Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

BAB III

PEMERIKSAAN FUNGSI INDERA PENDENGAR

Disusun Oleh :

DEWI FAUZIAH 207122004

AULIA GLEDIS 207122005

DESVIA PUTRI C 207122009

ROFIQ HIDAYAT 207122021

FRISKA NADHIRA 207122027

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI, SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP

2023
BAB III

PEMERIKSAAN FUNGSI INDERA PENDENGAR

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. menguji kepekaan indera pendengar dan jenis ke tulisan

B. LANDASAN TEORI
Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) merupakan gangguan berupa
penurunan fungsi indera pendengaran akibat terpapar oleh bising dengan intensitas
kebisingan yang berlebih secara terus menerus dalam waktu lama. Penelitian ini
membahas tentang faktor yang berhubungan dengan GPAB di PT. Indonesia Power
UBP Semarang. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan
case control. Jumlah sampelnya adalah 110 terdiri dari 55 kasus dan 55 kontrol
diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan faktor yang
berhubungan dengan GPAB adalah intensitas kebisingan (p= 0,034, OR= 2,779),
lama kerja (p= 0,022, OR= 2,625), masa kerja (p= 0,022, OR= 3,656) dan umur (p=
0,036, OR= 2,429). Variabel yang tidak berhubungan adalah penggunaan alat
pelindung telinga (p= 0,775). Simpulan dari penelitian adalah ada hubungan antara
intensitas kebisingan, lama kerja, masa kerja dan umur dengan GPAB. Tidak ada
hubungan antara penggunaan alat pelindung telinga dengan GPAB. (Septiana 2017)
Manusia memiliki indera pendengaran yaitu telinga fungsinya untuk
keseimbangan dan untuk menangkap sumber suara dari luar. Ada empat bagian
pembahasan materi tentang indera pendengaran yaitu telinga luar, telinga tengah,
telinga dalam dan mekanisme proses mendengar. Bahan ajar yang diberikan pengajar
kepada siswa saat ini menggunkan media penjelasan dari Lembar Kerja Siswa (LKS),
papan tulis, yang dapat membuat siswa merasa cenderung bosan, malas
mendengarkan, merasa ngantuk dan ada yang kurang memperhatikan. Kebisingan
adalah suara yang tidak dikehendaki seperti suara yang bersumber dari bising mesin
las disel listrik. Kebisingan pada intensitas tinggi dan dipaparkan dengan jangka
waktu yang lama pada orang dapat menimbulkan gangguan fungsi pendengaran dan
juga pada fungsi non pendengaran. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh kebisingan mesin las disel listrik terhadap fungsi pendengaran, baik
subjektif dan objektif. Penelitian ini bersifat survey analitik dengan desain potong
lintang. Populasi sebanyak 30 orang yang di peroleh melalui kuesioner. Kemudian
dilakukan fungsi pendengaran di RSUP. Prof. dr. RD Kandou Manado yaitu
pemeriksaan audiometer. Sebelumnya pengukuran tingkat kebisingan bengkel las
dilakukan dengan pengukuran Sound Level Meter. Data dianalisis dengan
menggunakan Statistical Program Product and Service Solution (SPSS) dan
menggunakan uji Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 27
pekerja mengalami paparan kebisingan 90 dB, dengan presentrase (90%) mengalami
gangguan pendengaran dan 3 pekerja (10%) tidak,Gangguan pendengaran pada masa
bayi akan menyebabkan gangguan wicara, berbahasa, kognitif, masalah sosial, dan
emosional. Identifikasi gangguan pendengaran secara dini dan intervensi yang sesuai
sebelum usia 6 bulan terbukti dapat mencegah segala konsekuensi tersebut. The Joint
Committee on Infant Hearing tahun 1994 merekomendasikan skrining pendengaran
neonatus harus dilakukan sebelum usia 3 bulan dan intervensi telah diberikan sebelum
usia 6 bulan. Otoacoustic emissions (OAE) dan/atau automated auditory brainstem
response (AABR) direkomendasikan sebagai metode skrining pendengaran pada
neonatus. Pemeriksaan ABR telah dikenal luas untuk menilai fungsi nervus
auditorius, batang otak, dan korteks pendengaran. Pemeriksaan OAE sebagai
penemuan baru dilaporkan dapat menilai fungsi koklea, bersifat non invasif, mudah
dan cepat mengerjakannya, serta tidak mahal. (Abdul,A 2020)
Telinga merupakan indera yang berfungsi sebagai alat pendengaran dan
keseimbangan tubuh. Status kesehatan telinga manusia dipengaruhi oleh perilaku
hidup, aktifitas, dan faktor lingkungan. Kebisingan merupakan salah satu faktor fisik
yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran mulai dari ketulian sementara
sampai ketulian permanen bergantung pada intensitas, lama waktu paparan, dan
kepekaan individu terhadap kebisingan. Status kesehatan telinga dapat ditentukan
dengan pemeriksaan gangguan atau kelainan telinga, dan pemeriksaan gangguan
fungsi pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kesehatan
telinga mahasiswa Sekolah Polisi Negara Karombasan Manado. Jenis penelitian ialah
deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Responden penelitian ialah 30
mahasiswa Sekolah Polisi Negara Karombasan Manado. Data hasil penelitian diolah
menggunakan Microsoft Office Excel 2010. Hasil penelitian menunjukkan pada
pemeriksaan telinga luar hanya 1 responden (3%) yang memiliki bentuk telinga luar
