Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN

ANSIETAS DENGAN IMPAKSI SERUMEN PADA ANAK

USIA SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI BALARAJA

Disusun oleh :

Klarasita Wibowo (0107322003)

Nidya Sandra Adelina (0107322005)

Pembimbing :

Dr. dr. Shirley Moningkey, M.Kes

dr. Ai Siti Zakiyah

dr. Siti Zaenab Oktarina

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

PERIODE AGUSTUS-OKTOBER 2023

TANGERANG
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini


1. Klarasita Wibowo (01073220003)
2. Nidya Sandra Adelina (01073220005)

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian yang telah kami buat dengan judul
“HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN ANSIETAS DENGAN IMPAKSI SERUMEN
PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI
BALARAJA” beserta seluruh isi dari penelitian ini adalah benar hasil karya tulis kami
sendiri, sebagai salah satu persyaratan kelulusan pada Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan
Masyarakat (IKM) program studi profesi dokter. Bagian atau data tertentu yang kami peroleh
dari Lembaga atau perusahaan dan/atau kami kutip hasil karya orang lain telah mendapat
izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah, dan etika penulisan
ilmiah. Jika dikemudian hari ditemukan adanya ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka
penelitian ini batal. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Tangerang, 13 September 2023

Yang membuat pernyataan

(Klarasita Wibowo) (Nidya Sandra Adelina)


HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN

ANSIETAS DENGAN IMPAKSI SERUMEN PADA

ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI BALARAJA

Klarasita Wibowo1, Nidya Sandra Adelina1, Shirley Ivonne Moningkey2, Ai Siti Zakiyah3,
Siti Zaenab Oktarina3

Data Penulis
1. Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, Kampus FK UPH, Jl. Jendral
Sudirman No. 20, Bencongan, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten
15810
2. Departemen Fakultas Kedokteran, Universitas Pelita Harapan, Jl. Jendral Sudirman
No. 20, Bencongan, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten 15810
3. Pusat Kesehatan Masyarakat Balaraja, Jl. Raya Serang KM 24, Desa Talagasari,
Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang 15610
ABSTRAK

Latar Belakang:
Impaksi serumen adalah kelainan dari telinga yang menyebabkan adanya sumbatan oleh
serumen pada meatus auditorius eksternus. Gangguan emosional seperti stres dan ansietas
merupakan salah satu dari faktor risiko terjadinya impaksi serumen. Serumen dapat terbentuk
dari sekresi kelenjar apokrin pada telinga yang menerima inervasi dari simpatik adrenergik
dan berespon terhadap norepinefrin menyebabkan pengeluaran keringat, yang dapat dipicu
oleh emosional seperti stres dan ansietas.

Tujuan Penelitian:
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat stres dan ansietas dengan
impaksi serumen pada anak usia Sekolah Menengah Pertama di Balaraja.

Metode Penelitian:
Penelitian ini merupakan studi analitik komparatif kategorik tidak berpasangan studi potong
lintang (cross sectional). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling.

Hipotesis:
Terdapat hubungan antara tingkat stres dan ansietas dengan impaksi serumen pada anak usia
Sekolah Menengah Pertama di Balaraja.

Hasil:
Penelitian ini mendapatkan sebanyak 106 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi. Pada sampel dengan tingkat stres sedang - berat dengan adanya impaksi
serumen yaitu sebanyak 16 (45,7%) responden dengan hasil analisa yang menunjukkan
p<0,05 sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kejadian
impaksi serumen. Pada sampel dengan tingkat ansietas sedang - berat dengan adanya impaksi
serumen yaitu sebanyak 1 (2,9%) responden dengan hasil analisa yang menunjukkan p>0,05
sehingga terdapat hubungan yang tidak signifikan antara tingkat ansietas dengan kejadian
impaksi serumen.

