Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN TERJADINYA GANGGUAN

PENDENGARAN SENSORINEURAL

1
Rahmi Sibagariang
2
Muhammad Edy Syahputra Nasution
2
Siti Masliana Siregar
3
Isra Thristy

1
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2
Bagian Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
3
Departemen Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Alamat Korespondensi:

Muhammad Edy Syahputra Nasution


Bagian Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan, Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan, 2020
+62821-6782-1319
Email: mhd.edysyahputra@umsu.ac.id
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 162
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 Jurnal Kesehatan Panrita Husada
|
Vol 5, No, 2 September 2020
ABSTRAK

Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada
pria dan 25% pada wanita karena lemak. Meningkatnya obesitas tidak lepas dari gaya hidup, seperti menurunnya
aktivitas fisik. Salah satu komplikasi yang dapat disebabkan oleh Obesitas adalah gangguan p e n d e n g a r a n ,
terutama gangguan pendengaran sensorineural yang disebabkan karena adanya kelainan mikroangiopati terutama
pada telinga bagian dalam. Namun hubungan kejadian antara obsitas dengan gangguan pendengaran masih sering
menjadi perdebatan, karena belum ada konsesus yang pasti. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
obesitas dengan gangguan pendengaran sensorineural. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan
pendekatan cross-sectional, dengan data yang diperoleh dari pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk
melihat status indeks massa tubuhnya, selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan fisik telinga, hidung, dan
tenggorokan, dan pemeriksaan audiometri nada murni yang dilakukan terhadap 55 subjek. Teknik analisis
data menggunakan statistik uji chi square hasil penelitian didapatkan hubungan antara obesitas dengan gangguan
pendengaran sensorineural sebanyak 49,09% dan derajat gangguan pendengaran terbanyak adaah derajat ringan
sebanyak 27,07%. Kesimpulan penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan gangguan
pendengaran sensorineural.

Kata Kunci: Audiometri, Nada Murni, Obesitas

ABSTRACT

Obesity is an increase in total body fat, that is if found to be overweight > 20% in men and 25% in women due to
fat. Increased obesity cannot be separated from lifestyle, such as decreased physical activity. One complication
that can be caused by obesity is hearing loss, especially sensorineural hearing loss caused by
microangiopathic abnormalities, especially in the inner ear. But the relationship of events between obesity with
hearing loss is still often a debate, because there is no definite consensus. The purpose of this research determine
the relationship of obesity with sensorineural hearing loss. This research is an analytic study by obtaining cross-
sectional study, with data obtained from the assessment of body weight and height to see the status of the mass index,
physical examination of the ear, and audiometric examination. Data analysis techniques using the chi square test
statistics. Research result obtained relationship between obesity with sensorineural hearing loss as much as
49.09% and the highest degree of hearing loss is mild degrees as much as 27.07%. Research conclusions there is
a significant relationship between obesity with sensorineural hearing loss.