abnormal yaitu fistula preaurikular, sedangkan 29 responden (97%) memiliki kondisi
telinga luar normal. Pemeriksaan membran timpani mendapatkan hasil normal telinga
kiri dan telinga kanan pada semua responden (100%). Pemeriksaan tes fungsi
pendengaran Rinne dan Weber mendapatkan hasil normal pada 30 responden (100%)
baik telinga kiri dan kanan. Simpulan: Status kesehatan telinga mahasiswa Sekolah
Polisi Negara Karombasan Manado tergolong baik. Kata kunci: gangguan atau
kelainan pada telinga, gangguan fungsi pendengaran. Menurut survei Kesehatan
Indera Pendengaran di 7 propinsi tahun 1994-1996 didapatkan prevalensi gangguan
pendengaran dan ketulian di Indonesia adalah 16.8% dan 0.4%. Menurut SK Menkes
ada lima penyebab gangguan pendegaran yang sebenarnya dapat dicegah dan diobati
yaitu OMSK, tuli sejak lahir, tuli orang tua, tuli akibat bising dan serumen. Pada saat
ini remaja semakin gemar untuk mendengarkan musik melalui earphone yang
tersambung pada alat-alat pemutar musik. Ambang batas minimal yang dianggap
dapat menurunkan fungsi pendengaran adalah 85 dB dengan paparan lebih dari 8 jam
per hari. Intensitas suara yang dihasilkan oleh earphone bisa mencapai 110 dB.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran fungsi pendengaran pada
pengguna earphone pada siswa siswi di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
Amaliyyah. Jenis penelitian ini adalah penelitian desriptif dengan pendekatan cross
sectional. Jumlah sampel 63 orang.Sampel diberikan quisoner lalu di lakukan
pemeriksaan dengan garpu penala dengan menggunakan Rinne test, Schwabach test
dan Weber test. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa terdapat gangguan
pendengaran pada siswa siswi yang menggunakan earphone lebih dari 3 jam per hari.
Jenis earphone yang sering digunakan ialah jenis earbud. (Asyari,A 2019)
Kondisi fisik lingkungan tempat kerja di mana para pekerja beraktivitas sehari-
hari mengandung banyak bahaya langsung maupun tidak langsung bagi keselamatan
dan kesehatan pekerja Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran Gangguan pendengaran akibat
bising atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL) merupakan suatu kelainan atau
gangguan pendengaran berupa penurunan fungsi indera pendengaran akibat terpapar
oleh bising dengan intensitas yang berlebih terus menerus dalam waktu lama
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) terdapat 5,3% atau 360 juta
orang di dunia yang mengalami gangguan pendengaran. Pemerintah Australia
menyatakan bahwa 37% gangguan pendengaran dikarenakan kebisingan yang terlalu
tinggi. Menurut laporan Komisi Gangguan Pendengaran di Inggris diperkirakan
18.000 orang menderita NIHL yang disebabkan oleh pekerjaan Berdasarkan National
of Occopational Safety and Health (NOSH) memperoleh data bahwa NIHL menjadi
masalah utama di Amerika Serikat. National Institute on Deafness and Other
Communication Disorders (NIDCD) memperkirakan sekitar 15% atau 26 juta orang
di Amerika Serikat yang berumur 20 sampai 69 tahun menderita gangguan
pendengaran akibat bising di tempat kerja atau dalam kegiatan rekreasi.
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul
dilingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yangterjadi
berselang seling mengenai memberan timpani. Plot gerakan-gerakan inisebagai
perubahan tekanan di memberan timpani persatuan waktu adalahsatuan gelombang,
dan gerakan semacam itu dalam lingukangan secara umumdisebut gelombang suara.
Secara umum kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo gelombangsuara dan nada
berkaitan dengan prekuensi (jumlah gelombang persatuan waktu uSemakin besar
suara semakin besar amplitudo, semakin tinggifrekuensi dan semakin tinggi nada.
namun nada juga ditentukan oleh faktor faktor lain yang belum sepenuhnya dipahami
selain frekuensi dan frekuensimempengaruhi kekerasan, karena ambang pendengaran
lebih rendah padafrekuensi dibandingkan dengan frekuensi lain. Gelombang suara
memiliki pola berulang, walaupun masing masing gelombang bersifat kompleks,
didengar sebagai suara musik, getaran apriodik yang tidak berulang
menyebabakansensasi bising. Sebagian dari suara musik bersala dari gelombang
danfrekuensi primer yang menentukan suara ditambah sejumla getaran harmonik yang
menyebabkan suara memiliki timbre yang khas. &ariasi timbremempengaruhi suara
berbagai alat musik walaupun alat tersebut memberikannada yang sama Penyaluran
suara prosesnya adalah telinga mengubah gelombang suaradi lingkungan eksternal
menjadi potensi aksi di saraf pendengaran. Gelombangdiubah oleh gendang telinga
dan tulang-tulang pendengaran menmenjadi gerakangerakanlempeng kaki stapes.
Gerakan ini menimbulkan gelombang dalam cairan telinga dalam. 'fek gelombang
pada organ seperti menimbulkan potensial cairan telinga dalam. 'fek gelombang pada
organ kan potensial serat-serat saraf (purwanto.2021).
C. ALAT
1. Garpu Tala 112-870 Hz
2. Arloji/ Stopwatch yang bersuara
3. Mistar
4. Kapas
D. METODE PRAKTIKUM
Cara Kerja

