Anda di halaman 1dari 38

1

Kontrasepsi Pil KB Progestrin


Pasca Keguguran

Disusun oleh :
HENI MINANTI : 110321007
NONIAH : 110321008
ZIAH TUNZIAH : 110321009
DEWI NURLAELI : 110321010
RATNA SOFIATUN : 110321011

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN TK.1 ALIH JENJANG


UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
SEMESTER GANJIL 2021/2022
2

DAFTAR ISI

Halaman
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat………………… ................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..... . .................................................................... 5


2.1 Abortus atau Keguguran ……. …… ............................................. 5
2.2 Kontrasepsi Pil...................................... .................................... 8
2.3 Kontrasepsi Pil KB Progestrin ................................................... 11

BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. ..................................................... 17


JURNAL PENELITIAN ……………………………………………………………………………………. 18
DAFTAR PUSTAKA ………………………. ............................................................ 19
3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keguguran, yang dikenal dengan istilah abortus, didefinisikan sebagai
berakhirnya kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar rahim (viable),
yaitu sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat janin belum mencapai
500gr. Berbagai penelitian mengenai angka kejadian keguguran
menunjukkan hasil yang beragam, dengan metode dan populasi yang
berbeda. Diperkirakan satu dari empat perempuan yang pernah hamil
pernah mengalami keguguran dalam hidupnya, sebagian besar kasus terjadi
di trimester pertama kehamilan1 , sedangkan estimasi insidens keguguran
pada kehamilan berkisar antara 10-28%.2-6 Kajian determinan kematian ibu
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI tahun
2012 menyebutkan bahwa 4,1% kematian ibu di Indonesia terjadi karena
keguguran. Selain kematian, keguguran juga dapat menyebabkan masalah
kesehatan, baik fisik maupun psikologis. Penelitian menunjukkan bahwa
perempuan yang mengalami keguguran memiliki risiko yang lebih tinggi
terkait gangguan kejiwaan, penggunaan obat-obatan terlarang, upaya
bunuh diri, gangguan tidur, stres, dan penurunan status kesehatan secara
umum.
Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kehamilan yang ditambahkan ke dalam tubuh
seorang Wanita dengan cara diminum (pil) Tujuan dari konsumsi pil KB
adalah untuk mencegah, menghambat dan menjarangkan terjadinya
kehamilan yang memang tidak diinginkan. Untuk itu kepatuhan
mengkonsumsi pil KB secara teratur sesuai dengan dengan petunjuk tenaga
kesehatan harus dilakukan. Kepatuhan mengkonsumsi pil KB bertujuan agar
manfaat konsumsi pil KB yaitu mencegah menghambat dan menjarangkan
terjadinya kehamilan bisa dirasakan.
4

Ada beberapa metode kontrasepsi yang digunakan dan


direkomendasikan untuk Wanita setelah mengalami keguguran (pasca
abortus). Salah satu metode kontrasepsi yang bisa digunakan tersebut
adalah penggunaan pil progestin sebagai pilihan untuk kontrasepsi mereka.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah pemilihan cara
kontrasepsi keluarga berencana bagi pasien dengan latar belakang pasca
abortus/keguguran dengan metode pil progestin.

1.3. Tujuan
Memberikan tambahan wawasan keilmuwan untuk profesi bidan agar
bisa menjelaskan pilihan kontrasepsi beserta dengan metode dan
mekanisme kerjanya khususnya kontrasepsi pil progestin terhadap pasien
Riwayat pasca abortus.

1.4. Manfaat
Menjadi panduan ketika sejawat bidan sedang memberikan edukasi
tentang pilihan kontrasepsi beserta dengan metode dan mekanisme
kerjanya khususnya kontrasepsi pil progestin terhadap pasien Riwayat pasca
abortus.
5

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Abortus
2.1.1 Pengertian Abortus
Menurut Prawirohardjo (2009 : 460) Abortus adalahancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Saifuddin (2008 : 145), mendefinisikan bahwa Abortus adalah berakhirnya
suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
di luar kandungan. Manuaba (2008 : 58) mengemukakan Abortus adalah
keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan
berat kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.

2.1.2 Macam-macam Abortus


Macam-macam abortus dapat dibagi atas dua golongan :
1) Abortus Spontan
Menurut Saifuddin (2008:145), abortus spontan adalah abortus yang
terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar (buatan) untuk
mengakhiri kehamilan tersebut.
Berdasarkan gambaran kliniknya, abortus spontan dapat
dibagi menjadi :
• Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
• Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
• Abortus Inkomplit adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa
6

tertinggal di dalam uterus.


• Abortus Komplit adalah peristiwa perdarahan pada kehamilan
muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari
cavum uteri.
• Abortus Habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali
atau lebih berturut-turut.
• Missed Abortion adalah kematian janin sebelum berusia 20
minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu
atau lebih.
• Abortus Infeksius dan Abortus Septik adalah keguguran yang
disertai infeksi genetalia. Abortus septik adalah keguguran
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya
ke dalam peredaran darah atau peritoneum.

2) Abortus Provokatus (Induced Abortion)


Manuaba (2007 : 686), mendefinisikan abortus Provokatus
merupakan abortus yang disengaja baik dengan memakai
obatobatan atau memakai alat. Abortus ini terbagi menjadi :
a) Abortus Medisinalis
Ialah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan apabila
kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu.
b) Abortus Kriminalis
Ialah abortus yang terjadi oleh karena tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan
secara sembunyi - sembunyi oleh tenaga tradisional.

2.1.3 Asuhan Pasca Abortus

Azhari (2002 : 9) mengatakan bahwa semua wanita yang mengalami


7

abortus, baik spontan maupun buatan, memerlukan asuhan


pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:
a) Tindakan pengobatan abortus inkomplit dengan segala
kemungkinan komplikasinya,
b) Membuat diagnosis abortus inkomplit
c) Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan
rencana pengobatan.
d) Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.
e) Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan
setelah tindakan.
f) Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.
g) Konseling dan pelayanan kontrasepsi pascakeguguran.

Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pasca abortus. Kasdu


(2005 : 7) mengatakan bahwa wanita yang mengalami abortus
diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan kemudian. Untuk itu
pelayanan kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan
Asuhan Pascakeguguran. Secara praktek hampir semua jenis
kontrasepsi dapat dipakai pasca abortus.
Menurut Azhari (2002 : 7) ada tiga (3) elemen dasar dalam
Asuhan Pasca keguguran yaitu:
1. Penatalaksanaan komplikasi abortus.
a. Pelayanan KB pascakeguguran termasuk konseling dan
pelayanan kontrasepsi.
b. Asuhan pascakeguguran terintegrasi dengan pelayanan
kegawatdaruratan dan kesehatan reproduksi termasuk KIE.
8

2.2 Kontrasepsi Pil

2.2.1 Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Menurut Harnawatiajh (2009),
kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan
meningkatkan keluarga untuk memberikan perhatian dan pendidikan yang
maksimal pada anak. Menurut Suratun (2008), alat kontrasepsi adalah alat
untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan
antara sel telur dengan Sperma. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Metode
kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sel sperma laki-laki mencapai
dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi) atau mencegah sel telur yang
sudah dibuahi (zygot) untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di
dalam rahim. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa
cara atau alternatif yang disebut metode kontrasepsi. Kontrasepsi dapat
reversible (non permanen) atau irreversible (permanen). Kontrasepsi yang
reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat
tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan
untuk hamil lagi. Metode kontrasepsi permanen atau sterilisasiadalah
metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan karena
melibatkan tindakan pembedahan pada organ reproduksi. Berdasarkan cara
kerjanya, metode kontrasepsi dapat digolongkan menjadi metode
penghalang (barrier), mekanik, hormonal dan fisiologis atau metode
kontrasepsi alami. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pasangan suami
istri dalam memilih metode kontrasepsi, diantaranya : efektivitas,
9

keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, kemauan dan


kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar, biaya,
agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut, frekuensi
bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping dalam hal
laktasi serta efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak
ada metode kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual),
yang efektif mencegah kehamilan 100%. (Maritalia, 2014).
Pil KB oral contraceptives pill merupakan alat kontrasepsi hormonal
yang berupa obat dalam bentuk pil yang dimasukkan melalui mulut
(diminum), berisi hormon esterogen dan atau progesteron, yang bertujuan
untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan
menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB atau
oral contraceptives pill secara umum tidak sepenuhnya melindungi wanita
dari infeksi penyakit menular seksual dan akan efektif serta aman apabila
digunakan secara benar dan konsisten. (Marmi, 2016).

2.2.2 Jenis KB Pil


Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu :
a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung
hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan
7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsihormonnya konstan setiap
hari.
b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa
hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda
7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.
d) Pil Kombinasi, MenurutMarmi (2017). Pil kombinasi Combination oral
10

contraceptive adalah pil KB yang mengandung sintesis hormone


estrogen dan progesterone yang mencegah kehamilan dengan cara
menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur)
melalui penekanan hormone LH dan FSH, mempertebal lender mukosa
serviks, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Estrogen
bekerja primer untuk membantu pengaturan hormone realizing factors
di hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di
dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium.
Progesterone bekerja primer menekan dan melawan isyarat-isyarat dari
hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu
dini/premature dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan
dari endometrium. Dasar dari pil kombinasi adalah meniru proses-
proses alamiah. Pil akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesterone oleh ovarium. Pil akan menekan hormone ovarium selama
siklus haid yang normal, sehingga juga menekan realizing-factors di otak
dan nakhirnya mencegah ovulasi.

2.3 Pil KB Progestin atau Mini Pil

Menurut Marmi (2016) Pil mini atau pil progestin kadang-kadang


disebut juga pil masa menyusui. Mini pil adalah pil KB yang hanya
mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah dan diminum sehari
sekali. Berisi derivat progestin, noretindron atau norgest rel. Dosis kecil terdiri
dari 21-22 pil. Cara pamakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi. Dosis
progestin dalam pil mini lebih rendah daripada pil kombinasi. Dosis progestin
yang digunakan adalah 0,03-0,05 mg per tablet. Karena dosisnya kecil maka
pil Mini pil diminum setiap hari pada waktu yang sama selama siklus haid
bahkan selama haid.
Jenis Mini Pil ada 2 macam :
11

a) Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil, Mini pil dalam kemasan dengan
isi 28 pil mengandung 75 mikro gram desogestrel.
b) Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pilMini pil dalam kemasan dengan
isi 35 pil mengandung 300 mikro gram levonogestrel atau 350 mikro gram
noretindron (Marmi,2016)

2.3.1 Cara Kerja Kontrasepsi Pil Progestrin


Berikut mekanisme cara kerja Mini Pil:
a) Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus;
b) Perubahan dalam motilitas tuba;
c) Perubahan dalam fungsi corpus luteum;
d) Perubahan lendir serviks, yang menggangu motilitas atau daya
hidup spermatozoa;
e) Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang
telah dibuahi tidak mungkin terjadi.

Menurut Dyah (2009) cara kerja dari mini pil adalah :


a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid ses di ovarium
( tidak begitu kuat).
b) Endometrium mengalami transforasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit.
c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma
d) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu.
12

2.3.2 Efektifitas Pil Progestrin

Efektifitas Pil Progestrin Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan


minipil jangan sampai terlupa satu dua tablet atau jangan sampai terjadi
gangguan gastrointestinal (muntah,diare) karena akibatnya
kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar.
Penggunaan obat obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan
minipil perlu dihindari karena mukolitik jenis ini dapat meningkatkan
penetrasi sperma sehingga kemampuan kontraseptif dari minipil dapat
terganggu.
Agar didapatkan kehandalan yang tinggi maka :
1) Jangan sampai ada tablet yang lupa
2) Tablet digunakan pada jam yang sama ( malam hari)
3) Senggama sebaiknya dilakukan 20 jam setelah penggunaan
minipil.

2.3.3 Keuntungan Kontrasepsi Pil Progestrin

Keuntungan mini pil adalah sebagai berikut :


a) Tidak menghambat laktasi sehingga cocok untuk ibu yang
menyusui;
b) Aliran darah yang keluar pada periode menstruasi serta disminorea
akan berkurang jika wanita menggunakan pil yang hanya
mengandung progestin;
c) Tidak ada bukti peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler,
tromboembolisme vena, hipertensi, cocok untuk penderita
penderita diabetes dan migren fokal;
d) Dapat digunakan untuk klien yang tidak biasa mengkonsumsi
estrogen.
13

e) Kesuburan cepat kembali;


f) Tidak mengganggu hubungan seksual;
g) sedikit efek samping;
h) Dapat dihentikan setiap saat;
i) Mencegah kanker endometrium;
j) Melindungi dari penyakit radang panggul;
k) Menurunkan tingkat anemia.

2.3.4 Keterbatasan Kontrasepsi Pil Progestrin

Keterbatasan atau kelemahan dari kontrasepsi mini pil adalah :


a) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela,
spotting, amenorea);
b) Penigkatan / penurunan berat badan;
c) harus digunakan setiap hari;
d) Bila lupa satu jam saja, kegagalan menjadi lebih besar;
e) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat;
f) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi(4 dari100 kehamilan);
g) Efektivitasnya rendah bila bersamaan denga obat tuberculosis dan
obat epilepsi;
h) Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS;
i) Hirsutisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan di daerah muka.

2.3.5 Keuntungan Kontrasepsi Pil Progestrin

Kontraindikasi mini pil atau Kontrasepsi Pil Progestrin adalah :


a) Hamil (diketahui atau dicurigai);
b) Perdarahan saluran genitalia yang tidak terdiagnosis;
c) Penyakit arteri berta pada masa lalu atau saat ini;
14

d) Kelainan lipid berat;


e) Menderita penyakit trofoblastik;
f) Kehamilan ektopik sebelumnya;
g) menderita penyakit hati, adenoma atau kanker hati saat ini.

2.3.6 Efek Samping Kontrasepsi Pil Progestrin


Berikut Efek samping dan penanganan mini pil :
a) Amenorea (tidak terjadi perdarahan) :
1. Pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil, tidak perlu tindakan
khusus. Cukup konseling,
2. Bila amenorea berlanjut atau hal tersebut membuat klien
khawatir, rujuk ke klinik,
b) Bila hamil, hentikan pil dan kehamilan dilanjutkan,
c) Bila kehamilan ektopik, lakukan rujukan,
d) Jangan berikan obat-obat hormonal untuk menimbulkan haid
karena tidak ada gunanya;
e) Perdarahan tidak teratur/spotting : a) Bila tidak ada masalah
kesehatan/tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus, b) Bila klien
tetap saja tidak dapat menerima kejadian tersebut, perlu dicari
metode konrasepsi lain.

2.3.7 Cara Minum Kontrasepsi Pil Progestrin

• Waktu mulai menggunakan Mini Pil adalah Mulai hari pertama


sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak diperlukan pencegahan dengan
kontrsepsi;
• Dapat digunakan setiap saat asal saja tidak terjadi kehamilan.
• Bila menggunakannya setelah haid ke 5 siklus haid dan ketika klien
tidak haid (Amenorea), jangan melakukan hubungan seksual
15

selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2


hari saja;
• Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan
tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat.
• Bila menyusui penuh tidak memerlukan metode kontrasepsi
tambahan;
• Bila lebbih dari 6 minggu pasca persalinan dan klien telah haid ,
minipil dapat dimulai pada hari 1-5 siklus haid;
• Minipil dapat digunakan pascakeguguran,
• Bila sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal, minipil
dapat segera diberikan. Bila saja ibu tidak hamil tidak perlu
menunggu datangnya haid;
• Bila sebelumnya menggunakan kontrasepsi suntikan, minipil dapat
diberikan pada jadwal suntikan berikutnya. Tidak perlu
mneggunakan kontrasepsi lain;
• Bila sebelumnya menggunakan kontrasepsi nonhormonal, minipil
diberikan pada hari 1-5 siklus haid dan tidak memerluakn
kontrasepsi tambahan;
• Bila sebelumnya menggunakan AKDR, minipil dapat diberikan pada
hari 1-5 siklus haid. Dilakukan pengangkatan AKDR.
• Jadwal kunjungan kontrasepsi mini pil pada kunjungan awal yaitu
a) Jelaskan cara menggunakan pil oral progestin;
b) Jelaskan keuntungan dan kerugian penggunaan pil;
c) Pastikan klien tidak menggunkan setiap obat yang mengurangi
efektivitas pil oral progestin;
d) Kaji Riwayat penyakit secara menyeluruh;
e) Ukur tekanan darah dan berat badan;
f) Lakukan diskusi mengenai seks yang aman,
g) Lakukan diskusi mengenai kontrasepsi darurat;
16

h) Dukung informasi dengan menggunakan leaflet;


i) Berikan tiga paket pil, dan tinjau sebelum paket pil habis.
• Pada Kunjungan tindak lanjut :
a) Ketahui jika terdapat masalah dengan penggunaan pil oral
progestin;
b) Tanyakan apakah pola haid teratur, tanpa disertai perdaraha
menyerupai haid atau amenorea;
c) Periksa tekanan darah dan berat badan;
d) Lakukan uji apusan serviks dilakukan jika perlu.
17

BAB III PEMBAHASAN & KESIMPULAN

Ada beberapa metode kontrasepsi yang digunakan dan


direkomendasikan untuk ibu hamil setelah mengalami keguguran (pasca
abortus). Salah satu metode kontrasepsi yang bisa digunakan tersebut
adalah penggunaan pil progestin sebagai pilihan untuk kontrasepsi mereka.
Pil mini atau pil progestin kadang-kadang disebut juga pil masa menyusui.
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam
dosis rendah dan diminum sehari sekali dan mempunyai efektifitas rin
Sangat efektif (98,5%).
Secara umum kontrasepsi pil KB progastrin mempunyai minim
efeksamping dan bisa dihentikan setiap saat, sehingga kontrasepsi ini bisa
menjadi pilihan yang efektif untuk ibu hamil pasca keguguran.
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PROGESTIN (PIL) PADA IBU


MENYUSUI DENGAN KECUKUPAN PRODUKSI ASI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS INDRAPURI ACEH BESAR

Relationship Of The Use Of Progestin (Pil) Contraception In Breastfeeding Mother


With Adequacy Of Assembly Production In The Working Area Of The Aceh Besar
Indrapuri Health Center

Asmaul Husna*1, Nuzulul Rahmi*2


*1,2
Universitas Ubudiyah Indonesia, Jl. Alue Naga Desa Tibang, 23115, Banda Aceh, Aceh
*
Koresponden asmaulhusna@uui.ac.id

Abstrak
Proses pemberian ASI dilakukan melalui kegiatan laktasi. Proses laktasi
merupakan proses produksi dan sekresi ASI. Secara fisiologis, laktasi bergantung pada
4 proses, yaitu proses pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara, proses
yang memicu produksi ASI setelah melahirkan, proses untuk mempertahankan
produksi ASI dan proses sekresi ASI. Proses-proses ini berlangsung dari masa
kehamilan hingga melahirkan dan akhirnya menyusui (WHO, 2018). Untuk
mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi progestin pada ibu menyusui dengan
kecukupan Asi. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas indrapuri aceh
besar pada tanggal 8-13 Juni 2020. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Indrapuri Aceh Besar berjumlah
125. Jadi jumlah total sampel penelitian ini adalah 48 ibu menyusui dengan kontrasepsi
progestrin dan 48 ibu menyusui yang tidak menggunakan kontrasepsi progestrin. Hasil
analisis bivariat di dapat bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka
penelitian dapat mengumpulkan hasil dari penenelitian sebagai berikut terdapat tidak
ada hubungan yang bermakna kecukupan ASI dengan penggunaan kontrasepsi
progestin (Pil) di Wilayah Kerja Puskesmas Indrapuri Kabupaten Aceh Besar (p>0,05)
dan ibu yang menggunakan kontrasepsi progestin 0,5 kali berpeluang tidak cukup ASI
dibandingkan dengan ibu yang tidak menggunakan kontrasepsi progestin dengan Hasil
Uji chi square test diperoleh nilai p value 0,403 dengan nilai OR sebesar 0,533.

1210
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

Kata kunci : Penggunaan Kontrasepsi Progestin (Pil)

Abstract
The process of breastfeeding is carried out through lactation activities. Lactation is a
process of milk production and secretion. Physiologically, lactation depends on 4
processes, namely the process of developing milk-producing tissue in the breast, the
process that triggers the production of breast milk after delivery, the process for
maintaining milk production and the process of milk secretion. These processes take
place from pregnancy to delivery and finally breastfeeding (WHO, 2018). To determine
the relationship between progestin contraceptive use in breastfeeding mothers with
breastfeeding adequacy. This research was conducted in the working area of the
Indrapuri Aceh Besar Public Health Center on June 8-13 2020. The population of this
study were all mothers who had breastfeeding mothers in the working area of the
Indrapuri Aceh Besar Community Health Center. So the total sample of this study was
48 breastfeeding mothers with progestrine contraceptives and 48 breastfeeding
mothers who did not use progestrin contraceptives. The results of the bivariate analysis
show that based on the results of the research that has been done, the research can
collect the results of the research as follows, there is no significant relationship between
the adequacy of breast milk and the use of progestin contraceptives (Pil) in the working
area of Indrapuri Public Health Center, Aceh Besar District (p> 0.05 ) and mothers
who use progestin contraceptives are 0.5 times more likely to have insufficient breast
milk compared to mothers who do not use progestin contraceptives. The results of the
chi square test showed a p value of 0.403 with an OR value of 0.533.

Keywords: Progestin Contraceptive Use (Pill)

PENDAHULUAN
ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh
bayi.ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai
dengan kebutuhannya. Meski demikian, tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena
berbagai alasan, sebagai contoh: takut gemuk, sibuk, payudara kendor, dan sebagainya, di
sisi lain ada juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala. Kendala lain
yang dihadapi ibu biasanya adalah ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar
(Safitri, 2016).

1211
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

Proses pemberian ASI dilakukan melalui kegiatan laktasi. Proses laktasi merupakan
proses produksi dan sekresi ASI. Secara fisiologis, laktasi bergantung pada 4 proses, yaitu
proses pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara, proses yang memicu
produksi ASI setelah melahirkan, proses untuk mempertahankan produksi ASI dan proses
sekresi ASI. Proses-proses ini berlangsung dari masa kehamilan hingga melahirkan dan
akhirnya menyusui (WHO, 2018).
Kehidupan sehari-hari kita sering menemukan ibu-ibu yang tidak berhasil dalam
menyusui bayinya atau bahkan menghentikan menyusui bayinya lebih dini dengan
berbagai alasan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa 98 ribu dari 100 ribu ibu-
ibu yang mengatakan produksi ASI-nya kurang, padahal sebenarnya mereka mempunyai
cukup ASI, tetapi kurang mendapat informasi tentang manajemen laktasi yang benar,
posisi menyusui yang tepat, serta terpengaruh mitos-mitos tentang menyusui, yang
umumnya dapat menghambat produksi ASI. Bayi yang kurang mendapatkan ASI atau
kurang minum, pada umumnya bukan karena ibunya yang tidak mau memproduksi ASI
sebanyak yang diperlukan oleh bayi, tetapi disebabkan oleh beberapa faktor (Hetty, 2016).
Menurut WHO (2019) dari 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari
mereka yang disusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama. Berdasarkan Data Profil
Kesehatan tahun 2019, jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sampai 6 bulan
sebanyaj 29,5% dan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif 0-5 bulan sebanyak 54%
(Kemenkes RI, 2019). Data profil kesehatan Provinsi Aceh tahun 2019, menyatakan
bahwa presentasi bayi yang diberikan ASI eksklusif terjadi peningkatan pada tahun 2017
sebanyak 48%, tahun 2018 sebanyak 55% dan sedikit menurun pada tahun 2019 sebanyak
53%.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI antara lain frekuensi
penyusuan, berat lahir, umur kehamilan saat melahirkan, umur dan paritas, stress dan
penyakit akut, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, makanan ibu, dukungan suami dan
keluarga lain, perawatan payudara, jenis persalinan, rawat gabung dan kontrasepsi
(Haryono R, 2014).
Kontrasepsi hormonal terutama kontrasepsi suntikan merupakan kontrasepsi yang
paling diminati akseptor KB yang paling aman, praktis, tidak perlu mengingat-ingat setiap
hari. Kontrasepsi suntikan yang dapat diberikan kepada ibu menyusui adalah suntikan

1212
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

yang berbasis progestin (BKKBN, 2013). Kontrasepsi suntikan ini dapat diberikan pada
ibu menyusui segera setelah masa pasca persalinan. Fungsi hormon Progestin adalah
mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli (Hariyanti, 2017).
Pemberian progestin (DMPA) berdampak pada produksi ASI jika diberikan pada awal
post partum. Sedangkan hormon esterogen yang dapat menurunkan jumlah produksi ASI.
ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi, karena sifatnya alami dan komposisi
lengkap serta sesuai bagi bayi. ASI sangat penting bagi bayi karena ASI makanan utama
bagi bayi. ASI dikatakan cukup bagi bayi jika terdapat ciri-ciri antara antara lain ASI
merembes keluar puting susu ibu, bayi menyusui selama (>10 menit) setiap kali menyusu,
setelah menyusui bayi tidak rewel dan bayi buang air kecil sering (> 6 kali) dalam sehari,
ibu mendengar suara menelan ketika bayi menelan ASI, ibu merasa geli setiap kali bayi
menyusu, anak menyusui lebih dari enam kali dalam sehari, bayi buang air besar lebih dari
tiga kali dalam sehari (Astutik, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh tati dkk, bahwa ASI berkriteria lancar yaitu sebanyak
77 orang (96,3%). Begitu juga dengan akseptor KB suntik kombinasi juga sebagian besar
produksi ASI berkriteria lancar yaitu yaitu sebanyak 76 orang (95%). Analisa data dengan
Mann Whitney didapatkan hasil p sebesar 0,70 yang berarti bahwa p>0,05 (0,70 > 0,05)
dengan demikian Ho ditolak berarti tidak ada perbedaan produksi ASI pada akseptor KB
suntik kombinasi dan progestin (Tanti Budhi Hariyanti, 2017).
Pada masa menyusui (laktasi) hormon prolaktin dan oksitosin meningkat. Hormon
prolaktin berfungsi memproduksi ASI sehingga mengisi alveoli sedangkan hormon
oksitosin bekerja memeras ASI dari alveoli sehingga ASI disekresi. Dalam keadaan
fisiologis setelah menstruasi hari ke- 5 hormon FSH akan meningkat sehingga folikel
matang. Namun pada masa laktasi, tingginya hormon prolaktin dan oksitosin akan
memberikan umpan balik negatif terhadap hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone)
dan LH (Luteinizing Hormone) sehingga proses pematangan sel telur tidak terjadi. Apabila
pada masa laktasi ibu menggunakan kontrasepsi hormonal, maka hormon laktasi yaitu
hormon prolaktin dan oksitosin akan ditekan sehingga proses pematangan sel telur segera
terjadi, ibu segera masuk pada masa subur dan produksi ASI terganggu (Jannah A, 2014).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 menyebutkan bahwa proporsi penggunaan alat
kontrasepsi setelah persalinan pada perempuan di Indonesia adalah sebagai berikut :

1213
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

Sterilisasi pria (0.2%) Kondom Pria (1.1 %) sterilisasi wanita (3.1%) Susuk KB (4.7%)
Suntikan 1 bln (6.1% ) IUD/ IKDR/ Spiral (6.6%) Pil (8,5%) Suntikan 3 bln (42,4%) Tidak
menggunakan (27,1%). Sementara itu di Provinsi Aceh pada tahun 2018 jumlah akseptor
adalah sebagai berikut : 4.075 IUD, 16 MOP, 2.146 MOW, 4.71 implant, 49.789 suntikan,
33.508 Pil, dan 6.864 kondom. Di Kabupaten Aceh Besar diketahui bahwa jumlah akseptor
IUD adalah 374, MOP tidak ada, MOW 64 orang. Implant 304 orang, suntikan 2.362
orang, pil nya 1.481 orang dan kondom 218 orang.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain case control, yaitu studi
analitik yang menganalisis hubungan kausal dengan menggunakan logika terbalik, yaitu
menentukan penyakit (outcome) terlebih dahulu kemudian mengidentifikasi penyebab
(faktor risiko). Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas indrapuri aceh besar
pada tanggal 8-13 Juni 2020. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Indrapuri Aceh Besar berjumlah
125. Jadi jumlah total sampel penelitian ini adalah 48 ibu menyusui dengan kontrasepsi
progestrin dan 48 ibu menyusui yang tidak menggunakan kontrasepsi progestrin.

ANALISIS DATA
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Pada analisis univariat peneliti hanya melihat distribusi
frekuensi dan persentase setiap variabel yang diteliti yaitu pengetahuan, dukungan suami,
budaya dengan pemberian ASI eksklusif. Analisis bivariat pada penelitian ini
menggunakan uji statistik chi square, dengan batas kemaknaan (α=0,05) atau Confident
Level (CL) = 95%.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1
Hubungan Penggunaan kontrasepsi Progestin (Pil) dengan Kecukupan ASI Di Wilayah Kerja
Puskesmas Indrapuri Kabupaten Aceh Besar tahun 2020

1214
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

Penggunaan Kontrasepsi
Progestin Jlh
Kecukupan p OR

No. ASI Menggunakan Tidak value (95% CI)

n %
n % n %

1. Cukup 22 55,0 18 45,0 40 100 0,533

0,403 (0,176 –
2. Tidak 26 46,4 30 53,5 56 100
1,619)

Total 48 50,0 48 50,0 96 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan menunjukkan bahwa dari 48 responden pada
kelompok kasus terdapat 55,0% yang cukup produksi ASI nya dan dari 48 responden pada
kelompok kontrol terdapat 53,6% responden yang tidak cukup produksi ASI nya. Hasil Uji chi
square test diperoleh nilai p value 0,403 dengan nilai OR sebesar 0,533 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat tidak ada hubungan yang bermakna kecukupan ASI dengan
penggunaan kontrasepsi progestin (Pil) di Wilayah Kerja Puskesmas Indrapuri Kabupaten
Aceh Besar (p>0,05) dan ibu yang menggunakan kontrasepsi progestin 0,5 kali berpeluang
tidak cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang tidak menggunakan kontrasepsi progestin.

PEMBAHASAN

1. Hubungan Penggunaan kontrasepsi progestin (Pil) dengan kecukupan ASI di Wilayah


Kerja Puskesmas Indrapuri Aceh Besar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 responden pada kelompok kasus
terdapat 55,0% yang cukup produksi ASI nya dan dari 48 responden pada kelompok kontrol
terdapat 53,6% responden yang tidak cukup produksi ASI nya. Hasil Uji chi square test

1215
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

diperoleh nilai p value 0,403 dengan nilai OR sebesar 0,533 sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat tidak ada hubungan yang bermakna antara kecukupan ASI dengan
penggunaan kontrasepsi progestin di Wilayah Kerja Puskesmas Indrapuri Kabupaten Aceh
Besar (p>0,05) dan ibu yang menggunakan kontrasepsi progestin 0,5 kali berpeluang tidak
cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang tidak menggunakan kontrasepsi progestin.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliasari.D
(2015) tentang hubungan penggunaan KB pil kombinasi dengan produksi asi pada ibu
menyusui Di Puskesmas Bernung Kabupaten Pesawaran tahun 2015 yang menunjukkan
bahwa sebagian besar responden tidak menggunakan KB Pil yaitu sebanyak 35 responden
(36,5%). Sebagian besar responden dengan produksi ASI yang cukup yaitu sebanyak 57
responden (59,4%). Ada hubungan penggunaan KB Pil dengan produksi ASI pada ibu
menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Bernung Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 (p value
0,223).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Safitri I (2016)
yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara penggunaan alat kontrasepsi terhadap
kelancaran produksi ASI di Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali
(nilai p=0,022< 0,05). Dalam penelitiannya Safitri I menemukan penggunaan kontrasepsi
kombinasi hormon estrogen dan progesteron berkaitan dengan penurunan volume dan durasi
ASI, sebaliknya bila kontrasepsi hanya mengandung progesteron maka tidak ada dampak
terhadap volume ASI.

Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan La Ode
Alifariki, dkk (2019) menunjukkan bahwa sebagian besar menggunakan 3 jenis kontrasepsi
hormonal suntik 3 bulan (46,3%), mengikutijenispil mini sebanyak 9 orang (22,0%),
implant sebanyak 6 orang (14,6%), suntik 1 bulan sebanyak 5 orang (12,2%) dan paling
sedikitmenggunakanpilkombinasi 2 orang (4,9%). Produksi ASI adalah 27 orang (65,9%)
dankategorisaatiniadalah 14 orang (34,1%). Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada
hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dan produksi ASI di area kerja
Puskesmas Poasia, Kota Kendari pada tahun 2019, dengan nilai p 0,004 <0,05.

1216
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

Pada masa menyusui (laktasi) hormon prolaktin dan oksitosin meningkat. Hormon
prolaktin berfungsi memproduksi ASI sehingga mengisi alveoli sedangkan hormon
oksitosin bekerja memeras ASI dari alveoli sehingga ASI disekresi. Dalam keadaan
fisiologis setelah menstruasi hari ke- 5 hormon FSH akan meningkat sehingga folikel
matang. Namun pada masa laktasi, tingginya hormon prolaktin dan oksitosin akan
memberikan umpan balik negatif terhadap hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan
LH (Luteinizing Hormone) sehingga proses pematangan sel telur tidak terjadi. Apabila pada
masa laktasi ibu menggunakan kontrasepsi hormonal, maka hormon laktasi yaitu hormon
prolaktin dan oksitosin akan ditekan sehingga proses pematangan sel telur segera terjadi,
ibu segera masuk pada masa subur dan produksi ASI terganggu (Jannah A, 2014).

Berbeda dengan pil kombinasi estrogen dan progesteron, pil KB yang hanya berisi
progestin memang ditujukan untuk ibu yang masih menyusui. Beberapa organisasi
kesehatan, seperti Badan Kesehatan Dunia (WHO), American Academy of Pediatrics,
dan American College of Obstetricians and Gynecologists, telah menyepakati bahwa pil KB
progestin cocok digunakan ibu menyusui. Pil KB progestin tidak memengaruhi produksi
ASI. Bahkan pada sebagian ibu menyusui, terjadi sedikit kenaikan jumlah ASI yang
dihasilkan ketika menggunakan pil KB. Memang, progestin kemungkinan akan tetap masuk
ke dalam ASI, tapi jumlahnya sangat kecil. Banyak penelitian hingga saat ini juga tidak
menemukan bukti bahwa keberadaan sedikit progestin dalam ASI akan berdampak pada
perkembangan bayi.

ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara
wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi.
Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4-
5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui. Juga terjadi variasi
dari hari ke hari selama periode laktasi. Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi
sebelum dan saat kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan
payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat kehamilan yaitu trimester II payudara
mengalami pembesaran karena pertumbuhan dan difrensiasi dari lobuloalveolar dan sel
epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen placenta
aktif bekerja yang berperan dalam produksi ASI (Suharyono, 2008).

1217
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

Peneliti berasumsi bahwa tidak ada tidak ada hubungan yang singnifikan antara
kecukupan ASI dengan penggunaan kontrasepsi progestin (Pil) dikarenakan ada faktor lain
yang memang membuat Asi tidak cukup untuk bayi, salah satu faktornya adalah seperti
kekurangan asupan gizi ibu selama menyusui bayinya. Oleh karena itu dengan nutrisi yang
kurang juga akan memepengaruhi Asi yang tidak memcukupi bagi si bayi. Dan juga pada
kandungan pil kombinasi adalah gabungan antara hormone estrogen yang sifatnya
menghambat produksi ASI dan sebaliknya progesterone melancarkan produksi ASI. Oelh
karena itu kontrasepsi progestin (pil) tidak akan mempengaruhi Asi bagi ibu selama
menyusui bayi. Dan juga didukung oleh pengetahuan ibu yang sudah mengerti cara memilih
alat kontrasepsi yang benar selama menyusui bayinya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penelitian dapat
mengumpulkan hasil dari penenelitian sebagai berikut terdapat tidak ada hubungan yang
bermakna kecukupan ASI dengan penggunaan kontrasepsi progestin (Pil) di Wilayah Kerja
Puskesmas Indrapuri Kabupaten Aceh Besar (p>0,05) dan ibu yang menggunakan
kontrasepsi progestin 0,5 kali berpeluang tidak cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang
tidak menggunakan kontrasepsi progestin dengan Hasil Uji chi square test diperoleh nilai p
value 0,403 dengan nilai OR sebesar 0,533.

Saran
Diharapkan kepada ibu menyusui agar terus dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan
tentang penggunaan KB progestin dengan Kecukupan ASI dan juga diharapakan dapat terus
memantau dan memonitoring penggunaan kontrasepsi pada ibu menyusui

REFERENSI
Astutik, R. (2017). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika.
1218
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

BKKBN. (2013). Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia. Jakarta:
BKKBN.
Hariyanti. (2017). Perbedaan Produksi ASI pada Akseptor KB Suntik Kombinasi dan Progestin
di BPS Anugerah Kabupaten Malang. Skripsi.
Haryono R, S. S. (2014). Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati Anda. Yogyakarta: Gosyen
Publising.
Hetty. (2016). Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui
Usia 0-1 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kutorejo Kabupaten Mojokerto. Medika
Majapahit.; 8(1), 26–39.
Jannah A. (2014). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Kontrasepsi Metode
Amenore Laktasi (MAL) [Internet]. vailable from:
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-yuniseniwa594-1-b11059y-i.pdf
La Ode Alifariki, dkk. (2019). Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dan Produksi Air Susu Ibu
di Puskesmas Poasia. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume 11 Nomor 1,
Januari 2020
Safitri. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Produksi ASIPada Ibu
Menyusui di Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1-14.
Safitri I.( 2016). Pengaruh penggunaan alat kontrasepsi terhadap kelancaran produksi ASI di
Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.
Suharyono, G.J. Ebrahim. (2008). Air Susu Ibu. Jogjakarta: Gajah Mada University Press.
Tanti Budhi Hariyanti, A. S. (2017). Perbedaan Produksi Asi Pada Akseptor Kb Suntik
Kombinasi Dan Progestin. Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 1 , 36-41
WHO, U. (2018). Breastfeeding within an hour after birth is critical for saving newborn lives.
In: New Releases about 3 in 5 babies not breastfed in the first hour of life. New York:
World Health Organization (WHO).
Yulia sari,Dewi. (2015). Hubungan Penggunaan KB Pil Kombinasi dengan produksi Asi pada
ibu menyusui di puskesmas bernung kabupataen sawaran tahun 2014. Holistik Jurnal
Kesehatan. Vol 9, No.4.

1219
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PROGESTIN (PIL) PADA IBU


MENYUSUI DENGAN KECUKUPAN PRODUKSI ASI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS INDRAPURI ACEH BESAR

Relationship Of The Use Of Progestin (Pil) Contraception In Breastfeeding Mother


With Adequacy Of Assembly Production In The Working Area Of The Aceh Besar
Indrapuri Health Center

Asmaul Husna*1, Nuzulul Rahmi*2


*1,2
Universitas Ubudiyah Indonesia, Jl. Alue Naga Desa Tibang, 23115, Banda Aceh, Aceh
*
Koresponden asmaulhusna@uui.ac.id

Abstrak
Proses pemberian ASI dilakukan melalui kegiatan laktasi. Proses laktasi
merupakan proses produksi dan sekresi ASI. Secara fisiologis, laktasi bergantung pada
4 proses, yaitu proses pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara, proses
yang memicu produksi ASI setelah melahirkan, proses untuk mempertahankan
produksi ASI dan proses sekresi ASI. Proses-proses ini berlangsung dari masa
kehamilan hingga melahirkan dan akhirnya menyusui (WHO, 2018). Untuk
mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi progestin pada ibu menyusui dengan
kecukupan Asi. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas indrapuri aceh
besar pada tanggal 8-13 Juni 2020. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Indrapuri Aceh Besar berjumlah
125. Jadi jumlah total sampel penelitian ini adalah 48 ibu menyusui dengan kontrasepsi
progestrin dan 48 ibu menyusui yang tidak menggunakan kontrasepsi progestrin. Hasil
analisis bivariat di dapat bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka
penelitian dapat mengumpulkan hasil dari penenelitian sebagai berikut terdapat tidak
ada hubungan yang bermakna kecukupan ASI dengan penggunaan kontrasepsi
progestin (Pil) di Wilayah Kerja Puskesmas Indrapuri Kabupaten Aceh Besar (p>0,05)
dan ibu yang menggunakan kontrasepsi progestin 0,5 kali berpeluang tidak cukup ASI
dibandingkan dengan ibu yang tidak menggunakan kontrasepsi progestin dengan Hasil
Uji chi square test diperoleh nilai p value 0,403 dengan nilai OR sebesar 0,533.

1210
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

Kata kunci : Penggunaan Kontrasepsi Progestin (Pil)

Abstract
The process of breastfeeding is carried out through lactation activities. Lactation is a
process of milk production and secretion. Physiologically, lactation depends on 4
processes, namely the process of developing milk-producing tissue in the breast, the
process that triggers the production of breast milk after delivery, the process for
maintaining milk production and the process of milk secretion. These processes take
place from pregnancy to delivery and finally breastfeeding (WHO, 2018). To determine
the relationship between progestin contraceptive use in breastfeeding mothers with
breastfeeding adequacy. This research was conducted in the working area of the
Indrapuri Aceh Besar Public Health Center on June 8-13 2020. The population of this
study were all mothers who had breastfeeding mothers in the working area of the
Indrapuri Aceh Besar Community Health Center. So the total sample of this study was
48 breastfeeding mothers with progestrine contraceptives and 48 breastfeeding
mothers who did not use progestrin contraceptives. The results of the bivariate analysis
show that based on the results of the research that has been done, the research can
collect the results of the research as follows, there is no significant relationship between
the adequacy of breast milk and the use of progestin contraceptives (Pil) in the working
area of Indrapuri Public Health Center, Aceh Besar District (p> 0.05 ) and mothers
who use progestin contraceptives are 0.5 times more likely to have insufficient breast
milk compared to mothers who do not use progestin contraceptives. The results of the
chi square test showed a p value of 0.403 with an OR value of 0.533.

Keywords: Progestin Contraceptive Use (Pill)

PENDAHULUAN
ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh
bayi.ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai
dengan kebutuhannya. Meski demikian, tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena
berbagai alasan, sebagai contoh: takut gemuk, sibuk, payudara kendor, dan sebagainya, di
sisi lain ada juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala. Kendala lain
yang dihadapi ibu biasanya adalah ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar
(Safitri, 2016).

1211
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

Proses pemberian ASI dilakukan melalui kegiatan laktasi. Proses laktasi merupakan
proses produksi dan sekresi ASI. Secara fisiologis, laktasi bergantung pada 4 proses, yaitu
proses pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara, proses yang memicu
produksi ASI setelah melahirkan, proses untuk mempertahankan produksi ASI dan proses
sekresi ASI. Proses-proses ini berlangsung dari masa kehamilan hingga melahirkan dan
akhirnya menyusui (WHO, 2018).
Kehidupan sehari-hari kita sering menemukan ibu-ibu yang tidak berhasil dalam
menyusui bayinya atau bahkan menghentikan menyusui bayinya lebih dini dengan
berbagai alasan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa 98 ribu dari 100 ribu ibu-
ibu yang mengatakan produksi ASI-nya kurang, padahal sebenarnya mereka mempunyai
cukup ASI, tetapi kurang mendapat informasi tentang manajemen laktasi yang benar,
posisi menyusui yang tepat, serta terpengaruh mitos-mitos tentang menyusui, yang
umumnya dapat menghambat produksi ASI. Bayi yang kurang mendapatkan ASI atau
kurang minum, pada umumnya bukan karena ibunya yang tidak mau memproduksi ASI
sebanyak yang diperlukan oleh bayi, tetapi disebabkan oleh beberapa faktor (Hetty, 2016).
Menurut WHO (2019) dari 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari
mereka yang disusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama. Berdasarkan Data Profil
Kesehatan tahun 2019, jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sampai 6 bulan
sebanyaj 29,5% dan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif 0-5 bulan sebanyak 54%
(Kemenkes RI, 2019). Data profil kesehatan Provinsi Aceh tahun 2019, menyatakan
bahwa presentasi bayi yang diberikan ASI eksklusif terjadi peningkatan pada tahun 2017
sebanyak 48%, tahun 2018 sebanyak 55% dan sedikit menurun pada tahun 2019 sebanyak
53%.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI antara lain frekuensi
penyusuan, berat lahir, umur kehamilan saat melahirkan, umur dan paritas, stress dan
penyakit akut, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, makanan ibu, dukungan suami dan
keluarga lain, perawatan payudara, jenis persalinan, rawat gabung dan kontrasepsi
(Haryono R, 2014).
Kontrasepsi hormonal terutama kontrasepsi suntikan merupakan kontrasepsi yang
paling diminati akseptor KB yang paling aman, praktis, tidak perlu mengingat-ingat setiap
hari. Kontrasepsi suntikan yang dapat diberikan kepada ibu menyusui adalah suntikan

1212
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

yang berbasis progestin (BKKBN, 2013). Kontrasepsi suntikan ini dapat diberikan pada
ibu menyusui segera setelah masa pasca persalinan. Fungsi hormon Progestin adalah
mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli (Hariyanti, 2017).
Pemberian progestin (DMPA) berdampak pada produksi ASI jika diberikan pada awal
post partum. Sedangkan hormon esterogen yang dapat menurunkan jumlah produksi ASI.
ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi, karena sifatnya alami dan komposisi
lengkap serta sesuai bagi bayi. ASI sangat penting bagi bayi karena ASI makanan utama
bagi bayi. ASI dikatakan cukup bagi bayi jika terdapat ciri-ciri antara antara lain ASI
merembes keluar puting susu ibu, bayi menyusui selama (>10 menit) setiap kali menyusu,
setelah menyusui bayi tidak rewel dan bayi buang air kecil sering (> 6 kali) dalam sehari,
ibu mendengar suara menelan ketika bayi menelan ASI, ibu merasa geli setiap kali bayi
menyusu, anak menyusui lebih dari enam kali dalam sehari, bayi buang air besar lebih dari
tiga kali dalam sehari (Astutik, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh tati dkk, bahwa ASI berkriteria lancar yaitu sebanyak
77 orang (96,3%). Begitu juga dengan akseptor KB suntik kombinasi juga sebagian besar
produksi ASI berkriteria lancar yaitu yaitu sebanyak 76 orang (95%). Analisa data dengan
Mann Whitney didapatkan hasil p sebesar 0,70 yang berarti bahwa p>0,05 (0,70 > 0,05)
dengan demikian Ho ditolak berarti tidak ada perbedaan produksi ASI pada akseptor KB
suntik kombinasi dan progestin (Tanti Budhi Hariyanti, 2017).
Pada masa menyusui (laktasi) hormon prolaktin dan oksitosin meningkat. Hormon
prolaktin berfungsi memproduksi ASI sehingga mengisi alveoli sedangkan hormon
oksitosin bekerja memeras ASI dari alveoli sehingga ASI disekresi. Dalam keadaan
fisiologis setelah menstruasi hari ke- 5 hormon FSH akan meningkat sehingga folikel
matang. Namun pada masa laktasi, tingginya hormon prolaktin dan oksitosin akan
memberikan umpan balik negatif terhadap hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone)
dan LH (Luteinizing Hormone) sehingga proses pematangan sel telur tidak terjadi. Apabila
pada masa laktasi ibu menggunakan kontrasepsi hormonal, maka hormon laktasi yaitu
hormon prolaktin dan oksitosin akan ditekan sehingga proses pematangan sel telur segera
terjadi, ibu segera masuk pada masa subur dan produksi ASI terganggu (Jannah A, 2014).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 menyebutkan bahwa proporsi penggunaan alat
kontrasepsi setelah persalinan pada perempuan di Indonesia adalah sebagai berikut :

1213
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

Sterilisasi pria (0.2%) Kondom Pria (1.1 %) sterilisasi wanita (3.1%) Susuk KB (4.7%)
Suntikan 1 bln (6.1% ) IUD/ IKDR/ Spiral (6.6%) Pil (8,5%) Suntikan 3 bln (42,4%) Tidak
menggunakan (27,1%). Sementara itu di Provinsi Aceh pada tahun 2018 jumlah akseptor
adalah sebagai berikut : 4.075 IUD, 16 MOP, 2.146 MOW, 4.71 implant, 49.789 suntikan,
33.508 Pil, dan 6.864 kondom. Di Kabupaten Aceh Besar diketahui bahwa jumlah akseptor
IUD adalah 374, MOP tidak ada, MOW 64 orang. Implant 304 orang, suntikan 2.362
orang, pil nya 1.481 orang dan kondom 218 orang.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain case control, yaitu studi
analitik yang menganalisis hubungan kausal dengan menggunakan logika terbalik, yaitu
menentukan penyakit (outcome) terlebih dahulu kemudian mengidentifikasi penyebab
(faktor risiko). Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas indrapuri aceh besar
pada tanggal 8-13 Juni 2020. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Indrapuri Aceh Besar berjumlah
125. Jadi jumlah total sampel penelitian ini adalah 48 ibu menyusui dengan kontrasepsi
progestrin dan 48 ibu menyusui yang tidak menggunakan kontrasepsi progestrin.

ANALISIS DATA
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Pada analisis univariat peneliti hanya melihat distribusi
frekuensi dan persentase setiap variabel yang diteliti yaitu pengetahuan, dukungan suami,
budaya dengan pemberian ASI eksklusif. Analisis bivariat pada penelitian ini
menggunakan uji statistik chi square, dengan batas kemaknaan (α=0,05) atau Confident
Level (CL) = 95%.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1
Hubungan Penggunaan kontrasepsi Progestin (Pil) dengan Kecukupan ASI Di Wilayah Kerja
Puskesmas Indrapuri Kabupaten Aceh Besar tahun 2020

1214
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

Penggunaan Kontrasepsi
Progestin Jlh
Kecukupan p OR

No. ASI Menggunakan Tidak value (95% CI)

n %
n % n %

1. Cukup 22 55,0 18 45,0 40 100 0,533

0,403 (0,176 –
2. Tidak 26 46,4 30 53,5 56 100
1,619)

Total 48 50,0 48 50,0 96 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan menunjukkan bahwa dari 48 responden pada
kelompok kasus terdapat 55,0% yang cukup produksi ASI nya dan dari 48 responden pada
kelompok kontrol terdapat 53,6% responden yang tidak cukup produksi ASI nya. Hasil Uji chi
square test diperoleh nilai p value 0,403 dengan nilai OR sebesar 0,533 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat tidak ada hubungan yang bermakna kecukupan ASI dengan
penggunaan kontrasepsi progestin (Pil) di Wilayah Kerja Puskesmas Indrapuri Kabupaten
Aceh Besar (p>0,05) dan ibu yang menggunakan kontrasepsi progestin 0,5 kali berpeluang
tidak cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang tidak menggunakan kontrasepsi progestin.

PEMBAHASAN

1. Hubungan Penggunaan kontrasepsi progestin (Pil) dengan kecukupan ASI di Wilayah


Kerja Puskesmas Indrapuri Aceh Besar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 responden pada kelompok kasus
terdapat 55,0% yang cukup produksi ASI nya dan dari 48 responden pada kelompok kontrol
terdapat 53,6% responden yang tidak cukup produksi ASI nya. Hasil Uji chi square test

1215
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

diperoleh nilai p value 0,403 dengan nilai OR sebesar 0,533 sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat tidak ada hubungan yang bermakna antara kecukupan ASI dengan
penggunaan kontrasepsi progestin di Wilayah Kerja Puskesmas Indrapuri Kabupaten Aceh
Besar (p>0,05) dan ibu yang menggunakan kontrasepsi progestin 0,5 kali berpeluang tidak
cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang tidak menggunakan kontrasepsi progestin.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliasari.D
(2015) tentang hubungan penggunaan KB pil kombinasi dengan produksi asi pada ibu
menyusui Di Puskesmas Bernung Kabupaten Pesawaran tahun 2015 yang menunjukkan
bahwa sebagian besar responden tidak menggunakan KB Pil yaitu sebanyak 35 responden
(36,5%). Sebagian besar responden dengan produksi ASI yang cukup yaitu sebanyak 57
responden (59,4%). Ada hubungan penggunaan KB Pil dengan produksi ASI pada ibu
menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Bernung Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 (p value
0,223).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Safitri I (2016)
yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara penggunaan alat kontrasepsi terhadap
kelancaran produksi ASI di Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali
(nilai p=0,022< 0,05). Dalam penelitiannya Safitri I menemukan penggunaan kontrasepsi
kombinasi hormon estrogen dan progesteron berkaitan dengan penurunan volume dan durasi
ASI, sebaliknya bila kontrasepsi hanya mengandung progesteron maka tidak ada dampak
terhadap volume ASI.

Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan La Ode
Alifariki, dkk (2019) menunjukkan bahwa sebagian besar menggunakan 3 jenis kontrasepsi
hormonal suntik 3 bulan (46,3%), mengikutijenispil mini sebanyak 9 orang (22,0%),
implant sebanyak 6 orang (14,6%), suntik 1 bulan sebanyak 5 orang (12,2%) dan paling
sedikitmenggunakanpilkombinasi 2 orang (4,9%). Produksi ASI adalah 27 orang (65,9%)
dankategorisaatiniadalah 14 orang (34,1%). Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada
hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dan produksi ASI di area kerja
Puskesmas Poasia, Kota Kendari pada tahun 2019, dengan nilai p 0,004 <0,05.

1216
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

Pada masa menyusui (laktasi) hormon prolaktin dan oksitosin meningkat. Hormon
prolaktin berfungsi memproduksi ASI sehingga mengisi alveoli sedangkan hormon
oksitosin bekerja memeras ASI dari alveoli sehingga ASI disekresi. Dalam keadaan
fisiologis setelah menstruasi hari ke- 5 hormon FSH akan meningkat sehingga folikel
matang. Namun pada masa laktasi, tingginya hormon prolaktin dan oksitosin akan
memberikan umpan balik negatif terhadap hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan
LH (Luteinizing Hormone) sehingga proses pematangan sel telur tidak terjadi. Apabila pada
masa laktasi ibu menggunakan kontrasepsi hormonal, maka hormon laktasi yaitu hormon
prolaktin dan oksitosin akan ditekan sehingga proses pematangan sel telur segera terjadi,
ibu segera masuk pada masa subur dan produksi ASI terganggu (Jannah A, 2014).

Berbeda dengan pil kombinasi estrogen dan progesteron, pil KB yang hanya berisi
progestin memang ditujukan untuk ibu yang masih menyusui. Beberapa organisasi
kesehatan, seperti Badan Kesehatan Dunia (WHO), American Academy of Pediatrics,
dan American College of Obstetricians and Gynecologists, telah menyepakati bahwa pil KB
progestin cocok digunakan ibu menyusui. Pil KB progestin tidak memengaruhi produksi
ASI. Bahkan pada sebagian ibu menyusui, terjadi sedikit kenaikan jumlah ASI yang
dihasilkan ketika menggunakan pil KB. Memang, progestin kemungkinan akan tetap masuk
ke dalam ASI, tapi jumlahnya sangat kecil. Banyak penelitian hingga saat ini juga tidak
menemukan bukti bahwa keberadaan sedikit progestin dalam ASI akan berdampak pada
perkembangan bayi.

ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara
wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi.
Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4-
5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui. Juga terjadi variasi
dari hari ke hari selama periode laktasi. Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi
sebelum dan saat kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan
payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat kehamilan yaitu trimester II payudara
mengalami pembesaran karena pertumbuhan dan difrensiasi dari lobuloalveolar dan sel
epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen placenta
aktif bekerja yang berperan dalam produksi ASI (Suharyono, 2008).

1217
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

Peneliti berasumsi bahwa tidak ada tidak ada hubungan yang singnifikan antara
kecukupan ASI dengan penggunaan kontrasepsi progestin (Pil) dikarenakan ada faktor lain
yang memang membuat Asi tidak cukup untuk bayi, salah satu faktornya adalah seperti
kekurangan asupan gizi ibu selama menyusui bayinya. Oleh karena itu dengan nutrisi yang
kurang juga akan memepengaruhi Asi yang tidak memcukupi bagi si bayi. Dan juga pada
kandungan pil kombinasi adalah gabungan antara hormone estrogen yang sifatnya
menghambat produksi ASI dan sebaliknya progesterone melancarkan produksi ASI. Oelh
karena itu kontrasepsi progestin (pil) tidak akan mempengaruhi Asi bagi ibu selama
menyusui bayi. Dan juga didukung oleh pengetahuan ibu yang sudah mengerti cara memilih
alat kontrasepsi yang benar selama menyusui bayinya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penelitian dapat
mengumpulkan hasil dari penenelitian sebagai berikut terdapat tidak ada hubungan yang
bermakna kecukupan ASI dengan penggunaan kontrasepsi progestin (Pil) di Wilayah Kerja
Puskesmas Indrapuri Kabupaten Aceh Besar (p>0,05) dan ibu yang menggunakan
kontrasepsi progestin 0,5 kali berpeluang tidak cukup ASI dibandingkan dengan ibu yang
tidak menggunakan kontrasepsi progestin dengan Hasil Uji chi square test diperoleh nilai p
value 0,403 dengan nilai OR sebesar 0,533.

Saran
Diharapkan kepada ibu menyusui agar terus dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan
tentang penggunaan KB progestin dengan Kecukupan ASI dan juga diharapakan dapat terus
memantau dan memonitoring penggunaan kontrasepsi pada ibu menyusui

REFERENSI
Astutik, R. (2017). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika.
1218
Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Universitas Ubudiyah Indonesia
e-ISSN : 2615-109X

BKKBN. (2013). Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia. Jakarta:
BKKBN.
Hariyanti. (2017). Perbedaan Produksi ASI pada Akseptor KB Suntik Kombinasi dan Progestin
di BPS Anugerah Kabupaten Malang. Skripsi.
Haryono R, S. S. (2014). Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati Anda. Yogyakarta: Gosyen
Publising.
Hetty. (2016). Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui
Usia 0-1 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kutorejo Kabupaten Mojokerto. Medika
Majapahit.; 8(1), 26–39.
Jannah A. (2014). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Kontrasepsi Metode
Amenore Laktasi (MAL) [Internet]. vailable from:
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-yuniseniwa594-1-b11059y-i.pdf
La Ode Alifariki, dkk. (2019). Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dan Produksi Air Susu Ibu
di Puskesmas Poasia. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume 11 Nomor 1,
Januari 2020
Safitri. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Produksi ASIPada Ibu
Menyusui di Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1-14.
Safitri I.( 2016). Pengaruh penggunaan alat kontrasepsi terhadap kelancaran produksi ASI di
Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.
Suharyono, G.J. Ebrahim. (2008). Air Susu Ibu. Jogjakarta: Gajah Mada University Press.
Tanti Budhi Hariyanti, A. S. (2017). Perbedaan Produksi Asi Pada Akseptor Kb Suntik
Kombinasi Dan Progestin. Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 1 , 36-41
WHO, U. (2018). Breastfeeding within an hour after birth is critical for saving newborn lives.
In: New Releases about 3 in 5 babies not breastfed in the first hour of life. New York:
World Health Organization (WHO).
Yulia sari,Dewi. (2015). Hubungan Penggunaan KB Pil Kombinasi dengan produksi Asi pada
ibu menyusui di puskesmas bernung kabupataen sawaran tahun 2014. Holistik Jurnal
Kesehatan. Vol 9, No.4.

1219
18

Daftar Pustaka

Peraturan Kepala BKKBN No. 24 Tahun 2017, Tentang Pelayanan Keluarga


Berencana Pasca Persalinan dan Keguguran. BKKBN Press: Jakarta.
Firdy Liwang, dkk 2018. Jurnal : Intisari Sains Medis 2018, Volume 9, Number 3:
41-46, Gambaran penggunaan kontrasepsi hormonal dan non hormonal di
wilayah kerja UPT Puskesmas Tampak Siring 1. FK Samratulangi : Menado.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. H.K.
01.07/Menkes/90/2019. Tentang Pedoman Pelayanan Nasional Kedokteran
Tata Laksana HIV Kemenkes : Jakarta.
Ratu Matahari dkk, 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka
Ilmu : Yogyakarta.
Lathifah Nur Aini, Budiono, 2013. Pilihan Kontrasepsi Pada Perempuan Penderita
HIV/AIDS di RSUD Dr. Sutomo Jurnal Program Studi Pendidikan Bidan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga : Surabaya.
Fauzie Rahman, dkk. 2017. Program Keluarga Berencana dan Metode Kontrasepsi.
CV Zukzes Ekspress : Banjarbaru Kalimantan Selatan.
Ida Priyatni, Sri Rahayu, 2016. Modul Kebidanan Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana . Pusdik SDM Kemenkes RI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai