Anda di halaman 1dari 16

1

Evidence Based dalam Family Planning


dan KB (Pil)

Disusun oleh :

110321006 IKA PUJIANTI


110321007 HENI MINANTI
110321008 NONINAH
110321009 ZIAH TUNZIAH

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN TK.1 ALIH JENJANG


UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
SEMESTER GANJIL 2021/2022
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT Dzat Yang Maha Kuasa atas limpahan Rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita sekalian dan alhamdulillah makalah Evidence Based dalam Family
Planning dan KB (Pil) dapat diselesaikan pada waktunya.
Berdasarkan hasil SDKI 2017, hanya 29% wanita yang menggunakan alat kontrasepsi
mendapatkan informasi tentang efek samping, tindakan untuk mengatasi efek samping dan
alat/cara KB lain yang dapat digunakan. Rendahnya kualitas konseling ini juga akan
berdampak pada tingginya putus pakai ber KB. Penyusunan makalah ini merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan kualitas konseling ataupun pemberian informasi KB kepada
akseptor KB.
Makalah ini berisikan tentang evidence based mengenai Pil KB dalam family planning
program. Dengan diterbitkannya makalah ini, diharapkan dapat menjadi acuan bagi saya
dan rekan sejawat lainnya dalam memberikan konseling yang berkualitas dalam pelayanan
KB.
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini, dan
diharapkan masukan untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Wanareja, 25 Oktober 2021


Penulis,

Heni Minanti
3

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang........................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.3 Tujuan........................................................................................ 5
1.4 Manfaat…………………................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 6
2.1 Evidence Based ……................................................................... 6
2.2 Definisi Kontrasepsi.................................................................. 7
2.3 Kontrasepsi Pil KB..................................................................... 8
BAB III JURNAL EVIDENCE BASED DALAM FAMILY PLANNING dan KB (PIL) 10
BAB IV KESIMPULAN....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ………………………............................................................. 16
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………............................................... 17
4

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program yang penting
dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan, baik secara individu maupun sebagai
bagian dari keluarga dan komunitasnya. Salah satu tujuan dari program KB adalah
meningkatkan status kesehatan ibu dan kualitas reproduksi di Indonesia. Secara
spesifik, program KB ini bermanfaat untuk bermanfaat untuk menurunkan risiko
terjangkitnya kanker rahim dan kanker servik pada perempuan, menurunkan angka
kematian maternal serta peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM),
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, meningkatkan Kesehatan ibu hamil dan
anak, mencegah penularan penyakit berbahaya, menjamin tumbuh kembang bayi dan
anak, meningkatkan kesejahteraan keluarga, turut menjamin pendidikan anak, serta
meningkatkan kualitas sebuah keluarga. PMB Griya Anakita yang berlokasi di Kabupaten
Cilacap Jawa Tengah adalah salah satu fasilitas kesehatan yang melayani program
Kesehatan Ibu dan Anak diantaranya adalah pemeriksaan ibu hamil, persalinan, perawatan
masa nifas, Moms and Baby Spa serta pelayanan kontrasepsi. Bila PMB Griya Anakita
melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan atau COC (continuity of care) kepada
pasiennya maka harapannya bisa bersinergi membantu program pemerintah dalam
menurunkan AKI dan AKB diwilayahnya.
Menurut survey data, peserta KB nasional periode Agustus 2012 sebanyak
6.152.231 pengguna. Jika dilihat dari metode kontrasepsi yang paling banyak
digunakan adalah metode suntik sebanyak 2.949.633 (47,94%). Untuk metode pil
1.649.256 (26,81%), implant 527.569 (8,58%), kondom 462.186 (7,51%), IUD 459.117
(7,46%), MOW 87.079 (1,42%) dan paling sedikit adalah metode MOP 17.331 (0,28%).
Evidence based artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman
atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar
bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan. Artinya Evidence
based adalah pengintegrasian antara bukti ilmiah berupa hasil penelitan yang terbaik
dengan tugas dan kewenangan bidan serta preferensi pasien dalam proses
pengambilan eputusan pelayanan kebidanan. Makalah evidence based dalam family
planning dan KB (Pil) ini dibuat untuk mengulas khusus tentang penggunaan Pil KB
berdasarkan evidence based.

1.2. Rumusan Masalah


Dua rumusan masalah dalam makalah ini :
1. Apa yang dimaksud dengan Evidence Based ?
2. Apa Evidence Based Dalam Pelayanan KB PIL ?