Kata Kunci:
Impaksi serumen, tingkat stres, tingkat ansietas
LATAR BELAKANG RI) mengatakan impaksi serumen paling
Serumen dikenal oleh masyarakat banyak ditemukan di anak usia sekolah.3,4
umum sebagai kotoran telinga. Serumen Impaksi serumen adalah salah satu
merupakan sekresi telinga alami berupa kelainan dari telinga, dimana pada meatus
cairan yang keluar dari meatus auditorius auditorius eksternus terdapat sumbatan
eksternus. Serumen terbentuk dari yang disebabkan oleh serumen. Sumbatan
korneosit yang mengalami deskuamasi dan yang disebabkan oleh impaksi serumen ini
bercampur dengan sekresi dari kelenjar dapat menyebabkan gangguan
sebasea dan apokrin. Serumen secara pendengaran. Impaksi serumen biasanya
alami bersifat asam dan memiliki peran disebabkan oleh ketidakmampuan dari
yang penting dalam perlindungan terhadap telinga untuk membersihkan diri secara
patogen eksogen yang dapat menyebabkan alami ataupun karena menempatkan objek
otitis eksterna. Serumen dikeluarkan dari ke dalam telinga yang menyebabkan
telinga melalui mekanisme yang terdorongnya serumen lebih dalam lagi ke
membersihkan telinga melalui migrasi liang telinga. Impaksi serumen dapat
epitel dari umbo membran timpani ke arah menyebabkan gejala gangguan
lateral serta pergerakan rahang yang juga pendengaran kognitif, tinnitus, rasa tidak
dapat membantu mendorong serumen dari nyaman, telinga bau, hingga batuk kronis.
meatus auditorius eksternus ke ostium agar Faktor risiko terjadinya impaksi serumen
dapat keluar.1,2 antara lain seringnya menggunakan alat
Prevalensi impaksi serumen lebih membersihkan telinga yang mendorong
sering ditemukan pada anak-anak. Hasil serumen menjadi semakin dalam,
Riskesdas pada tahun 2013 menunjukkan penggunaan alat bantu dengar, kelainan
bahwa penduduk usia lima tahun keatas anatomi yang menghalangi mekanisme
mengalami impaksi serumen sebanyak pembersihan secara normal, serta
18,8%. Pada suatu survei yang dilakukan gangguan emosional seperti stres, ansietas,
oleh Perhimpunan Ahli Ilmu Penyakit dan depresi. Serumen terbentuk salah
THT Indonesia (Perhati) FK UI di satunya dari sekresi kelenjar apokrin.
beberapa sekolah Indonesia di 6 kota Kelenjar apokrin menerima inervasi dari
berbeda ditemukan bahwa insidensi simpatik adrenergik dan berespon terhadap
impaksi serumen cukup tinggi di anak norepinefrin, sehingga kelenjar apokrin
yaitu sebesar 30-50%. Kemudian di suatu terlibat dalam pengeluaran keringat yang
artikel yang dikeluarkan oleh Kementerian dipicu oleh emosional seperti stres,
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes ansietas maupun stimulus nyeri.1,2,5
Stres merupakan reaksi seseorang atau stres tertinggi adalah Sulawesi Tengah
baik secara emosional (mental atau psikis), yaitu sebanyak 11,6%, dan yang terendah
maupun secara fisik apabila terjadi ditemukan di Lampung yaitu sebesar
perubahan dari lingkungan yang 1,2%. Prevalensi ansietas diperkirakan
menyebabkan seseorang harus 20% dari populasi dunia yang menderita
menyesuaikan diri. Stres merupakan reaksi ansietas. Prevalensi ansietas di Indonesia
yang alami dan penting bagi kehidupan, berkisar 2-5% dari populasi umum atau
namun apabila berat dan terjadi secara 7-16% dari semua penderita gangguan
berkepanjangan dapat merusak kesehatan jiwa. Indonesia merupakan negara yang
mental seseorang. Ansietas atau setiap tahun prevalensi ansietasnya
kecemasan adalah perasaan khawatir, tidak mengalami peningkatan. Menurut
nyaman, atau gugup yang bervariasi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
ringan hingga berat. Hal ini dapat Jiwa Indonesia (PDSKJI) yang dilakukan
melibatkan perubahan kognitif, fisik, dan pemeriksaan kepada 14,988 orang sejak