Keyword: Hearing Loss, Obesity

https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 163
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 Jurnal Kesehatan Panrita Husada
|
Vol 5, No, 2 September 2020
PENDAHULUAN terhambatnya aliran sehingga menyebabkan
Obesitas merupakan kejadian gangguan vasokonstriksi ke telinga bagian
peningkatan total lemak di dalam tubuh. dalam. Telinga dalam memiliki sel-sel
Meningkatnya obesitas tidak lepas dari pola rambut yang berfungsi untuk mendeteksi
gaya hidup.(WHO, 2015) Secara global, suara yang masuk ke dalam telinga. Hal ini
total obesitas mengalami kenaikan sebesar menyebabkan terhambatnya sel- sel rambut
27,5% untuk dewasa dan 47,1% untuk untuk menangkap suara. Karena itu,
anak–anak antara tahun 1980 dan 2013. kurangnya aliran darah ke sterocilia dari sel
(Dhanda & Taheri, 2017) Penentuan – sel rambut bagian dalam di dalam
Obesitas dapat dilakukan dengan mengukur koklea yang dihasilkan dari obesitas
indeks massa tubuh yang memperlihatkan berkontribusi terhadap
berat badan dan tinggi badan (Ng et al., pendengaran.(Dhanda & Taheri, 2017).
2014). Dengan pemeriksaan audiometri
Obesitas umumnya sering terjadi dapat ditentukan ambang dengar penderita
kebanyakan pada perempuan dibandingkan untuk mendapatkan informasi mengenai
laki-laki. Selain itu pola aktivits fisik juga jenis dan derajat ketulian. Dari audiogram
mempengaruh seseorang dikatakan dapat dilihat apakah pendengaran normal
obesitas. Orang gemuk lebih beresiko atau tidak. Dengan pemeriksaan audiometri
mengalami gangguan pendengaran nada murni, diperoleh informasi mengenai
sensorineural di bandingkan dengan berat ambang pendengaran pada frekuensi 125 –
badan yang normal (Abramovitch et al., 8000 Hz. Walaupun frekuensi percakapan
2019).Gangguan pendengaran jenis (500 – 2000 Hz) tercakup dalam
sensorineural terjadi karena adanya pemeriksaan audiometri nada murni,
masalah di telinga dalam bisa juga pemeriksaan ini hanya memberikan
disebabkan karena adanya masalah sebagian gambaran mengenai kemampuan
fungsi pada syaraf pendengaran. Salah seseorang dalam mendengar. Sedangkan
satu yang menjadi penyebabnya dengan pemeriksaan audiometri tutur dapat
adalah karena mengalami obesitas. diperoleh informasi mengenai kemampuan
Keadaan tuli sensorineural muncul penderita dalam memahami percakapan
bertahap. yang diperlukan dalam komunikasi dan
Gangguan pendengaran sensorineural interaksi antar manusia (Gelfand, 2001;
yang terjadi pada penderita obesitas Soetirto et al., 2001; Dhingra, 2008).
disebabkan karena adanya kondisi Audiometri nada murni adalah suatu
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 164
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 Jurnal Kesehatan Panrita Husada
|
Vol 5, No, 2 September 2020
alat elektronik yang menghasilkan bunyi Selain itu menurut Teuku Husni dan
yang relatif bebas bising ataupun energi Thursina dalam penelitiannya di Poliklinik
suara pada kelebihan nada, karenanya THT- KL RSUD Dr.Zainoel Abidin Banda
disebut nada murni. Intensitas nada dapat Aceh mendapatkan hasil dari 175 penderita
dipertahankan pada tingkat tertentu, tidak gangguan pendengaran yang paling banyak
seperti penala di mana intensitas nada terdapat pada kelompok umur 60-74 tahun
segera berkurang setelah dibunyikan. Nada (28%), sebagian besar adalah laki-laki
dapat pula diinterupsi sesuai kehendak, atau (53,14%), bilateral (80,57%) dan jenis
intensitas dapat dilemahkan pada interval ketulian berupa tuli sensorinueral (49,43%).
tertentu dengan hambatan elektris dengan Pada kelompok tuli konduktif, derajat
demikian intensitas bunyi dapat dihitung. ketulian yang paling sering adalah bersifat
Melalui pemeriksaan audiometri nada sedang (31,82%), kelompok tuli
murni dapat dilihat batas ambang sensorinueral yaitu sedang dan sedang-berat
pendengaran dan hasil yang didapat juga (23,7%), dan pada tuli campuran adalah
akurat karena terdapat hasil yaitu melalui derajat berat (48,05). Presbikusis paling
audiogram yang bisa dibaca berapa taraf banyak dijumpai pada kelompok usia tua
pendengaran pada seseorang dalam (60-74 tahun) 57,14%, dan lebih sering
beberapa frekuensi. (Liston & Duvall pada laki-laki 52,38%. Sedangkan
1997). kelompok usia 5-14 tahun merupakan
Hubungan antara obesitas dengan kelompok usia yang paling sedikit
gangguan pendengaran sensorineural mengalami gangguan pendengaran. (Husni
sampai saat ini masih menjadi perdebatan, & Thursina ,2012).
karena masih belum ada konsensus yang Berdasarkan uraian diatas, maka
pasti. Beberapa penelitian mengatakan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
bahwa terdapat hubungan antara obesitas mengenai hubungan antara obesitas dengan
dengan gangguan pendengaran gangguan pendengaran di RSU Haji, RS
sensorineural, seperti penelitian yang Putri Hijau Kota Medan dan di PT.
dilakukan oleh penelitian sebelumnya, yang Kasoem Hearing Head Office Medan,
menyatakan bahwa terjadi peningkatan Sumatera Utara berdasarkan pemeriksaan
insidensi gangguan pendengaran pada audiometri nada murni. Peneliti ingin
penderita obesitas, yang terjadi akibat dari mengetahui apa saja jenis, derajat, dan usia
kelainan di dalam vasokontriksi telinga pada penderita gangguan pendengaran.
dalam.(Kesuma & Nasution, 2019) METODE
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 165
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 Jurnal Kesehatan Panrita Husada
|
Vol 5, No, 2 September 2020
Penelitian ini merupakan penelitian penelitian oleh pemeriksa di ruangan yang
analitik dengan pendekatan cross-sectional kedap suara.
(potong lintang) yang dilakukan mulai dari HASIL
bulan Desember 2019 hingga bulan Januari Hasil penelitian pada tabel 1
2020 di RSU Haji, RS Putri Hijau Kota menunjukkan hubungan frekuensi subjek
Medan dan di PT. Kasoem Hearing Head penelitian terhadap gangguan pendengaran
Office Medan, Sumatera Utara. Besar pada pasien obesitas. Didapatkan pasien
sampel ditentukan dengan menggunakan obesitas yang paling banyak adalah
teknik non- probability sampling. Sampel kelompok usia 40- 49 tahun sebanyak 40%
yang digunakan sebanyak 55 orang. dengan jenis kelamin terbanyak adalah
Kriteria inklusi terdiri atas: jenis perempuan (50,90%).
kelamin laki-laki atau perempuan, usia 18 – Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
59 tahun, tidak memiliki riwayat nyeri bahwa hubungan frekuensi jenis dan
telinga, gangguan pendengaran yang derajat gangguan
dibawa sejak lahir, infeksi telinga, trauma pendengaran pada pasien obesitas di Rumah
kepala atau telinga, trauma akustik, Sakit Umum Haji Kota Medan dan Rumah
penggunaan obat-obatan ototoksik Sakit Putri Hijau Kota Medan. Didapatkan
seperti anti TBC/ kina/ golongan 27 orang (49,09%) dengan derajat
aminoglikosida. Apabila didapatkan pasien gangguan pendengaran terbanyak ialah
dengan usia > 59 tahun maka akan derajat ringan sebanyak 15 orang (27,7%).
mempengaruhi hasil dalam Penelitian ini Hasil penelitian pada tabel 3
sudah mendapat persetujuan dari komisi menunjukkan adanya hubungan yang
etik penelitian kesehatan dari institusi kami bermakna (p<0,05) antara obesitas yang
dan informed consent dari semua subjek tinggi dengan gangguan pendengaran. Dari
penelitian. perhitungan Prevalence Ratio diperoleh nilai
Tektik analisis data dilakukan dengan PR sebesar 4,767 atau PR>1,
menggunakan SPSS versi 25.0. Penelitian bermaknakan bahwa obesitas dapat
ini menggunakan data primer yang menimbulkan terjadinya gangguan
diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan pendengaran sensorineural.
fisik telinga, hidung, dan tenggorok, PEMBAHASAN
pemeriksaan dengan pemeriksaan Pada penelitian ini, penderita
audiometri nada murni pada semua subjek obesitas lebih banyak terjadi pada
perempuan dibandingkan laki – laki. Data
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 166
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 Jurnal Kesehatan Panrita Husada
|
Vol 5, No, 2 September 2020
ini tidak sesuai dengan penelitian yang pengaruuh hormon estrogen dan juga
dilakukan oleh peneliti sebelumnya bahwa, hormon progesterone di dalam tubuh.
bahwa penelitian mereka menujukkan dari Sampel pada penelitian ini diambil
61.052 subjek yang diteliti didapatkan mulai dari usia 18 tahun sampai usia 59
penderita obesitas laki– laki 79,87% dan tahun, yang dibagi menjadi empat
perempuan 20,13%.6 Namun, Penelitian kelompok, yaitu kelompok usia 18–29
ini sesuai dengan penelitian yang tahun, kelompok usia 30–39 tahun,
dilakukan oleh penelitian sebelumnya kelompok usia 40–49 tahun, dan kelompok
bahwa penelitian mereka menujukkan usia 50–59 tahun.
prevalensi terbanyak pasien obesitas 35% Hasil penelitian pada tabel 3
pada pria dan 40,4% pada wanita.(Flegal menunjukkan adanya hubungan yang
et al., 2016) Selanjutnya data penelitian ini bermakna (p<0,05) antara obesitas yang
sesuai dengan data dari WHO yang tinggi dengan gangguan pendengaran. Hal
mengatakan bahwa Pada tahun 2014, 39% ini menunjukkan bahwa usia memberikan
dari orang dewasa berusia lebih dari18 peranan terhadap kejadian gangguan
tahun mengalami obesitas, dimana 30% pendengaran pada penderita obesitas.
pada laki – laki dan 40% pada Hubungan ini menunjukkan bahwa semakin
perempuan.(Kim et al., 2016) tinggi usia akan semakin meningkatkan
Penderita Obesitas lebih banyak risiko terjadinya gangguan pendengaran.
terjadi pada laki – laki dibandingkan Insiden gangguan pendengaran akan
perempuan disebabkan karena gaya hidup meningkat sejalan dengan usia.
yang tidak sehat (merokok, minum alkohol Berdasarkan penelitian yang telah
dan makan- makanan siap saji atau junk dilakukan kelompok yang terbanyak adalah
food, serta banyak konsumsi makanan pada usia 40-49 tahun, hal yang sama juga
berkalori dan tidak pernah berolahraga. terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh
Faktor utama yang paling berperan dalam Pusat Kesehatan Columbia University
obesitas pada pria adalah pola mengatakan bahwa remaja > 18 tahun lebih
makan.(Flegal et al., 2016) beresiko mengalami gangguan pendengaran
Pasien wanita lebih banyak obesitas di semua frekuensi yang dapat didengar
dibandingkan laki-laki karena pola aktivitas manusia. Dikatakan bahwa obesitas dapat
yang kurang dibandingkan dengan laki-laki. langsung atau tidak langsung menyebabkan
Selain itu, pengaruh hormon leptin dalam gangguan pendengaran. Studi ini
meningkatkan rasa lapar dan diikuti dengan menganalisis data dari hampir 1.500 remaja
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 167
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 Jurnal Kesehatan Panrita Husada
|
Vol 5, No, 2 September 2020
dari National Health and Nutrition Penelitian ini menyajikan hubungan
Examination.(Ng et al., 2014) penderita obesitas yang mengalami
Tingginya angka kejadian pada usia gangguan pendengaran sensorineural. Pada
20–49 tahun disebabkan karena pada usia penelitian ini dari 29 orang penderita
lebih dari 20 tahun mulai terjadi obesitas yang mengalami gangguan
ketidakseimbangan dalam asupan energi pendengara sensorineural, ditemukan
atau kalori yang masuk dengan bahwa penderita berjenis kelamin
energi/kalori yang keluar, mereka sibuk perempuan lebih banyak mengalami
bekerja dan malas untuk melakukan gangguan dibandingkan dengan laki-laki.
kegiatan yang mengurangi kalori seperti Hal yang sama juga ditemukan pada
olahraga. Hal ini sesuai dengan pendapat penelitian sebelumnya, didapatkan bahwa
penelitian sebelumnya yang menyatakan penderita obesitas yang berjenis
bahwa meningkatnya obesitas tak lepas dari kelaminperempuan (17,9%) mengalami
gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas gangguan pendengaran sensorineural lebih
fisik. tinggi dibandingkan laki–laki sebanyak
Faktor genetik juga menentukan (11,5%).(Kim et al., 2016)
mekanisme pengaturan berat badan melalui Berdasarkan data juga diketahui
pengaruh hormon dan neural.(Limanan, bahwa kelompok usia tertinggi yang
2013). Pada penelitian ini, memperlihatkan mengalami gangguan pendengaran adalah
hasil distribusi frekuensi jenis gangguan pada kelompok usia 20–39 tahun. Penelitian
pendengaran pada penderita obesitas dan yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya,
non obesitas, dari tabel di atas dapat menyatakan bahwa dengan bertambahnya
terlihat bahwa pada penderita obesitas, usia dan kelebihan berat badan akan
jenis gangguan pendengaran yang paling meningkatkan kemungkinan mengalami
banyak adalah pada jenis gangguan gangguan pendengaran yang lebih berat.
