Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

BAB III

PEMERIKSAAN FUNGSI INDRA PENDENGAR

Disusun Oleh :

DEVITA NUR AZIZAH 207122010

ALYA FATIHA RAHMA 207122011

SITI ROMLAH 207122012

AHMAD FAITSAL HANNIF 207122017

MAZAYA ADWIRA NAYLA 207122028

DEVANI SAPUTRI 207122030

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI, SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP

2023
BAB III

PEMERIKSAAN FUNGSI INDRA PENDENGAR

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Menguji kepekaan indera pendengar dan jenis ketulian

B. LANDASAN TEORI
Telinga adalah salah satu alat indra yang penting dan berperan besar dalam
kehidupan sehari-hari. Jika terdapat gangguan pada telinga maka proses penerimaan
informasi akan terganggu. Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan
terdapat 360 juta (5.3%) orang didunia mengalami gangguan pendengaran; 328 juta
(91%) diantaranya adalah orang dewasa (183 juta laki-laki dan 145 juta perempuan I
dan 32 Juta (9%) anak- anak Prevalensi gangguan meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Prevelens, gangguan pendengaran pada orang diatas usia 65 tahun
atau presbikusis bervariasi dari 18-50% diseluruh dunia. Gangguan pendengaran pada
usia lanjut atau presbikusis adalah tuli saraf akibat proses degenerasi (penuaan) organ
pendengaran. Progresi presbikusis lambat, berangsur-angsur memberat dan terjadi
pada ke dua sisi telinga. Penyebab gangguan pendengaran pada presbikusis umumnya
merupakan kombinasi dari beberapa hal sebagai berikut; gendang telinga menjadi
lebih kaku, degenerasi sel rambut koklea, berkurangnya elastisitas membrane basılar,
berkurangnya neuron jaras pendengaran, perubahan system pusat pendengaran dan
menurunnya kecepatan proses pendengaran di central auditory cortex. Pada usia lanjut
terjadi juga perubahan organ telinga misalnya degenerası otot-otot dan tulang-tulang
pada telinga tengah. Gejala dan tanda presbikusis secara umum adalah; berkurang.
nya kemampuan mendengar, berkurangnya kemampuan mengerti percakapan, telinga
menjadi sakit bila lawan bicaranya memperkeras suara, terganggunya Fisik dan
emosional. Diagnosis presbikusis ditegakkan dengan pemeriksaan audiometri. Hasil
pemeriksaan audiometri didapatkan tuli jenis persepsi (sensori neural) dengan
gambaran penurunan tajam yang biasa disebut slooping setelah frekuensi 2000 Hz.
Presbikusis merupakan salah satu masalah kesehatan yang terpenting dalam
masyarakat. Hampir 40% penderita usia 65 tahun ke atas mengalami kurang
pendengaran. Akibat kurang pendengaran tersebut penderita mengalami gangguan
masalah sosial, Frustası, depresi, cemas, paranoid, merasa kesepian, dan
meningkatnya angka kecelakaan (Yudhanto, dkk., 2020).
Manusia memiliki indera pendengaran yaitu telinga fungsinya untuk
keseimbangan dan untuk menangkap sumber suara dari luar. Ada empat bagian
pembahasan materi tentang indera pendengaran yaitu telinga luar, telinga tengah,
telinga dalam dan mekanisme proses mendengar.Telinga sebagai alat indera
pendengar terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam.Struktur dan fungsi organ telinga sebagai alat indera pendengar adalah sebagai
berikut: Telinga luar, berfungsi dalam menangkap rangsang getaran suara atau bunyi
dari luar. Bagian-bagiannya meliputi daun telinga, lubang telinga, saluran telinga,
selaput gendang telinga dan kelenjar minyak. Telinga tengah, berfungsi dalam
menghantarkan getaran suara atau bunyi dari telinga luar ke telinga dalam.
Bagianbagiannya meliputi rongga yang ada didalamnya terdapat tulang-tulang
pendengar. Rongga ini dihubungkan dengan rongga mulut oleh pembuluh Eustachius.
Tulang-tulang pendengar ini terdiri atas tulang martil, tulang landasan dan tulang
sanggurdi. Telinga dalam, berfungsi untuk menerima getaran suara atau bunyi yang
disampaikan oleh telinga tengah. Bagianbagiannya meliputi tingkap jorong, tiga
saluran setengah lingkaran, rumah siput, saluran rumah siput dan alat keseimbangan.
(Azis,A.,dkk.2020)
Pendengaran merupakan salah satu sistem indera manusia yang sangat penting
untuk menjalin komunikasi sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Jika
seseorang memiliki gangguan pendengaran, maka dia akan mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi dengan orang lain, terutama bagi lingkungan di
sekitarnya.Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah proses penuaan yang terjadi pada manusia. Perubahan patologik pada
organ pendengaran akibat degenerasi dapat mengakibatkan gangguan pendengaran