perilaku. Bahaya yang nyata atau yang tahun 2020-2022 ditemukan pada masalah
dirasakan menyebabkan aliran adrenalin, cemas terdapat 68,8% memiliki masalah
suatu hormon dan pembawa pesan kimiawi cemas pada tahun 2020, 76,1% memiliki
di otak, yang pada akhirnya memicu reaksi masalah cemas pada tahun 2021 dan
kecemasan ini dalam proses yang disebut 75,8% memiliki masalah cemas pada
fight or flight response. Stres dan ansietas tahun 2022.5,6.7,8,9
ditemukan dapat mengaktifkan Penelitian yang telah dilakukan
Hypothalamic - Pituitary Adrenocortical oleh Sari menemukan adanya hubungan
axis (HPA axis) serta sistem saraf simpatik yang bermakna antara stres dengan
sehingga dapat menyebabkan peningkatan kejadian impaksi serumen. Namun pada
produksi glandula seruminosa atau apokrin penelitian yang telah dilakukan oleh Putra
dan glandula sebasea yang menyebabkan menemukan tidak terdapat hubungan
peningkatan produksi serumen. antara tingkat stres dengan kejadian
Menurut Data hasil Riset impaksi serumen. Selain itu terdapat
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun penelitian yang telah dilakukan oleh
2018 menunjukkan prevalensi penduduk Mohamed yang menemukan kejadian
Indonesia yang mengalami gangguan ansietas pada kasus impaksi serumen.
mental emosional atau stres sebesar 37.728 Ketiga penelitian tersebut berfokus pada
orang (9,8%), dengan provinsi dengan mahasiswa sebagai target penelitiannya
prevalensi gangguan mental emosional serta tidak menyingkirkan faktor risiko
impaksi serumen lainnya. Sehingga 3. Bagaimana tingkat ansietas pada
berdasarkan latar belakang tersebut, kami anak usia sekolah di sekolah
sebagai peneliti ingin mempelajari menengah pertama di Balaraja?
hubungan tingkat stres dan ansietas dengan 4. Apakah terdapat hubungan antara
impaksi serumen pada anak usia sekolah di tingkat stres dengan impaksi
sekolah menengah pertama di serumen pada anak usia sekolah di
Balaraja.10,11,12 sekolah menengah pertama di
Balaraja?
RUMUSAN MASALAH 5. Apakah terdapat hubungan antara
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, tingkat tingkat ansietas dengan impaksi
prevalensi impaksi serumen menunjukkan serumen pada anak usia sekolah di
bahwa penduduk usia lima tahun keatas sekolah menengah pertama di
yang mengalami impaksi serumen Balaraja?
sebanyak 18,8%.7 Selain itu, penelitian
sebelumnya yang menghubungkan tingkat MANFAAT PENELITIAN
stres yang dengan impaksi serumen masih Manfaat Akademis
minim dan hanya dilakukan pada Manfaat akademis dari penelitian
mahasiswa saja, sehingga belum dilakukan ini adalah sekiranya dapat memberikan
di usia anak sekolah di Indonesia. Oleh pengetahuan mengenai hubungan antara
karena itu, penulis ingin melakukan tingkat stres dan ansietas pada anak usia
penelitian untuk mengetahui apakah sekolah dengan kejadian impaksi serumen.
terdapat hubungan antara tingkat stres dan Selain itu diharapkan penelitian ini dapat
ansietas dengan impaksi serumen pada membantu peneliti agar mampu
anak usia sekolah di sekolah menengah melakukan edukasi kepada anak dengan
pertama di Balaraja. impaksi serumen yang mengalami
gangguan atau penurunan pendengaran
PERTANYAAN PENELITIAN mengenai perilaku kebersihan telinga.
1. Bagaimana tingkat kejadian Manfaat Praktis
impaksi serumen pada anak usia Manfaat praktis dari penelitian ini
sekolah di sekolah menengah adalah agar dapat dijadikan sebagai acuan
pertama di Balaraja? serta pengetahuan dan pengalaman dalam
2. Bagaimana tingkat stres pada anak melakukan penelitian yang terkait dengan
usia sekolah di sekolah menengah impaksi serumen dan tingkat stres dan
pertama di Balaraja? ansietas. Kemudian agar dapat
meningkatkan pengetahuan serta