BAHAN

1. PEMERIKSAAN KEPEKAAN INDERA PENDENGAR


- Di telinga kanan naracoba 1 ditutup dengan kapas dan kedua matanya
ditutup.
- Di penguji menggerakkan arloji / stopwatch mendekati telinga kiri
Naracoba 1. Sampai Nara coba mendengar suara arloji/stopwatch untuk
pertama kalinya. Ukur dan catatlah jarak antara arloji / stopwatch dengan
telinga kiri Naracoba 1. Ulangi percobaan ini sampai tiga kali. Lakukan
kemudian percobaan yang sama juga Nara coba satu tetapi sekarang untuk
di telinga kanan( telinga kiri disebut dengan kapas).
- Dilakukan pencobaan yang sama pada Naracoba II catatlah hasil dari pada
lembar kerja

2. PEMERIKSAAN JENIS KETULIAN


a. Percobaan Rinne
- Di penguji meletakkan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan pada
proses mostordeus narcoba. Mula-mula naracoba bahkan mendengar suara
garputala tersebut keras semakin lama suara garpu tala itu semakin lemah
dan akhirnya tidak terdengar lagi.
- Pada saat naracoba tidak mendengar suara garpu tala penguji dengan segera
memindahkan garpu tala itu ke dekat atau depan telinga. Dengan
pemindahan letak garpu tala itu maka ada dua kemungkinan yang bisa
diperoleh yaitu :
a. Naracoba mendengar suara garpu tala lagi disebut Rine positif atau
b. Naracoba tidak mendengar suara garpu tala.
- Dilakukan percobaan itu untuk telinga yang satunya lagi dan juga ulangi
percobaannya sebanyak tiga kali catat hasil lembar kerja.
b. Percobaan Weber
- Penguji meletakan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan pada puncak
kepala
- Naracoba memperhatikan intensitas suara dari kedua telinga dan untuk itu
tiga kemungkinan yang dapat terjadi yaitu:
a. Suara terdengar sama keras pada kedua telinga
b. Surat terdengar lebih keras pada telinga kiri (lateraluas ke telinga
kiri)

c. Suara terdengar lebih keras pada telinga kanan(lateraluas ke telinga


kanan)
c. Percobaan Schwabach
- Di penguji meletakkan pangkal garpu tala yang sudah digunakan pada
proses mostordeus.
- Di Naracoba akan mendengar suara garpu tala itu yang makin lama makin
melemah dan akhirnya tidak terdengar suara garputala lagi.
- Naracoba saat mengatakan tidak mendengar suara garpu tala lagi maka
penguji dengan segera memindahkan garputala itu ke proses mostordeus
yang diketahui normal ketajaman pendengarnya (pebanding). Bagi
pembanding ada dua Kemuningkinan dapat terjadi.
a. akan mendengar suara
b. tidak mendengar suara
d. Percobaan Bing
- Di penguji meletakkan pangkal garpu yang sudah digetarkan dipuncak
kepala naracoba.
- Naracoba memperhatikan kerasnya suara pada telinga kanan sebelum suara
menghilang sempatlah telinga kanan tersebut dengan kapas atau jari.
- Dilakukan juga percobaan Seperti di atas untuk telinga kiri.
- Catat hasil yang diperoleh di Lembar kerja dibandingkan kemudian hari
yang diperoleh.

HASIL
LEMBAR KERJA
E. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini dilakukan dengan menghitung berat badan probandus
dengan menggunakan timbangan badan dan menghitung tinggi badan probandus
dengan menggunakan meteran lalu di hitung berapa tinggi badan dan berat badan,
setelah itu dihitung BBN,BBI, LPT dan IMT. Usia, bobot badan dan,luas permukaan
tubuh dapat digunakan untuk menghitung dosis anak dari dosis dewasa.Bobot badan
digunakan untuk menghitung dosis yang dinyatakan dalam mg/kgbb. Akan tetapi
perhitungan dosis anak dari dosis dewasa berdasarkan bobot badan saja, seringkali
menghasilkan dosis anak yang terlalu kecil karena anak mempunyai laju metabolisme
yang lebih tinggi sehingga per kg berat badannya seringkali membutuhkan dosis yang
lebih tinggi daripada orang dewasa (kecuali pada neonatus). Luas permukaan tubuh
lebih tepat untuk menghitung dosis anak karena banyak fenomena fisik lebih erat
hubungannya dengan luas permukaan tubuh. Pada badan percobaan kali ini di lakukan
dengan menghitung berat probandus dengan menggunakan timbangan badan dan
menghitung tinggi badan probandus dengan menggunakan meteran lalu di hitung
berapa tinggi badan dan berat badan, setelah itu di hitung BBN,BBI,LPT,dan IMT.
(Sari,RN, Nurhasni ,N,.& Yaqin,MA.2021)

Indeks massa tubuh dapat dilakukan dengan membandingkan tinggi badan dan
berat badan seseorang. Pengukuran tinggi dan berat badan manusia umumnya
menggunakan cara manual dan kurang efisien terutama jika terdapat banyak manusia
yang akan diukur dan pada saat masa pandemi yang mengharuskan untuk dapat saling
menjaga jarak. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dirancang suatu bangun sistem
perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Computer Vision dan regresi linier
yang dapat menjadi alternatif dalam pengembangan sistem perhitungan IMT secara
otomatis berbasis sensor kamera yang efektif, efisien, dan mampu mengurangi kontak
langsung (less contact). Tahapan awal berupa pengambilan citra depan dan samping
tubuh manusia menggunakan kamera yang kemudian masuk ke tahapan pengolahan
citra berupa grayscale, blur, deteksi tepi, dan bounding box untuk memperoleh tinggi
dan lebar badan sampel dalam piksel yang dilanjutkan dengan operasi regresi linier
untuk menkonversi nilai piksel tersebut menjadi centimeter (cm) sehingga diperoleh
data tinggi badan dan lebar badan sistem, sedangkan untuk berat badan digunakan
metode Body Surface Area (BSA) yaitu perhitungan luas area tubuh manusia dengan
memodelkan tubuh manusia sebagai tabung elips dan ditambahkan faktor pengali
untuk meningkatkan perhitungan sistem. Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem
dapat memperkirakan tinggi serta berat badan. Diperoleh akurasi sebesar 98, 96%
pada perhitungan tinggi badan, 88, 54% pada perhitungan berat badan, 88, 24% untuk
skor Indeks Masa Tubuh (IMT), serta nilai akurasi kategori IMT sebesar 60%.
( abadi,A 2022)
Pengukuran tinggi dan berat badan manusia sekarang ini masih bersifat manual
sehingga kurang efisien jika dilakukan untuk kebutuhan dengan jumlah objek yang
banyak. Sebagai solusi, pada penelitian ini telah dirancang suatu sistem untuk
mengukur Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB) manusia berbasis Morphological
Image Processing (MIP). Proses dimulai dengan citra masukan berupa citra digital full
body yang dapat diambil dengan smartphone kemudian dilanjutkan dengan operasi
MIP terdiri dari proses dilasi, filling dan labeling. Hasil dari MIP adalah jumlah piksel
tinggi objek yang dikonversi menjadi TB (cm). Sedangkan perhitungan BB (kg)
diperoleh dari luas permukaan tubuh objek berbasis BSA dengan memodelkan ke
bentuk tabung elips. Dari hasil pengujian, diperoleh performansi sistem maksimum
yaitu Approximate Value 98.42% untuk TB dan 94.4% untuk BB. Nilai tersebut
diperoleh dengan parameter nilai jarak pengambilan 306 cm dan strel (structure
element) pada MIP adalah 2. (Suci2018.)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Body Surface Area (BSA)
dan Body Mass Index (BMI) terhadap sensasi termal mahasiswa. Studi tersebut
melibatkan survei untuk mengumpulkan berat badan, tinggi badan, dan suhu tubuh
responden. Survei juga mengumpulkan respon termal responden terhadap lingkungan
mereka. Survei dilaksanakan di Fakultas Teknik Universitas Khairun Ternate Provinsi
Maluku Utara Indonesia. Sebanyak 180 siswa, berusia 20-25 tahun yang terdiri dari
143 laki-laki dan 37 perempuan telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Namun, 30
siswa dikeluarkan dari analisis karena suhu tubuh mereka melebihi 37,2 °C.
Umumnya ukuran tubuh wanita relatif lebih besar dibandingkan pria. Rata-rata berat
badan dan tinggi badan adalah 60 kg dan 164,62 cm, sedangkan wanita 63 kg dan
158,97 cm. Rata-rata suhu tubuh pria 36,7 °C dan wanita 36,25 °C. Sebagian besar
responden (lebih dari 80%) merasa hangat atau panas. Ada korelasi linier antara Area
Permukaan Tubuh (BSA) dan suara sensasi termal (TSV) responden, korelasi kuat
antara pakaian yang dipakai dan TSV, terdapat korelasi antara temperatur suhu badan
dan TSV. Responden dengan ukuran permukaan tubuh lebih besar cenderung merasa
lebih panas dibandingkan responden dengan ukuran permukaan tubuh yang lebih kecil
karena membutuhkan energi yang banyak untuk metabolisme tubuh mereka. (M.
Tayeb 2020)
Usia, bobot badan dan luas permukaan tubuh dapat digunakanuntuk menghitung
dosis anak dari dosis dewasa. Bobot badandigunakan untuk menghitung dosis yang
dinyatakan dalammg<kgbb.akan tetapi perhitungan dosis anak dari dosis dewasa
berdasarkan bobot badan sa!a& seringkali menghasilkan dosis anakyang terlalu kecil
karena anak mempunyai la!u metabolisme yanglebih tinggi sehingga per kg berat
badannya seringkali membutuhkandosis yang lebih tinggi daripada orang dewasa
kecuali padaneonatus)."uas permukaan tubuh lebih tepat untuk menghitung dosisanak
karena banyak %enomena %isik lebih erat hubungannya denganluas permukaan
tubuh (3-6)Ukuran populasi mentah obesitas adalah indeks massa tubuh(BMI) yang
merupakan indeks sederhana dari berat badan'tinggiuntuk yang umumdigunakan
dalam mengklasi%ikasikan kelebihanberat badan dan obesitas pada populasi orang
dewasa dan indi=idu.berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat
daritinggi dalam meter BMI menyediakan pengukuran tingkatpopulasi yang paling
berguna dari kelebihan berat badan danobesitas sebagai itu adalah sama untuk kedua
jenis kelamin danuntuk semua usia dewasa(Fauzi,dkk.2018)
F. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum dan percobaan mengenai percobaan 2 yang
berjudul pengukuran luas permukaan tubuh adalah ada beberapa rumus yang wajib
kita ketahu diantaranya Dubois, Gehan dan George, Haycock, Mosteller, dan menurut
Gumilar. Sedangkan alat untuk mengukur luas permukaan antara lain, kalkulator, alat
tulis, nomogram, dan penggaris.
Kepekaan suara telinga kanan naracoba I lebi" baik dari pada naracoba II.
Namun kepekaan suara telinga kiri naracoba II lebi" baik dari pada naracoba
I.Kepekaan suara tiap orang berbeda namun secara umum di pengaruhi" ;rekuensi
danintensitas7kekuatan bunyi disekitarnya.).Pemeriksaaninne dan Bing digunakan
untuk menentukan jenisketulian yang dialami0 sensorineural "earing loss7tuli
sensorineural atauconduction "earing loss7tuli konduksi.&.Pemeriksaan naracoba III
menunjukkan pemeriksaan eber dan, menunjukkan naracoba III normal serta p
ercobaan Bing naracoba IIImenunjukkan "hasil keempat pemeriksaan jenis ketulian
yang dilakukan menunjukkan bahwa pendengarannaracoba III dalam keadaan normal
atau tidak mengalami ketulian apapun. (sherwood Lauralee.2019)