pendengaran sensorineural. Sebuah penelitian terhadap remaja
Pada penelitian ini didapatkan derajat dan orang dewasa menemukan adanya
gangguan pendengaran pada penderita hubungan antara obesitas dan ambang batas
obesitas yang terbanyak adalah gangguan pendengaran yang lebih tinggi di semua
pendengaran derajat ringan kemudian frekuensi.(Rıfkı Üçler., n.d.)
disusul dengan derajat sedang dan yang Tingginya angka kejadian obesitas
terendah adalah gangguan pendengaran pada usia 30 tahun hingga lebih mulai
derajatberat. terjadi saat peningkatan kadar asam lemak
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 168
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 Jurnal Kesehatan Panrita Husada
|
Vol 5, No, 2 September 2020
bebas dalam penggunaan dan penyimpanan 60 dBHL), gangguan pendengaran berat
glukosa. Ketika lemak tubuh meningkat, (61-80 dBHL), gangguan pendengaran
laju lipolisis akan meningkat, yang sangat berat (≥81 dBHL). Gangguan
mengarah ke peningkatan mobilisasi kadar pendengaran sensorineural terjadi jika
asam lemak dan akibatnya pada hantaran udara dan hantaran tulang>25
peningkatan oksidasi kadar asam lemak di dB.(Ng et al., 2014)(Flegal et al., 2016)
otot dan hati. Penggunaan glukosa oleh otot Dari perhitungan Prevalence Ratio
akan menurun karena kada rasam lemak diperoleh nilai PR sebesar 4,767 atau
digunakan sebagai sumber energi alternatif, PR>1, bermaknakan bahwa obesitas dapat
dan produksi glukosa hepatik meningkat menimbulkan terjadinya gangguan
sebagai respons terhadap oksidasi kadar pendengaran sensorineural.
asam lemak yang lebih tinggi. Hal ini Banyaknya penderita Obesitas yang
menghasilkan hiperglikemia dan gangguan mengalami gangguan pendengaran jenis tuli
toleransi glukosa.(Üçler et al., 2016) sensorineural disebabkan karena terjadi
Penelitian ini memperlihatkan mikroangiopati pada telinga bagian dalam
distribusi frekuensi penderita obesitas terutama organ korti yang menimbulkan
dengan gangguan pendengaran atrofi dan berkurangnya sel rambut.(Kim et
sensiorineural lebih meningkat al., 2016)
dibandingkan dengan pasien yang memiliki Gangguan pendengaran sensorineural
berat badan normal. Gangguan akut terjadi pada perkiraan kejadian sekitar
pendengaran pada pasien obesitas terjadi 5 hingga 20 per 100.000 orang per tahun.
akibat adanya vasokontriksi yang terjadi di Insideninfarkarteri vertebrobasilar di mana
dalam telinga dalam yang menyebakan pasien awalnya hadir dengan gangguan
tidak mampunyai sel –sel rambut yang ada pendengaran sensorineural akuta dalah 1,2-
di dalam telinga dalam berdegenerasi 1,4%.(Ohki, 2013).
dengan baik sehingga menyebabkan Pemeriksaan dengan menggunakan
terjadinya penghambatan hantaran suara ke audiometer nada murni merupakan
dalam telinga.(Dhanda & Taheri, 2017) pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk
Klasifikasi dalam pemeriksaan mendeteksi gangguan pendengaran.
audiometri nada murni sebagai berikut: Dengan
pendengaran normal (≤25 dBHL), penelitian ini dapat diketahui faktor resiko
gangguan pendengaran ringan (26-40 obesitas terhadap gangguan pendengaran
dBHL), gangguan pendengaran sedang (41- sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 169
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 Jurnal Kesehatan Panrita Husada
|
Vol 5, No, 2 September 2020
audiometer secara berkala pada penderita control atau cohort untuk menentukan
obesitas untuk mendeteksi lebih awal hubungan yang lebih pasti antara obesitas
gangguan dan mendapatkan penanganan dengan gangguan pendengaran
yang lebih baik. sensorineural.
Selain itu Perlunya penelitian
KESIMPULAN DAN SARAN longitudinal untuk melihat efek lanjut pada
Pada hasil penelitian kami didapatkan penderita obesitas yang terkontrol dan tidak
gangguan pendengaran yang dialami terkontrol. Perlunya penelitian lebih lanjut
penderita diabetes berdasarkan hasil dengan kontrol terhadap usia, penyakit lain,
pemeriksaan audiometri nada murni penyakit penyerta, dan komplikasi terhadap
umumnya normal. Terdapat hubungan yang obesitas. Perlunya penanganan penyakit
bermakna antara usia penderita obesitas obesitas sejak dini untuk mencegah
terhadap gangguan pendengaran. Terdapat terjadinya komplikasi. Perlunya
hubungan yang bermakna antara pemeriksaan audiometri yang berkala pada
pemeriksaan audiometri nada murni pada penderita obesitas. Perlunya pemakaian alat
penderita obesitas terhadap gangguan bantu dengar pada penderita obesitas yang
pendengaran. Terdapat hubungan yang mengalami gangguan pendengaran.
bermakna (p<0,05) antara obesitas yang DAFTAR PUSTAKA
tinggi dengan gangguan pendengaran.
Abramovitch, A., Anholt, G. E.,
kelompok usia tertinggi yang mengalami
Cooperman, A., van Balkom, A. J. L.
gangguan pendengaran adalah pada
M., Giltay, E. J., Penninx, B. W., &
kelompok usia 20–39 tahun. Tingginya
van Oppen, P. (2019). Body mass
angka kejadian obesitas pada usia 30 tahun
index in obsessive-compulsive
hingga lebih mulai terjadi saat peningkatan
disorder. Journal of Affective
kadar asam lemak bebas dalam penggunaan
Disorders, 245, 145–151.
dan penyimpanan glukosa.
Dhanda, N., & Taheri, S. (2017). A
Diperlukan Pengontrolan terhadap
narrative review of obesity and
Status IMT yang berlebih untuk mencegah
hearing loss. International Journal of
komplikasi, baik komplikasi pada gangguan
Obesity, 41(7), 1066–1073.
pendengarannya dan juga komplikasi pada
Dhingra P 2008.Anatomy of ear in diseases
organ lainnya. kemudian diperlukan
of ear, nose, and throat, India, Reed
penelitian lanjutan dengan menggunakan
Elsevier India Private Limited.
pendekatan yang lebih tinggi seperti case
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 170
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 Jurnal Kesehatan Panrita Husada
|
Vol 5, No, 2 September 2020
Flegal, K. M., Kruszon-Moran, D., Carroll, telinga. Dalam: Adams GL, Boies LR,
M. D., Fryar, C. D., & Ogden, C. L. Higler PH, Ed. Buku ajar penyakit
(2016). Trends in obesity among THT. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit
adults in the United States, 2005 to Buku Kedokteran EGC, 27-38.
2014. Jama, 315(21), 2284–2291. Ng, M., Fleming, T., Robinson, M.,
Gelfand SA 2001.Essentials of audiology, Thomson, B., Graetz, N., Margono, C.,
New York, Thieme Medical Mullany, E. C., Biryukov, S.,
Publisher. Abbafati, C., & Abera, S. F. (2014).
Husni, T. H. T., & Thursina, T. (2012). Pola Global, regional, and national
Gangguan Pendengaran Di Poliklinik prevalence of overweight and obesity
Telinga Hidung Tenggorok Kepala in children and adults during 1980–
Leher (THT-KL) Rsud Dr. Zainoel 2013: a systematic analysis for the
Abidin Banda Aceh Berdasarkan Global Burden of Disease Study 2013.
Audiometri. Jurnal Kedokteran Syiah The Lancet, 384(9945), 766–781.
Kuala, 12(1), 16-22. Ohki, M. (2013). Sensorineural hearing loss
Kesuma, E., & Nasution, M. E. S. (2019). due to vertebrobasilar artery ischemia–
RISK FACTORS ANALYSIS OF illustrative case and literature review.
HEARING DISORDERS DUE TO J Neurol Neurophysiol S, 8.
NOISE ON MACHINERY Rıfkı Üçler. (n.d.). Email authorMahfuz
WORKERS AT UNIVERSAL TuranFatih Garçaİsmail AcarMura.
STEEL FACTORY. Buletin The association of obesity with
Farmatera, 4(2). hearing thresholds in women aged 18–
Kim, S. H., Won, Y. S., Kim, M. G., Baek, 40 years.
Y. J., Oh, I.-H., & Yeo, S. G. (2016). Soetirto I, Hendarmin H & Bashiruddin J
Relationship between obesity and 2001. Gangguan pendengaran dan
hearing loss. Acta Oto-Laryngologica, kelainan telinga dalam Buku ajar ilmu
136(10), 1046–1050. kesehatan telinga hidung tenggorok
Limanan, D. (2013). Hantaran sinyal leptin kepala leher,Jakarta, Penerbit
dan obesitas: Hubungannya dengan Fakultas Kedokteran Universitas
penyakit kardiovaskuler. EJournal Indonesia
Kedokteran Indonesia, 144–155. Üçler, R., Turan, M., Garça, F., Acar, I.,
Liston, S. L., & Duvall, A. J. (1997). Atmaca, M., & Cankaya, H. (2016).
Embriologi, anatomi dan fisiologi The association of obesity with
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 171
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 Jurnal Kesehatan Panrita Husada
|
Vol 5, No, 2 September 2020
hearing thresholds in women aged 18–
40 years. Endocrine, 52(1), 46–53.
WHO. (2015). Obesity: Preventing and
Managing The Global Epidemic:
Technical Report Series.

https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 172
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 Jurnal Kesehatan Panrita Husada
|
Vol 5, No, 2 September 2020
Tabel 1 . Hubungan Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

Variable Non Obesitas Obesitas


n (%) n (%)
Usia
18 – 29 tahun 0 (0) 9 (16,36)
30 – 39 tahun 2 (3,63) 7(36,36)

40 – 49 tahun 5 (9,09) 22 (40)


50–59 tahun 1 (1,8) 9 (16,36)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 7 (12,72) 19 (34,54)
Perempuan 1 (1,8) 28 (50,90)

Tabel 2. Hubungan Frekuensi Jenis dan Derajat Gangguan Pendengaran Pada Subjek
Penelitian

Variable Non
Obesitas Obesitas

n (%) n (%)
Tuli Sensorineural
7 (12,72) 19 (34,54)
Tidak
Ya 1 (1,8) 28 (50,90)
Derajat Gangguan Pendengaran
1 (1,8) 15 (27,7)
Tuli Ringan
Tuli Sedang 0 10 (12,72)
Tuli Berat 0 2 (3,63)
Tuli Sangat Berat 0 0

https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 173
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 Jurnal Kesehatan Panrita Husada
|
Vol 5, No, 2 September 2020
Tabel 3. Hubungan Obesitas dengan Gangguan Pendengaran Sensorineural
Gangguan Pendengaran
Kelompok Ya Tidak p Valuea
(95%CI)
N % N %
Obesitas 2 50,90
Non Obesitas 8 0,002b 1 4,7618

Ket =
a
= Berdasarkan uji Chi Square
b
= Bermakna Secara Statistic
PR = Prevalance Ratio
CI = Confidence Interval

Tabel 4. Hubungan Obesitas dengan Gangguan Pendengaran senseorineural

Gangguan Pendengaran
Sensorineural
Kelompok Ya Tidak p Valuea (95%CI)
N % N %
Obesitas 28 50,90 19 40,4
4,767
b
Non Obesitas 1 1,8 7 12,72 0,002

Ket =
a
= Berdasarkan uji Chi Square
b
= Bermakna Secara Statistic
PR = Prevalance Ratio
CI = Confidence Interval

https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 174
https://doi.org/10.37362/jkph.v5i2.373 Jurnal Kesehatan Panrita Husada
|
Vol 5, No, 2 September 2020

Anda mungkin juga menyukai