kesadaran masyarakat terutama pada anak Tempat dan waktu penelitian
usia sekolah mengenai kejadian impaksi Penelitian bertempatkan di SMPN 2 dan
serumen serta tingkat stres dan ansietas. SMP Nurul Huda, Balaraja, Tangerang.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 -
TUJUAN PENELITIAN 16 September 2023.
Penelitian ini bertujuan untuk
1. Mengetahui angka kejadian Sampel
impaksi serumen pada anak usia Sampel pada penelitian ini yaitu anak
Sekolah Menengah Pertama di berusia 11 - 15 tahun yang bersekolah di
Balaraja. SMPN 2 dan SMP Nurul Huda dengan
2. Mengetahui tingkat stres pada anak ketersediaan mengikuti penelitian ini.
usia Sekolah Menengah Pertama di Variabel independen pada penelitian ini
Balaraja. adalah tingkat stres dan ansietas dengan
3. Mengetahui tingkat ansietas pada variabel dependen adalah impaksi
anak usia Sekolah Menengah serumen. Teknik pengambilan sampel pada
Pertama di Balaraja. penelitian ini dilakukan secara random
4. Mengetahui apakah terdapat sampling, dimana sampel akan diambil
hubungan antara tingkat stres secara acak serta disesuaikan kembali
dengan impaksi serumen pada anak dengan kriteria inklusi dan eksklusi
usia Sekolah Menengah Pertama di sehingga responden dapat memberikan
Balaraja. informasi yang memadai dan menjawab
5. Mengetahui apakah terdapat pertanyaan penelitian.
hubungan antara tingkat ansietas
dengan impaksi serumen pada anak Kriteria Inklusi
usia Sekolah Menengah Pertama di Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
Balaraja. siswa siswi yang masih bersekolah aktif di
SMPN 2 dan SMP Nurul Huda, responden
METODOLOGI berusia 11 - 15 tahun saat ini, kemudian
Desain Penelitian responden yang bersedia menjadi sampel
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pada penelitian ini dan telah mendapat
analitik kategorik tidak berpasangan persetujuan dari wali kelas responden.
dengan pendekatan cross-sectional
(potong lintang). Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah dan ansietas menggunakan kuesioner
responden menggunakan alat bantu DASS-42 yang dibagikan kepada
dengar, memiliki kelainan anatomi pada responden setelah dilakukannya
telinga, riwayat pembersihan telinga 1-3 pemeriksaan telinga. Selama penelitian,
hari sebelum pengambilan sampel, peneliti didampingi oleh dokter internship
kemudian responden yang sebelumnya serta perawat dan staf. Data yang didapat
telah terdiagnosa memiliki gangguan setelah itu dikumpulkan menggunakan
kejiwaan dan sedang dalam pengobatan Microsoft Excel. Penelitian ini
dari dokter. menggunakan uji statistik chi square dan
kemudian dianalisa menggunakan SPSS
Variabel Penelitian versi 26.0.
Variabel independen pada penelitian ini
adalah tingkat stres dan ansietas. Variabel HASIL
dependen pada penelitian ini adalah Pengumpulan data responden pada
kejadian impaksi serumen. penelitian ini dilakukan pada tanggal
15-16 September 2023 di SMPN 2 dan
Bahan dan Cara Penelitian SMPN Nurul Huda di Balaraja. Jumlah
Data yang diambil pada penelitian ini responden yang didapatkan sebanyak 106
merupakan data primer yang diambil sampel yang sebelumnya telah diseleksi
langsung dari responden. Pengambilan ulang untuk disesuaikan dengan kriteria
sampel menggunakan metode random inklusi dan eksklusi dari penelitian ini.
sampling yang dilakukan selama Jumlah responden penelitian telah
penjaringan ke SMPN 2 dan SMP Nurul memenuhi perhitungan jumlah sampel
Huda dalam rangka skrining kesehatan minimal dari penelitian.
gigi dan telinga. Pemeriksaan telinga
dilakukan menggunakan otoskop penlight Karakteristik Responden
standar General Care yang dilakukan oleh Tabel 1. Distribusi Statistik Deskriptif
dokter internship. Alat ukur tingkat stres Usia Responden

Mean + SD Median Min-Max

Usia 12,63 + 0,898 12 11-15


Rata-rata usia responden yaitu Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa
12,63 tahun dengan standar deviasi 0,898 mayoritas responden berjenis kelamin
dimana usia termuda responden yaitu 11 perempuan yaitu sebanyak 57 (53,8%)
tahun dan usia tertua responden yaitu 15 responden. Kemudian didapatkan lebih
tahun. banyak responden yang tidak mengalami
kejadian impaksi serumen yaitu sebanyak
Tabel 2. Karakteristik dan Distribusi 71 (67%) dibandingkan responden yang
Responden di Sekolah Menengah Pertama mengalami kejadian impaksi serumen
di Balaraja yaitu sebanyak 35 (33%). Selain itu
ditemukan lebih banyak responden yang
Variabel data N (%) mengalami tingkat stres normal - ringan
yaitu sebanyak 73 (68,9%) responden,
Jenis Kelamin
dibandingkan responden yang mengalami
1. Laki-laki 49 (46,2)
tingkat stres sedang - berat yaitu sebanyak
2. Perempuan 57 (53,8) 33 (31,1%) responden. Pada penelitian
didapatkan lebih banyak responden yang
Impaksi Serumen
mengalami tingkat ansietas normal -
1. Ada 35 (33)
ringan yaitu sebanyak 97 (91,5%),
2. Tidak Ada 71 (67) dibandingkan responden yang mengalami

Tingkat Stres tingkat ansietas sedang - berat yaitu


sebanyak 9 (8,5%) responden.
1. Normal - Ringan 73 (68,9)

2. Sedang - Berat 33 (31,1) Hubungan tingkat stres dan ansietas


Tingkat Ansietas dengan kejadian impaksi serumen

1.Normal - Ringan 97 (91,5)


Tabel 3. Hubungan Tingkat Stres dan
2. Sedang - Berat 9 (8,5)
Ansietas dengan Kejadian Impaksi
Total 106 (100) Serumen pada Anak Usia Sekolah di
Sekolah Menengah Pertama di Balaraja
Kejadian Impaksi Serumen : N (%)

Ada Tidak Ada Total P value OR 95% CI

Tingkat Sedang - Berat 16 (45,7) 17 (23,9) 33 (31,1)


0,023 2,675 1,132-6,320
Stres
Normal - Ringan 19 (54,3) 54 (76,1) 73 (68,9)

Tingkat Sedang - Berat 1 (2,9) 8 (11,3) 9 (8,5)


0,144 0,232 0,028-1,930
Ansietas
Normal - Ringan 34 (97,1) 63 (88,7) 97 (91,5)

Total 35 (33) 71 (67) 106 (100)

Tabel 3 menunjukkan analisa tidak adanya hubungan yang bermakna


hubungan tingkat stres dan tingkat ansietas antara tingkat ansietas dengan kejadian
terhadap kejadian impaksi serumen. impaksi serumen. Hal ini dibuktikan
Responden dengan tingkat stres sedang - dengan hasil uji statistik yang
berat dengan adanya impaksi serumen menunjukkan nilai p-value = 0,144
yaitu sebanyak 16 (45,7%) responden dari (p>0,05) dengan nilai OR sebesar 0,232
total 35 (33%) responden dengan adanya (95% CI = 0,028- 1,930).
impaksi serumen. Dari hasil analisa
didapatkan ditemukan adanya hubungan PEMBAHASAN
yang bermakna antara tingkat stres dengan Pada penelitian ini ditemukan
kejadian impaksi serumen. Hal ini bahwa mayoritas responden berjenis
didukung dengan hasil uji statistik yang kelamin perempuan, dengan usia rata - rata
menunjukkan p-value = 0,023 (p<0,05) yaitu 12,63 tahun. Sebagian besar
dengan nilai OR sebesar 2,675 (95% CI = responden tidak mengalami kejadian
1,1321- 6,320). impaksi serumen, memiliki tingkat stres
Responden dengan tingkat ansietas normal - ringan, dan tingkat ansietas
sedang - berat dengan adanya impaksi normal - ringan. Dalam penelitian yang
serumen yaitu sebanyak 1 (2,9%) telah dilakukan oleh Sari terhadap
responden dari total 35 (33%) responden mahasiswa, didapatkan sebesar 50
dengan adanya impaksi serumen. Dari responden (47,17%) mengalami stres.11
hasil analisa yang didapatkan ditemukan Dan juga pada penelitian yang dilakukan
oleh Rama didapatkan sebagian besar disimpulkan bahwa kejadian impaksi
mengalami stres normal - ringan (34 serumen yang terjadi bergantung pada
responden atau 50,7%).10 Berdasarkan faktor resiko setiap subjek itu sendiri.
106 data yang telah terkumpul, responden Hubungan antara stres dengan
dengan tingkat stres sedang - berat pada kejadian impaksi serumen pada anak usia
anak usia 11 - 15 tahun di Balaraja Sekolah Menengah Pertama di Balaraja
dikategorikan rendah karena sebanyak 73 memiliki hubungan yang signifikan. Hal
subjek memiliki tingkat stres normal - ini berdasar dari hasil uji statistik
ringan. Begitupula dengan responden yang Chi-square dimana p-value = 0,023 atau
memiliki tingkat ansietas sedang - berat, <0,05. Hasil ini sejalan dengan hasil
karena mayoritas subjek hanya memiliki penelitian oleh Sari yang menyatakan
ansietas dengan tingkat normal - ringan, adanya hubungan antara stres dan impaksi
sebanyak 97 subjek. serumen, namun tidak sejalan dengan hasil
Impaksi serumen dapat terjadi oleh penelitian yang dilakukan oleh Rama yang
beberapa faktor, salah satunya adalah stres. mengatakan tidak terdapat hubungan
Faktor resiko lain yang dapat signifikan antara stres dengan kejadian
menyebabkan impaksi serumen adalah impaksi serumen. Pada penelitian ini juga
penggunaan cotton bud, penggunaan alat ditemukan nilai OR 2,675 atau >1 yang
bantu dengar, dan kelainan anatomi.5 Pada berarti apabila anak berusia 11 - 15 tahun
penelitian yang dilakukan oleh Riskesdas memiliki stres dalam kategori sedang -
pada tahun 2013, didapatkan hasil berat, mereka memiliki kemungkinan
sebanyak 18,8% populasi mengalami 2,675 kali lebih besar untuk mengalami
impaksi serumen.3 Hasil penelitian impaksi serumen.
tersebut sejalan dengan penelitian yang Namun, hubungan antara ansietas
dilakukan oleh penulis bahwa populasi dengan kejadian impaksi serumen pada
anak diatas 5 tahun yang mengalami anak usia Sekolah Menengah Pertama di
impaksi serumen tidak mencapai 50%. Balara tidak memiliki hubungan yang
Namun pada penelitian yang dilakukan signifikan. Pada uji statistik Chi-square
oleh Perhimpunan Ahli Ilmu Penyakit didapatkan p-value = 0,144 atau >0,05.
THT Indonesia (Perhati) FK UI di Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian
beberapa sekolah Indonesia di 6 kota yang telah dilakukan oleh Mohammed
berbeda ditemukan bahwa insidensi yang menyatakan adanya hubungan
impaksi serumen cukup tinggi di anak signifikan antara ansietas dengan kejasdian
yaitu sebesar 30-50%. Sehingga dapat impaksi serumen. Pada penelitian ini juga
ditemukan OR sebesar 0,232 atau <1 anak usia Sekolah Menengah
sehingga tingkat ansietas tidak Pertama dengan tingkat stres
berpengaruh terhadap kejadian impaksi sedang - berat.
serumen. 3. Sebanyak 91,5% anak usia Sekolah
Hasil ini bisa terjadi dikarenakan Menengah Pertama dengan tingkat
stres merupakan faktor risiko dari ansietas normal - ringan dan 8,5%
terjadinya impaksi serumen. Stres anak usia Sekolah Menengah
memiliki dua respons yang dapat terjadi Pertama dengan tingkat ansietas
pada tubuh manusia yaitu, respons sedang - berat
psikologis sebagai variabel lain yang 4. Terdapat hubungan yang bermakna
mempengaruhi dan juga respons fisiologis. secara statistik antara stres dengan
Respons fisiologis inilah yang dapat kejadian impaksi serumen pada
memicu sistem saraf otonom khususnya anak usia Sekolah Menengah
sistem saraf simpatis yang bekerja untuk Pertama di Balaraja (p-value =
meningkatkan produksi kelenjar 0,023 (p<0,05); OR = 2,675;95%
seruminosa dan sekresi kelenjar sebasea CI = 1,1321- 6,320).
pada auditori eksternal, salah satunya 5. Tidak terdapat hubungan yang
kelenjar apokrin. Kelenjar apokrin bermakna secara statistik antara
menerima inervasi dari simpatik ansietas dengan kejadian impaksi
adrenergik dan berespon terhadap serumen pada anak usia Sekolah
norepinefrin, sehingga kelenjar apokrin Menengah Pertama di Balaraja
terlibat dalam pengeluaran keringat yang (p-value = 0,144 (p>0,05);OR
dipicu oleh emosional seperti stres, sebesar 0,232 ;95% CI = 0,028-
ansietas maupun stimulus nyeri.1,2,5 1,930).

