Disusun oleh :
SAMSITI :110321004
IKA PUJIANI HENI :110321006
MINANTI :110321007
MELITA RAHAYU :110321020
MIARINDIANTI :110321021
HASTRI SETYANINGSIH :110321022
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 3
A. Latar Belakang............................................................................. 3
B. Tujuan.......................................................................................... 4
C Manfaat………………… .................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra yang berarti
“ melawan “ dan “mencegah” , sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan terjadinya
kehamilan . Maksud dari konsepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan sel telur dengan sel
sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang
membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan
seks dan kedua- duanya memiliki kesuburan yang normal, namun tidak
menghendaki kehamilan. Kontrasepsi juga diartikan sebagai usaha untuk
mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara , atau
dapat juga bersifat permanen.
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada
“catur warga” atau zero population growth (pertumbuhan seimbang).
Gerakan keluarga berencana nasional Indonesia telah berumur panjang (sejak
1970) dan masyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil menurunkan
angka kelahiran dengan bermakna. Masyarakat dapat menerima hampir
semua metode medis teknis keluarga berencana yang dicanangkan
pemerintah.
Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu keluarga berencana
mandiri artinya masyarakat memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui
KB lingkaran biru dan KB lingkaran emas dan mengarahkan pada pelayanan
metode kontrasepsi efektif (MKE) yang meliputi AKDR, suntikan KB, susuk KB,
dan kontap.
4
B. TUJUAN
a. Untuk mengetahui definisi, cara kerja, efektifitas, keuntungan,
keterbatasan, indikasi, kontraindikasi, instruksi bagi klien, efek
samping dan penanganan dari suntik kombinasi.
b. Untuk mengetahui definisi, cara kerja, efektifitas, keuntungan,
keterbatasan, indikasi, kontraindikasi, instruksi bagi klien, efek
samping dan penanganan dari suntik DMPA.
C. MANFAAT
a. Untuk mengetahui definisi, cara kerja, efektifitas, keuntungan,
keterbatasan, indikasi, kontraindikasi, instruksi bagi klien, efek
samping dan penanganan dari suntik kombinasi.
b. Untuk mengetahui definisi, cara kerja, efektifitas, keuntungan,
keterbatasan, indikasi, kontraindikasi, instruksi bagi klien, efek
samping dan penanganan dari suntik DMPA.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra yang
berarti “ melawan “ dan “mencegah” , sedangkan konsepsi adalah pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan terjadinya
kehamilan . Maksud dari konsepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan sel telur dengan sel sperma. Untuk
itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-
duanya memiliki kesuburan yang normal, namun tidak menghendaki kehamilan.
Kontrasepsi juga diartikan sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan,
usaha itu dapat bersifat sementara , atau dapat juga bersifat permanen.
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang
dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone asetat)
dan kombinasi. Suntik DMPA berisi depot medroksiprogesterone asetat yang
diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12
minggu .
A. SUNTIK KOMBINASI
2. CARA KERJA
Cara kerja dari KB suntik kombinasi diantaranya :
a. Menekan Ovulasi
Kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan lutenizing
hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar
folliclestimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi
lonjakan LH (LH surge). Menghambat perkembangan folikel dan
mencegah ovulasi. Progesteron menurunkan frekuensi pelepasan FSH
dan LH.
b. Membuat lendir servik menjadi kental sehingga penetrasi seperma
terganggu.
Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan-
mukus serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan-
perubahan siklus yang normal pada lendir serviks menyebabkan sekret
dari serviks tetap dalam keadaan dibawah pengaruh progesteron hingga
menyulitkan penetrasi spermatozo.
c. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implatansi terganggu
Membuat endometrium menjadi kurang layak untuk implantasi
ovum yang telah dibuahi, yaitu mempengaruhi perubahan menjelang
stadium sekresi yang diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk
memungkinkan nidasi dari ovum.
d. Menghambat teransportasi gamet oleh tuba.
7
3. EFEKTIVITAS
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun
pertama penggunaan. Jenis kontrasepsi ini pada dasarnya mempunyai cara
kerja seperti pil. Untuk suntikan yang diberikan 3 bulan sekali, memiliki
keuntungan mengurangi resiko lupa minum pil dan dapat bekerja efektif
selama 3 bulan. Efektif bagu wanita yang tidak mempunyai masalah penyakit
metabolik seperti diabetes, hipertensi, trombosis atau gangguan pembekuan
darah dan riwayat stroke. Ataidak cocok untuk wanita yang merokok, karena
merokok menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
4. KEUNTUNGAN
a. Keuntungan Kontrasepsi
Beberapa keuntungan kontrasepsi KB suntik kombinasi diantaranya :
1) Resiko terhadap kesehatan kecil.
2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri .
3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
4) Jangka panjang.
5) Efek samping sangat kecil.
6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
7) Keuntungan non kontrasepsi
5. KETERBATASAN
6. INDIKASI
Beberapa indikasi KB suntik kombinasi diantaranya :
a. Usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.
c. Ingin mendapatkan kontrsepsi dengan efeksifitas yang tinggi.
d. Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan.
e. Pasca persalinan dan tidak menyusui.
f. Anemia.
g. Nyeri haid hebat.
h. Riwayat kehamilan ektopik.
i. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
7. KONTRAINDIKASI
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan.
c) Perdarahan pervaginan yang belum jelas penyebabnya.
d) Penyakit hati akut (virus hepatitis).
e) Usia >35 tahun yang tidak merokok.
f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan darah tinggi
(>180/110mmHg).
g) Riwayat kelainan thromboemboli atau dengan kencing manis > 20 th.
h) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala. Keganasan
untuk payudara.
1. PENGERTIAN
Kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon progesteron saja dan tidak
mengandung hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150 mg/ml depot
medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara intramuscular (IM)
setiap 12 minggu.
2. MEKANISME KERJA
Mekanisme Kerja kontrasepsi DMPA :
a. Primer : Mencegah ovulasi
Kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
hormone (LH) menurun serta tidak terjadi lonjakan LH. Pada
pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan
kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama
endometrium bisa menjadi semakin sedikit sehingga hampir tidak
didapatkan jaringan bila dilakukan biopsi, tetapi perubahan tersebut
akan kembali normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA
berakhir.
b. Sekunder
1) Lendir servik menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan
barier terhadap spermatozoa.
2) Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi
dari ovum yang telah dibuahi.
3) Mungkin mempengaruhi kecepatan transportasi ovum didalam
tuba falopi.
13
3. EVEKTIVITAS
DMPA memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per100
perempuan dalam satu tahun pemakaian (BKKBN, 2003). Kegagalan
yang terjadi pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan akseptor
untuk datang pada jadwal yang telah ditetapkan atau teknik
penyuntikan yang salah, injeksi harus benar-benar intragluteal.
4. KELEBIHAN
Kelebihan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN :
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak mempengaruhi ASI.
f. Sedikit efek samping.
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai
perimenopause.
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik.
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
k. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
5. KETERBATASAN
Keterbatasan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN :
a. Sering ditemukan ganguan haid.
b. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
14
7. KONTRA INDIKASI
Menurut BKKBN , kontra indikasi pada pengguna suntik DMPA yaitu :
a. Hamil atau dicurigai hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
d. Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.
e. Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi.
15
8. EFEK SAMPING
Efek samping yang sering ditemukan :
a. Mengalami gangguan haid seperti amenore, spooting,
menorarghia, metrorarghia.
b. Penambahan berat badan.
c. Mual.
d. Kunang-kunang.
e. Sakit kepala.
f. Nervositas.
g. Penurunan libido.
h. Vagina kering.
4) Perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak daripada
biasanya (menorarghia).Persepsi yang umum mengenai
perdarahan berlebihan adalah apabila tiga sampai empat pembalut
sudah penuh selama empat jam. Jumlah kehilangan darah yang
dipertimbangkan normal selama mens adalah 30 cc sejak penelitian
yang dilakukan pada tahun 1960-an dan setiap perdarahan yang
lebih dari 80 cc dinyatakan perdarahan abnormal, seperti yang
dikatakan oleh Engstrom, bahwa batas 8 cc merupakan ukuran
standar untuk menetapkan menoragi.
C. JURNAL PENELITIAN
BAB III
KESIMPULAN
perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak dari biasanya
(menorarghia)
22
Daftar Pustaka
Anggraini Dewi Dina, dkk. 2021. Pelayanan Kontrasepsi: Yayasan Kita Menulis
Marmi. 2015. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
"Makalah Suntik Kombinasi | PDF" https:// id.scribd.com/ document/ 379457036/
MAKALAH-SUNTIK.
Peraturan Kepala BKKBN No. 24 Tahun 2017, Tentang Pelayanan Keluarga
Berencana Pasca Persalinan dan Keguguran. BKKBN Press: Jakarta.
Firdy Liwang, dkk 2018. Jurnal : Intisari Sains Medis 2018, Volume 9, Number 3:
41-46, Gambaran penggunaan kontrasepsi hormonal dan non hormonal di
wilayah kerja UPT Puskesmas Tampak Siring 1. FK Samratulangi : Menado.
Ratu Matahari dkk, 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka
Ilmu : Yogyakarta.
Fauzie Rahman, dkk. 2017. Program Keluarga Berencana dan Metode Kontrasepsi.
CV Zukzes Ekspress : Banjarbaru Kalimantan Selatan.
Ida Priyatni, Sri Rahayu, 2016. Modul Kebidanan Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana . Pusdik SDM Kemenkes RI: Jakarta.
Vol. 12, No. 1, Januari 2021
E-ISSN: 2615 - 2126, P-ISSN: 2087 – 152X
Journal homepage: http://www.ejurnalskalakesehatan-poltekkesbjm.com
Abstract Hormonal contraception is the most preferred type of contraception for family
planning acceptors, especially injection contraceptives. Kertak Hanyar Health Center
Family Planning Service Coverage January - October 2016 found 58.82% of injection
contraceptive acceptors. The most commonly used injection contraceptive method is
Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA). These contraceptives are highly effective
in preventing pregnancy, but have the main side effect of changing body weight.
