapan-ucapannya.
4. Memberi semua informasi yang diperlukannya untuk membantu peserta/calon
peserta membuat keputusan
Sikap petugas dalam melakukan konseling yang baik, terutama bagi calon klien KB
yang baru hendaknya :
1. Memperlakukan klien dengan baik : bersikap sabar, memperlihatkan sikap yang
menghargai klien, menciptakan suasana yang memberikan rasa saling percaya
dan memberi rasa percaya diri pada klien sehingga klien mau berbicara secara
terbuka dalam segala hal, termasuk masalah pribadi dengan petugas.
2. Intraksi antara petugas dengan klien
Petugas harus menjadi pendengar yang baik, mempelajari dan menanggapi
keadaan klien karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi
yang berbeda. Oleh karena itu petugas perlu mendorong agar klien berani
berbicara dan bertanya.
3. Membicarakan informasi yang baik dan benar kepada klien.
4. Memberikan informasi hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
oleh klien dapat menggunakan alat bantu visual seperti poster/gambar.
5. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan
Klien membutuhkan informasi yang cukup dan tepat untuk menentukan pilihan
(informed choice ).Terlalu banyak informasi yang diberikan dapat membuat klien
sulit mengingat informasi yang penting. Ketika memberikan informasi beri
kesempatan untuk bertanya atau berdiskusi kepada klien.
5. Membahas metoda yang diinginkan klien
Dalam memberikan konseling, petugas mengkaji pengertian klien mengenai
beberapa metoda kontrasepsi, termasuk keuntungan dan kerugiannya serta cara
penggunaannya. Dimulai dengan mengenalkan berbagai jenis kontrasepsi dalam
program KB.
Klien yang informed choice akan lebih baik dalam menggunakan KB karena :

a. Informed choice adalah suatu kondisi peserta/calon peserta yang memilih


kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi
yang lengkap dari petugas KB.
7
b. Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah kunci yang
baik menuju pelayanan KB yang berkualitas.
c. Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses memahami
kontrasepsi yang akan dipakainya.
d. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi dan
kegagalan tidak terkejut karena sudah mengerti tentang kontrasepsi yang
dipilihnya.
e. Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul dikalangan
masyarakat.
f. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, yaitu komplikasi
akan cepat berobat ke tempat pelayanan.
g. Bagi peserta KB yang informed choice berarti akan terjadi kelangsungan
pemakaian kontrasepsinya.
h. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat, petugas dapat memperlihatkan
contoh
alat – alat kontrasepsi dan menjelaskan cara penggunaannya dengan bantuan
flip chart, poster, pamflet atau halaman bergambar. Petugas perlu melakukan
penilaian untuk memastikan bahwa klien telah mengerti.

Langkah – langkah konseling KB, dalam memberikan konseling hendaknya


diterapkan 6 langkah yang dikenal dengan SATU TUJU. Kata kunci SATU TUJU untuk
memudahkan petugas mengingat langkah-langkah yang perlu dilakukan tetapi dalam
penerapannya tidak harus dilakukan secara berurutan. Kata kunci SATU TUJU adalah
sebagai berikut :
1. SA : Sapa dan salam kepada klien secara spontan dan terbuka. Berikan perhatian
sepenuhnya tanyakan klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan yang akan
diperolehnya.
2. T : Tanya klien untuk mendapatkan informasi tentang dirinya, bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman berKB, tentang kesehatan reproduksi, tujuan dan
harapannya dan tentang kontrasepsi yang diinginkannya.
3. U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi
yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Uraikan juga
mengenai resiko penularan HIV/AIDS atau pilihan metode ganda.
4. TU : BanTU lah klien menentukan pilihannya.bantu klien berpikir mengenai

8
kontrasepsi yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya dan dorong klien
untuk mengajukan pertanyaan.
5. J : Jelaskan secara lengkap tentang kontrasepsi pilihannya setelah klien memilih
kontrasepsinya.jika perlu perlihatkan alat/obat kontrasepsi tersebut, bagaimana cara
penggunaannya dan kemudian cara bekerjanya. Dorong klien untuk bertanya dan
petugas menjawab secara lengkap dan terbuka.
6. U : perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buat perjanjian kapan klien
perlu kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi
jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan agar kembali bila terjadi suatu
masalah. (Saroha Pinem,2010)

B. IMPLANT
Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet
silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas.(Sri Handayani, 2014). Implantasi
atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) Adalah kontrasepsi yang diinsersikan tepat
dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau dibawah siku melalui insisi
tunggal dalam bentuk kipas.(Saroha Pinem, 2010). Adapun Jenis-jenis KB Implan
diantaranya yaitu:
1. Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter
2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 5 tahun.
2. Implanon ; terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm.
Diameter 2 mm, diisi dengan 68 mg 3 Keto desogestrel dengan lama kerja 3 tahun.
3. Jadena dan indoplant; terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Lenovorgestrel
dengan lama kerja 3 tahun. (Saroha Pinem,2010)
Cara Kerja KB Implan:

1. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat pergerakan

spermatozoa.

