DISUSUN OLEH :
PROGRAM D3 KEBIDANAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
pemahaman diri tentang mata kuliah ini. Demi kesempurnaannya, penyusun selalu
kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari
segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan
makalah selanjutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10
Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan
kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
Dari latar belakang yang telah ada, berikut adalah rumusan permasalahan pada
makalah ini yang terkait dengan Evidence Based dalam KB.
b. Kegunaan
Adapun kegunaan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan kemudahan bagi mahasiswa sehingga dapat lebih
memudahkan dalam mendapatkan materi serta pemahaman tentang
salah satu materi dari Mata Kuliah Kesehatan Perempuan dan KB.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
2.3 Evidence Based dalam Pelayanan KB
CDC atau pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika
Serikat telah merekomendasikan revisi penggunaan kontrasepsi hormonal
kombinasi (KHK) yang aman pada wanita postpartum yang tidak menyusui
(tabel 1). Pada wanita yang melahirkan < 21 hari, tidak diperbolehkan
menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi apapun oleh karena resiko
kesehatan pada masa ini (Kategori 4). Pada wanita yang telah melahirkan
antara 21-42 hari dan memiliki resiko tambahan TEV, resiko penggunaan
KHK lebih banyak dari keuntungannya dan oleh karena itu, KHK tidak
boleh digunakan (Kategori 3) ; namun, jika tidak ada resiko TEV tambahan,
keuntungan penggunaan KHK lebih banyak dibandingkan resikonya,KHK
dapat digunakan (Kategori 2). Pada wanita yang melahirkan > 42 hari, tidak
ada pembatasan penggunaan KHK oleh karena resiko TEV yang semakin
berkurang (Kategori 1). Meskipun demikian, keadaan medis lainnya dapat
diambil sebagai pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang
akan digunakan. Rekomendasi pengunaan kontrasepsi untuk wanita
menyusui tidak mengalami perubahan. Rekomendasi ini dibuat berdasarkan
bukti yang mengacu pada efek negatif yang dapat ditimbulkan dari
penggunaan kontrasepsi hormonal pada ibu menyusui, misalnya
meningkatnya waktu untuk menyusui dan meningkatkan jumlah suplemen
makanan tambahan. Pada wanita yang menyusui dan melahirkan kurang dari
1 bulan, kontrasepsi hormonal kombinasi dimasukkan dalam kategori 3
karena perhatian terhadap efek estrogen pada masa menyusui.
Setelah 1 bulan, kontrasepsi hormonal kombinasi dimasukkan dalam
kategori 2 untuk ibu menyusui. Meskipun demikian, beberapa revisi
rekomendasi berdasarkan pada resiko TEV telah menggantikan ketentuan
penggunaan kontrasepsi untuk kriteria ibu yang menyusui. Contohnya :
kontrasepsi hormonal kombinasi diklasifikasikan dalam kategori 4 untuk
semua ibu postpartum, termasuk ibu menyusui yang melahirkan < 21 hari.
vi
Tabel 1. (Revisi rekomendasi penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi,
termasukkontrasepsi oral, tempel, cincin vagina, selama masa post-partum
pada ibu yang menyusui).
Penelitian
eksperimental
memperlihatkan bahwa
ditemukan efek
penggunaan kontrasepsi
hormonal oral terhadap
volume ASI. Namun
tidak berefek negatif
pada berat badan bayi.
Selain itu, penelitian
juga tidak menemukan
adanya efek merugikan
dari estrogen eksogen
terhadap bayi yang
terekspose dengan
KHK selama masa
menyusui. Secara
umum, penelitian-
penelitian ini masih
memiliki kualitas yang
rendah, kurangnya
standar definisi dari
vii
menyusui itu sendiri
atau pengukuran hasil
yang tidak akurat, serta
tidak memasukkan bayi
prematur atau bayi
yang sakit sebagai
sampel percobaan.
Secara teoritis,
perhatian terhadap efek
penggunaan kontrasepsi
terhadap produksi asi
lebih baik dilakukan
pada masa awal
postpartum disaat aliran
asi sedang dalam masa
permulaan.
Bukti: Tidak terdapat
bukti langsung
mengenai resikoTEV
pada ibu postpartum
yang menggunakan
KHK. Resiko TEV
mengalami peningkatan
selama kehamilan dan
postpartum; resiko ini
utamanya ditemukan
pada minggu pertama
setelah persalinan,
menurun ke arah
normal setelah 42 hari
postpartum.
Penggunaan KHK yang
dapat meningkatkan
resiko TEV pada
wanita usia produktif
yang sehat,
kemungkinan dapat
menjadi resiko
tambahan jika
digunakan pada masa
ini. Resiko kehamilan
dalam masa 21 hari
setelah persalinan
sangat rendah, namun
akan meningkat setelah
viii
itu, kemudian
kemungkinan ovulasi
sebelum menstruasi
pertama setelah
persalinan dapat terjadi.
<21 hari 4
21 sampai <30 hari
Klasifikasi: Untuk
wanita dengan faktor
resiko TEV, akan
meningkat menuju
klasifikasi -4 ;
contohnya, merokok,
Trombosis Vena
Dalam, yang diketahui
sebagai mutasi
thrombogenik dan
kardiomiopati
peripartum. Bukti:
Tidak terdapat bukti
Dengan faktor resiko langsung mengenai
TEV lainnya ( seperti resiko TEV pada
umur ≥ 35 tahun, wanita postpartum yang
riwayat TVE menggunakan KHK.
sebelumnya,
thrombofilia,
3
immobilitas, transfuse
saat persalinan, IMT Resiko TEV meningkat
≥30. Perdarahan selama kehamilan dan
postpartum, postcaesar, masa postpartum;
preeklampsi, atau resiko ini utamanya
merokok) ditemukan pada minggu
pertama setelah
persalinan, menurun ke
arah normal setelah 42
hari persalinan.
Penggunaan KHK,
yang meningkatkan
resiko TEV pada
wanita usia reproduksi
yang sehat dapat
menimbulkan resiko
tambahan jika
digunakan pada masa
ini.
Tanpa Resiko 3
ix
TEVlainnya
30-42 hari
Klasifikasi: Untuk
wanita dengan faktor
resiko TEV, akan
meningkat menuju
klasifikasi ―4,
contohnya, merokok,
Trombosis Vena
Dalam, yang diketahui
sebagai mutasi
thrombogenik dan
kardiomiopati
peripartum. Bukti:
Dengan faktor resiko
Tidak terdapat bukti
TEV lainnya (seperti
langsung mengenai
umur ≥ 35 tahun,
resikoTEV pada wanita
riwayat TVE
postpartum yang
sebelumnya ,thrombofi
menggunakan
lia, immobilitas,
3 KHK.Resiko TEV
transfuse saat
meningkat selama
persalinan, IMT ≥30.
kehamilan dan masa
Perdarahan
postpartum; resiko ini
postpartum, postcaesar,
utamanya ditemukan
preeklampsi, atau
pada minggu pertama
merokok)
setelah persalinan,
menurun ke arah
normal setelah 42 hari
persalinan. Penggunaan
KHK, yang
meningkatkan resiko
TEV pada wanita usia
reproduksi yang sehat
dapat menimbulkan
resiko tambahan jika
digunakan pada masa
ini.
Tanpa resiko TEV
2
lainnya.
>42 hari 2
Keterangan:
TEV = Tromboemboli vena; KHK = Kontrasepsi Hormonal Kombinasi;
IMT = Indeks Massa Tubuh (Berat [Kg]/ Tinggi [m2] ; KOK = Kontrasepsi
x
Oral kombinasi.
xi
3. Peningkatan partisipasi laki-laki dalam menurunkan angka
kelahiran. Tidak hanya perempuan yang dituntut untuk
mencegah kehamilan, tetapi juga laki-laki, karena pada saat ini
sudah tersedia beberapa alat kontrasepsi untuk laki-laki.
4. Penyadaran akan kesetaraan dalam menentukan hubungan
seksual dengan laki-laki. Penyadaran bahwa perempuan berhak
menolak berhubungan seksual dengan laki-laki, meskipun laki-
laki tersebutsuaminya, bila hal itu membahayakan kesehatan
reproduksinya (misalnya laki-laki tersebut mengidap
HIV/AIDS).
5. Pencabutan sanksi sekolah terhadap remaja perempuan yang
hamil di luar nikah. Remaja tersebut cukup dikenakan wajib cuti
selama kehamilannya.
6. Penyuluhan tentang jenis, guna, dan resiko penggunaan alat
kontrasepsi. Baik alat kontrasepsi modern maupun tradisional
perlu diperkenalkan guna dan resikonya kepada perempuan.
Dengan demikian perempuan dapat menentukan alat kontrasepsi
mana yang terbaik untuk dirinya.
7. Penyuluhan tentang HIV/AIDS dan PMS (penyakit menular
seksual) kepada perempuan.
8. Pendidikan seks pada remaja perempuan dan laki-
laki.Pengabaian hubungan gender mengakibatkan perempuan
menjadi target utama dari kebijakan dalam bidang kesehatandan
kependudukan yang selama ini dilakukan pemerintah. Selama
ini perempuan ditempatkan hanya sebagai instrumen perantara
dalam mencapai target kependudukan atau kesehatan yang
dicanangkan pemerintah tanpa memandang hak-hak perempuan
atas tubuhnya sendiri. Kebijakan kesehatan yang menghormati
hak perempuan atas tubuhnya, dalam jangka panjang akan
memberikan kontribusi mengatasi masalah kependudukan,
xii
dengan resiko yang jauh lebih kecil dibanding kebijakan
kependudukan menggunakan kontrasepsi modern.
efek samping.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah
telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam
xiii
rahim. Contoh dari pelayanan KB berbasis evidence based yaitu memberikan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
xiv
Yuniati I. Yuniati I. 2011. Filosofi Kebidanan. Bandung: Progr 2011. Filosofi
Kebidanan. Bandung: Pascasarjana Program Studi Magister Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Sulistyawati. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana (KB). Jakarta: Salemba
Medika.
Saifuddin AB, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Saifuddin AB, dkk. 2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan anan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
xv