1.3. Tujuan
Tujuan Umum
1. Mengetahui tentang Evidence Based.
2. Mengetahui tentang Evidence Based Dalam Family Planing KB PIL.
5

Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan asuhan berkelanjutan pelayanan kontrasepsi khusunya KB Pil
berdasarkan evidence based.

1.4. Manfaat
a. Menjadikan pengalaman dalam melakukan manajemen asuhan kebidanan
khusunya mengenai kontrasepsi.
b. Sebagai pengukur kemampuan dalam melakukan asuhan kebidanan dalam
konseling KB Pil.
6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Evidence Based

EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat
profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis.
RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987),
dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan
dan praktek. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian,
dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru kesempatan untuk
kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform
untuk yang paling ketat dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada juga keinginan
untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah
jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM
Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang ‘untuk
membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan
dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi ‘(Silverton, 2003).
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek
dan profesi kebidanan berorientasi komunitas. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta
sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka
terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan,
sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan
penelitian lebih lanjut.
Menurut Sackett et al. Evidence-based (EB)adalah suatu pendekatan medik yang
didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan
penderita. Dengan demikian, dalam prakteknya, EB memadukan antara kemampuan
dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya.
Pengertian lain dari evidence based adalah proses yang digunakan secara
sistematik untuk menemukan, menelaah/me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil
studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik. Jadi secara lebih rincinya lagi,
EB merupakan keterpaduan antara :
1. Bukti-bukti ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best research
evidence)
2. Keahlian klinis (clinical expertise)
7

3. Nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values).


Publikasi ilmiah adalah suatu pempublikasian hasil penelitian atau sebuah hasil
pemikiran yang telah ditelaaah dan disetujui dengan beberapa petimbangan baik dari
acountable aspek metodologi maupun accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal,
artikel, e-book atau buku yang diakui.
Penggunaan kebijakan dari bukti terbaik yang tersedia sehingga tenaga
kesehatan (Bidan) dan pasien mencapai keputusan yang terbaik, mengambil data yang
diperlukan dan pada akhirnya dapat menilai pasien secara menyeluruh dalam
memberikan pelayanan kehamilan(Gray, 1997).
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian
dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
Manfaat yang dapat diperoleh dan Evidence Based antara lain:
a. Memberikan keamanan bagi tenaga kesehatan karena intervensi yang dilakukan
berdasarkan bukti ilmiah.
b. Meningkatkan kompetensi (kognitif).
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan
asuhan yang bermutu.
d. Memenuhi kepuasan pelanggan dalam asuhan kebidanan kiien
e. Mengharapkan asuhan yang benar, sesual dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
f. Dapat mencegah tindakan-tindakan yang tidak diperlukan atau tidak bermanfaat
bahkan merugikan bagi pasien, terutama pada proses persalinan yang
diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan AKI
dan AKB.

2.2 Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi asal kata dari ‘kontra’ yang berarti mencegah/ menghalangi dan
‘konsepsi’ yang berarti pembuahan/pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi
kontrasepsi diartikan sebagai cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan
berbagai macam cara, baik dengan menggunakan hormon, alat ataupun melalui
prosedur operasi

Menurut Kamus BKKBN (2011) Kontrasepsi adalah Obat atau alat untuk
mencegah terjadinya konsepsi (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam, yaitu
8

kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan implant) dan kontrasepsi non-
hormonal (IUD, Kondom).

Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Dapat dipercaya;
2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan;
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan;
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus;
5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus;
6. Mudah pelaksanaanya;
7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat;
8. Dapat diterima penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan.

2.3 Kontrasepsi Pil KB

A. Pengertian

Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh
ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal,
sehingga juga menekan releasing factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi.
Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga
menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual,
muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).

B. Efektivitas

Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5 - 99,9% dan 97%
(Handayani, 2010). Tiga Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:

1) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet. Mengamdung


hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosis yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap
hari.
2) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa
hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
3) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet
tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.

C. Cara kerja KB Pil

Menurut Saifuddin (2010) cara kerja KB pil adalah sebagai berikut :


 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Mengentalkan lendir serviks
9

 Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan


 terganggu.

D. Keuntungan KB Pil
Menurut Handayani (2010) berikut keuntungan KB Pil :
a. Tidak mengganggu hubungan seksual
b. Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c. Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d. Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse
e. Mudah dihentikan setiap saat
f. Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
g. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.

E. Keterbatasan KB Pil
Berikut adalah keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
1) Amenorhea
2) Perdarahan haid yang berat
3) Perdarahan diantara siklus haid
4) Depresi
5) Kenaikan berat badan
6) Mual dan muntah
7) Perubahan libido
8) Hipertensi
9) Jerawat
10) Nyeri tekan payudara
11) Pusing
12) Sakit kepala
13) Kesemutan dan baal bilateral ringan
14) Mencetuskan moniliasis
15) Cloasma
16) Hirsutisme
17) leukorhea
18) Pelumasan yang tidak mencukupi
19) Perubahan lemak
20) Disminorea
21) Kerusakan toleransi glukosa
22) Hipertrofi atau ekropi serviks
23) Perubahan visual
24) Infeksi pernafasan
25) Peningkatan episode sistitis
26) Perubahan fibroid uterus.
10

BAB III JURNAL EVIDENCE BASED


DALAM FAMILY PLANNING dan KB (PIL)

2.1 Jurnal Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kontrasepsi Pil. (Farunti Iga
Melani, Liberty Barokah).

Abstrak :

Latar belakang; dalam pemilihan jenis kontrasepsi, salah satunya


adalah tingkat pengetahuan dari calon akseptor KB. Pengetahuan ibu yang
tinggi akan memengaruhi dalam pemilihan alat kontrasepsi. Semakin
tinggi tingkat pengetahuan seseorang, semakin jeli orang tersebut dalam
menentukan alat kontrasepsi. Metode; desain penelitian menggunakan
deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Responden
penelitian sebanyak 86 WUS dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling yang telah memenuhi kriteria ekskulsi
dan inklusi. Analisis dilakukan menggunakan bentuk persentase
berdasarkan frekuensi dari setiap kategori. Hasil; menunjukkan bahwa
pengetahuan WUS tentang kontrasepsi pil cukup 43 orang (50%),
pengetahuan pengertian cukup 33 orang (38,37%), Keuntungan kurang 39
orang (45,35%), kerugian kurang 50 orang (58,14%), waktu memulai
menggunakan cukup 43 orang (50%) dan cara minum cukup 35 orang
(40,69%). Kesimpulan; pengetahuan yang cukup mengenai pengertian,
waktu memulai minum dan cara minum kontrasepsi pil dan pengetahuan
yang kurang mengenai keuntungan dan kerugian kontrasepsi pil.

2.2 Pembahasan

Berdasarkan tabulasi silang gambaran pengetahuan tentang


kontrasepsi pil berdasarkan karakteristik responden, seperti umur,
pendidikan, pekerjaan dan paritas didapatkan pada kelompok responden
umur < 20 tahun sebanyak 1 responden didapatkan pengetahuan kurang,
responden berumur 20-35 didapatkan sebanyak 19,40% pengetahuan baik,
52,23% pengetahuan cukup dan 28,35% pengetahuan kurang. Dilihat dari
karakteristik tingkat pendidikan, responden dengan pendidikan SD
11

terdapat 1 responden (100%) dengan pengetahuan kurang untuk SMP


didapatkan 33,33% pengetahuan baik, 50,00% pengetahuan cukup dan
16,66% dengan pengetahuan kurang. Responden dengan pendidikan SMA
diketahui 11,11% pengetahuan baik, 47,62% pengetahuan cukup dan
41,26% pengetahuan kurang. Perguruan tinggi didapatkan sebanyak
37,50% pengetahuan baik, 56,25% pengetahuan cukup dan 6,25%
pengetahuan kurang.
Tingkat pengetahuan berdasarkan pekerjaan, bagi responden yang
bekerja diketahui sebanyak 30,95% pengetahuan baik, 42,86%
pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang sebanyak 26,19%.
Responden kelompok yang tidak bekerja diketahui bahwa 6,81%
pengetahuan baik, 52,27% pengetahuan cukup dan 40,90% pengetahuan
kurang. Tingkat pengetahuan berdasarkan paritas didapatkan bahwa pada
kelompok primipara diketahui sebesar 19,44% pengetahuan baik, 47,22%
pengetahuan cukup dan 33,33% pengetahuan kurang. Kelompok
responden multipara diketahui tingkat pengetahuan baik sebesar 18,00%,
pengetahuan cukup 52,00% dan pengetahuan kurang 30,00%.
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu
seseorang melalui indra yang dimilikinya, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindaraan terhadap suatu objek tertentu(Notoatmodjo,
2014). Hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat pengetahuan wanita
usia subur sebagian besar dalam kategori cukup. Hasil ini sesuai dengan
hasil penelitian Sari dkk tahun 2014 dimana diketahui pengetahuan
akseptor KB pil dalam kategori cukup(Sari et al., 2014). Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan Thapa dkk (2018) bahwa di antara responden yang
pernah mendengar tentang kontrasepsi pil, sebesar 91,0% mengetahui
bahwa pil harus diminum setiap hari, 68,4% mengetahui harus segera
minum pil jika lupa, dan 9,60% yang mengetahui bahwa salah satu
keuntungan kontrasepsi pil mencegah anemia(Thapa et al., 2018).
Hasil yang berbeda didapatkan penelitian Masrah dan Hutagaol
(2015) didapatkan tingkat pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa
Baru tentang kontrasepsi hormonal termasuk dalam kategori baik (Masrah
& Hutagaol, 2015). Pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya umur, pendidikan, pekerjaan, informasi dan pengalaman
(Notoatmodjo, 2014). Hasil berbeda juga didapatkan dari penelitian
Mulyaningsing dan Sariyati didapatkan tingkat pengetahuan akseptor KB
tentang alat kontrasepsi yang terbanyak adalah kategori kurang
(Mulyaningsih & Sariyati, 2016). Umur merupakan salah satu faktor yang
12

memengaruhi pengetahuan. Semakin tua umur seseorang, maka


pengalaman akan bertambah sehingga akan meningkatkan
pengetahuan(Priyoto, 2014). Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan
pada usia 20-35 tahun sebagian besar pengetahuan dalam kategori cukup.
Usia 20-35 tahun merupakan usia dimana responden menjadi akseptor KB
untuk menjarangkan kehamilan dan harus mengatur kehamilan.
Responden usia ≥ 35 tahun menjadi akseptor KB dengan tujuan untuk
mengakhiri kehamilan karena resiko kehamilan di atas 35 tahun
mempunyai resiko tinggi (Hanafi Hartono, 2010). Hasil penelitian pada
kelompok umur ≥35 tahun sebagian besar 8 responden dengan
pengetahuan kurang. Hasil ini berbeda dengan penelitian (Rofikoh et al.,
2019) dimana di dapatkan bahwa umur ≥35 tahun pengetahuan baik
Hal ini sesuai dengan pendapat (Notoatmodjo, 2014) dengan
bertambahnya usai maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik. Faktor lain
yang mempengaruhi pengetahuan yaitu faktor pendidikan. Pendidikan
adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian serta kemampuan
di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pengetahuan
dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Diharapkan dengan pendidikan
tinggi maka akan semakin luas pengetahuanya. Tetapi orang yang
berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah pula
(Notoatmodjo, 2014). Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan responden sebagian besar SMA dan pengetahuan dalam
kategori cukup. Pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin
luas pengetahuannya. Pendidikan merupakan hal yang penting sebagai
dasar seseorang untuk mengetahui tentang kontrasepsi secara baik dan
jelas. Hasil penelitian ini sejalan dengan Iftikhar dkk bahwa wanita
pascasarjana memiliki skor pengetahuan yang jauh lebih tinggi daripada
wanita yang buta huruf (p = 0,002) dan mereka yang telah menyelesaikan
setidak pendidikan dasar (p= 0,001) (Iftikhar et al., 2015). Hasil penelitian
juga didapatkan bahwa sebanyak 26 responden berpendidikan SMA tetapi
pengetahuanya kurang. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak informasi yang
didapatkan sehingga semakin tinggi pengetahuanya. Hal ini disebabkan
karena pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan tetapi ada
faktor lain yang memengaruhi adalah informasi, sosial budaya, pengalaman
dan lingkungan(Notoatmodjo, 2014). Pendidikan dapat memperluas
pengetahuan mengenai alat kontrasepsi, meningkatkan kecermatan dalam
13

memilih alat kontrasepsi yang dibutuhkan dan juga kemampuan untuk


mengetahui akibat sampingan dari masingmasing alat kontrasepsi. tapi itu
bukan dasar seseorang tahu atau tidak informasi luar (Mangeto, 2019).
Selain faktor umur dan pendidikan, faktor pekerjaan juga
memengaruhi pengetahuan seseorang. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan perbandingan responden bekerja dan tidak bekerja hampir
sama yaitu 42 dan 44 responden, dengan sebagian besar pengetahuan
pada 2 kelompok tersebut dalam kategori cukup. Responden yang bekerja
dengan pengetahuan cukup hal ini sesuai dengan(Notoatmodjo, 2014)
menjelaskan bahwa pada orang yang bekerja, mereka bisa mendapatkan
informasi dari lingkungan kerja mereka, dimana lingkungan memberikan
pengaruh pada pengetahuan. Kelompok tidak bekerja juga Sebagian besar
pengetahuan dalam kategori cukup. Hal ini dikarenakan pengetahuan juga
dapat diperoleh secara turun menurun dari orang tua. Pengetahuan yang
orang tua miliki akan mereka bagikan kepada anak mereka. Pengetahuan
juga bisa didapatkan dari lingkungan. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam
lingkungan tersebut (Notoatmodjo, 2014). Hal ini yang bisa menyebabkan
responden tidak bekerja tetapi pengetahuannya dalam kategori cukup.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden dalam
kelompok multipara sebagian mempunyai tingkat pengetahuan cukup.
Hasil ini sesuai teori bahwa semakin banyak pengalaman maka akan
memengaruhi pengetahuan semakin baik. Pengalaman sebagai sumber
pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulangi kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lampau
(Notoatmodjo, 2014). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelompok
primipara sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup.
Meskipun dari segi pengalaman primipara berbeda dengan multipara,
faktor yang menyebabkan pengetahuan primipara cukup bisa dari faktor
yang lain seperti pendidikan, informasi, dan lingkungan.
Kesimpulan dalam penelitian dimana pengetahuan yang cukup
mengenai pengertian, waktu memulai minum dan cara minum kontrasepsi
pil dan pengetahuan yang kurang mengenai keuntungan dan kerugian
kontrasepsi pil. Masih banyaknya responden dengan pengetahuan cukup
dan kurang bisa menjadi penyebab rendahnya akseptor kontrasepsi pil.
Peran tenaga kesehatan khususnya bidan sangat penting untuk
memberikan edukasi kepada akseptor sehingga pengetahuan akseptor
14

tentang kontrasepsi pil semakin meningkat dan diharapkan jumlah peserta


baru dan peserta aktif kontrasepsi pil KB semakin meningkat.

Sumber : https://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH
15

BAB IV KESIMPULAN

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,


efektif, efisien dan berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien dalam
bentuk upaya promotive, preventif, kuratif dan rehabilitative dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi danrujukan. Evidence based adalah pengintegrasian antara
bukti ilmiah berupa hasil penelitan yang terbaik dengan tugas dan kewenangan
bidan serta preferensi pasien dalam proses pengambilan keputusan pelayanan
kebidanan. Evidence based juga dapat diartikan sebagai strategi yang dibuat
berdasarkan pengembangan teknologi informasi dan epidemiologi klinikaan
ditujukan untuk dapat menjaga cian mempertahankan ketrampilan pelayanan
kebidanan dengan basis bukti ilmu kebidanan yang terbaik.
Berdasarkan jurnal penelitian yang ada sebagai rujukan dalam evidence
based didapatkan bahwa keberhasilan program kontrasepsi PIL KB dipengaruhi
oleh tingkat Pendidikan dan tingkat pengetahuan dari aksesptor KB sehingga
penting bagi Bidan membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup dan
meningkatkan kemampuan dalam edukasi dan promosi sehingga bisa
meningkatkan family program terutama terkait kontrasepsi Pil KB.
16

Daftar Pustaka

Kemenkes RI, 2021. Pedoman Konseling Menggunakan Lembar Balik ABPK,


Pusdik Kemenkes RI : Jakarta.
Sri Rahayu, Ida Priyatni, 2016. Buku Ajar Praktikum Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana, Pusdik SDM Kemenkes : Jakarta.
Yulizawati,, 2020. Buku Teks dengan Evidence Based Midwifery Implementasi
dalam Masa Kehamilan. Indomedia Pustaka: Sidoarjo.
Farunti Iga Melani, Liberty Barokah, 2016. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kontrasepsi Pil , Prodi Kebidanan
Fakultas Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Sigit Ambar Widyawati, Yuliaji Siswanto, Najib, 2020. Higeia Journal of Public
Health research dan development Determinan Kejadian Berhenti Pakai
(Drop Out) Alat Kontrasepsi . Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ngudi Waluyo, Indonesia
Ayuk Lawuningtyas Hariadini, Agustin Inda Wijayati, Hananditia Rachma
Pramestutie, Ratna Kurnia Illahi, 2017. Pharmaceutical Journal of Indonesia
2017. 3(1): 17-23. Gambaran Kejadian Efek Samping dan Angka Kunjungan
Ulang Akseptor Kontrasepsi Oral kepada Tenaga Kesehatan (Studi
Pendahuluan guna pembuatan alat bantu konseling berupa aplikasi
komputer “Sukses Ber-KB” di apotek Kota Malang), Jurusan Farmasi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai