Anda di halaman 1dari 42

1

Efek Samping Kontrasepsi KB Suntik


Kombinasi dan DMPA

Disusun oleh :
SAMSITI :110321004
IKA PUJIANI HENI :110321006
MINANTI :110321007
MELITA RAHAYU :110321020
MIARINDIANTI :110321021
HASTRI SETYANINGSIH :110321022

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN TK.1 ALIH JENJANG


UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
SEMESTER GANJIL 2021/2022
2

DAFTAR ISI

Halaman
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 3
A. Latar Belakang............................................................................. 3
B. Tujuan.......................................................................................... 4
C Manfaat………………… .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..... . .................................................................... 5


A Suntik Kombinasi……. …… ......................................................... 5
1. Definisi Suntik Kombinasi....................................... .................. 5
2. Cara Kerja............... .................................................................. 6
3. Efektivitas ................... ............................................................. 7
4. Keuntungan ................... .......................................................... 7
5. Keterbatasan............... ............................................................. 8
6. Indikasi ................... .................................................................. 9
7. Kontra Indikasi ................... ...................................................... 9
8. Instruksi Bagi Klien.................................................................... 9
9. Efek Samping dan Penanganannya ................... ...................... 11
B. Kontrasepsi Suntik DMPA ................... ..................................... 12
1. Pengertian....................................... ......................................... 12
2. Mekanisme Kerja ................... .................................................. 12
3. Efektivitas ................... ............................................................. 13
4. Kelebihan............... ................................................................... 13
6. Keterbatasan ................... ........................................................ 13
7. Indikasi ................... .................................................................. 13
8. Kontra Indikasi............... ........................................................... 14
9. Efek Samping ...... ................... ................................................. 15
C. Jurnal Penelitian ................... ................................................... 18
BAB III KESIMPULAN. ..................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ………………………. ............................................................ 22
3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra yang berarti
“ melawan “ dan “mencegah” , sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan terjadinya
kehamilan . Maksud dari konsepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan sel telur dengan sel
sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang
membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan
seks dan kedua- duanya memiliki kesuburan yang normal, namun tidak
menghendaki kehamilan. Kontrasepsi juga diartikan sebagai usaha untuk
mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara , atau
dapat juga bersifat permanen.
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada
“catur warga” atau zero population growth (pertumbuhan seimbang).
Gerakan keluarga berencana nasional Indonesia telah berumur panjang (sejak
1970) dan masyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil menurunkan
angka kelahiran dengan bermakna. Masyarakat dapat menerima hampir
semua metode medis teknis keluarga berencana yang dicanangkan
pemerintah.
Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu keluarga berencana
mandiri artinya masyarakat memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui
KB lingkaran biru dan KB lingkaran emas dan mengarahkan pada pelayanan
metode kontrasepsi efektif (MKE) yang meliputi AKDR, suntikan KB, susuk KB,
dan kontap.
4

Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang


dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone
asetat) dan kombinasi. Suntik DMPA berisi depot medroksiprogesterone
asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara
intramuscular (IM) setiap 12 minggu
Untuk metode kontrasepsi efektif salah satunya kontrasepsi
hormonal. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hormonal telah
mempelajari bahwa estrogen dan progesteron memberikan umpan balik
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi.

B. TUJUAN
a. Untuk mengetahui definisi, cara kerja, efektifitas, keuntungan,
keterbatasan, indikasi, kontraindikasi, instruksi bagi klien, efek
samping dan penanganan dari suntik kombinasi.
b. Untuk mengetahui definisi, cara kerja, efektifitas, keuntungan,
keterbatasan, indikasi, kontraindikasi, instruksi bagi klien, efek
samping dan penanganan dari suntik DMPA.

C. MANFAAT
a. Untuk mengetahui definisi, cara kerja, efektifitas, keuntungan,
keterbatasan, indikasi, kontraindikasi, instruksi bagi klien, efek
samping dan penanganan dari suntik kombinasi.
b. Untuk mengetahui definisi, cara kerja, efektifitas, keuntungan,
keterbatasan, indikasi, kontraindikasi, instruksi bagi klien, efek
samping dan penanganan dari suntik DMPA.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra yang
berarti “ melawan “ dan “mencegah” , sedangkan konsepsi adalah pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan terjadinya
kehamilan . Maksud dari konsepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan sel telur dengan sel sperma. Untuk
itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-
duanya memiliki kesuburan yang normal, namun tidak menghendaki kehamilan.
Kontrasepsi juga diartikan sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan,
usaha itu dapat bersifat sementara , atau dapat juga bersifat permanen.
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang
dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone asetat)
dan kombinasi. Suntik DMPA berisi depot medroksiprogesterone asetat yang
diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12
minggu .

A. SUNTIK KOMBINASI

1. DEFINISI SUNTIK KOMBINASI


Suntikan kombinasi adalah 2 jenis suntikan yang mengandung
kombinasi antara progestin dan estrogen, yaitu 25 mg Depo Medroksi
Progesteron Asetat dan 5 mg Estadisol Sipionat yang diberikan setiap bulan
dengan cara injeksi intramuskular dan kombinasi 50 mg Norectindron Enantat
6

dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan melalui injeksi intramuscular


sebulan sekali. Lokasi suntikan kombinasi disuntikkan di bokong yaitu pada
musculus ventro gluteal dalam. Musculus ini dapat di ukur dari spina iliaca
anterior superior (SIAS) sampai dengan os coccygeus kemudian di ambil 1/3
bagian dari SIAS.

2. CARA KERJA
Cara kerja dari KB suntik kombinasi diantaranya :
a. Menekan Ovulasi
Kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan lutenizing
hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar
folliclestimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi
lonjakan LH (LH surge). Menghambat perkembangan folikel dan
mencegah ovulasi. Progesteron menurunkan frekuensi pelepasan FSH
dan LH.
b. Membuat lendir servik menjadi kental sehingga penetrasi seperma
terganggu.
Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan-
mukus serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan-
perubahan siklus yang normal pada lendir serviks menyebabkan sekret
dari serviks tetap dalam keadaan dibawah pengaruh progesteron hingga
menyulitkan penetrasi spermatozo.
c. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implatansi terganggu
Membuat endometrium menjadi kurang layak untuk implantasi
ovum yang telah dibuahi, yaitu mempengaruhi perubahan menjelang
stadium sekresi yang diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk
memungkinkan nidasi dari ovum.
d. Menghambat teransportasi gamet oleh tuba.
7

Mempengaruhi kecepatan transpor ovum dalam tuba fallopi atau


memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur)
melalui tuba.

3. EFEKTIVITAS
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun
pertama penggunaan. Jenis kontrasepsi ini pada dasarnya mempunyai cara
kerja seperti pil. Untuk suntikan yang diberikan 3 bulan sekali, memiliki
keuntungan mengurangi resiko lupa minum pil dan dapat bekerja efektif
selama 3 bulan. Efektif bagu wanita yang tidak mempunyai masalah penyakit
metabolik seperti diabetes, hipertensi, trombosis atau gangguan pembekuan
darah dan riwayat stroke. Ataidak cocok untuk wanita yang merokok, karena
merokok menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.

4. KEUNTUNGAN
a. Keuntungan Kontrasepsi
Beberapa keuntungan kontrasepsi KB suntik kombinasi diantaranya :
1) Resiko terhadap kesehatan kecil.
2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri .
3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
4) Jangka panjang.
5) Efek samping sangat kecil.
6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
7) Keuntungan non kontrasepsi

b. Beberapa keuntungan non kontrasepsi diantaranya :


1) Mengurangi jumlah perdarahan.
2) Mengurangi nyeri saat haid.
3) Mencegah anemia.
8

4) Khasiat pencegahan terhadap kangker ovarium dan kanker


endometrium.
5) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
6) Mencegah kehamilan ektopik.
7) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu radang panggul.
8) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopose.

5. KETERBATASAN

Beberapa keterbatasan dari KB suntik kombinasi diantaranya :


a. Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan
bercak/spoting, atau perdarahan selama sampai 10 hari.
b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
c. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali
setiap 30 hari hari untuk mendapat suntikan.
d. Efektifitasnya berkurang bila digunakan bersama-sama dengan obat-
obatan epilepsy atau obat tuberkolosis.
e. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stoke,
terdapat bekuan darah pada paru dan otak, dan kemungkinan timbulnya
tumor hati.
f. Penambahan berat badan.
g. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
h. Kemungkinan terlambatanya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
9

6. INDIKASI
Beberapa indikasi KB suntik kombinasi diantaranya :
a. Usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.
c. Ingin mendapatkan kontrsepsi dengan efeksifitas yang tinggi.
d. Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan.
e. Pasca persalinan dan tidak menyusui.
f. Anemia.
g. Nyeri haid hebat.
h. Riwayat kehamilan ektopik.
i. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

7. KONTRAINDIKASI
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan.
c) Perdarahan pervaginan yang belum jelas penyebabnya.
d) Penyakit hati akut (virus hepatitis).
e) Usia >35 tahun yang tidak merokok.
f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan darah tinggi
(>180/110mmHg).
g) Riwayat kelainan thromboemboli atau dengan kencing manis > 20 th.
h) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala. Keganasan
untuk payudara.

8. INTRUKSI BAGI KLIEN


Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi
a) Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid dan tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan.
b) Bila suntikan pertama diberikan setelah 7 hari siklus haid, klien tidak
10

boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan


kontrasepsi lain untuk 7 hari.
c) Bila klien tidak haid maka pastikan tidak hamil, suntikan pertama dapat
di berikan setiap saat.
d) Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual.
e) Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain
dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi suntik kombinasi, selama ibu
tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan
kombinasi dapat diberikan tanpa perlu menunggu haid. Jika ragu, perlu
dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.
f) Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut
ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan
sesuai jadwal kontrasepsi lain. untuk 7 hari lamanya atau menggunakan
metode kontrasepsi yang lain selama waktu 7 hari.
g) Bila klien menyusui jangan berikan suntikan kombinasi
h) Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam
waktu 7 hari.
i) Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut
ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan
sesuai jadwal kontrasepsi lain. Ibu yang menggunakan metode
kontrasepsi non hormonal dan ingin menggatinya dangan suntikan
kombinasi, maka suntikan pertama dapat segera diberikan asal saya
diyakini ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu
menunggu datangnya haid.
j) Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak
diperlukan.
k) Bila sebelumnya menggunakan AKDR ( alat kontrasepsi dalam rahim )
maka suntikan pertama diberikan 1-7 hari siklus haid dan segera dicabut
AKDR. Cara penggunaan Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan
11

dengan suntikan intramuscular. Klien diminta datang setiap 4 minggu.


Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan
terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dan
jadwal yang telah ditentukan , asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.
l) Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.

9. EFEK SAMPING DAN PENANGANANNYA


a. Amenorhea (Tidak mengalami haid)
Amenore dibedakan menjadi dua yaitu amenore primer merupakan
masa remaja kurang dari 16 tahun belum pernah mengalami mens atau
belum menampakkan tanda-tanda fisik seksual sekunder, sedangkan
amenore sekunder bila wanita sudah mengalami menstruasi namun
kemudian tidak mengalami menstruasi dalam waktu 3-6 bulan.
Cara penanganannya adalah pastikan hamil atau tidak, bila tidak
terjadi kehamilan, dan tidak perlu diberi pengobatan khusus. Jelaskan
bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Anjurkan klien untuk
kembali ke klinik jika datangnya haid jadi masalah. Bila klien hamil rujuk
klien. Hentukan penyuntikan, jelaskan pada klien bahwa hormone
progestin dan esterogen sedikit sekali berpengaruhnya pada janin.
b. Mual/ pusing/ muntah
Pastikan hamil/tidak. Bila hamil, segera rujuk. Bila tidak hamil,
informasikan bahwa hal ini adalah biasa dan akan hilang dalam waktu
dekat
c. Perdarahan tidak teratur/ spotting
Bila hamil, segera rujuk. Bila tidak hamil cari penyebab perdarahan
lain. Jelaskan bahwa perdarahan yang terjadi merupakan hal biasa. Bila
perdarahan berlanjut dan mengkhawatirkan klien, bisa menggunakan
metode kontrasepsi lain.
12

B. KONTRASEPSI SUNTIK DEPO MEDROKSIPROGESTERON ASETAT (DMPA)

1. PENGERTIAN
Kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon progesteron saja dan tidak
mengandung hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150 mg/ml depot
medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara intramuscular (IM)
setiap 12 minggu.

2. MEKANISME KERJA
Mekanisme Kerja kontrasepsi DMPA :
a. Primer : Mencegah ovulasi
Kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
hormone (LH) menurun serta tidak terjadi lonjakan LH. Pada
pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan
kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama
endometrium bisa menjadi semakin sedikit sehingga hampir tidak
didapatkan jaringan bila dilakukan biopsi, tetapi perubahan tersebut
akan kembali normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA
berakhir.
b. Sekunder
1) Lendir servik menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan
barier terhadap spermatozoa.
2) Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi
dari ovum yang telah dibuahi.
3) Mungkin mempengaruhi kecepatan transportasi ovum didalam
tuba falopi.
13

3. EVEKTIVITAS
DMPA memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per100
perempuan dalam satu tahun pemakaian (BKKBN, 2003). Kegagalan
yang terjadi pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan akseptor
untuk datang pada jadwal yang telah ditetapkan atau teknik
penyuntikan yang salah, injeksi harus benar-benar intragluteal.

4. KELEBIHAN
Kelebihan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN :
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak mempengaruhi ASI.
f. Sedikit efek samping.
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai
perimenopause.
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik.
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
k. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.

5. KETERBATASAN
Keterbatasan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN :
a. Sering ditemukan ganguan haid.
b. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
14

c. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan


kesehatan.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual,hepatitis B dan virus HIV.
f. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan lipid
serum
6. INDIKASI
Indikasi pada pengguna suntik DMPA menurut BKKBN :
a. Wanita usia reproduktif.
b. Wanita yang telah memiliki anak.
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki
efektifitas tinggi.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f. Setelah abortus dan keguguran.
g. Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.
h. Masalah gangguan pembekuan darah.
i. Menggunakan obat epilepsy dan tuberculosis.

7. KONTRA INDIKASI
Menurut BKKBN , kontra indikasi pada pengguna suntik DMPA yaitu :
a. Hamil atau dicurigai hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
d. Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.
e. Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi.
15

8. EFEK SAMPING
Efek samping yang sering ditemukan :
a. Mengalami gangguan haid seperti amenore, spooting,
menorarghia, metrorarghia.
b. Penambahan berat badan.
c. Mual.
d. Kunang-kunang.
e. Sakit kepala.
f. Nervositas.
g. Penurunan libido.
h. Vagina kering.

Efek samping gangguan haid:


a. Gejala Gangguan Haid
1) Tidak mengalami haid (amenore)
Amenore dibedakan menjadi dua yaitu amenore primer merupakan
masa remaja kurang dari 16 tahun belum pernah mengalami mens
atau belum menampakkan tanda-tanda fisik seksual sekunder,
sedangkan amenore sekunder bila wanita sudah mengalami
menstruasi namun kemudian tidak mengalami menstruasi dalam
waktu 3-6 bulan.
2) Perdarahan berupa tetesan atau bercak-bercak (spotting)
Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan
menurun dengan makin lamanya pemakaian.
3) Perdarahan diluar siklus haid (metrorarghia)
Bila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur atau jika
terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara
menstruasi, istilah metroragi digunakan untuk menggambarkan
keadaan tersebut.
16

4) Perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak daripada
biasanya (menorarghia).Persepsi yang umum mengenai
perdarahan berlebihan adalah apabila tiga sampai empat pembalut
sudah penuh selama empat jam. Jumlah kehilangan darah yang
dipertimbangkan normal selama mens adalah 30 cc sejak penelitian
yang dilakukan pada tahun 1960-an dan setiap perdarahan yang
lebih dari 80 cc dinyatakan perdarahan abnormal, seperti yang
dikatakan oleh Engstrom, bahwa batas 8 cc merupakan ukuran
standar untuk menetapkan menoragi.

b. Penyebab Gangguan Haid


Secara umum semua gangguan haid disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami
perubahan. Keadaan amenore disebabkan atrofi endometrium.
Penyebab amenore primer umumnya lebih berat dan lebih sulit
untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik
sedangkan amenore sekunder lebih menunjuk pada sebab-sebab
yang timbul dalam kehidupan wanita seperti gangguan gizi,
gangguan metabolisme, penyakit infeksi dan lain-lain. Metroragi
dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau
kelainan fungsional. Bila penyebab menoragi dan metroragi adalah
neoplasma, gangguan pembekuan darah, penyakit kronis atau
kelainan ginekologik, klien perlu dirujuk ke spesialis.
c. Penatalaksanaan
1) Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
2) Jelaskan sebab terjadinya.
3) Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut dalam rangka
penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu :
a) Amenore
17

Amenore bila tidak hamil tidak perlu dilakukan tindakan


apapun, cukup konseling dengan menjelaskan bahwa haid
terkumpul dalam rahim dan beri nasihat untuk kembali ke
klinik.
b) Spooting
Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan
menurun dengan makin lamanya pemakaian. Sebagian wanita
yang mengalami perdarahan bercak menemukan bahwa
keluhan ini membaik dengan sendirinya, biasanya pada
suntikan keempat.
c) Metrorarghia
Memberikan konseling pada akseptor bahwa perdarahan
diluar siklus haid merupakan efek samping kontrasepsi suntik
yang dipakai dan jenis perdarahan ini tidak berbahaya
meskipun berlangsung sampai beberapa minggu.
d) Menorarghia
Perdarahan banyak atau memanjang lebih dari 8 hari atau 2 kali
lebih banyak dari haid biasanya, jelaskan hal itu biasa
ditemukan pada bulan pertama suntikan.
d. Motivasi agar tetap memakai suntikan.
Tindakan Medis
1) Amenore
Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6
bulan, bila tidak terjadi perdarahan juga rujuk ke klinik.
Bila klien tidak menerima gangguan tersebut, suntikan
jangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian kontrasepsi
yang lain. Bila terjadi kehamilan, rujuk klien dan jelaskan
18

bahwa hormone progestin tidak akan menimbulkan


kelainan.
2) Spotting dan metrorarghia
Bila ringan atau tidak terlalu menganggu tidak perlu
diberi obat. Bila cukup mengganggu dapat diberikan pil
KB 3x1 tablet selama 7 hari.1 siklus pil kontrasepsi
kombinasi (30-35 μg etinilestradiol), ibuprofen (sampai
800mg, 3x/hari untuk 5 hari) atau obat sejenis lain.
3) Menorarghia
Bila terjadi perdarahan banyak selama penyuntikan
ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi
kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1
siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 μg
etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi
untuk 14-21 hari. Untuk mencegah anemia perlu
preparat besi atau makanan yang mengandung banyak
zat besi (Saifuddin, 2003). Diberi tablet sulfas ferosus
(Fe) 3x1 tablet antara 5-7 hari sampai keadaan
membaik.

C. JURNAL PENELITIAN

1. Hubungan Kontrasepsi Suntik DMPA dengan pertambahan berat


badan di Wilayah Kerja Puskesmas Kertak Hanyar Kabupaten Banjar
tahun 2017.
2. Prevalensi Efek Samping Kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron
Asetat Injeksi pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Suliki Sumatera
Barat.
19

Berikut gambar KB Suntik dan DMPA yang tersebar di Indonesia.


20

BAB III
KESIMPULAN

Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang


dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone asetat)
dan kombinasi. Suntik DMPA berisi depot medroksiprogesterone asetat yang
diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12
minggu .
Suntikan kombinasi adalah 2 jenis suntikan yang mengandung kombinasi
antara progestin dan estrogen, yaitu 25 mg Depo Medroksi Progesteron Asetat
dan 5 mg Estadisol Sipionat yang diberikan setiap bulan dengan cara injeksi
intramuskular dan kombinasi 50 mg Norectindron Enantat dan 5 mg Estradiol
Valerat yang diberikan melalui injeksi intramuscular sebulan sekali. Lokasi
suntikan kombinasi disuntikkan di bokong yaitu pada musculus ventro gluteal
dalam. Musculus ini dapat di ukur dari spina iliaca anterior superior (SIAS) sampai
dengan os coccygeus kemudian di ambil 1/3 bagian dari SIAS. Efek samping sunti
kombinasi diantaranya amenora, mual, pusing muntah serta perdarahan tidak
teratur atau spotting.
Kontrasepsi suntik DMPA adalah kontrasepsi jenis suntikan yang berisi
hormon progesteron saja dan tidak mengandung hormon estrogen, dosis yang
diberikan adalah 150 mg/ml secara intramuskuler setiap 12 minggu. Mekanisme
kerja dari KB suntik 3 bulan adalah mencegah ovulasi, membuat lendir servik
menjadi kental, membuat endometrium kurang baik untuk implantasi dan
mempengaruhi kecepatan transpotasi ovum didalam tuba fallopi. Efek samping
dari KB suntik 3 bulan adalah mengalami gannguan haid, penambahan berat
badan, mual, berkunang-kunang, sakit kepala, nervositas, penurunan libido dan
vagina kering. Dari beberapa efek samping tersebut yang paling sering dialami oleh
akseptor adalah gangguan haid. Gejala gangguan haid yang terjadi antara lain
tidak mengalami haid (amenorea), perdarahan berupa bercak-bercak (spotting),
21

perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak dari biasanya
(menorarghia)
22

Daftar Pustaka

Anggraini Dewi Dina, dkk. 2021. Pelayanan Kontrasepsi: Yayasan Kita Menulis
Marmi. 2015. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
"Makalah Suntik Kombinasi | PDF" https:// id.scribd.com/ document/ 379457036/
MAKALAH-SUNTIK.
Peraturan Kepala BKKBN No. 24 Tahun 2017, Tentang Pelayanan Keluarga
Berencana Pasca Persalinan dan Keguguran. BKKBN Press: Jakarta.
Firdy Liwang, dkk 2018. Jurnal : Intisari Sains Medis 2018, Volume 9, Number 3:
41-46, Gambaran penggunaan kontrasepsi hormonal dan non hormonal di
wilayah kerja UPT Puskesmas Tampak Siring 1. FK Samratulangi : Menado.
Ratu Matahari dkk, 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka
Ilmu : Yogyakarta.
Fauzie Rahman, dkk. 2017. Program Keluarga Berencana dan Metode Kontrasepsi.
CV Zukzes Ekspress : Banjarbaru Kalimantan Selatan.
Ida Priyatni, Sri Rahayu, 2016. Modul Kebidanan Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana . Pusdik SDM Kemenkes RI: Jakarta.
Vol. 12, No. 1, Januari 2021
E-ISSN: 2615 - 2126, P-ISSN: 2087 – 152X
Journal homepage: http://www.ejurnalskalakesehatan-poltekkesbjm.com

HUBUNGAN KONTRASEPSI SUNTIK DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT


(DMPA) DENGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KERTAK HANYAR KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

M. Mukhtar1 , Ahmad. Rizani2, Erni Setiawati3


1,2 Politekhnik Kementerian Kesehatan Banjarmasin
Email : M.Muktar@gmail.com

Abstract Hormonal contraception is the most preferred type of contraception for family
planning acceptors, especially injection contraceptives. Kertak Hanyar Health Center
Family Planning Service Coverage January - October 2016 found 58.82% of injection
contraceptive acceptors. The most commonly used injection contraceptive method is
Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA). These contraceptives are highly effective
in preventing pregnancy, but have the main side effect of changing body weight.
This study aims to determine the relationship between Depo Medroxy
Progesterone Acetate (DMPA) injection contraception with weight gain in the Kertak
Hanyar Public Health Center, Banjar Regency in 2017.
The research method used is an analytical survey with aapproach cross
sectional. The number of samples in this study were 99 injection contraceptive
acceptors with the sampling technique using purposive sampling. The research
instrument used a family planning card (KB card), weight scales and interviews. Data
analysis was performed using thetest Chi Square with a confidence level of 95%.
The results of the study of 64 respondents who used DMPA injection
contraceptives the most experienced excess weight gain, namely 26 respondents (41%)
and of the 35 respondents who used combined injection contraceptives the most
experienced normal weight gain, namely 22 respondents (62.9%). The results of
statistical tests showed that there was a relationship between injection contraceptive
DMPA and weight gain of r = 0.038 < a = 0.05.
The conclusion of the study is that there is a relationship between Depo Medroxy
Progesterone Acetate (DMPA) injection contraception and weight gain in the Work Area
of the Kertak Hanyar Community Health Center, Banjar Regency in 2017.

Keywords: DMPA Injectable Contraception, Weight Gain

Copyright © 2021 Jurnal Skala Kesehatan.


Politeknik Kesehatan Banjarmasin
All rights reserved

Corresponding Author :

M.Mukhtar,
Poltekkes Kemenkes Surabaya Jurusan Kebidanan
Email : m,muktar@gmail.com
Abstrak Kontrasepsi hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang paling disukai para
akseptor keluarga berencana, khususnya kontrasepsi suntik. Cakupan Pelayanan
Keluarga Berencana Puskesmas Kertak Hanyar Januari – Oktober 2016 didapatkan
58,82% akseptor kontrasepsi suntik. Metode kontraspesi suntik yang paling sering
digunakan adalah Depo Medroxy Progesteron Asetat (DMPA). Kontrasepsi ini memiliki
efektivitas tinggi dalam mencegah kehamilan, tetapi memiliki efek samping utama yaitu
perubahan berat badan.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kontrasepsi suntik Depo
Medroxy Progesteron Asetat (DMPA) dengan Pertambahan Berat Badan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Tahun 2017.
Metode penelitian yang digunakan adalah Survey Analitik dengan pendekatan
Cross Sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 99 akseptor kontrasepsi
suntik dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling.
Instrumen penelitian menggunakan kartu peserta keluarga berencana (Kartu KB),
timbangan berat badan dan wawancara. Analisis data yang dilakukan menggunakan uji
Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian dari 64 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik DMPA
paling banyak mengalami pertambahan berat badan berlebih yaitu 26 responden (41 %)
dan dari 35 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik Kombinasi paling banyak
mengalami pertambahan berat badan normal yaitu 22 responden (62,9 %). Hasil uji
statistik menunjukan ada hubungan antara kontrasepsi suntik DMPA dengan
pertambahan berat badan dari  = 0,038 <  = 0,05.
Kesimpulan penelitian adalah adanya hubungan antara kontrasepsi suntik Depo
Medroxy Progesterone Asetat (DMPA) dengan Pertambahan Berat Badan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Tahun 2017.

Kata Kunci : Kontrasepsi Suntik DMPA, Pertambahan Berat Badan

43
Vol.12 No.1, Januari 2021

PENDAHULUAN
Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama. Upaya untuk mengoptimalkan manfaat keluarga berencana
bagi kesehatan, pelayanannya harus digabungkan dengan pelayanan kesehatan
reproduksi yang telah tersedia yaitu pelayanan kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan
merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual. (Saifuddin, 2015)
Metode kontrasepsi dalam program KB di Indonesia ada 5 macam, yakni metode
kontrasepsi sederhana, metode kontrasepsi hormonal, metode kontrasepsi dengan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), metode kontrasepsi mantap dan metode
kontrasepsi darurat. (Handayani, 2010)
Kontrasepsi hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang paling disukai oleh para
akseptor keluarga berencana. Berdasarkan data yang diperoleh oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Desember
2016, Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi secara nasional sampai dengan
bulan Desember 2016 sebanyak 31.286.507 akseptor. Peserta kontrasepsi Intra Uterine
Device (IUD) sebanyak 3.382.718 akseptor (10,81%), peserta kontrasepsi Metode
Operasi Wanita (MOW) sebanyak 1.118.644 aksepsor (3,58%), peserta kontrasepsi
Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 203.674 akseptor (0,65%), peserta kontrasepsi
kondom sebanyak 992.255 akseptor (3,17%), peserta kontrasepsi implan sebanyak
3.460.137 akseptor (11,06%), peserta kontrasepsi pil sebanyak 7.079.226 akseptor
(22,63%) dan pencapaian tertinggi yaitu peserta kontrasepsi suntikan sebanyak
15.049.853 akseptor atau sebesar 48,10 %. (BKKBN, 2016)
Metode kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
mempunyai efektivitas tinggi. Hormonal yang terkandung dalam kontrasepsi ini adalah
hormon sintetik estrogen dan progesterone. Metode kontrasepsi hormonal ini terdiri dari
pil, suntik dan implant. Kontrasepsi hormonal jenis kontrasepsi suntikan di Indonesia
semakin banyak digunakan karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis,
harganya yang relatif murah dan aman, bekerja dalam waktu yang lama, tidak
menggangu menyusui, dapat dipakai segera setelah keguguran atau masa nifas.
Efektivitas kontrasepsi suntik adalah antara 99% dan 100% dalam mencegah
kehamilan. Kontrasepsi suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena
angka kegagalan penggunaannya lebih kecil. Hal ini karena wanita tidak perlu
mengingat untuk meminum pil dan tidak ada penurunan efektivitas yang disebabkan
oleh diare atau muntah. (Subekti, Nike. 2012)
Menurut Data Penduduk dan Sasaran Wilayah Puskesmas Kertak Hanyar Tahun
2016 terdapat 7.431 Pasangan Usia Subur (PUS) dan 12.425 Wanita Usia Subur
(WUS). Berdasarkan Cakupan Pelayanan Keluarga Berencana Wilayah Puskesmas
Kertak Hanyar pada bulan Januari – Oktober 2016 didapatkan 0,05% akseptor MOP,
0.15% akseptor MOW, 1,06% akseptor Implant, 1,56% akseptor Kondom, 2.53%
akseptor AKDR, 35,83% akseptor Pil dan 58,82% akseptor Suntik.
Salah satu metode kontrasepsi hormonal dengan menggunakan suntik yang paling
sering digunakan adalah Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA). Depo
Medroxyprogesterone Asetat berisi 150 mg depot-medroxyprogesterone acetate yang
diberikan setiap 3 bulan. Mekanisme kerja dari DMPA adalah menekan ovulasi,
mengentalkan lendir serviks, membuat endometrium menjadi kurang baik atau layak