KESIMPULAN Saran untuk Puskesmas


1. Sebanyak 33% anak usia Sekolah Dengan penelitian ini, diharapkan
Menengah Pertama mengalami puskesmas dapat berkerjasama dengan tim
impaksi serumen dan 67% anak UKS di Sekolah dalam hal penyuluhan
usia Sekolah Menengah Pertama mengenai kebersihan telinga atau indera.
tidak mengalami impaksi serumen. Penyuluhan yang berisikan masalah
2. Sebanyak 68,9% anak usia Sekolah pendengaran seperti impaksi serumen serta
Menengah Pertama dengan tingkat penyebabnya dan melakukan edukasi
stres normal - ringan dan 31,1% bagaimana pembersihan telinga yang
benar. Dengan upaya - upaya tersebut memantau dan menindaklanjuti anak yang
diharapkan peran puskesmas dapat mengalami impaksi serumen.
mengurangi angka kejadian impaksi
serumen yang terjadi pada anak usia
Sekolah Menengah Pertama di Balaraja.

Saran untuk Masyarakat


Saran bagi masyarakat terutama
bagi para orang tua agar lebih meluangkan
waktu untuk berinteraksi dengan anak,
memantau, menemani anak, dan
memberikan support yang baik kepada
anak. Disarankan juga kepada para orang
tua agar dapat membekali diri dengan ilmu
tentang pengasuhan anak, dengan
mengikuti penyuluhan/seminar, membaca
buku ataupun artikel mengenai parenting.
Para orang tua juga dapat lebih
memperhatikan kebiasaan anak apakah
terdapat perubahan sikap dan emosi pada
anak, sehingga kejadian impaksi yang
disebabkan oleh faktor emosional dari
anak dapat dicegah.

Saran untuk Peneliti Selanjutnya


Saran bagi peneliti selanjutnya
adalah untuk meneliti lebih lanjut faktor -
faktor lain yang dapat mempengaruhi
kejadian impaksi serumen pada anak.
Selain itu, peneliti selanjutnya disarankan
untuk meneliti dalam jangka waktu yang
lebih panjang menggunakan metode
penelitian cohort sehingga dapat
DAFTAR PUSTAKA 5. Hodge BD, Sanvictores T, Brodell
RT. Anatomy, Skin Sweat Glands.
1. Cha Y, Amthor FR, Theibert AB, Treasure Island (FL): StatPearls
Standaert DG, Roberson ED. Publishing; 2023 [cited 2023 Sep
Essentials of Modern 17]. Available from:
Neuroscience: Neurotology & ear https://www.ncbi.nlm.nih.gov/book
disorders New York: McGraw Hill; s/NBK482278/
2020. [cited 2023 Sep 14]. 6. Purwanti SZ. Stres dan
Available from: Penyebabnya. Kementerian
https://accessmedicine.mhmedical. Kesehatan Direktorat Jenderal
com/content.aspx?bookid=2938&s Pelayanan Kesehatan. Surabaya:
ectionid=247993062 Kemenkes RI; 2022 [cited 2023
2. Guest JF, Greener MJ, Robinson Sep 17]. Available from:
AC, Smith AF. Impacted cerumen: https://yankes.kemkes.go.id/view_a
composition, production, rtikel/1777/stress-dan-penyebabnya
epidemiology and management. 7. Hasil Utama Riskesdas 2018.
QJM International Journal of Kementerian Kesehatan RI: Badan
Medicine. 2004;97(8):477-88. Penelitian dan Pengembangan
https://doi.org/10.1093/qjmed/hch0 Kesehatan. Available from:
82 https://kesmas.kemkes.go.id/assets/
3. Kemenkes RI. Peraturan Menteri upload/dir_519d41d8cd98f00/files/
Kesehatan Republik Indonesia Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
Nomor 82 Tahun 2020 Tentang 8. Mayo Clinic. Anxiety disorders:
Penanggulangan Gangguan symptoms and causes. Mayo
Penglihatan dan Gangguan Clinic: Mayo Foundation for
Pendengaran; 2020. Medical Education and Research;
4. Taba JAP, Amalia M. Prevalensi 2018 [cited 2023 Sep 17].
gangguan pendengaran pada Available from:
siswa-siswi kelas 4, 5, 6 Sekolah https://www.mayoclinic.org/disease
Dasar Negeri Tomang 03 Pagi dan s-conditions/anxiety/symptoms-cau
Tomang 05 Pagi, Jakarta Barat. ses/syc-20350961
Tarumanagara Medical Journal. 9. Perhimpunan Dokter Spesialis
2014;1(1):122-7. Kedokteran Jiwa Indonesia.
Masalah Psikologis 2 Tahun
Pandemi COVID-19 di Indonesia. https://orcid.org/0000-0001-5200-6
Perhimpunan Dokter Spesialis 138
Kedokteran Jiwa Indonesia; 2022
[cited 2023 Sep 23].
http://www.pdskji.org/home ‌
10. Putra AARP. Hubungan tingkat
stres dengan kejadian serumen
obturans pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya.
Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya. 2023. Available
from:
http://repository.ukwms.ac.id/id/epr
int/34000
11. Sari AE. Hubungan Antara Stres
dengan Kejadian Serumen
Obturans pada Mahasiswa Tingkat
Satu Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Universitas Sebelas
Maret. 2015. Available from:
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/d
etail/50043/Hubungan-Antara-Stre
s-dengan-Kejadian-Serumen-Obtur
ans-pada-Mahasiswa-Tingkat-Satu-
Fakultas-Kedokteran-Universitas-S
ebelas-Maret-Surakarta
12. Mohamed SR, Afify M, Kamal
MA. Acute Stress Induces
Cerumen Secretion: Case series of
Four Medical Students during
Exams. Research Squares. 2021.
Available from:

Anda mungkin juga menyukai