2. Mencegah ovulasi

3. Menghambat perkembangan siklis dari endometrium (Sri Handayani, 2014)


Keuntungan KB Implan:

1. Cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen

2. Dapat digunakan untuk jangka waktu panjang 5 tahun dan bersifat reversible.

3. Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya dikeluarkan.


9
4. Perdarahan terjadi lebih ringan, tidak menaikkan darah

5. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan pemakaian

alat kontrasepsi dalam rahim. (Sri Handayani, 2014)

6. Daya guna tinggi ( kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan )

7. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant dicabut

8. Tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam

9. Tidak mengganggu kegiatan senggama dan juga tidak mengganggu

produksi ASI.

10. Dapat dicabut setiap saat jika menurut kebutuhan (Saroha Pinem, 2010)
Kerugian KB Implan

1. Susuk KB/Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih.

2. Lebih mahal.

3. Sering timbul perubahan pola haid

4. Beberapa orang wanita mungkin enggan untuk menggunakannya kerena kurang


mengenalnya. (Sri Handayani, 2014)
5. Nyeri kepala, pening/pusing kepala.
6. Peningkatan/penurunan berat badan.
7. Nyeri payudara
8. Perubahan mood atau kegelisahan

9. Tidak memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual termasuk

HIV/AIDS

10. Memerlukan tindakan pembedahan minor untuk memasang/insersi dan pencabutannya,


sehingga klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya sesuai dengan
keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
11. Efektifitasnya menurun jika menggunakan implan bersamaan dengan penggunaan obat
untuk epilepsi dan tuberkulosis. (Saroha Pinem,2010)
Indikasi KB Implan

1. Wanita – wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi
tidak bersedia menjalani kontap/menggunakan AKDR.

2. Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen. (Sri
Handayani 2014)
10
3. Usia reproduksi

4. Telah memiliki anak ataupun belum

5. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

6. Paska keguguran

7. Tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi

8. Tekanan darah <10/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah ,atau

anemia bulan sabit (sickle cell)

9. Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil. (Niken Meilani,2010)

Kontraindikasi KB Implan

1. Kehamilan atau disangka hamil

2. Penderita penyakit hati akut

3. Mioma uterus dan kanker payudara

4. Kelainan jiwa

5. Penyakit jantung , hipertensi, diabetes mellitus

6. Penyakit trombo emboli

7. Riwayat kehamilan ektopik (Sri Handayani, 2014)

8. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. 9. Tidak dapat menerima


perubahan pola haid yang terjadi 10. Gangguan toleransi glukosa (Niken Melani 2010)
Efektifitas KB Implan

1. Efektifitasnya tinggi, angka kegagalan norplant < 1 per 100 wanita per tahun dalam 5
tahun pertama.

2. Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke

6 kira-kira 2,5 – 3% akseptor menjadi hamil.


Efek Samping dan Penanganan KB Implan
a) Amenorrhea, yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan efek samping
yang serius. Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi
amenorhea setelah masa siklus haid yang teratur. Jika tidak ditemui masalah, jangan
berupaya untuk merangsang perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi.
b) Perdarahan bercak (spotting) ringan, spotting sering ditemukan terutama pada tahun
pertama penggunaan.Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan

11
tindakan apapun. Bila klien mengeluh dapat diberikan kontrasepsi oral kombinasi ( 30-
50 µg EE ) selama 1 siklus, atau 2. Ibuprofen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari)
Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila
terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi selama 3-7
hari dan dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi.
c) Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan) Informasikan
bahwa kenaikan/penurunan BB sebanyak 1-2 Kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet
klien bila perubahan BB terlalu mencolok. Bila BB berlebihan, hentikan suntikandan
anjurkan metode kontrasepsi yang lain.
d) Ekspulsi, cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih ditempat,
dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan
kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat
insersi yang berbeda. Jika ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul
baru pada lengan yang lain atau ganti cara.
e) Infeksi pada daerah insersi, jika ada infeksi tanpa nanah : bersihkan dengan sabun dan
air atau antiseptic, berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas
dan minta klien control 1minggu lagi. Bila tidak membaik, cabut implant dan pasang
yang baru di lengan yang lain atau ganti cara. Bila ada abses : bersihkan dengan
antisptic, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka, beri
antibiotika oral 7 hari (Sri Handayani, 2014).

Waktu Pemasangan KB Implan

1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai ke-7. Bila insersi setelah hari ke-7 klien
jangan hubungan seks atau gunakan kontrasepsi lain selama 24 jam setelah insersi.
2. Dapat dilakukan setiap saat asal diyakini tidak hamil
3. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat asal diyakini tidak hamil, jangan
hubungan seks atau gunakan kontrasepsi lain selama 24 jam setelah insersi
4. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi dapat dilakukan
setiap saat. Bila menyusui penuh tidak perlu kontrasepsi lain.
5. Bila setelah 6 minggu kelahiran dan terjadi haid lagi insersi dapat dilakukan setiap saat.
Bila menyususi penuh tidak perlu kontrasepsi lain
6. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin ganti implant, insersi dapat
dilakukan setian saat tapi diyakini tidak hamil atau klien menggunakan kontrasepsi
terdahulu dengan benar.
7. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntik, implant dapat diberikan pada saat jadwal

12
kontrasepsi suntik tersebut. Tidak diperlukan kontrasepsi lain.
8. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah nonhormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin
mengganti dengan implan, dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan
hubungan seks selama 24 jam atau gunakan metode kontrasepsi lain selama 24 jam
setelah insersi. AKDR segera dicabut.
9. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan. (Nike Meilani, 2010)

Pemasangan KB Implan

a) Persiapan
Peralatan untuk pemasangan/pencabutan harus tersedia lengkap di setiap klinik atau
fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta. Yang penting, semua
peralatan dan bahan harus dalam kondisi baik (misalnya : trokar dan skalpel harus
tajam). Pastikan semua alat dan bahan dalam keadaan steril atau DTT. Peralatan yang
diperlukan untuk setiap pemasangan adalah sebagai berikut:
 Meja periksa untuk tempat tidur klien
 Penyangga lengan atau meja samping
 Sabun untuk mencuci tangan
 2 kapsul implan dalam satukemasan steril
 Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering.
 3 mangkok steril atau DTT (1 untuk larutan antiseptik, 1 tempat air DTT/Steril,
kapas dan 1 lagi untuk tempat kapsul implan-2).kapsul implan-2 Plus dan Fin
ada di dalam trokar steril.
 Sepasang sarung tangan steril/DTT
 Larutan antiseptik
 Anestesi lokal (konsentrasi 1% tanpa epinefrin)
 Tabung suntik (5 atau 10 ml) dan jarum suntik dengan panjang 2,5 – 4 cm
 Trokar nomor 10 dengan pendorongnya
 Skalpel (pisau bedah) nomor 11
 Pola terbuat dari plastik (template) untuk menandai posisi kapsul (huruf V)
 Band aid (plastik untuk luka ringan) atau kasa steril dengan plester.
 Kasa pembalut
 Epinefrin untuk syok anafilaktik (harus selalu tersedia untuk keadaan darurat) .
(Buku Panduan, 2011)

13
Tata Laksana, kapsul implan dipasang tepat di bawah kulit, di atas lipat siku, di daerah
medial lengan atas. Untuk tempat pemasangan kapsul, pilihlah lengan klien yang jarang
digunakan. (Buku Panduan,2011). Langkah Pemasangan:

1) Sebelum memulai tindakan, periksa kembali untuk memastikan apakah klien : Sedang
minum obat yang dapat menurunkan efektifitas implan, sudah pernah mendapat
anastesi lokal sebelumnya, dan Alergi terhadap obat anastesi lokal atau jenis obat
lainnya. (Buku Panduan,2011)
2) Patikan klien sudah mencuci dan membilas lengan atas hingga bersih. Periksa
kembali tidak ada sisa sabun karena dapat menurunkan efektifitasnya antiseptik
tertentu.
3) Lapisi tempat penyangga lengan atau meja samping dengan kain bersih
4) Persilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah disiapkan, ditempatkan diatas
meja penyangga, lengan atas membentuk sudut 30 terhadap bahu dan sendi siku untuk
memudahkan petugas melakukan pemasangan
5) Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm ( 3 inci ) di atas lipat siku dan reka
posisi kapsul di bawah kulit
6) Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril tanpa mneyentuh
peralatan yang ada di dalamnya. Untuk Implan-2 Plus, kapsul sudah berada dalam
trokar
7) Buka dengan hati-hati kemasan steril Norplant dengan menarik kedua lapisan
pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul ke dalam mangkok steril. Untuk Implan-
2 Plus, kapsul sudah berada di dalam trokar.
8) Sebelum membuat insisi, pastikan efek anastesi telah berlangsung dan sensasi nyeri
hilang
9) Pegang skapel dengan sudut , buat insisi dangkal hanya untuk sekedar menembus kulit.
Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam.
10) Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas. Tanda 1 dekat
pangkal menunjukkan batas masuknya trokar sebelum memasukkan setiap kapsul.
Tanda 2 dekat ujung menunjukkan batas pencabutan trokar setelah memasang setiap
kapsul. Dengan trokar di mana posisi angka (Implan 2) dan panah (Implan-2 Plus)
menghadap ke atas masukkan ujung trokar pada luka insisi dengan posisi (saat
memasukkan ujung trokar) kemudian turunkan menjadi saat memasuki lapisan
subdermal dan sejajar permukaan kulit saat mendorong hingga tanda 1 (3-5 mm dari
pangkal trokar)
14
11) Untuk meletakkan kapsul tepat dibawah kulit, angkat trokar ke atas, sehingga kulit
terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat
pangkal. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan.
12) Masuknya trokar akan lancar bila berada tepat di bawah kulit.
13) Saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut pendorong dari trokar (Implan-2).
14) Untuk Implan-2 Plus, justru pendorong dimasukkan (posisi panah di sebelah atas)
setelah tanda 1 tercapai dan diputar searah jarum jam hingga terbebas dari tahanan
karena ujung pendorong memasuki alur kapsul yang ada di dalam saluran trokar.
15) Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan pinset atau klem untuk mengambil
kapsul dan memasukkan ke dalam trokar. Untuk mencegah kapsul jatuh pada waktu
dimasukkan ke dalam trokar, letakkan satu lengan di bawah kapsul untuk menangkap
bila kapsul tersebut jatuh. Langkah ini tidak dilakukan pada Implan-2 Plus karena
kapsul sudah ada di dalam trokar. Dorong kapsul sampai seluruhnya masuk ke dalam
trokar dan masukkan kembali pendorong.
16) Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar sampai terasa ada
tahanan (jika setengah bagian pendorong masuk ke dalam trokar). Untuk Implan-2 Plus,
setelah pendorong masuk jalur kapsul maka dorong kapsul hinggaterasa tahanan.
17) Tahan pendorong di tempatnya kemudian tarik trokar dengan menggunakan ibu jari
dan telunjuk mendekati pangkal pendorong sampai tanda 2 muncul di luka insisi dan
pangkalnya menyentuh pegangan pendorong. Untuk Implan-2 Plus, pangkal trokar
tidak akan mencapai pangkal pendorong (tertahan ditengah) karena terhalang oleh
ujung pendorong yang belum memperoleh akses ke kapsul ke dua.
18) Saat pangkal trokar menyentuh pegangan pendorong, tanda (2) harus terlihat di tepi
luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit.
19) Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari
trokar.
20) Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah lateral kanan dan
kembalikan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama bebas. Selanjutnya
geser trokar sekita , mengikuti pola huruf V pada lengan (fiksasi kapsul pertama dengan
jari telunjuk) dan masukkan kembali trokar mengikuti alur kaki V sebelahnya sampai
tanda (1).
21) Bila tanda (1) sudah tercapai, masukkan kapsul berikutnya ke dalam trokar dan lakukan
seperti langkah sebelumnya sampai seluruh kapsul terpasang. Untuk Implan-2 Plus,
kapsul kedua ditempatkan setelah trokar didorong kembali mengikuti kaki V
15
sebelahnya hingga tanda 1, kemudian pendorong diputar berlawanan dengan arah jarum
jam hingga ujungnya mencapai pangkal kapsul kedua dan trokar ditarik kembali ke arah
pangkal pendorong.
22) Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi risiko infeksi atau ekspulsi,
pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi. Juga
pastikan jarak antara ujung setiap kapsul yang terdekat dengan tepi luka insisi (dasar
huruf V) tidak lebih lebar darin 1 kapsul.
23) Saat memasang kedua kapsul satu demi satu, jangan mencabut trokar dari luka
insisi untuk mengurangi trauma jaringan, minimalisasi infeksi dan mempersingkat
waktu pemasangan
24) Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul telah terpasang
25) Pastikan ujung kedua kapsul harus cukup jauh dari luka insisi (sekitar 5 mm). Bila
sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-
hati dan dipasang kembali di tempat yang tepat.
26) Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul sudah dipastikan tepat
keluarkan tokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari mengggunakan kasa
selama 1 menit untuk menghentikan perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan dengan
kasa antiseptik. (Buku Panduan, 2011)

Tindakan Sebelum Pemasangan:


1) Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih
2) Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti sarung tangan untuk setiap klien guna
mencegah kontaminasi silang)
3) Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung kapsul untuk memastikan
jumlahnya sudah enam.
4) Persiapkan tempat insisi dengan mengoleskan larutan antiseptik.Hapus antiseptik yang
berlebihan bila larutan ini mengaburkan tanda yang sudah dibuat sebelumnya.
5) Fokuskan area pemasangan dengan menempatkan kain penutup (doek) atau kertas steril
berlubang. Letakkan kain steril di bawah lengan atas.
6) Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada riwayat alergi terhadap obat anastesi, isi
alat suntik dengan 3 ml obat anastesi (lidocaine 1% tanpa epinefrin). Dosis ini sudah
cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama memasangdua kapsul implan-2
7) Lakukan anestesi lokal; intrakutan dan subdermal. Hal ini akan membuat kulit terangkat
dari jaringan lunak di bawahnya dan dorong jarum untuk menyuntikkan anestesi pada
16
kedua jalur kapsul (masing-masing 1 ml) membentuk huruf V. (Buku Panduan, 2011)

Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul

1. Menutup Luka Insisi, temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester
dengan kasa steril untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidak perlu dijahit karena
dapat menimbulkan jaringan parut.
2. Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk
hemostatis dan mengurangi memar (perdarahan subkutan)
3. Pembuangan Darah dan Dekontaminasi
Sebelum melepas sarung tangan, masukkan alat-alat ke wadah yang berisi klorin
0,5% untuk dekontaminasi. Dekontaminasi juga jarum dan alat suntik, pendorong
dan trokar. Kain penutup (bila digunakan) harus dicuci sebelum dipakai lagi.
Taruh didalam kontainer yang kering dan tertutup kemudian bawa ke tempat
cucian. Dengan masih memakai sarung tangan, buang bahan-bahan
terkontaminasi (kasa,kapas dan lain-lain) dalam kontainer yang anti bocor dan
diberi tanda, atau dalam kantong plastik.
4. Bila menggunakan sarung tangan sekali pakai, celupkan sebentar tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin, kemudian lepaskan sarung
tangan secara terbalik dan masukkan ke tempat sampah. Bila menggunakan
sarung tangan pakai ulang, celupkan sebentar tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dlaam larutan klorin, lepaskan secara terbalik dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5% (rendam selama 10 menit).
5. Cuci tangan segera dengan sabun dan air.
6. Semua sampah harus dibakar dan ditanam.