44
Vol.12 No.1, Januari 2021

untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi dan mempengaruhi kecepatan transpor
ovum di dalam tuba fallopii. (Handayani, 2010)
Pada wanita yang memakai alat kontrasepsi hormonal seperti kontrasepsi suntik
dapat menyebabkan terjadinya perubahan berat badan. Kandungan hormon progestin
yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan nafsu makan, depresi, keletihan,
gejala hipoglikemia, libido menurun, neurodermatitis, kenaikan berat badan, hipertensi
dan dilatasi vena tungkai. Selain itu, depo medroxy progesteron asetat boleh digunakan
lebih dari dua tahun hanya jika tidak ada pilihan yang adekuat. (Varney, 2010)
Umumnya penggunaan jangka waktu kontrasepsi suntik DMPA mempunyai prasyaratan
sama dengan pemakaian suntik kombinasi dan pil yaitu termasuk penggunaan cara KB
hormonal selama maksimal lima tahun. (Subekti, Nike. 2012)
Hasil penelitian Dhania Pratiwi, dkk (2014) dengan judul “Hubungan Antara
Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di
Puskesmas Lapai Kota Padang” dilakukan uji Paired-sample T-test yang menunjukkan
23 akseptor (57,50%) mengalami peningkatan berat badan. Sebagian rata-rata
peningkatan berat badan dalam satu tahun adalah > 0 – 1 kg (47,8% akseptor). Rata-
rata berat badan sebelum dan setelah penggunaan kontrasepsi DMPA adalah 54,4 kg
58,1 kg. Maka terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan kontrasepsi
hormonal suntik DMPA dengan peningkatan berat badan (=0,000 < 0,05).
Menurut hasil Register Pelayanan Keluarga Berencana Puskesmas Kertak Hanyar
selama bulan Desember 2016 ada 9% akseptor menggunakan kontrasepsi pil, 44,7%
akseptor menggunakan kontrasepsi suntik kombinasi (suntik 1 bulan) dan ada sebanyak
46,3% akseptor menggunakan kontrasepsi suntik DMPA (suntik 3 bulan). Dari data
tersebut pengguna terbanyak yaitu akseptor suntik DMPA (suntik 3 bulan).
Berdasarkan Studi Pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 9 – 12 Januari 2017
di Puskesmas Kertak Hanyar didapatkan dari 10 akseptor pengguna kontrasepsi suntik
Depo Medroxy Progesterone Asetat terdapat 1 akseptor dengan berat badan tetap, 1
akseptor dengan penurunan berat badan dan 8 akseptor lainnya mengalami
pertambahan berat badan. Pertambahan berat badan yang dialami bervariasi dengan
kisaran antara 1 – 7 kg.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Kontrasepsi Suntik Depo Medroxy Progesteron Asetat (DMPA)
dengan Pertambahan Berat Badan di Wilayah Kerja Puskesmas Kertak Hanyar
Kabupaten Banjar Tahun 2017”.

BAHAN DAN METODE


Rancangan penelitian ini mengguakan metode Survey Analitik dengan
pendekatan Cross Sectional. Rancangan ini digunakan untuk mengetahui hubungan
kontrasepsi suntik depo medroxy progesteron asetat (DMPA) dengan pertambahan
berat badan di wilayah kerja Puskesmas Kertak Hanyar tahun 2017.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor kontrasepsi suntik yang ada
di Wilayah Kerja Puskesmas Kertak Hanyar yang berjumlah 10.137 akseptor KB aktif
selama tahun 2016. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari akseptor
Kontrasepsi aktif. Besarnya sampel dihitung menggunakan rumus Solvin sebagai
berikut. (Setiawan dan Saryono, 2011)

45
Vol.12 No.1, Januari 2021

𝑁
n = 1+ ( 𝑁.𝑒 2 )

Keterangan : n = Jumlah sampel


N = Jumlah populasi
e = Standar error (10%)
10137
n = 1+ ( 10137 X 0,12 )

10137
= 102.37

= 99

Berdasarkan perhitungan rumus diatas didapatkan hasil akhir 99 akseptor


kontrasepsi suntik yang menjadi responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kertak Hanyar
tahun 2017.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini secara Purposive Sampling, yaitu
didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan
ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Analisa data
menggunakan analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis
bivariate menggunakan Chi Suare dengan Confidence Interval 95 % dan @ = 0,05

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Analisis Univariat
a. Kontrasepsi Suntik
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kontrasepsi Suntik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Kertak Hanyar Tahun 2017

No Jenis Kontrasepsi Frekuensi %


1 DMPA 64 64,6
2 Kombinasi 35 35,4
Jumlah 99 100
Sumber : Data Primer

Tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 99 responden paling banyak menggunakan


kontrasepsi suntik DMPA yaitu 64 responden (64,6 %).

b. Pertambahan Berat Badan

46
Vol.12 No.1, Januari 2021

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pertambahan Berat Badan Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Kertak Hanyar Tahun 2017

N Pertambahan Berat Frekuensi %


o Badan
1 Normal 47 47,5
2 Berlebih 32 32,3
3 Sangat berlebih 20 20,2
Jumlah 99 100
Sumber : Data Primer

Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 99 responden paling banyak mengalami


pertambahan berat badan yang normal yaitu sebanyak 47 responden (47,5 %).

2. Analisis Bivariat
Tabel 4.3
Hubungan Kontrasepsi Suntik Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA)
dengan Pertambahan Berat Badan di Wilayah Kerja Puskesmas Kertak Hanyar
Kabupaten Banjar Tahun 2017

Jenis Pertambahan Berat Badan


Kontrasepsi
Sangat
Normal Berlebih Jumlah
Berlebih
F % f % f % F %
DMPA 25 39 26 41 13 20 64 100
Kombinasi 22 62,9 6 17,1 7 20 35 100
Jumlah 47 47,5 32 32,3 20 20,2 99 100
Uji Chi Square  = 0,038 (< = 0,05)
Sumber : Data Primer
Tabel 4.13 menunjukan bahwa dari 64 responden yang menggunakan kontrasepsi
suntik DMPA paling banyak mengalami pertambahan berat badan berlebih yaitu 26
responden (41 %) dan dari 35 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik
Kombinasi paling banyak mengalami pertambahan berat badan normal yaitu 22
responden (62,9 %).

47
Vol.12 No.1, Januari 2021

1. Kontrasepsi Suntik

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 99 responden paling banyak


menggunakan kontrasepsi suntik DMPA yaitu 64 responden (64,6 %).
Kontrasepsi suntik DMPA atau dapat disebut suntik progestin merupakan
kontrasepsi suntik yang berisi hormon progesterone. (Handayani, 2010) Hormon
progesterone adalah hormon penting untuk perlindungan melawan kanker dan
berperan besar pada kondisi-kondisi medis. (Platt, 2010) Selain itu, salah satu
keuntungan yang penting pada pemberian secara parenteral (pemberian obat
melalui suntikan) adalah hormon tersebut tidak langsung melalui hati (tidak ada
firstpass effect), sehingga tidak membebani hati. (Prawirohardjo, 2011)
Memilih jenis kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi ibu dapat
dipertimbangkan dari berbagai hal salah satunya usia. Masih banyaknya ibu
diatas usia 35 tahun yang menggunakan kontrasepsi suntik membuktikan bahwa
minat akan kontrasepsi suntik masih tinggi. Menurut BKKBN (2016) pencapaian
tertinggi penggunaan metode kontrasepsi yaitu kontrasepsi suntikan sebesar
48,10 %. Akan tetapi hal tersebut akan menjadi merugikan apabila kontrasepsi
suntik yang dipilih tidak sesuai dengan usia ibu. Karena faktor usia sangat penting
untuk menentukan keberhasilan dan kesesuaian antara tubuh ibu dengan alat
kontrasepsi yang digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian dari 99 responden didapatkan yang berusia >
35 tahun ada sebanyak 33 responden (33,3 %) yang artinya kontrasepsi tersebut
tidak hanya diminati pada usia reproduktif saja. Kontrasepsi suntik yang
disarankan bagi wanita diatas usia 35 tahun ialah kontrasepsi suntik progestin.
Informasi semacam itu biasanya didapatkan saat kunjungan awal atau biasa
disebut dengan pemberian informed choice. Bidan atau petugas kesehatan akan
membantu ibu dalam memilih kontrasepsi yang sesuai melalui konseling yang
diberikan dan selanjutnya keputusan dalam memilih kontrasepsi merupakan hak
penuh ibu.
Konseling akan berhasil jika ibu mengerti dan memahami penjelasan yang
diberikan. Hal ini terkait dengan pengetahuan ibu yang dapat kita ketahui dari 99
respoden paling banyak tingkat pendidikan terakhirnya adalah SMA atau sederajat
sebanyak 41 responden (41,4 %). Menurut Wulansari dan Hartanto (2007) Tingkat
pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana,
tetapi juga pemilihan suatu metode. Dalam hal ini pendidikan yang dicapai sudah
baik, sehingga ibu pada usia > 35 tahun lebih mudah memahami konseling yang
diberikan dan akan cenderung memilih kontrasepsi suntik progestin. Hal ini
sejalan dengan salah satu keuntungan dari kontrasepsi suntik progestin bahwa
kontrasepsi ini dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause. (Affandi, 2015)
Tingginya minat akseptor konstrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) sebagai
pilihan untuk menjarangkan kehamilan, karena keuntungan kontrasepsi tersebut
lebih praktis dan murah dibandingkan suntik 1 bulan (kombinasi) dan tidak perlu
meminum pil setiap hari. Selain merasa nyaman, aman, efektif, tidak mengganggu
hubungan suami istri dan dapat digunakan pasca persalinan. Hal ini sejalan
dengan Subekti (2007) yang menjelaskan bahwa efektivitas kontrasepsi suntik

48
Vol.12 No.1, Januari 2021

adalah antara 99% dan 100% dalam mencegah kehamilan. Kontrasepsi suntik
adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena angka kegagalan
penggunaannya lebih kecil. Hal ini karena wanita tidak perlu mengingat untuk
meminum pil dan tidak ada penurunan efektivitas yang disebabkan oleh diare atau
muntah.
Kontrasepsi suntik ini juga merupakan salah satu kontrasepsi yang
disarankan bagi wanita yang menghendaki kontrasepsi suntik jangka panjang.
Sesuai dengan yang telah dipaparkan bahwa DMPA telah direkomendasikan oleh
World Health Organization (WHO) dan International Planned Parenthood
Federation (IPPF) di serta tersedia banyak negara di seluruh dunia. Pada tahun
1984, Menteri Kesehatan saat itu merekomendasikan penggunaan kontrasepsi ini
melalui Committee on the Safety of Medicine (CSM) yang menyatakan bahwa
kontrasepsi injeksi harus tersedia untuk kontrasepsi jangka panjang bagi wanita
setelah melakukan konseling. (French, 2015)
Penelitian ini juga menunjukan dari 99 responden paling banyak berusia 20
sampai dengan 35 tahun yaitu 63 responden (63,6 %) dan paling tinggi juga yang
belum memiliki anak sampai dengan yang memiliki dua orang anak sebanyak 72
responden (72,7 %). Hal ini menjelaskan bahwa rata-rata pengguna kontrasepsi
suntik adalah pada usia reproduktif yang masih menginginkan untuk memiliki
anak. Karena hormon progesterone tidak menyebabkan kerusakan/kelainan pada
organ genetalia maka setelah dihentikan pemberian progesterone, efeknya
menurun sesudah 24 – 48 jam. (Prawirohardjo, 2011)
Perlu diketahui bagi para akseptor kontrasepsi suntik bahwa penggunaan
jangka panjang DMPA memiliki efek samping, yaitu turut memicu terjadinya
pertambahan berat badan, menurunkan kepadatan tulang (densitas), kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas dan
jerawat. Karena penggunaan hormonal yang lama dapat mengacaukan
keseimbangan hormon estrogen dan progesterone dalam tubuh sehingga
mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal menjadi tidak normal. (Affandi,
2015).

1. Pertambahan Berat Badan


Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 99 responden paling banyak
mengalami pertambahan berat badan yang normal yaitu sebanyak 47 responden
(47,5 %).
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang.
(Anggraeni, 2012)
Perubahan berat biasa yang tak terjelaskan hingga sebesar ≥ 10 %
menandakan kesehatan terganggu. Jika perubahan itu ≥ 20 %, berarti penderita
mengalami keadaan kritis yang berakibat fatal manakala penyusutan berat itu
melebihi 30 %. (Arisman, 2007)
Salah satu efek samping kontrasepsi hormonal adalah perubahan berat
badan, yang paling sering terjadi ialah pertambahan berat badan yang dialami
oleh akseptor kontrasepsi suntik. Pertambahan berat yang dialami pun bervariasi

49
Vol.12 No.1, Januari 2021

dari yang normal, berlebih sampai sangat berlebih. Meskipun dari hasil penelitian
didapatkan pertambahan berat responden adalah normal, akan tetapi dapat
menjadi tidak normal jika ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan nafsu
makan meningkat terus berlangsung. Faktor hormonal ini dimana pada
penggunaan hormon progesterone yang lama (jangka panjang) menyebabkan
pertambahan berat badan akibat terjadinya perubahan anabolik dan stimulasi
nafsu makan.
Kontrasepsi hormonal idealnya digunakan selama 2 tahun dan maksimal 4
tahun. Berdasarkan lama penggunaan kontrasepsi suntik dari 99 responden paling
banyak lama penggunaan kontrasepsi suntik dari 1 sampai dengan 3 tahun yaitu
47 responden (47 %) dan nilai tersebut berbanding lurus dengan paling banyak
pertambahan berat badan yang dialami responden adalah pertambahan dalam
ukuran yang normal. Hal tersebut terjadi karena lama penggunaan kontrasepsi
suntik tidak lebih dari 4 tahun pemakaian sesuai yang dianjurkan. Hal ini sesuai
teori bahwa salah satu efek samping penggunaan kontrasepsi suntik DMPA
adalah pertambahan berat badan. Hal ini jarang disebabkan oleh progesterone
dosis rendah, tetapi mungkin menjadi masalah bagi sebagian kecil pemakai
DMPA. Pertambahan ringan sebesar 1-2 kg sering kemudian menjadi stabil
setelah pemakaian dilanjutkan tetapi sejumlah kecil wanita terus mengalami
pertambahan berat badan moderat selama mereka memakai metode tersebut.
Mekanisme utama tampaknya adalah peningkatan nafsu makan disertai
peningkatan penimbunan simpanan lemak, walaupun mungkin juga terdapat efek
anabolik ringan. (Glasier, Anna. 2006)
Pertambahan berat badan yang terjadi pada responden tidak selalu
diakibatkan dari pemakaian kontrasepsi suntik. Kenaikan dapat disebabkan oleh
hal-hal lain, salah satunya adalah pekerjaan ibu. Berdasarkan hasil karakteristik
responden didapatkan bahwa dari 99 responden paling banyak pekerjaannya
sebagai ibu rumah tangga yaitu 84 responden (84,8 %). Ibu yang tidak bekerja
kemungkinan akan kekurangan dalam aktivitas fisik, terutama bagi ibu yang
memiliki asisten rumah tangga ada yang membantu mengerjakan pekerjaan
rumah tangga. Sehingga cenderung aktivitas yang dilakukan tidak begitu banyak
mengeluarkan energi, sehingga asupan nutrisi yang dimasukkan ke dalam tubuh
tidak seimbang dengan energi yang dikeluarkan lewat aktivitas fisik yang
dilakukan maupun yang dikeluarkan lewat keringat atau pembakaran lemak.
Dengan demikian, ibu tidak bekerja akan lebih besar kemungkinan akan
mengalami pertambahan berat badan. Sebagaimana dinyatakan oleh Proverawati
(2010) bahwa seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan
prevalensi terjadinya obesitas. Orang-orang yang kurang aktif memerlukan kalori
dalam jumlah sedikit dibandingkan orang dengan aktivitas tinggi. Seseorang yang
hidupnya kurang aktif (sedentary life) atau tidak melakukan aktivitas fisik yang
seimbang dan mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan cenderung
mengalami obesitas.
Selain itu, pertambahan berat badan juga bisa disebabkan oleh pola makan
ibu. Banyak ibu yang memiliki kebiasaan ngemil terutama pada saat dirumah atau
saat menonton TV, kebiasaan ini akan mengakibatkan ibu mengalami kelebihan
makanan dan mengalami kegemukan. Sebagaimana dinyatakan oleh Liembono

50
Vol.12 No.1, Januari 2021

(2016) bahwa faktor utama yang sangat mempengaruhi berat badan adalah
makanan. Dengan kata lain karena asupan energi yang melebihi kebutuhan tubuh
yang biasanya dialami oleh orang yang kurang olahraga atau kurang aktivitas fisik
sehingga energi yang masuk kedalam tubuh tidak dibakar atau digunakan yang
kemudian disimpan dalam bentuk lemak.
Faktor psikologis sering juga disebut sebagai faktor yang mendorong
terjadinya pertambahan berat badan. Gangguan emosional akibat adanya tekanan
psikologis atau lingkungan kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak
menguntungkan. Saat seseorang merasa cemas, sedih, kecewa atau tertekan,
biasanya cenderung mengonsumsi makanan lebih banyak untuk mengatasi
perasaan-perasaan tidak menyenangkan. Menurut teori Psikoanalisis,
pertambahan berat badan dapat di terangkan seperti seseorang dengan rasa
marah yang selalu ditekan akan memunculkan dalam bentuk makan. (Misnadiarly,
2007)
Metabolisme yang lambat juga dapat meningkatkan berat badan karena
perempuan mempunyai otot tubuh yang lebih kecil dari laki-laki, otot membakar
kalori lebih banyak dari jaringan tubuh lainnya sehingga metabolisme pada
perempuan jauh lebih lambat daripada laki-laki. Hal ini akan menyebabkan
perempuan akan lebih mudah gemuk jika dibanding dengan laki-laki. Hal ini
sesuai dengan hasil Riskedas (2010), menunjukan prevalensi kegemukan dan
obese pada penduduk usia diatas 18 tahun di Indonesia secara berturut-turut
adalah 8,5 % dan 7,8 % pada laki-laki, sedangkan pada perempuan 11,4 % dan
15,5 %. Riskesdas menggunakan istilah obesitas untuk gabungan kategori
kegemukan dan obese, sehingga prevalensi obesitas umum di atas 18 tahun
adalah 16,3 % pada laki-laki dan 26,9 % pada perempuan. (Istiany dan Rusilanti,
2013)
Banyaknya faktor penyebab berat badan bertambah, sudah semestinya
untuk menghindarkan diri dari penyebab tersebut agar terhindar dari predikat berat
badan berlebih maupun sangat berlebih. Oleh karena berat badan responden
masih dalam batas normal, maka sebaiknya jangan sampai menjadi tidak normal.
Untuk itu sangat perlu kesadaran akseptor kontrasepsi suntik untuk dapat cerdas
dalam penggunaan kontrasepsi terutama dalam memperhatikan lama
penggunaan kontrasepsi tersebut.

2. Hubungan Kontrasepsi Suntik Depo Medroxy Progesterone Asetat (DMPA)


dengan Pertambahan Berat Badan
Pada tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 64 responden yang menggunakan
kontrasepsi suntik DMPA paling banyak mengalami pertambahan berat badan
berlebih yaitu 26 responden (41 %) dan dari 35 responden yang menggunakan
kontrasepsi suntik Kombinasi paling banyak mengalami pertambahan berat badan
normal yaitu 22 responden (62,9 %).
Hasil uji statistik Chi-Square dengan Pearson Chi-Square didapatkan nilai 
(0,038) <  (0,05) yang artinya secara statistik ada hubungan antara kontrasepsi
suntik depo medroxy progesterone asetat dengan pertambahan berat badan.
Hormon Progesterone dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan
perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat

51
Vol.12 No.1, Januari 2021

badan, akne, alopesia, kadang-kadang mamma mengecil, flour albus, dan


hipomenorea. Bertambahnya berat badan karena progesterone meningkatkan
nafsu makan dan efek metabolik hormon-hormon dari hormon itu sendiri.
(Prawirohardjo, 2011)
Kontrasepsi suntik mempengaruhi adanya perubahan berat badan. Pengaruh
kontrasepsi suntik terhadap perubahan berat badan yaitu bahwa kandungan
hormon progesterone dalam bentuk hormon sintesis Depo Medroxy Progesterone
Asetat mempermudah metabolisme perubahan karbohidrat dan gula menjadi
lemak sehingga lemak dibawah kulit bertambah dan menurunkan aktivitas fisik.
Menurut Verawaty dan Rahayu (2012) Progesterone juga disimpan dalam
jaringan adiposa (lemak). Akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan
berat badan bertambah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa keterbatasan dalam
kontrasepsi suntikan progestin ialah terjadi perubahan pada lipid serum pada
penggunaan jangka panjang. (Affandi. 2015)
Berdasarkan penelitian ini menunjukan dari 64 akseptor pengguna
kontrasepsi suntik DMPA, paling banyak mengalami pertambahan berat badan
berlebih dan sangat berlebih yaitu 39 responden (61 %). Sedangkan dari 35
akseptor pengguna kontrasepsi suntik kombinasi, yang mengalami pertambahan
berat badan berlebih dan sangat berlebih hanya 13 responden (37,1 %). Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Platt (2010) bahwa wanita yang mendapat
Depo-Provera untuk KB dijamin berat badannya naik sebanyak 9 kg.
Lama penggunaan kontrasepsi juga mempengaruhi bertambahnya berat
badan akseptor kontrasepsi suntik. Penggunaan kontrasepsi yang disarankan
yaitu selama 2 tahun dan tidak boleh lebih dari 4 tahun. Hasil penelitian
didapatkan lama penggunaan kontrasepsi suntik selama 3 – 4 tahun dan > 4
tahun yaitu 20 responden (20,2 %). Dalam hal ini menunjukan masih ada akseptor
kontrasepsi suntik yang tidak mengindahkan batas waktu yang disarankan selama
2 tahun pengunaan kontrasepsi hormonal. Adanya kandungan hormon
progesterone yang dapat meningkatkan nafsu makan bertambah apabila
pemakaian dosis yang tinggi atau berlebihan karena dapat merangsang pusat
pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih
banyak dari biasanya. Menurut Mulyani dan Rinawati (2013) Salah satu
kekurangan metode suntik progestin ialah terjadi berat badan yang bertambah 2,3
kilogram pada tahun pertama dan meningkat 7,5 kilogram selama enam tahun.
Dengan demikian, semakin lama akseptor menggunakan kontrasepsi suntik
DMPA maka akan semakin besar resiko mengalami pertambahan berat badan
yang tidak normal. Hal ini sejalan dengan Hartanto (2004) pemakaian kontrasepsi
suntik jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kenaikan berat badan karena
kandungan hormon progesteron yang dapat meningkatkan nafsu makan.
Kandungan progesterone dapat merangsang pusat kendali nafsu makan di
hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya.

52
Vol.12 No.1, Januari 2021

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian “Hubungan Kontrasepsi Suntik Depo Medroxy
Progesterone Asetat (DMPA) dengan Pertambahan Berat Badan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Tahun 2017” dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Akseptor yang memilih menggunakan kontrasepsi suntik DMPA lebih banyak yaitu
sebesar 64 orang (64,6 %) dibanding dengan yang menggunakan kontrasepsi
suntik kombinasi yaitu hanya sebesar 35 orang (35,4 %).
2. Akseptor kontrasepsi suntik DMPA sebesar 39 orang (61 %) mengalami
pertambahan berat badan berlebih dan sangat berlebih sedangkan akseptor
kontrasepsi suntik kombinasi hanya 13 orang (37,1 %) yang mengalami
pertambahan berat badan berlebih dan sangat berlebih.
3. Ada hubungan antara kontrasepsi suntik DMPA dengan Pertambahan Berat
Badan ( = 0,038).

DAFTAR PUSTAKA
1. Affandi dkk. 2015. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
2. Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi; Nutritional Care Process. Graha
Ilmu: Yogyakarta.
3. Ariani, Ayu Putri. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan
Reproduksi. Nuha Medika: Yogyakarta.
4. Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC: Jakarta.
5. BKKBN. 2016. Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi. BKKBN: Jakarta.
6. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2008. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
7. Punamasari, D. (2009). Hubungan Lama Pemakaian KB Suntik Depo Medroksi
Progesterone Asetat (DMPA) dengan Perubahan Berat Badan di BPS (Bidan
Praktek Swasta) “Yossi Trihana” Jogonalan Klaten. UNS Digital Library (Internet),
pp.38. Available from: <http://eprints.uns.ac.id/5734/1/106082210200908091.pdf>
(Accessed 14 Januari 2017)
8. Frech, Kathy. 2015. Kesehatan Seksual. Bumi Medika: Jakarta
9. Glasier, Anna & Gebbie, Ailsa. 2006. Keluarga Berencana & Kesehatan
Reproduksi. EGC: Jakarta.
10. Handayani, S. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Pustaka Rihama:
Yogyakarta.
11. Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Salemba Medika: Jakarta.
12. Istiany, Ari & Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
13. Komalasari, Renata. 2010. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney. EGC: Jakarta.

53
Prevalensi Efek Samping Kontrasepsi Depo Medroksi
Progesteron Asetat Injeksi pada Wanita Usia Subur di Puskesmas
Suliki Sumatera Barat
1
Dinah Ainil Fadhilah, 2Arief Rinaldy, 3Fidiariani Sjaaf, 4Dita Hasni
1
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Baiturrahmah.
2
Bagian Obstetri Ginekologi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Baiturrahmah.
3
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Baiturrahmah.
4
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Baiturrahmah
Jalan Raya By Pass, Aie Pacah, Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat 25586
Email : dinahainilfadhilah@gmail.com, ariefrinaldy@yahoo.com, vidiariani@gmail.com,
ditahasni@fk.unbrah.ac.id

ABSTRAK
Depo-medroxyprogesterone Acetate (DMPA) merupakan metode kontrasepsi hormonal yang diberikan
secara Injeksi. Obat ini mengandung progesterone dan memiliki angka kegagalan < 1 % pertahun. Data
di Indonesia pada tahun 2013 terdapat pengguna kontrasepsi suntik 48,74% dari seluruh akseptor KB,
Data di Sumatera Barat diperoleh pengguna kontrasepsi suntik sebesar 52,45% dari seluruh akseptor
KB. Obat ini dapat menimbulkan keluhan berupa gangguan haid, perubahan berat badan, keputihan,
perasaan lesu, tertundanya kesuburan, mual dan muntah, pusing atau sakit kepala, dan cloasma.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi efek samping kontrasepsi depo medroksi
progesterone acetat injeksi pada subjek penelitian. Penelitian cross-sectional ini mengikutsertakan 96
subjek yang direkrut menggunakan metode consecutive sampling pada partisipan yang telah memenuhi
kriteria inklusi dan eklusi . Penelitian ini melaporkan adanya keluhan akibat pemakaian alat kontrasepsi
DMPA yaitu amenorrhea sebesar 53,1%, mengalami perdarahan bercak (spotting) sebesar 26%,
peningkatan berat badan sebesar 50%, 17,7% subjek mengalami penurunan berat badan, sakit kepala
sebesar 9,4% dan mual muntah sebesar 7,3%. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keluhanefek
samping DMPA berupa amenorrhea,spotting, gangguan berat badan, sakit kepala, mual dan muntah.

Kata kunci: DMPA, Efek samping, Prevalensi studi

ABSTRACT
Depo-medroxyprogesterone Acetate (DMPA) is an injectable hormonal contraceptive method. This
drug was containing progesterone and has a failure rate of < 1% per year. Data in Indonesia in 2013
there are users of injectable contraceptives 48.74% of the entire KB acceptor, Data in West Sumatra
obtained by users of injectable contraceptives amounting to 52.45% of the entire KB acceptor. This drug
can cause complaints such as menstrual disorders, weight changes, vaginal discharge, sluggish feelings,
delayed fertility, nausea and vomiting, dizziness or headaches, and chloasma. Aims of this research was
to determine the prevalence of depo-medroxyprogesterone acetate side effects on the subject of research.
This cross-sectional study involved 96 subjects recruited using consecutive sampling methods that meet
the criteria of inclusion and exclusion. These results have several complaints due to the use of DMPA
contraceptives, which are amenorrhea of 53.1%, bleeding spots by 26%, increased weight by 50%,
17.7% of subjects suffered weight loss, pain Head of 9.4% and vomiting nausea of 7.3%. the conclusion
of this study was complaints of DMPA side effect in the form of amenorrhea, spotting, weight loss,
headache, nausea, and vomiting.
Keywords: DMPA, Side effect, Study prevalence

103
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883

Pendahuluan Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota pada


Dewasa ini, Indonesia menghadapi tahun 2016, menunjukkan bahwa Puskesmas
salah satu masalah terpenting yaitu ledakan Suliki merupakan salah satu puskesmas yang
penduduk. Hal ini tentu saja akan menghasilkan memiliki peserta KB aktif terbanyak setelah
laju pertumbuhan penduduk yang semakin Puskesmas Mungka (73,35%) dan Puskesmas
pesat. Laju pertumbuhan penduduk dapat Payakumbuh (81,72%). Jumlah peserta KB
ditekan dengan cara mengendalikan angka aktif di Puskesmas Suliki sebanyak (72,99%)
kelahiran. Badan Kependudukan dan Keluarga PUS. Kontrasepsi yang paling sering digunakan
Berencana Nasional (BKKBN) sebagai adalah injeksi DMPA sebesar 706 peserta.(5)
perpanjangan tangan pemerintah mengajak Depo Medroksi Progesteron Asetat
semua pihak untuk bekerja sama dalam (DMPA) merupakan suatu metode kontrasepsi
melakukan upaya pengendalian laju hormonal yang diberikan secara injeksi. Obat
pertumbuhan penduduk dengan metode ini hanya mengandung progesteron dan
(1)
keluarga berencana atau kontrasepsi. memiliki angka kegagalan <1% per tahun.
Kontrasepsi merupakan suatu metode Namun obat DMPA ini memiliki beberapa efek
pencegahan proses pembuahan, sehingga tidak samping berupa gangguan haid, perubahan
terjadi kehamilan. Metode kontrasepsi dapat berat badan, keputihan, perasaan lesu,
diklasifikasikan berdasarkan jangka waktu tertundanya kesuburan, mual dan muntah,
pemakaian yaitu Metode Kontrasepsi Jangka pusing atau sakit kepala, dan cloasma.(6)
Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu
Jangka Panjang (NMKJP).(2) Tri Budi dan Nova Wijanarko pada Januari
World Health Organization (WHO) 2017 tentang efek samping yang dialami oleh
melaporkan data pengguna kontrasepsi injeksi pengguna KB suntik DMPA setelah 2 tahun
di seluruh dunia sekitar 45%. Data BKKBN pemakaian menunjukkan hasil terdapat
tahun 2017 menunjukkan bahwa pemakaian gangguan menstruasi berupa amenorea
kontrasepsi di Indonesia sebesar 63,6% yang sebanyak 39 responden (52,7%), spotting
terdiri dari KB suntik (29,0%), Pil (12,2%), sebanyak 6 responden (8,1%), peningkatan
Implan (4,7%), IUD (4,7%), dan lain-lain. berat badan dialami oleh 43 responden (58,1%)
Menurut BKKBN tahun 2017, pemakaian dan mual dan muntah sebanyak 2 responden
(3)
kontrasepsi di Sumatera Barat sebesar 60,1%. (2,7%).(7)
BKKBN pada tahun 2017 melaporkan Survei awal yang dilakukan di
data bahwa 12 dari 13 kecamatan yang berada Puskesmas Suliki, didapatkan data akseptor KB
pada kabupaten lima puluh kota sudah ikut serta suntik berjumlah 635 orang. Dari 635 orang
(4)
di dalam program kampung KB. Berdasarkan tersebut terdapat 415 orang pengguna alat
data dari http://kampungkb.bkkbn.go.id/ alat kontrasepsi DMPA injeksi. Penelitian ini
kontrasepsi yang paling sering digunakan bertujuan untuk mengetahui Prevalensi Efek
adalah injeksi DMPA. Data Badan Pusat Samping Kontrasepsi Depo Medroksi

104
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883

Progesterone Acetat Injeksi Pada Wanita Usia 2018 serta bersedia ikut serta dalam penelitian.
Subur Di Puskesmas Suliki Sumatera Barat. Subjek akan diekslusikan jika menderita
penyakit TB, Diabetes Melitus, ulkus peptik, Ca
Metode Penelitian
Cervix dan riwayat migrain sebelum
Penelitian deskriptif ini menggunakan
penggunaan kontrasepsi.
metode cross sectional dan mengikutsertakan
Kaji etik penelitian ini telah diperoleh
96 subjek penelitian. Besar sampel dihitung
dari komisi etik FK Universitas Baiturrahmah.
menggunakan Rumus Deskriptif Kategorik di
Pada penelitian ini Calon Subjek yang bersedia
bawah ini:
untuk ikut serta diminta untuk menandatangani
𝑍𝛼 2 𝑃 𝑄
𝑛= informed concent setelah membaca lembar
𝑑2
(1.96)(0.5)(0.5) informasi dan juga memahami penjelasan yang
=
(0.1)2 diberikan oleh peneliti. Penelitian dilakukan
= 96 dengan teknik wawancara kepada para subjek
Keterangan : menggunakan formulir penelitian yang
n : Jumlah sampel dibutuhkan meminta data demografi berupa nama, usia,
Zα : Nilai baku distribusi normal pada α suku, pekerjaan, dan jumlah anak, lalu data
tertentu klinis berupa lama pemakaian KB suntik, dan
P : Proporsi pertanyaan perihal efek samping DMPA suntik
Q : 1-P yang dirasakan subjek selama 3 bulan terakhir
d : Derajat akurasi (presisi) yang berupa amenorhea, spotting, perubahan berat
diinginkan badan, sakit kepala dan mual muntah.
Data penelitian ini merupakan data
Berdasarkan rumus Deskriptif Kategorik kategorik akan disajikan dalam frekuensi dan
dengan nilai presisi sebesar 10% sampel pada persentase.
penelitian ini berjumlah 96 orang.
Subjek dalam penelitian ini diambil Hasil

secara Consecutive Sampling, yang disebut juga Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil

total enumurative sampling, yaitu suatu metode dari 96 responden paling banyak berada pada

pengambilan sampel yang mengikutsertakan umur 26-35 tahun (83,3%), jumlah anak paling

subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi dan banyak 2 orang (45,8%), pendidikan responden

ekslusi sampai jumlah sampel yang dibutuhkan paling banyak adalah SMA (44,8%), pekerjaan

tercapai. Pada penelitian ini calon subjek akan paling banyak adalah sebagai IRT (74%) dan

diinklusi jika memenuhi kriteria yaitu wanita mayoritas lama pemakaian adalah 1 tahun

berusia 20-35 tahun (wanita usia usubur) yang sebesar (45,8%).

menggunakan alat kontrasepsi suntik DMPA ≤2


tahun dan melakukan penyuntikan di Wilayah
Kerja Puskesmas Suliki Sumatera Barat Tahun

105
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883

Tabel 1. Karakteristik Demografi dan Klinis Pembahasan


Subjek Penelitian
Pada penelitian diidentifikasi beberapa
n %
keluhan yang disampaikan oleh responden:
Umur
17-25 Tahun 16 16,7
26-35 Tahun 80 83,3 Tidak haid selama 3 bulan (Amenorrhea)
Jumlah Anak
1 Orang 20 20,8 Pada penelitian ini diperoleh hasil dari
2 Orang 44 45,8 96 responden, sebanyak 53,1% tidak haid
3 Orang 32 33,3
Pendidikan selama 3 bulan. Responden merupakan wanita
SD 9 9,4
SMP 26 27,1
usia subur (20-35 tahun) yang memakaian alat
SMA 43 44,8 kontrasepsi suntik DMPA di Wilayah Kerja
D3 13 13,5
S1 5 5,2 Puskesmas Suliki Sumatera Barat Tahun 2018.
Pekerjaan
Temuan ini sejalan dengan penelitian Debi
Guru 2 2,1
Honorer 9 9,4 Cahya Wenang di Kabupaten Trengelek
IRT 71 74
Wiraswasta 14 14,6 didapatkan subjek dengan kontrasepsi suntik
Lama Pemakaian KB KB DMPA mengalami amenorhea sebesar
1 Tahun 44 45,8
1,5 Tahun 19 19,8 43%.(8) Penelitian lainnya yang dilakukan
2 Tahun 33 34,4
Rahayu menemukan keluhan amenorea sebesar
Pada Tabel 2 bisa dilihat, dari 96 52,7% pada subjek yang mendapatkan
responden, paling banyak yang mengeluhkan kontrasepsi DMPA.(7)
tidak haid selama 3 bulan (amenorhea) (53,1%), Penelitian lainnya yang dilakukan di
lalu peningkatan berat badan (50,0%), Kota Samarinda menemukan 81,7% responden
perdarahan bercak (spotting) (26,0%), yang menggunakan kontrasepsi DMPA injeksi
penurunan berat badan (17,7%), sakit kepala mengalami gangguan menstruasi.(9)
(9,0%) dan mual muntah (7,0%). Keluhan gangguan menstruasi timbul
karena adanya ketidakseimbangan hormon pada
Tabel 2. Keluhan Efek Samping Penggunaan
Obat DMPA pengguna KB DMPA injeksi. Hal ini
Ya Tidak mengakibatkan perubahan histologi pada
Efek Samping
n % n % endometrium. Sebagai tambahan amenorea
Tidak haid
selama 3 bulan terjadi akibat progesteron dalam komponen
51,0 53,1 45,0 46,9
(Amenor
rhea) DMPA menekan produksi Luteinizing Hormon
Perdarahan sehingga endometrium menjadi lebih dangkal
bercak 25,0 26,0 71,0 74,0
(Spotting) dan atropis dengan berkurangnya aktifitas
Berat badan
meningkat
48,0 50,0 48,0 50,0 kelenjar pituitary anterior.(10,11)
Berat badan
17,0 17,7 79,0 82,3
menurun Perdarahan bercak (Spotting)
Sakit kepala 9,0 9,4 87,0 90,6
Mual muntah 7,0 7,3 89,0 92,7 Pada penelitian ini diperoleh hasil dari
96 responden, sebanyak (26%) responden
mengalami perdarahan bercak (flek). Penelitian

106
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883

lainnya juga menemukan adanya spotting badan pada wanita usia subur (20-35 tahun)
seperti penelitian Rahayu menemukan keluhan yang memakai alat kontrasepsi suntik DMPA di
ini sebesar 8,1%.(7) Keluhan ini ditemukan Wilayah Kerja Puskesmas Suliki Sumatera
sebesar 17% pada penelitian Debi Cahya Barat Tahun 2018. Hal ini sejalan dengan
Wenang.(8) penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Spotting diduga disebabkan karena Astuti (2012) diperoleh hasil bahwa sebanyak
adanya peningkatan kadar progesteron didalam (11,3%) responden mengalami penurunan berat
plasma. Progesteron ini kemudian berikatan badan.(16) Temuan lainnya pada penelitian yang
dengan reseptor progesteron dan menimbulkan dilakukan di Karangayar Ngawi, ditemukan
peningkatan vaskularisasi di endometrium dan keluhan penurunan berat badan sebesar 1%
vena tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi pada pengguna KB DMPA injeksi.(17)
perdarahan lokal.(12) Keluhan penurunan berat badan dapat
disebabkan karena responden dapat mengontrol
Peningkatan Berat Badan
aktifitas fisik ataupun asupan nutrisi yang
Pada penelitian ini melaporkan 50%
dikonsumsinya. Pengaturan pola makan yang
responden mengalami keluhan peningkatan
tepat dapat menyeimbangkan asupan nutrisi
berat badan. Temuan ini sejalan dengan
yang dikonsumsi sehingga dapat mengurangi
penelitian sebelumnya di Puskesmas
berat badan tanpa harus kehilangan nilai gizi
Kemulumbai yang melaporkan terjadi kenaikan
yang dikonsumsinya.(18,19)
berat badan badan hampir seluruh responden
yang mendapatkan kontrasensi DMPA, dengan Sakit Kepala
kenaikan berat badan sebanyak 1-5kg sebesar Penelitian ini memperoleh hasil dari 96
63,6% dan kenaikan berat badan diatas 5 kg responden sebanyak 9,4% mengalami sakit
sebesar 33,3%.(13) Peneliti lain nya di Kota kepala. Penelitian sebelumnya yang dilakukan
Padang tahun 2013 juga melaporkan adanya oleh Kansil juga menemukan keluhan yang
kenaikan berat badan pada subjek penelitiannya sama sebesar 51,4%.(20)
yang mendapatkan kontrasepsi DMPA sebesar Keluhan sakit kepala dialami oleh
57,5%.(14) mayoritas pengguna DMPA injeksi. Keluhan
Kenaikan berat badan disebabkan ini dapat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap
karena obat ini dapat menstimulasi sekresi fluktuasi kadar hormon di dalam plasma darah,
insulin dan menstimulasi nafsu makan di Selain itu obat progesteron ini berikatan dalam
hipotalamus sehingga terjadi peningkatan jumlah dengan globulin yang mengikat steroid
intake makanan pada pengguna DMPA didalam plasma sehingga dapat mengikat air
injeksi.(15) dalam jumlah besar dan memengaruhi
homeostasis cairan.(21,22)
Penurunan Berat Badan
Penelitian ini memperoleh hasil sebesar
7,5% responden mengalami penurunan berat

107
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883

Mual Muntah Daftar Pustaka


Pada penelitian ini diperoleh hasil dari 1. BKKBN. Badan Kependudukan Keluarga
96 responden sebanyak (7,3%) responden Berencana Nasional. Survei Demografi dan
mengalami mual muntah pada wanita usia subur Kesehatan Indonesia. 2017.
(20-35 tahun). Temuan ini sedikit lebih banyak 2. Setiawati E, Handayani OWK, Kuswardinah
dari penelitian sebelumnya yang dilakukan A. PEMILIHAN KONTRASEPSI
rahayu yang melaporkan hanya 2,7% yang BERDASARKAN EFEK SAMPING
mengalami keluhan mual dan muntah.(7) PADA DUA KELOMPOK USIA
Keluhan mual sampai muntah seperti REPRODUKSI. Unnes J Public Heal. 2017;
hamil trimester pertama dialami pada bulan- 3. BKKBN. Peran BKKBN di Balik Gerakan
bulan awal pemakaian obat. Ini dapat terjadi Penanggulangan Stunting. J Kel [Internet].
karena peningkatan kadar hormon progesteron 2018;1(1):26–8. Available from:
dapat merelaksasi otot polos di saluran cerna. https://www.bkkbn.go.id/po-
Pada pemakaian obat bulan ke 2 atau 3 keluhan content/uploads/Final.JK.Edisi.Ketiga.2017.
rasa mual muntah akan hilang dengan Min.pdf
sendirinya.(23,24) 4. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh
Penelitian ini terdapat beberapa Kota. Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam
keterbatasan yaitu penelitian dilakukan dengan Angka. 2020.
metode potong lintang dan wawancara 5. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh
mengenai efek samping obat DMPA dengan Kota. Kabupaten limapuluh kota dalam
cara recall apa yang dialami pasien 3 bulan angka [Internet]. Society. 2016. Available
terakhir. from:
https://limapuluhkotakab.bps.go.id/publicati
Kesimpulan dan Saran
on/2016/07/15/3504aa61d115e7a50f4323e1
Dapat disimpulkan bahwa keluhan
/kabupaten-lima-puluh-kota-dalam-angka-
terbanyak penggunaan obat kontrasepsi DMPA
2016.html
adalah amenorrhea, perdarahan bercak, sakit
6. Kapp N, Gaffield ME. Initiation of
kepala, gangguan berat badan, mual dan
progestogen-only injectables on different
muntah. Disarankan untuk melakukan
days of the menstrual cycle and its effect on
penelitian dengan metode kohort dan
contraceptive effectiveness and compliance:
melakukan wawancara selama 3x kunjungan
A systematic review. Contraception. 2013.
selama 3 bulan. Hal ini akan meminimalisir hal
7. Rahayu T, Wijanarko N. Efek Samping
yang terlupa.
Akseptor Kb Suntik Depo Medroksi
Ucapan Terimakasih Progesterone Acetat (Dmpa) Setelah 2
Terimakasih disampaikan kepada pihak Tahun Pemakaian. J Kesehat Samodra Ilmu.
Puskesmas Suliki Sumatera Barat dan Fakultas 2017;8(1):137838.
Kedokteran Universitas Baiturrahmah. 8. Wenang DC, Noviana AC. Perubahan Siklus

108
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883

Menstruasi Pada Akseptor KB Suntik Depo eJournal Keperawatan (e-Kp).


Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) Dan 2015;3(2):1–8.
Implan Di Wilayah Kerja Puskesmas 14. Pratiwi D. Hubungan Antara Penggunaan
Karanan Kabupaten Trenggalek. J Ilm Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA
Kedokt Wijaya Kusuma. 2018;6(1):8. dengan Peningkatan Berat Badan di
9. Alfi Ari Fakhrur Rizal. HUBUNGAN Puskesmas Lapai Kota Padang. J Kesehat
PENGGUNAAN KONTRASEPSI Andalas [Internet]. 2013;3(3):365–9.
SUNTIK DENGAN SIKLUS Available from:
MENTRUASI DI WILAYAH KERJA jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/
PUSKESMAS LOA BAKUNG view/130
KECAMATAN SUNGAI KUNJANG 15. Lopez LM, Ramesh S, Chen M, Edelman
KOTA SAMARINDA. J Ilm Sehat Bebaya. A, Otterness C, Trussell J, et al. Progestin-
2017;1(2):155–62. only contraceptives: Effects on weight.
10. Mohebbi-Kian E, Mohammad-Alizadeh- Cochrane Database of Systematic Reviews.
Charandabi S, Bekhradi R. Efficacy of 2016.
fennel and combined oral contraceptive on 16. Astuti NDS. HUBUNGAN KEAKTIFAN
depot medroxyprogesterone acetate- PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI
induced amenorrhea: A randomized SUNTIK DMPA DENGAN
placebo-controlled trial. Contraception. PERUBAHAN BERAT BADAN DI BPS
2014; SURATNI BANTUL [Internet]. Vol. 2,
11. Suprayitno. Hubungan Penggunaan Resources. Universitas Aisyiah
Kontrasepsi Suntik Dengan Siklus Yogyakarta; 2012. Available from:
Mentruasi Di Wilayah Kerja Puskesmas http://digilib.unisayogya.ac.id/3831/
Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang 17. Ambarwati WN, Sukarsi N. Pengaruh
Kota Samarinda. J Ilm Sehat Bebaya. 2017; Kontrasepsi Hormonal Terhadap Berat
12. Golan DE. Principles of Pharmacology: the Badan Dan Lapisan Lemak Pada Akseptor
pathophysiologic basis of drug therapy. Kontrasepsi Suntik Dmpa Di Polindes
fourth. Amstrong EJ, editor. Philadelphia: Mengger Karanganyar Ngawi. J Kesehat
Wolters Kluwer Health; 2017. 1–1042 p. [Internet]. 2012;5(2):93–102. Available
13. Liando H, Kundre R, Betaha Y. FAKTOR- from:
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bit
DENGAN PENINGKATAN BERAT stream/handle/11617/3278/1.
BADAN IBU PENGGUNA ALAT WINARSIH.pdf?sequence=1&isAllowed=
KONTRASEPSI SUNTIK DMPA (DEPO y
MEDROKSI PROGESTERON ESETAT) 18. Swift DL, Johannsen NM, Lavie CJ,
DI PUSKESMAS KUMELEMBUAI Earnest CP, Church TS. The role of
KABUPATEN MINAHASA SELATAN. exercise and physical activity in weight loss

109
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No. 2, Juli 2020 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883

and maintenance. Prog Cardiovasc Dis. s/106114-ID-1-hubungan-penggunaan-


2014; kontrasepsi-suntik.pdf
19. Leidy HJ, Clifton PM, Astrup A, 21. Delaruelle Z, Ivanova TA, Khan S, Negro
Wycherley TP, Westerterp-Plantenga MS, A, Ornello R, Raffaelli B, et al. Male and
Luscombe-Marsh ND, et al. The role of female sex hormones in primary headaches.
protein in weight loss and maintenance. Journal of Headache and Pain. 2018.
American Journal of Clinical Nutrition. 22. E.A. M. Hormonal contraceptives in
2015. women with migraine: Pros and cons. J
20. Kansil SE, Kundre R, Bataha Y. Headache Pain. 2018;
HUBUNGAN PENGGUNAAN 23. R. G, B.I. S. Systemic side effects
KONTRASEPSI SUNTIK DEPO associated with hormonal contraceptive and
MEDROKSI PROGESTERON ASETAT menstrual management methods in
(DMPA) DENGAN PERUBAHAN adolescent women. J Pediatr Adolesc
FISIOLOGIS PADA WANITA USIA Gynecol. 2018;
SUBUR (WUS) DI PUSKESMAS 24. Barr NG. Managing adverse effects of
RANOMUUT KOTA MANADO. e- hormonal contraceptives. Am Fam
Journal Keperawatan (eKp) [Internet]. Physician. 2010;
2015;3(2):54–67. Available from:
https://media.neliti.com/media/publication

110

Anda mungkin juga menyukai