pada individu dengan usia lanjut. Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang
tidak dapat dicegah dimana semua individu berharap akan menjalani hidupnya dengan
tenang, damai, serta menikmati sisa hidupnya bersama sanak dan saudaranya. Namun
pada usia lanjut, seseorang akan mengalami perubahan dari berbagai aspek dalam
hidupnya, baik dari aspek fisik, kognitif, bahkan kehidupan psikososialnyapun akan
berubah. Hal tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup dari usia lanjut.
Ketidakmampuan mendengar akibat ganggguan pendengaran akan berefek terhadap
fungsi-fungsi organ dari suatu individu. Perubahan fungsi tersebut akan
mempengaruhi kualitas hidup dari seseorang.Secara terminologi, gangguan
pendengaran diartikan sebagai penurunan kemampuan untuk mendengar pada
cakupan yang luas, tingkatannya dapat mulai dari gangguan pendengaran secara
subyektif sampai tuli total. Gangguan pendengaran dapat disebabkan akibat gangguan
konduksi suara ke telinga bagian dalam, presepsi suara oleh sel sensori pada telinga,
atau memproses suara pada saraf koklear, saluran pendengaran, pusat pendengaran di
organ corti. Menurut jenisnya, gangguan pendengaran diklasifikasikan menjadi tuli
konduktif, tuli sensorineural, dan tuli campuran. Tuli konduktif atau gangguan
pendengaran konduktif disebabkan dengan adanya obstruksi atau gangguan mekanik
pada telinga bagian luar atau telinga bagian dalam. Tuli sensorineural diartikan
sebagai gangguan pendengaran yang diakibatkan oleh disfungsi kombinasi koklea dan
sarafnya. Sedangkan tuli campuran merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran
tipe konduktif dan tipe sensorineural.(Istiqomah,dkk.2019)
Gangguan pendengaran akibat bising terjadi secara perlahan, dalam waktu dan
sering ditemui di berbagai tempat kerja adalah bahaya kebisingan. Pemajanan
kebisingan yang melebihi batas ambang yang ditentukan merupakan risiko pada
fungsi pendengaran manusia. Kondisi ini hitungan bulan sampai tahun. Hal ini sering
tidak disadari oleh penderitanya, sehingga pada saat penderita mulai mengeluh
gangguan pendengaran, biasanya sudah dalam stadium yang tidak dapat disembuhkan
(irreversible). Pada kasus-kasus tertentu,gangguan pendengaran akibat bising mulai
berlangsung antara 6 sampai 10 tahun lamanya setelah terpajan bunyi yang keras.Di
Negara maju, kebisingan yang tinggi setidaknya merupakan penyebab bagi sepertiga
dari jumlah orang yang mengalami gangguan pendengaran.Terjadinya gangguan
pendengaran akibat bising banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas
bising, frekuensi bising, lama berada dalam lingkungan bising, sifat bising, kepekaaan
individu, umur, sifat perorangan, spektrum suara dan waktu diluar dari lingkungan
bising.(Azzahri,L.M.,dkk.2019)
Gangguan pendengaran akibat bising (NIHL=Noise Induced Hearing Loss)
sering dijumpai pada pekerja industri di negara maju maupun berkembang. Indonesia
dapat disebut sebagai negara industri yang sedang berkembang, sehingga dalam upaya
peningkatan pembangunan banyak menggunakan peralatan industri yang dapat
menimbulkan kebisingan di lingkungan kerja. Bising dapat menyebabkan berbagai
gangguan terhadap kesehatan seperti peningkatan tekanan darah, gangguan
psikologis, gangguan komunikasi, gangguan keseimbangan dan gangguan
pendengaran. Gangguan pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat
menyebabkan ketulian. Ketulian dapat bersifat sementara atau menetap. Gangguan
pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/NIHL) adalah tuli akibat
terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan
biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan tuli
sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis.Kebisingan yang
memiliki intensitas tinggi dan berlangsung cukup lama akan dapat merangsang
perubahan metabolisme yang terdapat pada reseptor pendengaran. Sehingga dapat
mengakibatkan terjadi kerusakan pada sel-sel rambut organ korti. Kerusakan sel-sel
rambut reseptor pada organ korti itu yang bersifat degeneratif sehingga dapat
mengakibatkan berkurangnya pendengaran. Kerusakan total pada sel-sel rambut dari
organ korti itu akan berdampak pada hilangnya fungsi pendengaran. Namun, pada
penelitian terbaru menunjukkan bahwa sel-sel rambut bukanlah elemen yang paling
rentan pada telinga bagian dalam, melainkan sinapsis antara sel-sel rambut dan
terminal saraf koklea. Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh paparan tunggal
terhadap suara yang bersifat impulsif seperti ledakan atau oleh paparan jangka
panjang (Abdullah,2020).

C. ALAT
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu:
1. Garpu tala 112 – 870 Hz
2. Arloji atau stopwatch yang bersuara
3. Mistar
4. Kapas
D. METODE PRAKTIKUM
Cara kerja
Pemeriksaan Kepekaan Indera Pendengaran

- Dituutp telinga kanan naracoba I dan kedua matanya ditutup.


- Digerala arloji/stopwatch oleh penguji mendekat telinga kiri naracoba I,
sampai naracoba I mendengar suara arloji/stopwatch untuk pertama
kalinya. Ukur dan catatlah jarak antara arloji//stopwatch dengan telinga
kiri naracoba I. Ulangi percobaan ini sampai tiga kali. Lakukan kemudian
percobaan yang sama, juga pada naracoba I, tetapi sekarang untuk telinga
kanan (telinga kiri disumbat dengan kapas). Catatlah hasil yang diperoleh
pada lembar kerja. Bandingkan hasil percobaan untuk telinga kanan dan
kiri.
- Dilakukan percobaan yang sama pada naracoba II. Catatlah hasil pada
lembar kerja. Bangdingkan hasil yang diperoleh untuk telinga kanan dan
kiri. Juga bandingkan hasil yang diperoleh dari naracoba I dan naracoba II.

Hasil

Pemeriksaan Jenis Ketulian

Percobaan Rinne

- Diletakkan penguji pagkal garpu tala yang sudah digetarkan pada prosesus
mastoideus naracoba. Mula mula naracoba akan mendengar suara garpu
tala tersebut keras. Makin lama suara garpu tala itu makin lemah dan
akhirnya tidak terdengar lagi
- Disaat naracoba tidak mendengar suara garpu tala, penguji dengan segera
memindahkan garpu tala itu kedekat atai didepan telinga. Dengan
memindahkan letak garpu tala itu, maka ada dua kemungkinan yang bisa
diperoleh, yaitu :
a) Naracoba akan mendengar suara garpu tala lagi, disebut Rinne positif
b) Naracoba tidak mendengar suara garpu tala, disebut Rinne negative
- Dilakukan percobaan itu untuk telinga yang satunya lagi dan juga ulangi
percobaannya sebanyak tiga kali. Catatlah hasilnya yang diperoleh antara
telinga kanan dan telinga kiri.

Hasil
Percobaan Weber

- Diletakkan penguji pangkal garpu tala yang sudahh digetarkan pada


puncak kepala.
- Diperhatikan naracoba intensitas suara dikedua telinnga dan untuk itu ada
tiga kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu:
a) Suara terdengar sama keras pada kedua telinga
b) Suara terdengar lebih keras pada telinga kiri (lateralisasi ke teliga kiri )
c) Suara terdengar lebih keras pada telinga kanan (lateralisasi ke telinga
kanan)
- Dipertahankan kemungkinan yang terjadi dan catatlah hasilnya di lembar
kerja

Hasil

Percobaan Stopwatch

- Diletakkan penguji pangkal garpu tala yang sudah digetarkan pada


prosessus mastoideus
- Dinaracoba akan mendengar suara garpu tala itu makin lama makin
melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garpu tala lagi
- Dipada saat naracoba mengatakan tidak mendengar suara garpu tala, maka
penguji segera memindahkan garpu tala itu ke prosesus mastoideus orang
yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi
pembanding ada dua kemungkinan dapat terjadi :
a) Akan mendengar suara
b) Tidak mendengar suara
- Diulangi percobaan ini sampai tiga kali dan catatlah hasil yang diperoleh
di lembar kerja

Hasil

Percobaan Bing

- Diletakkan penguji pangkal garpu tala yang sudah digetarkan di puncak


kepala naracoba
- Diperhatikan naracoba kerasnya suara pada telinga kanan. Sebelum suara
menghilang sumbatlah liang telinga kanan tersebut dengan kapas dan
ujung jari. Kemungkinan naracoba akan mendapatkan bahwa:
a) Suara garpu tala kedengaran bertambah keras (percobaan Bing positif)
b) Keras suara garpu tala tidak mengalami perubahan (percobaan Bing
Indifferent)
- Dilakukan juga percobaan seperti diatas untuk telinga kiri
- Dicatatlah hasil yang diperoleh dilembar kerja. Bandingkan kemudian
hasil yang diperoleh.

Hasil
LEMBAR KERJA
E. PEMBAHASAN

Telinga adalah salah satu alat indra yang penting dan berperan besar dalam
kehidupan sehari-hari. Jika terdapat gangguan pada telinga maka proses penerimaan
informasi akan terganggu. Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan
terdapat 360 juta (5.3%) orang didunia mengalami gangguan pendengaran; 328 juta
(91%) diantaranya adalah orang dewasa (183 juta laki-laki dan 145 juta perempuan
dan 32 Juta (9%) anak- anak Prevalensi gangguan meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Prevelens, gangguan pendengaran pada orang diatas usia 65 tahun
atau presbikusis bervariasi dari 18-50% diseluruh dunia. Gangguan pendengaran pada
usia lanjut atau presbikusis adalah tuli saraf akibat proses degenerasi (penuaan) organ
pendengaran. Progresi presbikusis lambat, berangsur-angsur memberat dan terjadi
pada ke dua sisi telinga. Penyebab gangguan pendengaran pada presbikusis umumnya
merupakan kombinasi dari beberapa hal sebagai berikut; gendang telinga menjadi
lebih kaku, degenerasi sel rambut koklea, berkurangnya elastisitas membrane basılar,
berkurangnya neuron jaras pendengaran, perubahan system pusat pendengaran dan
menurunnya kecepatan proses pendengaran di central auditory cortex. Pada usia lanjut
terjadi juga perubahan organ telinga misalnya degenerası otot-otot dan tulang-tulang
pada telinga tengah. Gejala dan tanda presbikusis secara umum adalah; berkurang.
nya kemampuan mendengar, berkurangnya kemampuan mengerti percakapan, telinga
menjadi sakit bila lawan bicaranya memperkeras suara, terganggunya Fisik dan
emosional. Diagnosis presbikusis ditegakkan dengan pemeriksaan audiometri. Hasil
pemeriksaan audiometri didapatkan tuli jenis persepsi (sensori neural) dengan
gambaran penurunan tajam yang biasa disebut slooping setelah frekuensi 2000 Hz.
Presbikusis merupakan salah satu masalah kesehatan yang terpenting dalam
masyarakat. Hampir 40% penderita usia 65 tahun ke atas mengalami kurang
pendengaran. Akibat kurang pendengaran tersebut penderita mengalami gangguan
masalah sosial, Frustası, depresi, cemas, paranoid, merasa kesepian, dan
meningkatnya angka kecelakaan (Yudhanto, dkk., 2020).
Manusia memiliki indera pendengaran yaitu telinga fungsinya untuk
keseimbangan dan untuk menangkap sumber suara dari luar. Ada empat bagian
pembahasan materi tentang indera pendengaran yaitu telinga luar, telinga tengah,
telinga dalam dan mekanisme proses mendengar.Telinga sebagai alat indera
pendengar terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam.Struktur dan fungsi organ telinga sebagai alat indera pendengar adalah sebagai
berikut: Telinga luar, berfungsi dalam menangkap rangsang getaran suara atau bunyi
dari luar. Bagian-bagiannya meliputi daun telinga, lubang telinga, saluran telinga,
selaput gendang telinga dan kelenjar minyak. Telinga tengah, berfungsi dalam
menghantarkan getaran suara atau bunyi dari telinga luar ke telinga dalam.
Bagianbagiannya meliputi rongga yang ada didalamnya terdapat tulang-tulang
pendengar. Rongga ini dihubungkan dengan rongga mulut oleh pembuluh Eustachius.
Tulang-tulang pendengar ini terdiri atas tulang martil, tulang landasan dan tulang
sanggurdi. Telinga dalam, berfungsi untuk menerima getaran suara atau bunyi yang
disampaikan oleh telinga tengah. Bagianbagiannya meliputi tingkap jorong, tiga
saluran setengah lingkaran, rumah siput, saluran rumah siput dan alat keseimbangan.
(Azis,A.,dkk.2020)
Pendengaran merupakan salah satu sistem indera manusia yang sangat penting
untuk menjalin komunikasi sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Jika
seseorang memiliki gangguan pendengaran, maka dia akan mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi dengan orang lain, terutama bagi lingkungan di
sekitarnya.Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah proses penuaan yang terjadi pada manusia. Perubahan patologik pada
organ pendengaran akibat degenerasi dapat mengakibatkan gangguan pendengaran
pada individu dengan usia lanjut. Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang
tidak dapat dicegah dimana semua individu berharap akan menjalani hidupnya dengan
tenang, damai, serta menikmati sisa hidupnya bersama sanak dan saudaranya. Namun
pada usia lanjut, seseorang akan mengalami perubahan dari berbagai aspek dalam
hidupnya, baik dari aspek fisik, kognitif, bahkan kehidupan psikososialnyapun akan
berubah. Hal tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup dari usia lanjut.
Ketidakmampuan mendengar akibat ganggguan pendengaran akan berefek terhadap
fungsi-fungsi organ dari suatu individu. Perubahan fungsi tersebut akan
mempengaruhi kualitas hidup dari seseorang.Secara terminologi, gangguan
pendengaran diartikan sebagai penurunan kemampuan untuk mendengar pada
cakupan yang luas, tingkatannya dapat mulai dari gangguan pendengaran secara
subyektif sampai tuli total. Gangguan pendengaran dapat disebabkan akibat gangguan
konduksi suara ke telinga bagian dalam, presepsi suara oleh sel sensori pada telinga,
atau memproses suara pada saraf koklear, saluran pendengaran, pusat pendengaran di
organ corti. Menurut jenisnya, gangguan pendengaran diklasifikasikan menjadi tuli
konduktif, tuli sensorineural, dan tuli campuran. Tuli konduktif atau gangguan
pendengaran konduktif disebabkan dengan adanya obstruksi atau gangguan mekanik
pada telinga bagian luar atau telinga bagian dalam. Tuli sensorineural diartikan
sebagai gangguan pendengaran yang diakibatkan oleh disfungsi kombinasi koklea dan
sarafnya. Sedangkan tuli campuran merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran
tipe konduktif dan tipe sensorineural.(Istiqomah,dkk.2019)
Gangguan pendengaran akibat bising terjadi secara perlahan, dalam waktu dan
sering ditemui di berbagai tempat kerja adalah bahaya kebisingan. Pemajanan
kebisingan yang melebihi batas ambang yang ditentukan merupakan risiko pada
fungsi pendengaran manusia. Kondisi ini hitungan bulan sampai tahun. Hal ini sering
tidak disadari oleh penderitanya, sehingga pada saat penderita mulai mengeluh
gangguan pendengaran, biasanya sudah dalam stadium yang tidak dapat disembuhkan
(irreversible). Pada kasus-kasus tertentu,gangguan pendengaran akibat bising mulai
berlangsung antara 6 sampai 10 tahun lamanya setelah terpajan bunyi yang keras.Di
Negara maju, kebisingan yang tinggi setidaknya merupakan penyebab bagi sepertiga
dari jumlah orang yang mengalami gangguan pendengaran.Terjadinya gangguan
pendengaran akibat bising banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas
bising, frekuensi bising, lama berada dalam lingkungan bising, sifat bising, kepekaaan
individu, umur, sifat perorangan, spektrum suara dan waktu diluar dari lingkungan
bising.(Azzahri,L.M.,dkk.2019)
Gangguan pendengaran akibat bising (NIHL=Noise Induced Hearing Loss)
sering dijumpai pada pekerja industri di negara maju maupun berkembang. Indonesia
dapat disebut sebagai negara industri yang sedang berkembang, sehingga dalam upaya
peningkatan pembangunan banyak menggunakan peralatan industri yang dapat
menimbulkan kebisingan di lingkungan kerja. Bising dapat menyebabkan berbagai
gangguan terhadap kesehatan seperti peningkatan tekanan darah, gangguan
psikologis, gangguan komunikasi, gangguan keseimbangan dan gangguan
pendengaran. Gangguan pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat
menyebabkan ketulian. Ketulian dapat bersifat sementara atau menetap. Gangguan
pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/NIHL) adalah tuli akibat
terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan
biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan tuli
sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis.Kebisingan yang
memiliki intensitas tinggi dan berlangsung cukup lama akan dapat merangsang
perubahan metabolisme yang terdapat pada reseptor pendengaran. Sehingga dapat
mengakibatkan terjadi kerusakan pada sel-sel rambut organ korti. Kerusakan sel-sel
rambut reseptor pada organ korti itu yang bersifat degeneratif sehingga dapat
mengakibatkan berkurangnya pendengaran. Kerusakan total pada sel-sel rambut dari
organ korti itu akan berdampak pada hilangnya fungsi pendengaran. Namun, pada
penelitian terbaru menunjukkan bahwa sel-sel rambut bukanlah elemen yang paling
rentan pada telinga bagian dalam, melainkan sinapsis antara sel-sel rambut dan
terminal saraf koklea. Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh paparan tunggal
terhadap suara yang bersifat impulsif seperti ledakan atau oleh paparan jangka
panjang (Abdullah,2020).
Gangguan pendengaran atau ketulian adalah ketidak mampuan secara parsial
atau total untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Gangguan
pendengaran dapat dibedakan atau dibagI berdasarkan jenis ketulian yang meliputi,
tuli konduksi, tuli sensorineural, dan tuli campuran. Dapat pula dibagi berdasarkan
beratnya gangguan pendengaran meliputi tuli ringan, sedang, sedang berat, berat dan
sangat berat. Gangguan dapat terjadi pada berbagai kelompok usia. Adapun
presbikusis merupakan gangguan pendengaran sensorineural yang dikaitkan dengan
lanjut usia dan merupakan penyebab terbanyak gangguan pendengaran pada orang
tua. Negara-negara barat memiliki pola yang begitu berbeda pada jenis tuli ini yaitu
presbikusis. Tes Rinne merupakan tes pendengaran untuk membandingkan hantaran
tulang dengan hantaran udara pada satu telinga. Penyebab umum ketulian konduktif
adalah penyumbatan relinga oleh kotoran, cairan, atau kerusakan dalam gendang
telinga. Ketulian sensorineural, senis ketulian ini terjadi akibat kerusakan pada saraf
pendengaran atau bagian dalam telinga yang bertanggung jawab untuk mengirimkan
sinyal suara ke otak. Penyebab umum ketulian ini adalah penuaan, paparan suara
bising, cedera kepala, atau penyakit tertentu seperti diabetes dan multiple sclerosis.
( Rantung, P.2018).
F. KESIMPULAN
Pada praktikum percobaan yang ke tiga dengan judul pemeriksaan Fungsi
indera pendengaran dan dengan tujuan menguji kepekaan indera pendengaran dan
Jenis ketulian. Dibutuhkan kerjasama baik dari anggota kelompok. Percobaan
dilakukan dengan hening agar naracoba dapat fokus dan mendengar dengan baik.
Naracoba yang menjalani percobaan kali ini dapat mengikuti berbagai percobaan yang
ada sesuai dengan prosedur serta menghasilkan berbagai hasil yang nantinya akan di
konfersikan apakah dia memiliki gangguan pendengaran atau tidak. Dalam beberapa
percobaan diperoleh hasil yang positive, bagi para naracoba sedikit begitu sulit untuk
fokus mendengar karena keadaan ruang praktikum yang ramai. Dengan mempelajari
gangguan pendengar ini dan cara menguji kepekaan telinga saya dapat mengetahui
bagaimana kondisi indera pendengaran saya, sehingga saya dapat menjaga indera
pendengaran saya dengan baik dan tepat.

G. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R. P. I., Purnomo, S. D., & Ihsani, I. P. (2020). Hubungan Kebisingan dan
Masa Kerja terhadap Jenis Ketulian dan Stres pada Pekerja PT. Semen Tonasa.
UMI Medical Journal, 5(1), 69-80.
Azis, A., Wardhono, W. S., & Afirianto, T. (2020). Pengembangan Media
Pembelajaran Holografis (Studi Kasus: Bab Indera Pendengaran
Manusia). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-
ISSN, 2548, 964X.
Azzahri, L. M., & Indriani, R. I. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Keluhan Pendengaran pada Pekerja Dibagian Produksi di PT. Hervenia
Kampar Lestari. PREPOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(2), 9-22.
Istiqomah.S.N., Imanto.M.(2019). Hubungan Gangguan Pendengaran dengan Kualitas
Hidup Lansia. Jurnal Majority. 8(2): 234-239.
Rantung, P.(2018).GAMBARAN AUDIOMETRI PADA LANSIA DI BALAI
PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA TERLANTAR SENJA CERAH
MANADO TAHUN 2018. JURNAL MEDIK DAN REHABILITASI.Vol. 1(2).
245-265.
Yudhanto,D.,Kadriyan,H.,Wardoyo,E.H.W.H.,Cahyawati,T.D.,&Affarah,W.S.(2020).
Skrining Pendengaran bagi Peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(PROLANIS) di RS Universitas Mataram. Prossiding Pepadu. Vol. 2 (1).124-
128.

Anda mungkin juga menyukai