Perawatan Klien

 Buat catatan pada rekam medik tempat pemasangan kapsul dan kejadian tidak
umum yang mungkin terjadi selama pemasangan (gambarkan lokasi pemasangan
kapsul pada lengan atas klien)
 Amati klien lebih kurang 15 sampai 20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari
luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk
perawatan luka insisi setelah pemasangan, kalau bisa diberikan secara tertulis.
(Buku Panduan, 2011)

17
Bila Terjadi Infeksi

 Obati dengan pengobatan yang sesuai untuk infeksi lokal. Petunjuk perwatan luka
insisi di rumah:
- Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah insisi selama
beberapa hari. Ini normal.
- Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam dan
biarkan band aid di tempatnya sampai luka insisi sembuh (umumnya 3-5 hari).
- Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau luka di daerah
tersebut atau menambahkan tekanan.
- Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dibersihkan
dengan tekanan normal
- Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi kemerahan dan
panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.
(Buku Panduan,2011)

Kunci Keberhasilan Pemasangan:

1. Untuk tempat pemasangan kapsul, pilihlah lengan klien yang jarang digunakan.
2. Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan.
3. Pastikan kapsul-kapsul tersebut ditempatkan sedikitnya 8 cm (3 inci) di atas lipat
siku, di daerah medial lengan.
4. Insisi untuk pemasangan harus kecil, hanya sekedar menembus kulit. Gunakan
bisturi atau trokar tajam unbtuk membuat insisi
5. Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil, superfisial tepat di
bawah kulit. Waktu memasukkan trokar jangan dipaksakan.
6. Trokar harus dapat mengangkat kulit setiap saat, untuk memastikan pemasangan
tepat di bawah kulit.
7. Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar dari trokar sebelum memasang kapsul
berikutnya untuk mencegah kerusakan kapsul sebelumnya, pegang kapsul yang
sudah terpasang tersebut dengan jari tengah dan memasukkan trokar pelan- pelan
di sepanjang tepi jari tersebut. Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung kapsul
menonjol keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-
hati dan dipasang kembali dalam posisi yang tepat.
8. Jangan mencabut ujung trokar dari tempat insisi sebelumsemua kapsul dipasang
18
dan diperiksa seluruh posisi kapsul. Hal ini untuk memastikan bahwa keenam
kapsul dipasang dengan posisi yang benar dan pada bidang yang sama di bawah
kulit.
9. Kapsul pertama dan kedua mengikuti pola huruf V dan membentuk sudut.
10. Gambar tempat kapsul tersebut pada rekam medik dan buat catatan bila ada
kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan.

Pencabutan KB Implan

Metode standar pencabutan menggunakan klem mosquito atau Crile dan metode ini
secara rinci telah dipublikasikan pada tahun 1990 oleh The Population Council.
Kemudian dikenalkan metode-metode ‘pop-out’ yang dikenalkan oleh Darney dan
kawan-kawan pada tahun 1992. Pada tahun 1993, Praptohardjo dan Wibowo
mengenalkan metode baru untuk pencabutan Implan-2 yaitu teknik “U”. Perbedaan
yang besar antara teknik “U” dan teknik standar adalah : Posisi insisi dari kulit , dan
pemakaian klem pemegang Implan-2, merupakan modifikasi klem yang digunakan
untuk vasektomi tanpa piasau di mana diameter ujung klem diperkecil dari 3,5 menjadi
2,2 mm.

2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan

Dokumentasi adalah kebidanan pada ibu / akseptor keluarga berencana (KB)


merupakan bentuk catatan dari asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu yang akan
melaksanakan pemakian KB atau calon akseptor KB, seperti pil, suntik ,implant ,
metode operassi pria (MOP) dan lain sebagainya . Beberapa teknik penulisan dalam
dokumentasi asuhan kebidanan pada akseptor KB antara lain :

1. Mengumpulkan Data

Data yang dikumpulkan pada akseptor antara lain identitas pasien, keluhan
utama tentang keinginan menjadi akseptor , riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehtana dahulu , riwayat kesehatan keluarga , riwayat menstruasi (bagi akseptor
wanita ), riwayat perkawinan,riwayat KB,riwayat obsestri, keadaaan psikologis
, pola kebiasaan sehari-hari ;riwayat sosial, budaya,dan ekonomi , pemeriksaan
fisik dan penunjang .

Contohnya : menanyakan riwayat alat kontrasepsi apa yang pernah digunakan ibu
sebelumnya.
19
2. Melakukan intrepestasi data

Interprestasi data dasar yang akan dilakukan adalah berasal dari beberapa data yang
ditemukan pada saat pengkajian ibu/akseptor KB.

Contohnya : ibu P1A0 ingin menggunakan alat kontrasepsi

Masalah : ibu tidak tau alat kontrasepsi apa yang akan dia gunakan

3. Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipai

penanganannya.

Beberapa hasil dari interprestasi data dasar dapat digunakan dalam


mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial kemungkinanan sehingga
ditemukan beberapa diagnosis atau masalah potensial ibu atau akseptor KB
seperti ibu ingin menjadi akseptor KB pil dengan antisipasi masalah potensial ,
seperti potensial terjadinya peningkatan berat badan , potensial fluor albus
meningkat , obesitas , mual dan pusing.

Contoh : Seorang ibu mengaku mengalami kenaikan berat badan setelah


menggunakan alat kontrasepsi suntik 1 bulan.

4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau masalah potensial pada

ibu atau akseptor KB

Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan konsultasi dan


kolaborasi dengan kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien seperti
kebutuhan KIE ( komunikasi, informasi dan edukasi)

Contohnya : Ibu mengeluh sakit pada vagina dan mengalami bau busuk setelah
menggunakan alat kontrasepsi IUD, tindakan bidan yaitu memeriksa keadaan ibu
dan kolaborasi dengan dokter spesialis obgyn.

5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

Rencana asuhan menyeluruh pada ibu atau akseptor KB yang dilakukan


sebagaimana contoh berikut : apabila ibu adalah akseptor KB pil , maka jelaskan
tentang pengertian dan keuntungan KB pil , anjurkan menggunakan pil secara
teratur dan anjurkan untuk periksa secara dini bila ada keluhan.

20
Contoh : saat ibu menggunakan alat kontrasepsi suntik menjelaskan kepada ibu
untuk datang rutin setiap bulannya sesuai jadwal yang diberikan dan
menjelaskan pada ibu bahwa kenaikan berat badan yang dialami ibu setelah
menggunakan suntik 1 bulan adalah fisiologis.

6. Melaksankan perencanaan

Pada tahap ini dilakukan rencana asuhan kebidanan menyeluruh yang dibatasi
oleh standar asuhan kebidanan pada ibu / akseptor KB. Misalnya asuhan pada
akseptor kb untuk tetap rutin memeriksakan keadaannya pada fasilitas kesehatan
terdekat.

7. Evaluasi

Evaluasi pada ibu / akseptor KB dapat menggunakan bentuk SOAP sebagai


berikut:

S : Data subjektif , berisi tentang data dari pasien melalui anamesis(wawancara)


yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan atau masalah

O : Data objektif , data yang diapat dari hasil observasi melalui pemeriksaaan fisik
sebelum atau selama pemakaian KB. Contohnya observasi berat badan ibu
dari pemeriksaan sebelumnya saat menggunakan suntik kb 1 bulan selama
pemakaian KB.

A : Analisis dan interprestasi , berdasarkan data yang terkumpul kemudian


dibuat kesimpulan meliputi diagnosis , antisipassi diagnosis atau masalah
potensial , serta perlu tidsknya tindakan segera

P : Perencanaan , merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan


termasuk asuhan mandiri , kolaborasi , tes diagnosis atau laboratorium, serta
konseling untuk tindak lanjut .

21
13
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana


I. PENGUMPULAN DATA
a. IDENTITAS
NAMA :Ny. N Nama Suami : Tn. A
Umur : 25 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : WIRASWASTA
Alamat Rumah : Jl. Kumala Sari, Pamekasan
ANAMNESE
Pada tanggal : 05-05-2018 Pukul : 10.30 WIB
1. Alasan masuk : Ibu Ingin Ber KB
: Ibu Ingin Mejarangkan Kehamilan
2. Riwayat persalinan
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 3-5 hari
Banyaknya : 3 x ganti dok
Sifat darah : Encer
Warna : Merah
HPHT : 18-7-2017
3. Riwayat persalinan
Kawin ke- :I
Lama perkawian : ±1 tahun
4. Riwayat persalinan terakhir
Tanggal persalinan : 04-05-2018
Jenis persalinan : Spontan

22
Apakah sedang menyusui : ya
5. Riwayat KB sebelumnya
Riwayat 2 tahun terakhir apakah ada memakai alat kontrasepsi:
Tidak Ada
6. Riwayat penyakit lainnya
Sedang mendapat pengobatan jangka panjang : Tidak ada
Saat ini sedang menderita penyakit kronis : Tidak ada
7. Riwayat social
Merokok : Tidak merokok
Minuman keras : Tidak mengkonsumsi
8. Riwayat Ginekologi
Tumor : Tidak ada
Operasi ginekologi : Tidak ada
Penyakit kelamin : Tidak ada
GO : Tidak ada
Sifilis : Tidak ada
Herpes : Tidak ada
Keputihan : Tidak ada
Perdarahan tanpa sebab : Tidak ada
9. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Riwayat Kesehatan yang lalu dan sekarang
a) Tidak ada riwayat penyakit serius seperti hipertensi
,asma, diabetes ,kanker dan penyakit jantung
b) Tidak pernah diopname di rumah sakit
c) Tidak ada riwayat alergi terhadap obat.
2) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
10. Pola Kebiasaan Sehari hari
1. Nutrisi
Frekuensi makan dalam sehari 3 kali dengan komposisi nasi
sayur dan lauk pauk kadang ada buah dalam porsi yang sedikit

23
dan frekuensi minum air putih yaitu ± 8 gelas (± 1250 cc ) Ibu
kadang mengemil makan rongan
2. Eliminasi
BAK 5-7 kali dalm sehari dengan warna kuning,bau amoniak
dan BAB 1-2 Kali dalam sehai,kosistensi lunak,tidak ada nyeri
pasa BAK dan BAB
3. Pola Istirahat
Kebutuhan istirahat tidur siang tidak pernah dan kebutuhan
istiraht tidur malam 6-8 jam
4. Personal Hygiene
Mandi dan gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu,
ganti baju dan celana 2 kali sehari tiap gabis mandi atau
sewaktu waktu basah.
5. Aktivitas
Sebagai ibu rumah tangga memasak , menyapu dan mencuci.

II. DATA OBJEKTIF (PEMERIKSAAN FISIK)


1. Status Genitaslis
Keadaan Umum :
TD :110/70 mmHg RR : 20 x/i
Pols : 80 x/i Temp : 36.5 0C
TB : 150 cm
BB : 64 Kg ( Hari Ke 1 Post Partum )
Keadaan fisik
a) Kepala : rambut panjang dan kulit kepala bersih , tidak ada
nyeri tekan serta tidak ada benjolan
b) Wajah : Keadaan Wajah tidak pucat , tidak ada kelainan
c) Mata : Konjugtiva berwarna merah muda , sklera tidak ikterus
d) Hidung : Tidak ada polip
e) Telinga : Tidak tampak kelainan
f) Mulut : Bersih , tidak tampak caries

24
g) Leher : Tidak ada pembesaran Kelenjar gondok atau tyroid
h) Dada ; Simestri kiri dan kanan,puting susu menonjol , tidak
ada benjolan , radang atau luka.
i) Abdomen : tidak ada jaringan perut
j) Ekstermitas atas dan bawah : .tidak ada luka parut pada lengan
, tidak terdapat odema dan varies
k) Genetalia : tidak ada tanda tanda infeksi
l) Anus : tidak ada hemoroid
2. Pemeriksaan kasus obstetric
- Abdomen
Pembesaran : Simetris
- Vagina dan vula
Varices : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Tanda peradangan : Tidak ada
- Pemeriksaan dalam
VT : Tidak dilakukan
Portio : Tidak dilakukan
- Inspekulo
Tumor : TIdak ada
Perdarahan : Tidak ada
Panjang uterus : Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan penunjang
Test urine : Tidak dilakukan
III. IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA, DAN KEBUTUHAN
Data dasar : - Ny. S dengan Partu Turent I, A=0, Post Partum hari ke II
Masalah : - Tidak Pernah memakai Alkon
Kebutuhan : - Ny Nani dengan pemasangan KB.PP Implant dengan
Akseptor baru
IV. ANTISIPASI MASALAH
TIDAK ADA MASALAH

25
V. IDENTIFIKASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA
TIDAK DIPERLUKAN
VI. PERENCANAAN TINDAKAN
1. Beri informasi kepada ibu tentang keadaan umumnya
Tujuan : ibu mengetahui keadaannya dalam keadaan baik
2. Menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan
Tujuan : ibu mengetahui tindakan yang akan dilakukan
3. Melakukan Konseling KB Implant
 Efektivitasan KB Implamt
 Keuntungan KB Implant
 Kerugian KB Implant
 Indikasi ImplantKontra Indikasi KB Implant
 Produser Pemasangan Implant
Tujuan : Ibu mengetahui dan memahami tentang KB Implant
4. Beri Penkes keuntungan dan kerugian KB
Tujuan : ibu mengerti akan keuntungan dan kerugian KB
5. Menyiapkan info consest bagi ibu
Tujuan : ibu mengerti dengan informasi yang diberikan
6. Menyiapkan alat-alat dan memberitahu ibu langkah pemasangan
implant
Tujuan : ibu mengerti langkah-langkah yang dijelaskan
7. Menjelaskan tentang perawatan luka pada daerah pemasangan KB
Implant
Tujuan : ibu mengerti tentang perawatan luka
8. Beri jadwal kunjungan ulang
Tujuan : untuk mengetahui hasil dari pemasangan implant

26
VII. PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Memberikan informasi tentang keadaan umum ibu, TD 110 / 70 mmhg
,HR 80 x/m , RR 20 x/m , T 36,5 0C
2. Memberikan penkes keuntungan memakai KB PP Implant
3. Mengisi formulir info consent
4. Konseling KB
 Efektivitas KB implant
Metode ini sangat efektif untuk mencegah kehamilan lebih dari
99.9 % efektif
 Keuntungan KB Implant
Memberikan perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun,
tidak menganggu ASI.
 Kerugian KB implant
Dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola haid dan
peningkatan / penurunan berat badan , dermatitis dan cerewat
 Indikasi KB Implant
Wanita yang ingin kan kontrasepsi jangka panjang dan yang
memiliki ke efektivitas jangka panjang dan wanita yang sering
lupa minum pil
 Kontra Indikas KB Implant
Hamil atau di diga hamil , perdarahan pervaginam yang belum
penyebabnya , kanker payudara dan penyakit lainnya.
5. Mendekatkan alat dan persilahkan pasien untuk berbaring dan
meletakkan tangan kir lebih dekat dengan bidan dan melakukan
pemasangan implant
6. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang untuk control pada tanggal
11 – 05-2018
EVALUASI :
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan keadaan umumnya
2. Ibu sudah mengerti keuntungan/kerugian memakai KB.PP Implant
3. Ibu sudah mengisi formulir info consent

27
4. Ibu sudah pasang KB.PP Implant
5. Ibu berjanji ntuk kontrol implant, 3 hari (08-05-2018)
Kunjungan Ulang ,tanggal 11-05-2018
S
Ibu saat ini tidak sedang hamil dan tidak sedang haid , ibu memiliki 1
orang anak, ibu saat ini sedang menyusui , ibu mengatakan ingin
menggunakan kontrasepsi implan
O
- Tanda Tanda vital TD 100/60 mmhg , HR: 80 x/m , RR: 20 x/m , T : 37 C
- Tangan sebelah kiri ( daerah pemasangan ) tidak ada tanda tanda infeksi
dan tidak ditutup lagi dengan kain kasa

A
Ny. Y 23 tahun post partum 6minggu, kondisi kesehatan baik dengan KB

P
- Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan TTV , TD : 100/60 mmhg ,
HR 80x/m , RR 20 x/m ,T : 37 c , Keadaan Umum baik
- Memberitahukan ibu tentang pemasangan alkon Implant dalam keadaan
imlant baik dan tidak ada tanda tanda infeksi
- Menjelaskan ibu tentang efektivitas Implant yang sudah dipakai
- Memberitahu ibu tentang gizi seimbang dan personal hygene
- PenKes KB Implant
 Selama pemakaian Implant ,ibu disaran tidak membawa berat terlalu
berat pada tangan sebelah kiri
 Selama Pemakain jika ada keluhan tentang perubahan pola haid ,
berat badan meningkat , atau berat menurun maupun perdarahan
pervaginam ibu disarankan segera konsul ke tenaga kesehatan
terdekat

28
 Menyarankan ibu untuk melakukan ASI Eksklusif selama 6 bulan
,karena KB implant tidak mempengaruhi produksi ASI.
- Pemberian Inj B12 2 amp ( IM)
- Memberitahu ibu tentang kunjungan ulang apabila ada keluhan lain.

Mengetahui
Pimpinan Puskesmas Pelaksana Asuhan

29
21

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menyajikan pembahasan dengan membandingkan


antara teori dengan asuhan kebidanan secara study kasus pada pelayanan Keluarga
Berencana yang diterapkan pada Ny.N di Puskesmas sudah dilakukan
pemasangan KB Implan.
Pada pasien Ny N telah dipasang alkon setelah 1 hari post partum,hal ini
sesuai dengan program pemerintah yang diwajib kan / di perbolehkan.
Menurut ketentuan Kemenkes, BKKBN 2004, bahwa pemasangan implant
dilakukan 40 hari post partum, namun demikian dengan adanya inovasi baru yang
dilakukan Kemenkes BKKBN 2015 yaitu dengan pemasangan KBPP. Hal ini
sejalan dengan teori metode KB yang mengunakan KB pasca persalinan dengan
inovasi-inovasi telah dilakukan di Dinas Kesehatan.
Demikianlah pemasangan KBPP implant pada Ny. N telah terpasang di
Puskesmas.

30
22

BAB V
PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan


praktek melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny
“N” dengan akseptor baru implan di Puskesmas

A. KESIMPULAN
1. Telah dilakukan pengolahan data secara subjektif pada Ny. N akseptor baru
Kb Implan di Puskesmas
2. Telah dilakukan pengolahan data secara objektif pada Ny N akseptor baru
Kb Implan di Puskesmas
3. Telah dilakukan analisa data pada Ny N akseptor baru Kb I Puskesmas
4. Telah dilakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny N akseptor
baru Kb Implan di Puskesmas dan tidak dijumpai kontraindikasi pada
ibu.

B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Sebaiknya melakukan penelitian analisa yang lebih bermanfaat dan yang
berbeda sebagai sumber informasi yang akurat tentang KB implan.
2.Bagi Klien
Diharapkan klien mampu menerapkan asuhan kebidanan KB implan yang
sudah diberikan.
3.Bagi Lahan Praktik
Diharapkan mampu memberikan Asuhan Kebidanan sesuai dengan standart

pelayanan KB,untuk meningkatkan kesejahteraan ibu.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yetti. 2016. Pelayanan Keluarga Berencana, Yogyakarta: Rohima


Handayani, sri. 2014. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta: Pustaka
Rihama
Purwoastuti, Endang dan Elisabeth Siwi Walyani. 2015. Panduan Materi
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, Yogyakarta: Pustaka Baru
Press
BKKBN,2006,Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional

Materi Konseling, Jakarta : BKKBN


Handayani, S.2014. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :
Pustaka Rihama

32

Anda mungkin juga menyukai