G. DAFTAR PUSTAKA

Abadi,A.B dkk. 2022. Perhitungan indeks massa tubuh less contact berbasis computer
vision dan regresi linear. Jurnal Manajemen,Teknik informatika dan rekayasa
computer.

Aulia, Suci. Satria, Fajri Eka. Ratri, Dwi Atmaja. Sistem pengukur tinggi dan berat
badan berbasis Morphological Image Processing. ELKOMIKA. Volume 6(2),
Hal. 219-231.2018.

Afdali, M., Daud, M., & Putri, R. (2019) Perancangan alat ukur digital untuk tinggi
dan berat badan dengan output suara berbasis arduino uno. ELKOMIKA:
Jurnal Teknik Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Elektronika,
5(1), 106.

B. Priambodo, Suwandi, and E. Rosdiana, “Rancang Bangun Alat Pengukur Body


Mass Index (BMI) Berbasis Komunikasi Bluetooth Low Energy (BLE) Ke
Ponsel Pintar Sebagai Display,” e-Proceding of Engginering, vol. 6, no. 1, pp.
1267–1274, 2019
Joyle, NA,. Yasiran Yusuf. 2021. Ekstrak Luas Permukaan Tubuh. Jakarta.Jurnal
Permukaan Tubuh Internasioal.PT Gemilang.

Nuzuliana,F,F.Elfiah,U.& Rachmania,S (2018) perbandingan luas permukaan telapak


tangan terhadap luas permukaan tubuh berdasar jenis kelamin dan indeks
massa tubuh pada dewasa muda ( comparison of hand surface area on body
surface area based on secara and body Mass index in young adults) pustaka
kesehatan ,6(1),102-106

Sari,RN, Nurhasni ,N,.& Yaqin,MA.2021. Jakarta. Karakteristik Permukaan Tubuh.


Jurnal Pondasi Tubuh dan Berat Badan.

Tayeb,M (2020). Pengaruh permukaan tubuh manusia terhadap sensasi termal dalam
tuang kelas, Universitas Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai