Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB

KESEHATAN PEREMPUAN & KELUARGA BERENCANA

DOSEN : IKE ATE YUVISKA, S.ST.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

ARFINA YULISTIANI (21300001)

NIA NURJIHAN (21300009)

RISKI UTAMI (2130000)

HIFKI AULIA (21300012)

PROGRAM D3 KEBIDANAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan

Karunia, Rahmat, dan Hidayah- EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN

KB” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Kewarganegaraan yang dibimbing oleh Ibu Ike Ate Yuviska, S.ST.,M.Kes

Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman diri tentang mata kuliah ini. Demi kesempurnaannya, penyusun selalu

mengharapkan adanya saran dan masukan dari berbagai pihak.

Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun

kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari

segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan

makalah selanjutnya.

Bandar Lampung, 16 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...............................................................................2

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2

1.3 Tujuan dan Kegunaan ................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evidence Based.............................................................4

2.2 Pengertian Keluarga Berencana (KB)


2.3 Evidence Based dalam Pelayanan KB............................................4

2.3.1 Kebijakan dalam Bidang...............................................10

2.4 Contoh Pelayanan Berbasis Evidence Based...................................11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................12

3.2 Saran ...........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keluarga berencana (KB) adalah usaha untuk mengukur jumlah


dan jarak anak yang diinginkan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi
atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Metode
kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai
dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah
dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.
Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu
diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap
orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang
cocok untuk  dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis
pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan
membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia.
Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara
lain faktor pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga jumlah keluarga
yang diinginkan, pengalaman yang diinginkan, pengalaman dengan
metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat
haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul), faktor
metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat pendidikan,
pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari
suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan mempengaruhi
keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan setiap metode atau alat
kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang  berbeda-beda.
Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada
pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif
tinggi. Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini
telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban
pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi

iii
rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10
Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia  perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan  peningkatan
kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah ada, berikut adalah rumusan permasalahan pada
makalah ini yang terkait dengan Evidence Based dalam KB.

1. Evidence Based dalam pelayanan KB


2. Contoh Evidence based dalam pelayanan KB

1.3 Tujuan dan Kegunaan


a. Tujuan
Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui serta dapat mengkaji
lebih dalam lagi terkait materi KB.

b. Kegunaan
Adapun kegunaan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan kemudahan bagi mahasiswa sehingga dapat lebih
memudahkan dalam mendapatkan materi serta pemahaman tentang
salah satu materi dari Mata Kuliah Kesehatan Perempuan dan KB.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evidence Based


Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi  berdasarkan
pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus  berdasarkan bukti inipun
tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa
dipertanggungjawabkan. Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal
dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara
bersungguh-sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan
dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced Based
Midwifery (EBM) ini sangat penting  peranannya pada dunia kebidanan
karena dengan adanya maka EBM maka dapat mencegah tindakan-tindakan
yang tidak diperlukan/tidak   bermanfaat  bahkan merugikan bagi pasien,
terutama pada proses  persalinan diharapkan berjalan dengan lancar dan aman
sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian  bayi.
Dari beberapa pernyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa evidence
based adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan menggunakan hasil
penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.

2.2 Pengertian Keluarga Berencana (KB)


Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Metode kontrasepsi
bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi
telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk
berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.

v
2.3 Evidence Based dalam Pelayanan KB
CDC atau pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika
Serikat telah merekomendasikan revisi penggunaan kontrasepsi hormonal
kombinasi (KHK) yang aman pada wanita postpartum yang tidak menyusui
(tabel 1). Pada wanita yang melahirkan < 21 hari, tidak diperbolehkan
menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi apapun oleh karena resiko
kesehatan pada masa ini (Kategori 4). Pada wanita yang telah melahirkan
antara 21-42 hari dan memiliki resiko tambahan TEV, resiko penggunaan
KHK lebih banyak dari keuntungannya dan oleh karena itu, KHK tidak
boleh digunakan (Kategori 3) ; namun, jika tidak ada resiko TEV tambahan,
keuntungan penggunaan KHK lebih banyak dibandingkan resikonya,KHK
dapat digunakan (Kategori 2). Pada wanita yang melahirkan > 42 hari, tidak
ada pembatasan penggunaan KHK oleh karena resiko TEV yang semakin
berkurang (Kategori 1). Meskipun demikian, keadaan medis lainnya dapat
diambil sebagai pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang
akan digunakan. Rekomendasi pengunaan kontrasepsi untuk wanita
menyusui tidak mengalami perubahan. Rekomendasi ini dibuat berdasarkan
bukti yang mengacu pada efek negatif yang dapat ditimbulkan dari
penggunaan kontrasepsi hormonal pada ibu menyusui, misalnya
meningkatnya waktu untuk menyusui dan meningkatkan jumlah suplemen
makanan tambahan. Pada wanita yang menyusui dan melahirkan kurang dari
1 bulan, kontrasepsi hormonal kombinasi dimasukkan dalam kategori 3
karena perhatian terhadap efek estrogen pada masa menyusui.
Setelah 1 bulan, kontrasepsi hormonal kombinasi dimasukkan dalam
kategori 2 untuk ibu menyusui. Meskipun demikian, beberapa revisi
rekomendasi berdasarkan pada resiko TEV telah menggantikan ketentuan
penggunaan kontrasepsi untuk kriteria ibu yang menyusui. Contohnya :
kontrasepsi hormonal kombinasi diklasifikasikan dalam kategori 4 untuk
semua ibu postpartum, termasuk ibu menyusui yang melahirkan < 21 hari.

vi
Tabel 1. (Revisi rekomendasi penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi,
termasukkontrasepsi oral, tempel, cincin vagina, selama masa post-partum
pada ibu yang menyusui).

Kondisi Kategori Klasifikasi/bukti


Postpartum (Ibu Klasifikasi :
Menyusui†) Berdasarkan
departemen pelayanan
kesehatan dan manusia
Amerika Serikat
menetapkan bahwa bayi
harus mendapatkan ASI
Eksklusif selama 4-6
bulan pertama
kehidupan, sebaiknya
dalam masa 6 bulan.
Idealnya, ASI harus
dilanjutkan sampai bayi
berumur 1 tahun. Bukti:

Penelitian
eksperimental
memperlihatkan bahwa
ditemukan efek
penggunaan kontrasepsi
hormonal oral terhadap
volume ASI. Namun
tidak berefek negatif
pada berat badan bayi.
Selain itu, penelitian
juga tidak menemukan
adanya efek merugikan
dari estrogen eksogen
terhadap bayi yang
terekspose dengan
KHK selama masa
menyusui. Secara
umum, penelitian-
penelitian ini masih
memiliki kualitas yang
rendah, kurangnya
standar definisi dari

vii
menyusui itu sendiri
atau pengukuran hasil
yang tidak akurat, serta
tidak memasukkan bayi
prematur atau bayi
yang sakit sebagai
sampel percobaan.
Secara teoritis,
perhatian terhadap efek
penggunaan kontrasepsi
terhadap produksi asi
lebih baik dilakukan
pada masa awal
postpartum disaat aliran
asi sedang dalam masa
permulaan.
Bukti: Tidak terdapat
bukti langsung
mengenai resikoTEV
pada ibu postpartum
yang menggunakan
KHK. Resiko TEV
mengalami peningkatan
selama kehamilan dan
postpartum; resiko ini
utamanya ditemukan
pada minggu pertama
setelah persalinan,
menurun ke arah
normal setelah 42 hari
postpartum.
Penggunaan KHK yang
dapat meningkatkan
resiko TEV pada
wanita usia produktif
yang sehat,
kemungkinan dapat
menjadi resiko
tambahan jika
digunakan pada masa
ini. Resiko kehamilan
dalam masa 21 hari
setelah persalinan
sangat rendah, namun
akan meningkat setelah

viii
itu, kemudian
kemungkinan ovulasi
sebelum menstruasi
pertama setelah
persalinan dapat terjadi.
<21 hari 4
21 sampai <30 hari
Klasifikasi: Untuk
wanita dengan faktor
resiko TEV, akan
meningkat menuju
klasifikasi -4 ;
contohnya, merokok,
Trombosis Vena
Dalam, yang diketahui
sebagai mutasi
thrombogenik dan
kardiomiopati
peripartum. Bukti:
Tidak terdapat bukti
Dengan faktor resiko langsung mengenai
TEV lainnya ( seperti resiko TEV pada
umur ≥ 35 tahun, wanita postpartum yang
riwayat TVE menggunakan KHK.
sebelumnya,
thrombofilia,
3
immobilitas, transfuse
saat persalinan, IMT Resiko TEV meningkat
≥30. Perdarahan selama kehamilan dan
postpartum, postcaesar, masa postpartum;
preeklampsi, atau resiko ini utamanya
merokok) ditemukan pada minggu
pertama setelah
persalinan, menurun ke
arah normal setelah 42
hari persalinan.
Penggunaan KHK,
yang meningkatkan
resiko TEV pada
wanita usia reproduksi
yang sehat dapat
menimbulkan resiko
tambahan jika
digunakan pada masa
ini.
Tanpa Resiko 3

ix
TEVlainnya
30-42 hari
Klasifikasi: Untuk
wanita dengan faktor
resiko TEV, akan
meningkat menuju
klasifikasi ―4,
contohnya, merokok,
Trombosis Vena
Dalam, yang diketahui
sebagai mutasi
thrombogenik dan
kardiomiopati
peripartum. Bukti:
Dengan faktor resiko
Tidak terdapat bukti
TEV lainnya (seperti
langsung mengenai
umur ≥ 35 tahun,
resikoTEV pada wanita
riwayat TVE
postpartum yang
sebelumnya ,thrombofi
menggunakan
lia, immobilitas,
3 KHK.Resiko TEV
transfuse saat
meningkat selama
persalinan, IMT ≥30.
kehamilan dan masa
Perdarahan
postpartum; resiko ini
postpartum, postcaesar,
utamanya ditemukan
preeklampsi, atau
pada minggu pertama
merokok)
setelah persalinan,
menurun ke arah
normal setelah 42 hari
persalinan. Penggunaan
KHK, yang
meningkatkan resiko
TEV pada wanita usia
reproduksi yang sehat
dapat menimbulkan
resiko tambahan jika
digunakan pada masa
ini.
Tanpa resiko TEV
2
lainnya.
>42 hari 2

Keterangan:
TEV = Tromboemboli vena; KHK = Kontrasepsi Hormonal Kombinasi;
IMT = Indeks Massa Tubuh (Berat [Kg]/ Tinggi [m2] ; KOK = Kontrasepsi

x
Oral kombinasi.

Kategori: 1 = kondisi dimana tidak terdapat pembatasan terhadap


penggunaan kotrasepsi, 2 = kondisi dimanakeuntungan penggunaan
kontrasepsi umumnya lebih besar dari resiko teoritis dan yang ditemukan, 3
= kondisi dimana resiko penggunaan kontrasepsi yang ditemukan lebih besar
dibandingkan keuntungannya, 4 = kondisi dimana ibu tidak dapat
menggunakan kontrasepsi jenis apapun.

†Rekomendasi untuk ibu menyusui dibagi sesuai bulan berdasarkan US


MEC, 2010. Rekomendasi ini dibagi berdasarkan hari untuk tujuan
penggabungan dengan rekomendasi postpartum.

Dalam penilaian kesehatan resiko seorang wanita harus mempertimbangkan


karakteristik serta kondisi medis yang dimiliki wanita tersebut. Untuk wanita
postpartum, pemeriksaan ini meliputi penelusuran resiko TEV, misalnya
mutasi trombogenik (kategori 4) atau riwayat TEVdengan faktor resiko
rekurensi (kategori 4), yang keduanya merupakan resiko yang membatasi
penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi, baik pada wanita postpartum
ataupun tidak.

2.3.1 Kebijakan dalam Bidang Kesehatan Reproduksi


1. Peningkatan kondisi kesehatan perempuan dan peningkatan
kesempatan kerja. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk
meningkatkan usia kawin dan melahirkan, sehingga resiko
selama kehamilan akan menurun.
2. Pendekatan target pada program KB harus disertai dengan
adanya tenaga dan peralatan medis yang cukup. Hal ini untuk
mencegah terjadinya malpraktek karena keinginan untuk
mencapai target.

xi
3. Peningkatan partisipasi laki-laki dalam menurunkan angka
kelahiran. Tidak hanya perempuan yang dituntut untuk
mencegah kehamilan, tetapi juga laki-laki, karena pada saat ini
sudah tersedia beberapa alat kontrasepsi untuk laki-laki.
4. Penyadaran akan kesetaraan dalam menentukan hubungan
seksual dengan laki-laki. Penyadaran bahwa perempuan berhak
menolak berhubungan seksual dengan laki-laki, meskipun laki-
laki tersebutsuaminya, bila hal itu membahayakan kesehatan
reproduksinya (misalnya laki-laki tersebut mengidap
HIV/AIDS).
5. Pencabutan sanksi sekolah terhadap remaja perempuan yang
hamil di luar nikah. Remaja tersebut cukup dikenakan wajib cuti
selama kehamilannya.
6. Penyuluhan tentang jenis, guna, dan resiko penggunaan alat
kontrasepsi. Baik alat kontrasepsi modern maupun tradisional
perlu diperkenalkan guna dan resikonya kepada perempuan.
Dengan demikian perempuan dapat menentukan alat kontrasepsi
mana yang terbaik untuk dirinya.
7. Penyuluhan tentang HIV/AIDS dan PMS (penyakit menular
seksual) kepada perempuan.
8. Pendidikan seks pada remaja perempuan dan laki-
laki.Pengabaian hubungan gender mengakibatkan perempuan
menjadi target utama dari kebijakan dalam bidang kesehatandan
kependudukan yang selama ini dilakukan pemerintah. Selama
ini perempuan ditempatkan hanya sebagai instrumen perantara
dalam mencapai target kependudukan atau kesehatan yang
dicanangkan pemerintah tanpa memandang hak-hak perempuan
atas tubuhnya sendiri. Kebijakan kesehatan yang menghormati
hak perempuan atas tubuhnya, dalam jangka panjang akan
memberikan kontribusi mengatasi masalah kependudukan,

xii
dengan resiko yang jauh lebih kecil dibanding kebijakan
kependudukan menggunakan kontrasepsi modern.

2.4 Contoh Pelayanan Berbasis Evidence Based dalam Pelayanan Keluarga


Berencana (KB)
1. Memberikan asuhan pada perempuan mulai dari masa pranikah,

pra kehamilan, selama hamil hingga melahirkan, nifas,

menyusui, interval antar kehamilan, hingga masa menopause.

2. Memberikan konseling KB dan penyediaan berbagai jenis

kontrasepsi, lengkap dengan nasihat atau tindakan jika timbul

efek samping.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Evidence based adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan

menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang

diinginkan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan

dan perencanaan keluarga. Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah

sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah

telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam

xiii
rahim. Contoh dari pelayanan KB berbasis evidence based yaitu memberikan

konseling KB dan penyediaan berbagai jenis kontrasepsi, lengkap dengan nasihat

atau tindakan jika timbul efek samping.

3.2 Saran

Untuk referensi tambahan, kami menyarankan untuk membaca buku-buku


atau artikel-artikel seputar Makanan dan Minuman dalam Islam agar menambah
insight para pembaca sekalian.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Ke Catatan


Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta.
Sri Mularsih, Laelatul Munawaroh, Dewi Elliana.2018.Hubungan Pengetahuan
Dan Dukungan Suami Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Akdr)
Pada Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan
Kota Semarang
Depkes RI, 2004, Asuhan  Asuhan Persalinan  Persalinan  Normal   Normal .
Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta
Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

xiv
Yuniati I. Yuniati I. 2011. Filosofi Kebidanan. Bandung: Progr 2011. Filosofi
Kebidanan. Bandung: Pascasarjana Program Studi Magister Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Sulistyawati. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana (KB). Jakarta: Salemba
Medika.
Saifuddin AB, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Saifuddin AB, dkk. 2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan anan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

xv

Anda mungkin juga menyukai