This study aims to determine the relationship between Depo Medroxy
Progesterone Acetate (DMPA) injection contraception with weight gain in the Kertak
Hanyar Public Health Center, Banjar Regency in 2017.
The research method used is an analytical survey with aapproach cross
sectional. The number of samples in this study were 99 injection contraceptive
acceptors with the sampling technique using purposive sampling. The research
instrument used a family planning card (KB card), weight scales and interviews. Data
analysis was performed using thetest Chi Square with a confidence level of 95%.
The results of the study of 64 respondents who used DMPA injection
contraceptives the most experienced excess weight gain, namely 26 respondents (41%)
and of the 35 respondents who used combined injection contraceptives the most
experienced normal weight gain, namely 22 respondents (62.9%). The results of
statistical tests showed that there was a relationship between injection contraceptive
DMPA and weight gain of r = 0.038 < a = 0.05.
The conclusion of the study is that there is a relationship between Depo Medroxy
Progesterone Acetate (DMPA) injection contraception and weight gain in the Work Area
of the Kertak Hanyar Community Health Center, Banjar Regency in 2017.
Corresponding Author :
M.Mukhtar,
Poltekkes Kemenkes Surabaya Jurusan Kebidanan
Email : m,muktar@gmail.com
Abstrak Kontrasepsi hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang paling disukai para
akseptor keluarga berencana, khususnya kontrasepsi suntik. Cakupan Pelayanan
Keluarga Berencana Puskesmas Kertak Hanyar Januari – Oktober 2016 didapatkan
58,82% akseptor kontrasepsi suntik. Metode kontraspesi suntik yang paling sering
digunakan adalah Depo Medroxy Progesteron Asetat (DMPA). Kontrasepsi ini memiliki
efektivitas tinggi dalam mencegah kehamilan, tetapi memiliki efek samping utama yaitu
perubahan berat badan.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kontrasepsi suntik Depo
Medroxy Progesteron Asetat (DMPA) dengan Pertambahan Berat Badan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Tahun 2017.
Metode penelitian yang digunakan adalah Survey Analitik dengan pendekatan
Cross Sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 99 akseptor kontrasepsi
suntik dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling.
Instrumen penelitian menggunakan kartu peserta keluarga berencana (Kartu KB),
timbangan berat badan dan wawancara. Analisis data yang dilakukan menggunakan uji
Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian dari 64 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik DMPA
paling banyak mengalami pertambahan berat badan berlebih yaitu 26 responden (41 %)
dan dari 35 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik Kombinasi paling banyak
mengalami pertambahan berat badan normal yaitu 22 responden (62,9 %). Hasil uji
statistik menunjukan ada hubungan antara kontrasepsi suntik DMPA dengan
pertambahan berat badan dari = 0,038 < = 0,05.
Kesimpulan penelitian adalah adanya hubungan antara kontrasepsi suntik Depo
Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) dengan Pertambahan Berat Badan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Tahun 2017.
43
Vol.12 No.1, Januari 2021
PENDAHULUAN
Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama. Upaya untuk mengoptimalkan manfaat keluarga berencana
bagi kesehatan, pelayanannya harus digabungkan dengan pelayanan kesehatan
reproduksi yang telah tersedia yaitu pelayanan kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan
merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual. (Saifuddin, 2015)
Metode kontrasepsi dalam program KB di Indonesia ada 5 macam, yakni metode
kontrasepsi sederhana, metode kontrasepsi hormonal, metode kontrasepsi dengan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), metode kontrasepsi mantap dan metode
kontrasepsi darurat. (Handayani, 2010)
Kontrasepsi hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang paling disukai oleh para
akseptor keluarga berencana. Berdasarkan data yang diperoleh oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Desember
2016, Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi secara nasional sampai dengan
bulan Desember 2016 sebanyak 31.286.507 akseptor. Peserta kontrasepsi Intra Uterine
Device (IUD) sebanyak 3.382.718 akseptor (10,81%), peserta kontrasepsi Metode
Operasi Wanita (MOW) sebanyak 1.118.644 aksepsor (3,58%), peserta kontrasepsi
Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 203.674 akseptor (0,65%), peserta kontrasepsi
kondom sebanyak 992.255 akseptor (3,17%), peserta kontrasepsi implan sebanyak
3.460.137 akseptor (11,06%), peserta kontrasepsi pil sebanyak 7.079.226 akseptor
(22,63%) dan pencapaian tertinggi yaitu peserta kontrasepsi suntikan sebanyak
15.049.853 akseptor atau sebesar 48,10 %. (BKKBN, 2016)
Metode kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
mempunyai efektivitas tinggi. Hormonal yang terkandung dalam kontrasepsi ini adalah
hormon sintetik estrogen dan progesterone. Metode kontrasepsi hormonal ini terdiri dari
pil, suntik dan implant. Kontrasepsi hormonal jenis kontrasepsi suntikan di Indonesia
semakin banyak digunakan karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis,
harganya yang relatif murah dan aman, bekerja dalam waktu yang lama, tidak
menggangu menyusui, dapat dipakai segera setelah keguguran atau masa nifas.
Efektivitas kontrasepsi suntik adalah antara 99% dan 100% dalam mencegah
kehamilan. Kontrasepsi suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena
angka kegagalan penggunaannya lebih kecil. Hal ini karena wanita tidak perlu
mengingat untuk meminum pil dan tidak ada penurunan efektivitas yang disebabkan
oleh diare atau muntah. (Subekti, Nike. 2012)
Menurut Data Penduduk dan Sasaran Wilayah Puskesmas Kertak Hanyar Tahun
2016 terdapat 7.431 Pasangan Usia Subur (PUS) dan 12.425 Wanita Usia Subur
(WUS). Berdasarkan Cakupan Pelayanan Keluarga Berencana Wilayah Puskesmas
Kertak Hanyar pada bulan Januari – Oktober 2016 didapatkan 0,05% akseptor MOP,
0.15% akseptor MOW, 1,06% akseptor Implant, 1,56% akseptor Kondom, 2.53%
akseptor AKDR, 35,83% akseptor Pil dan 58,82% akseptor Suntik.
Salah satu metode kontrasepsi hormonal dengan menggunakan suntik yang paling
sering digunakan adalah Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA). Depo
Medroxyprogesterone Asetat berisi 150 mg depot-medroxyprogesterone acetate yang
diberikan setiap 3 bulan. Mekanisme kerja dari DMPA adalah menekan ovulasi,
mengentalkan lendir serviks, membuat endometrium menjadi kurang baik atau layak
44
Vol.12 No.1, Januari 2021
untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi dan mempengaruhi kecepatan transpor
ovum di dalam tuba fallopii. (Handayani, 2010)
Pada wanita yang memakai alat kontrasepsi hormonal seperti kontrasepsi suntik
dapat menyebabkan terjadinya perubahan berat badan. Kandungan hormon progestin
yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan nafsu makan, depresi, keletihan,
gejala hipoglikemia, libido menurun, neurodermatitis, kenaikan berat badan, hipertensi
dan dilatasi vena tungkai. Selain itu, depo medroxy progesteron asetat boleh digunakan
lebih dari dua tahun hanya jika tidak ada pilihan yang adekuat. (Varney, 2010)
Umumnya penggunaan jangka waktu kontrasepsi suntik DMPA mempunyai prasyaratan
sama dengan pemakaian suntik kombinasi dan pil yaitu termasuk penggunaan cara KB
hormonal selama maksimal lima tahun. (Subekti, Nike. 2012)
Hasil penelitian Dhania Pratiwi, dkk (2014) dengan judul “Hubungan Antara
Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di
Puskesmas Lapai Kota Padang” dilakukan uji Paired-sample T-test yang menunjukkan
23 akseptor (57,50%) mengalami peningkatan berat badan. Sebagian rata-rata
peningkatan berat badan dalam satu tahun adalah > 0 – 1 kg (47,8% akseptor). Rata-
rata berat badan sebelum dan setelah penggunaan kontrasepsi DMPA adalah 54,4 kg
58,1 kg. Maka terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan kontrasepsi
hormonal suntik DMPA dengan peningkatan berat badan (=0,000 < 0,05).
Menurut hasil Register Pelayanan Keluarga Berencana Puskesmas Kertak Hanyar
selama bulan Desember 2016 ada 9% akseptor menggunakan kontrasepsi pil, 44,7%
akseptor menggunakan kontrasepsi suntik kombinasi (suntik 1 bulan) dan ada sebanyak
46,3% akseptor menggunakan kontrasepsi suntik DMPA (suntik 3 bulan). Dari data
tersebut pengguna terbanyak yaitu akseptor suntik DMPA (suntik 3 bulan).
Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 9 – 12 Januari 2017
di Puskesmas Kertak Hanyar didapatkan dari 10 akseptor pengguna kontrasepsi suntik
Depo Medroxy Progesterone Asetat terdapat 1 akseptor dengan berat badan tetap, 1
akseptor dengan penurunan berat badan dan 8 akseptor lainnya mengalami
pertambahan berat badan. Pertambahan berat badan yang dialami bervariasi dengan
kisaran antara 1 – 7 kg.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Kontrasepsi Suntik Depo Medroxy Progesteron Asetat (DMPA)
dengan Pertambahan Berat Badan di Wilayah Kerja Puskesmas Kertak Hanyar
Kabupaten Banjar Tahun 2017”.
45
Vol.12 No.1, Januari 2021
𝑁
n = 1+ ( 𝑁.𝑒 2 )
10137
= 102.37
= 99
46
Vol.12 No.1, Januari 2021
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pertambahan Berat Badan Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Kertak Hanyar Tahun 2017
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.3
Hubungan Kontrasepsi Suntik Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA)
dengan Pertambahan Berat Badan di Wilayah Kerja Puskesmas Kertak Hanyar
Kabupaten Banjar Tahun 2017
47
Vol.12 No.1, Januari 2021
1. Kontrasepsi Suntik
48
Vol.12 No.1, Januari 2021
adalah antara 99% dan 100% dalam mencegah kehamilan. Kontrasepsi suntik
adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena angka kegagalan
penggunaannya lebih kecil. Hal ini karena wanita tidak perlu mengingat untuk
meminum pil dan tidak ada penurunan efektivitas yang disebabkan oleh diare atau
muntah.
Kontrasepsi suntik ini juga merupakan salah satu kontrasepsi yang
disarankan bagi wanita yang menghendaki kontrasepsi suntik jangka panjang.
Sesuai dengan yang telah dipaparkan bahwa DMPA telah direkomendasikan oleh
World Health Organization (WHO) dan International Planned Parenthood
Federation (IPPF) di serta tersedia banyak negara di seluruh dunia. Pada tahun
1984, Menteri Kesehatan saat itu merekomendasikan penggunaan kontrasepsi ini
melalui Committee on the Safety of Medicine (CSM) yang menyatakan bahwa
kontrasepsi injeksi harus tersedia untuk kontrasepsi jangka panjang bagi wanita
setelah melakukan konseling. (French, 2015)
Penelitian ini juga menunjukan dari 99 responden paling banyak berusia 20
sampai dengan 35 tahun yaitu 63 responden (63,6 %) dan paling tinggi juga yang
belum memiliki anak sampai dengan yang memiliki dua orang anak sebanyak 72
responden (72,7 %). Hal ini menjelaskan bahwa rata-rata pengguna kontrasepsi
suntik adalah pada usia reproduktif yang masih menginginkan untuk memiliki
anak. Karena hormon progesterone tidak menyebabkan kerusakan/kelainan pada
organ genetalia maka setelah dihentikan pemberian progesterone, efeknya
menurun sesudah 24 – 48 jam. (Prawirohardjo, 2011)
Perlu diketahui bagi para akseptor kontrasepsi suntik bahwa penggunaan
jangka panjang DMPA memiliki efek samping, yaitu turut memicu terjadinya
pertambahan berat badan, menurunkan kepadatan tulang (densitas), kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas dan
jerawat. Karena penggunaan hormonal yang lama dapat mengacaukan
keseimbangan hormon estrogen dan progesterone dalam tubuh sehingga
mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal menjadi tidak normal. (Affandi,
2015).
49
Vol.12 No.1, Januari 2021
dari yang normal, berlebih sampai sangat berlebih. Meskipun dari hasil penelitian
didapatkan pertambahan berat responden adalah normal, akan tetapi dapat
menjadi tidak normal jika ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan nafsu
makan meningkat terus berlangsung. Faktor hormonal ini dimana pada
penggunaan hormon progesterone yang lama (jangka panjang) menyebabkan
pertambahan berat badan akibat terjadinya perubahan anabolik dan stimulasi
nafsu makan.
Kontrasepsi hormonal idealnya digunakan selama 2 tahun dan maksimal 4
tahun. Berdasarkan lama penggunaan kontrasepsi suntik dari 99 responden paling
banyak lama penggunaan kontrasepsi suntik dari 1 sampai dengan 3 tahun yaitu
47 responden (47 %) dan nilai tersebut berbanding lurus dengan paling banyak
pertambahan berat badan yang dialami responden adalah pertambahan dalam
ukuran yang normal. Hal tersebut terjadi karena lama penggunaan kontrasepsi
suntik tidak lebih dari 4 tahun pemakaian sesuai yang dianjurkan. Hal ini sesuai
teori bahwa salah satu efek samping penggunaan kontrasepsi suntik DMPA
adalah pertambahan berat badan. Hal ini jarang disebabkan oleh progesterone
dosis rendah, tetapi mungkin menjadi masalah bagi sebagian kecil pemakai
DMPA. Pertambahan ringan sebesar 1-2 kg sering kemudian menjadi stabil
setelah pemakaian dilanjutkan tetapi sejumlah kecil wanita terus mengalami
pertambahan berat badan moderat selama mereka memakai metode tersebut.
Mekanisme utama tampaknya adalah peningkatan nafsu makan disertai
peningkatan penimbunan simpanan lemak, walaupun mungkin juga terdapat efek
anabolik ringan. (Glasier, Anna. 2006)
Pertambahan berat badan yang terjadi pada responden tidak selalu
diakibatkan dari pemakaian kontrasepsi suntik. Kenaikan dapat disebabkan oleh
hal-hal lain, salah satunya adalah pekerjaan ibu. Berdasarkan hasil karakteristik
responden didapatkan bahwa dari 99 responden paling banyak pekerjaannya
sebagai ibu rumah tangga yaitu 84 responden (84,8 %). Ibu yang tidak bekerja
kemungkinan akan kekurangan dalam aktivitas fisik, terutama bagi ibu yang
memiliki asisten rumah tangga ada yang membantu mengerjakan pekerjaan
rumah tangga. Sehingga cenderung aktivitas yang dilakukan tidak begitu banyak
mengeluarkan energi, sehingga asupan nutrisi yang dimasukkan ke dalam tubuh
tidak seimbang dengan energi yang dikeluarkan lewat aktivitas fisik yang
dilakukan maupun yang dikeluarkan lewat keringat atau pembakaran lemak.
Dengan demikian, ibu tidak bekerja akan lebih besar kemungkinan akan
mengalami pertambahan berat badan. Sebagaimana dinyatakan oleh Proverawati
(2010) bahwa seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan
prevalensi terjadinya obesitas. Orang-orang yang kurang aktif memerlukan kalori
dalam jumlah sedikit dibandingkan orang dengan aktivitas tinggi. Seseorang yang
hidupnya kurang aktif (sedentary life) atau tidak melakukan aktivitas fisik yang
seimbang dan mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan cenderung
mengalami obesitas.
Selain itu, pertambahan berat badan juga bisa disebabkan oleh pola makan
ibu. Banyak ibu yang memiliki kebiasaan ngemil terutama pada saat dirumah atau
saat menonton TV, kebiasaan ini akan mengakibatkan ibu mengalami kelebihan
makanan dan mengalami kegemukan. Sebagaimana dinyatakan oleh Liembono
50
Vol.12 No.1, Januari 2021
(2016) bahwa faktor utama yang sangat mempengaruhi berat badan adalah
makanan. Dengan kata lain karena asupan energi yang melebihi kebutuhan tubuh
yang biasanya dialami oleh orang yang kurang olahraga atau kurang aktivitas fisik
sehingga energi yang masuk kedalam tubuh tidak dibakar atau digunakan yang
kemudian disimpan dalam bentuk lemak.
Faktor psikologis sering juga disebut sebagai faktor yang mendorong
terjadinya pertambahan berat badan. Gangguan emosional akibat adanya tekanan
psikologis atau lingkungan kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak
menguntungkan. Saat seseorang merasa cemas, sedih, kecewa atau tertekan,
biasanya cenderung mengonsumsi makanan lebih banyak untuk mengatasi
perasaan-perasaan tidak menyenangkan. Menurut teori Psikoanalisis,
pertambahan berat badan dapat di terangkan seperti seseorang dengan rasa
marah yang selalu ditekan akan memunculkan dalam bentuk makan. (Misnadiarly,
2007)
Metabolisme yang lambat juga dapat meningkatkan berat badan karena
perempuan mempunyai otot tubuh yang lebih kecil dari laki-laki, otot membakar
kalori lebih banyak dari jaringan tubuh lainnya sehingga metabolisme pada
perempuan jauh lebih lambat daripada laki-laki. Hal ini akan menyebabkan
perempuan akan lebih mudah gemuk jika dibanding dengan laki-laki. Hal ini
sesuai dengan hasil Riskedas (2010), menunjukan prevalensi kegemukan dan
obese pada penduduk usia diatas 18 tahun di Indonesia secara berturut-turut
adalah 8,5 % dan 7,8 % pada laki-laki, sedangkan pada perempuan 11,4 % dan
15,5 %. Riskesdas menggunakan istilah obesitas untuk gabungan kategori
kegemukan dan obese, sehingga prevalensi obesitas umum di atas 18 tahun
adalah 16,3 % pada laki-laki dan 26,9 % pada perempuan. (Istiany dan Rusilanti,
2013)
Banyaknya faktor penyebab berat badan bertambah, sudah semestinya
untuk menghindarkan diri dari penyebab tersebut agar terhindar dari predikat berat
badan berlebih maupun sangat berlebih. Oleh karena berat badan responden
masih dalam batas normal, maka sebaiknya jangan sampai menjadi tidak normal.
Untuk itu sangat perlu kesadaran akseptor kontrasepsi suntik untuk dapat cerdas
dalam penggunaan kontrasepsi terutama dalam memperhatikan lama
penggunaan kontrasepsi tersebut.
51
Vol.12 No.1, Januari 2021
52
Vol.12 No.1, Januari 2021
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian “Hubungan Kontrasepsi Suntik Depo Medroxy
Progesterone Asetat (DMPA) dengan Pertambahan Berat Badan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Tahun 2017” dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Akseptor yang memilih menggunakan kontrasepsi suntik DMPA lebih banyak yaitu
sebesar 64 orang (64,6 %) dibanding dengan yang menggunakan kontrasepsi
suntik kombinasi yaitu hanya sebesar 35 orang (35,4 %).
2. Akseptor kontrasepsi suntik DMPA sebesar 39 orang (61 %) mengalami
pertambahan berat badan berlebih dan sangat berlebih sedangkan akseptor
kontrasepsi suntik kombinasi hanya 13 orang (37,1 %) yang mengalami
pertambahan berat badan berlebih dan sangat berlebih.
3. Ada hubungan antara kontrasepsi suntik DMPA dengan Pertambahan Berat
Badan ( = 0,038).
DAFTAR PUSTAKA
1. Affandi dkk. 2015. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
2. Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi; Nutritional Care Process. Graha
Ilmu: Yogyakarta.
3. Ariani, Ayu Putri. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan
Reproduksi. Nuha Medika: Yogyakarta.
4. Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC: Jakarta.
5. BKKBN. 2016. Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi. BKKBN: Jakarta.
6. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2008. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
7. Punamasari, D. (2009). Hubungan Lama Pemakaian KB Suntik Depo Medroksi
Progesterone Asetat (DMPA) dengan Perubahan Berat Badan di BPS (Bidan
Praktek Swasta) “Yossi Trihana” Jogonalan Klaten. UNS Digital Library (Internet),
pp.38. Available from: <http://eprints.uns.ac.id/5734/1/106082210200908091.pdf>
(Accessed 14 Januari 2017)
8. Frech, Kathy. 2015. Kesehatan Seksual. Bumi Medika: Jakarta
9. Glasier, Anna & Gebbie, Ailsa. 2006. Keluarga Berencana & Kesehatan
Reproduksi. EGC: Jakarta.
10. Handayani, S. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Pustaka Rihama:
Yogyakarta.
11. Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Salemba Medika: Jakarta.
12. Istiany, Ari & Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
13. Komalasari, Renata. 2010. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney. EGC: Jakarta.
53
Prevalensi Efek Samping Kontrasepsi Depo Medroksi
Progesteron Asetat Injeksi pada Wanita Usia Subur di Puskesmas
Suliki Sumatera Barat
1
Dinah Ainil Fadhilah, 2Arief Rinaldy, 3Fidiariani Sjaaf, 4Dita Hasni
1
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Baiturrahmah.
2
Bagian Obstetri Ginekologi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Baiturrahmah.
3
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Baiturrahmah.
4
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Baiturrahmah
Jalan Raya By Pass, Aie Pacah, Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat 25586
Email : dinahainilfadhilah@gmail.com, ariefrinaldy@yahoo.com, vidiariani@gmail.com,
ditahasni@fk.unbrah.ac.id
ABSTRAK
Depo-medroxyprogesterone Acetate (DMPA) merupakan metode kontrasepsi hormonal yang diberikan
secara Injeksi. Obat ini mengandung progesterone dan memiliki angka kegagalan < 1 % pertahun. Data
di Indonesia pada tahun 2013 terdapat pengguna kontrasepsi suntik 48,74% dari seluruh akseptor KB,
Data di Sumatera Barat diperoleh pengguna kontrasepsi suntik sebesar 52,45% dari seluruh akseptor
KB. Obat ini dapat menimbulkan keluhan berupa gangguan haid, perubahan berat badan, keputihan,
perasaan lesu, tertundanya kesuburan, mual dan muntah, pusing atau sakit kepala, dan cloasma.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi efek samping kontrasepsi depo medroksi
progesterone acetat injeksi pada subjek penelitian. Penelitian cross-sectional ini mengikutsertakan 96
subjek yang direkrut menggunakan metode consecutive sampling pada partisipan yang telah memenuhi
kriteria inklusi dan eklusi . Penelitian ini melaporkan adanya keluhan akibat pemakaian alat kontrasepsi
DMPA yaitu amenorrhea sebesar 53,1%, mengalami perdarahan bercak (spotting) sebesar 26%,
peningkatan berat badan sebesar 50%, 17,7% subjek mengalami penurunan berat badan, sakit kepala
sebesar 9,4% dan mual muntah sebesar 7,3%. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keluhanefek
samping DMPA berupa amenorrhea,spotting, gangguan berat badan, sakit kepala, mual dan muntah.
ABSTRACT
Depo-medroxyprogesterone Acetate (DMPA) is an injectable hormonal contraceptive method. This
drug was containing progesterone and has a failure rate of < 1% per year. Data in Indonesia in 2013
there are users of injectable contraceptives 48.74% of the entire KB acceptor, Data in West Sumatra
obtained by users of injectable contraceptives amounting to 52.45% of the entire KB acceptor. This drug
can cause complaints such as menstrual disorders, weight changes, vaginal discharge, sluggish feelings,
delayed fertility, nausea and vomiting, dizziness or headaches, and chloasma. Aims of this research was
to determine the prevalence of depo-medroxyprogesterone acetate side effects on the subject of research.
This cross-sectional study involved 96 subjects recruited using consecutive sampling methods that meet
the criteria of inclusion and exclusion. These results have several complaints due to the use of DMPA
contraceptives, which are amenorrhea of 53.1%, bleeding spots by 26%, increased weight by 50%,
17.7% of subjects suffered weight loss, pain Head of 9.4% and vomiting nausea of 7.3%. the conclusion
of this study was complaints of DMPA side effect in the form of amenorrhea, spotting, weight loss,
headache, nausea, and vomiting.
Keywords: DMPA, Side effect, Study prevalence
103
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883
104
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883
Progesterone Acetat Injeksi Pada Wanita Usia 2018 serta bersedia ikut serta dalam penelitian.
Subur Di Puskesmas Suliki Sumatera Barat. Subjek akan diekslusikan jika menderita
penyakit TB, Diabetes Melitus, ulkus peptik, Ca
Metode Penelitian
Cervix dan riwayat migrain sebelum
Penelitian deskriptif ini menggunakan
penggunaan kontrasepsi.
metode cross sectional dan mengikutsertakan
Kaji etik penelitian ini telah diperoleh
96 subjek penelitian. Besar sampel dihitung
dari komisi etik FK Universitas Baiturrahmah.
menggunakan Rumus Deskriptif Kategorik di
Pada penelitian ini Calon Subjek yang bersedia
bawah ini:
untuk ikut serta diminta untuk menandatangani
𝑍𝛼 2 𝑃 𝑄
𝑛= informed concent setelah membaca lembar
𝑑2
(1.96)(0.5)(0.5) informasi dan juga memahami penjelasan yang
=
(0.1)2 diberikan oleh peneliti. Penelitian dilakukan
= 96 dengan teknik wawancara kepada para subjek
Keterangan : menggunakan formulir penelitian yang
n : Jumlah sampel dibutuhkan meminta data demografi berupa nama, usia,
Zα : Nilai baku distribusi normal pada α suku, pekerjaan, dan jumlah anak, lalu data
tertentu klinis berupa lama pemakaian KB suntik, dan
P : Proporsi pertanyaan perihal efek samping DMPA suntik
Q : 1-P yang dirasakan subjek selama 3 bulan terakhir
d : Derajat akurasi (presisi) yang berupa amenorhea, spotting, perubahan berat
diinginkan badan, sakit kepala dan mual muntah.
Data penelitian ini merupakan data
Berdasarkan rumus Deskriptif Kategorik kategorik akan disajikan dalam frekuensi dan
dengan nilai presisi sebesar 10% sampel pada persentase.
penelitian ini berjumlah 96 orang.
Subjek dalam penelitian ini diambil Hasil
secara Consecutive Sampling, yang disebut juga Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil
total enumurative sampling, yaitu suatu metode dari 96 responden paling banyak berada pada
pengambilan sampel yang mengikutsertakan umur 26-35 tahun (83,3%), jumlah anak paling
subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi dan banyak 2 orang (45,8%), pendidikan responden
ekslusi sampai jumlah sampel yang dibutuhkan paling banyak adalah SMA (44,8%), pekerjaan
tercapai. Pada penelitian ini calon subjek akan paling banyak adalah sebagai IRT (74%) dan
diinklusi jika memenuhi kriteria yaitu wanita mayoritas lama pemakaian adalah 1 tahun
105
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883
106
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883
lainnya juga menemukan adanya spotting badan pada wanita usia subur (20-35 tahun)
seperti penelitian Rahayu menemukan keluhan yang memakai alat kontrasepsi suntik DMPA di
ini sebesar 8,1%.(7) Keluhan ini ditemukan Wilayah Kerja Puskesmas Suliki Sumatera
sebesar 17% pada penelitian Debi Cahya Barat Tahun 2018. Hal ini sejalan dengan
Wenang.(8) penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Spotting diduga disebabkan karena Astuti (2012) diperoleh hasil bahwa sebanyak
adanya peningkatan kadar progesteron didalam (11,3%) responden mengalami penurunan berat
plasma. Progesteron ini kemudian berikatan badan.(16) Temuan lainnya pada penelitian yang
dengan reseptor progesteron dan menimbulkan dilakukan di Karangayar Ngawi, ditemukan
peningkatan vaskularisasi di endometrium dan keluhan penurunan berat badan sebesar 1%
vena tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi pada pengguna KB DMPA injeksi.(17)
perdarahan lokal.(12) Keluhan penurunan berat badan dapat
disebabkan karena responden dapat mengontrol
Peningkatan Berat Badan
aktifitas fisik ataupun asupan nutrisi yang
Pada penelitian ini melaporkan 50%
dikonsumsinya. Pengaturan pola makan yang
responden mengalami keluhan peningkatan
tepat dapat menyeimbangkan asupan nutrisi
berat badan. Temuan ini sejalan dengan
yang dikonsumsi sehingga dapat mengurangi
penelitian sebelumnya di Puskesmas
berat badan tanpa harus kehilangan nilai gizi
Kemulumbai yang melaporkan terjadi kenaikan
yang dikonsumsinya.(18,19)
berat badan badan hampir seluruh responden
yang mendapatkan kontrasensi DMPA, dengan Sakit Kepala
kenaikan berat badan sebanyak 1-5kg sebesar Penelitian ini memperoleh hasil dari 96
63,6% dan kenaikan berat badan diatas 5 kg responden sebanyak 9,4% mengalami sakit
sebesar 33,3%.(13) Peneliti lain nya di Kota kepala. Penelitian sebelumnya yang dilakukan
Padang tahun 2013 juga melaporkan adanya oleh Kansil juga menemukan keluhan yang
kenaikan berat badan pada subjek penelitiannya sama sebesar 51,4%.(20)
yang mendapatkan kontrasepsi DMPA sebesar Keluhan sakit kepala dialami oleh
57,5%.(14) mayoritas pengguna DMPA injeksi. Keluhan
Kenaikan berat badan disebabkan ini dapat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap
karena obat ini dapat menstimulasi sekresi fluktuasi kadar hormon di dalam plasma darah,
insulin dan menstimulasi nafsu makan di Selain itu obat progesteron ini berikatan dalam
hipotalamus sehingga terjadi peningkatan jumlah dengan globulin yang mengikat steroid
intake makanan pada pengguna DMPA didalam plasma sehingga dapat mengikat air
injeksi.(15) dalam jumlah besar dan memengaruhi
homeostasis cairan.(21,22)
Penurunan Berat Badan
Penelitian ini memperoleh hasil sebesar
7,5% responden mengalami penurunan berat
107
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883
108
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883
109
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883
110