ISSN 1693-931X
Volume 9 Nomor 1 April 2012 Halaman 1 - 109
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI TERTAWA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA
LANJUT USIA DI PSTW WANA SERAYA DENPASAR
I Dewa Made Ruspawan, Ni Made Desi Wulandari
1-9
PENGARUH PELAKSANAAN KELAS ANTENATAL TERHADAP PERILAKU IBU HAMIL
NW Ariyani, NN Suindri, NN Budiani
10 - 15
ASTAXANTHIN ORAL MEMPERTAHANKAN JUMLAH SEL SPERMATOGENIK MENCIT
YANG MENGALAMI AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL
Ni Ketut Somoyani
16 - 21
KEBIASAAN BURUK YANG DAPAT MERUBAH BENTUK WAJAH
Asep Arifin Senjaya
22 - 27
DOSE RESPONSE AND PROTECTION EFFECT OF LYCOPENE TO REACTIVE OXYGEN SPECIES
ON HUMAN CELLS
Badrut Tamam dan Suratiah
28 - 32
DEVELOPMENTAL DISPLACEMENT OF THE HIP
Ida Ayu Ratna Dewi Arrisna Artha
33 - 39
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SARINGAN CADAS AON
UNTUK MENYARING AIR PDAM DI DESA SUKAWATI DAN GUWANG KECAMATAN
SUKAWATI TAHUN 2010
I Wayan Suarta A, I Nyoman Sujaya, I Nyoman Purna
40 - 43
INDEKS GLIKEMIK MENU MAKANAN RUMAH SAKIT DAN PENGENDALIAN GLUKOSA
DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT INAP DI RSUP SANGLAH DENPASAR
Ni Komang Wiardani, Ni Nyoman Sariasih, Yusi Swandari
44 - 50
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN MASYARAKAT DALAM
PEMBERANTASAN VIRUS RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDIRI I KABUPATEN
TABANAN TAHUN 2011
I Ketut Aryana, IGA Dewi Sarihati, I Wayan Merta
51 - 59
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTILISASI PELAYANAN KESEHATAN GIGI DI
PUSKESMAS KABUPATEN TABANAN
I Gede Surya Kencana, I Nyoman Gejir, I Gusti Ayu Raiyanti
60 - 66
THE EFFECTIVITY OF KEGEL EXERCISE TO PREVENT THE OCCURRENCE OF URINE
RETENTION AND EDEMA ON THE SUTURES OF THE PERINEUM
NN Sumiasih, NLP Sri Erawati, NM Dwi Purnamayanthi
67 - 72
MOTIVASI PRIA PEDESAAN DAN PERKOTAAN MENJADI AKSEPTOR METODE OPERASI
PRIA (MOP) DI BALI
Ni Wayan Armini
73 - 78
APLIKASI SISTEM HACCP PADA RUMAH MAKAN/RESTORAN DI KECAMATAN
DENPASAR SELATAN TAHUN 2011
I Nyoman Sujaya, I Wayan Suarta Asmara, I Nyoman Purna
79 - 83
EFEKTIVITAS BUNGA PIRETRUM SEBAGAI INSEKTISIDA NYAMUK AEDES AEGYPTI
Nengah Notes dan Cokorda Dewi Widhya Hana Sundari
84 - 89
DETERMINAN KUALITAS HIDUP PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISA
Edi Nur dan Lely Cintari
90 - 96
HUBUNGAN KEBERSIHAN MULUT DENGAN PENYAKIT SISTEMIK DAN USIA HARAPAN
HIDUP
Ratih Larasati
97 - 104
TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LULUSAN JURUSAN KESEHATAN GIGI (JKG)
POLTEKKES DENPASAR DI BALI TAHUN 2008
Ni Ketut Ratmini, I Gede Surya Kencana, Ni Wayan Arini
105 -109
Editorial
Ada fenomena menarik yang berkembang belakangan ini di kalangan Dosen Poltekkes Denpasar
yaitu mulai digunakannya analisis multivariat sebagai basis penarikan kesimpulan hasil penelitian.
Sebagian besar artikel yang dimuat dalam Jurnal Skala Husada edisi kali ini juga menggunakan
model analisis multivariat baik yang berupakan regressi logistik maupun regressi linier. Sisi baiknya,
penggunaan analisis multivariat sebagai basis penarikan kesimpulan hasil penelitian dapat dijadikan
sebagai indikasi mulai berkembangnya wawasan dosen Poltekkes Denpasar dalam menyikapi
masalah kesehatan. Harus disadari bahwa pada era modern sekarang ini, tidak ada satupun
masalah apalagi masalah kesehatan yang muncul karena penyebab tunggal. Masalah kesehatan
harus dipandang sebagai suatu masalah yang bersifat multiplier effect yang muncul karena dipicu
oleh banyak faktor. Itulah sebabnya peneliti di bidang kesehatan dituntut memiliki wawasan yang
luas agar dapat memahami berbagai permasalahan yang akan dikaji secara lebih komprehensif.
Namun perlu disadari bahwa aplikasi analisis multivariat bukannya tanpa kelemahan. Hasil utama
dari analisis multivariat adalah model probabilistik yang digunakan untuk mengkuantifikasi hubungan
antara variabel independen (faktor yang diduga menjadi penyebab) dan variabel dependen
(kejadian suatu penyakit atau dampak masalah kesehatan lainnya), kuantifikasi hubungan inilah
yang selanjutnya digunakan untuk meramalkan kejadian suatu penyakit atau dampak masalah
kesehatan tertentu berdasarkan berbagai faktor yang dapat diduga secara bebas.
Keterbatasan utama dari model probabilistik adalah bahwa hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen yang digambarkan dalam model tidak dapat digeneralisasi sebagai suatu
hubungan kausal, karena pada model probabilistik hubungan keduanya hanya diamati sebatas
hubungan fungsional saja [y = f(x)]. Secara klasik hubungan kausal harus memenuhi dua kriteria
yaitu spesifistas kausal dan spesifisitas efek. Menurut Susser (1973) spesifisitas kausal baru
terpenuhi jika seluruh perubahan pada variabel dependen terjadi karena adanya perubahan pada
variabel independen (necessary), atau perubahan pada variabel independen secara tak
terhindarkan menyebabkan terjadinya perubahan pada variabel dependen (sufficient).
Terlepas dari segala keterbatasan yang dimiliki, model probabilistik sangat berguna untuk
menerangkan etiologi suatu penyakit atau dampak masalah kesehatan tertentu, terutama jika
hubungan antara faktor dan dampak bersifat majemuk yang sangat kompleks. Melalui model
probabilistik dapat ditaksir frekuensi penyakit atau dampak pada kondisi faktor yang berbedabeda. Dengan pendekatan statistik yang canggih, model probabilistik juga mampu menerangkan
efek dosis-respons pada berbagai tingkatan faktor untuk menaksir perkembangan suatu penyakit
atau dampak. Pemahaman tentang efek dosis-respons merupakan landasan yang paling rasional
dalam merancang suatu program intervensi. Dengan demikian, model probabilistik mutlak
diperlukan sebagai studi kelayakan dalam menyusun program intervensi yang tepat guna dan
tepat sasaran.
Berpijak pada kenyataan di atas, redaksi Jurnal Skala Husada sangat mendukung model penarikan
kesimpulan hasil penelitian berbasis analisis multivariat. Harapan kami semoga artikel dengan
analisis multivariat yang dimuat pada edisi kali ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi dosen
yang lain untuk melaksanakan model analisis serupa pada kegiatan penelitiannya di masa yang
akan datang.
Metode
Jenis
Kelamin
Laki- Laki
Wanita
Total
Hasil pengamatan
f
9
18
27
%
33,3
66,7
100
Kategori
Elderly
Old
Very Old
Total
Hasil Pengamatan
Umur
64-74 th
75-90 th
> 90 th
%
12
13
2
27
44,4
48,1
7,4
100
Tabel 3
Sebaran tingkat kecemasan sampel
sebelum diberikan terapi tertawa
Tingkat
Kecemasan
Tidak Cemas
Cemas Ringan
Cemas Sedang
Cemas Berat
Panik
Total
Hasil pengamatan
f
%
0
0
24
88,9
3
11,1
0
0
0
0
27
100
Hasil pengamatan
f
%
19
70,4
8
29,6
0
0
0
0
0
0
27
100
Tabel 5
Pengaruh pemberian terapi tertawa terhadap
tingkat kecemasan pada lanjut usia
Pre Test
Post Test
Mean SD
Min - Max P Value
2,11 0,32
2-3
0,00
1,30 0,47
1-2
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Median
46
88
58
75
64
86
Min
43
80
50
71
57
79
Max
52
93
74
84
79
100
IQR
3
9
8
9
14
7
Median
46
68
58
71
71
79
Min
38
59
50
67
57
64
Max
59
75
63
79
79
86
IQR
3
3,5
8
4,3
8,8
8
Variabel
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Sebelum
Sesudah
Statistik p Statistik p
595,0 0,422 0,00 0,00
566,5 0,235 210,00 0,00
599,5 0,440 77,50 0,00
Daftar pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
15
17
Sel Spermatogenik
Spermatogonium A
Spermatosit Pakhiten
Spermatid 7
Spermatid 16
Kelompok
Kontrol
Perlakuan
Pre- Post- Pre- Post38,13 27,18 38,25 39,40
41,00 29,73 40,75 41,03
26,88 18,93 27,88 26,45
31,75 26,53 30.88 31,38
N
8
8
8
8
8
8
8
8
Rerata
38,13
38,25
41,00
40,75
26,88
27,88
31,75
30,88
SB
1,96
1,28
2,00
1,67
2,64
1,64
3,69
2,95
0,151 0,882
0,271 0,79
0,909 0,379
0,524 0,609
N
8
8
8
8
8
8
8
8
Rerata
27,18
39,40
29,73
41,03
18,93
26,45
26,53
31,38
SB
2,11
2,75
1,56
1,61
1,92
1,52
1,59
2,54
9,98 0,00
14,26 0,00
8,70 0,00
4,58 0,00
Perbedaan
Mean SD
1,09 2,22
1,13 1,78
7,95 2,41
5,23 4,32
T
13,959
17,893
9,316
3,419
Df
7 0
7 0
7 0
7 0,011
Kelompok Perlakuan
Analisis Paired T-test dilakukan untuk
mengetahui rata-rata antara kelompok pretest dan post-test. Hasil analisis kemaknaan
dengan Paired T-test dari data sel-sel
spermatogenik sebelum dan sesudah
perlakuan pada kelompok perlakuan tidak
berbeda bermakna (p> 0,05).
Tabel 5
Uji Paired t-test kelompok perlakuan sebelum dan
sesudah perlakuan
Pair Pre-Post-Test
Kontrol
Spermatogonium A
Spermatosit Pakhiten
Spermatid 7
Spermatid 16
Perbedaan
Mean SD
-1,15 3,38
-0,28 0,67
1,43 1,47
-0,50 1,42
Df
-0,962
-1,166
2,725
0,997
7
7
7
7
0,368
0,282
0,055
0,352
Pembahasan
Terjadinya penurunan Spermatogonium A,
Spermatosit Pakhiten, Spermatid 7, dan
Spermatid 16 setelah mencit mengalami
aktivitas fisik maksimal disebabkan karena
aktivitas dengan intensitas tinggi dan durasi
lama dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan sel. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Sutarina dan Edward
21
Gambar 1
Anak dengan kebiasaan menghisap jari
(sumber: klikdokter.com)
Menghisap ibu jari pada bayi kurang dari 6
bulan merupakan salah satu ekspresi bayi
untuk kebutuhan menghisap, terutama kalau
sedang lapar. Tetapi setelah bayi berusia lebih
dari 6 bulan, menghisap jari memberikan arti
lain. Setelah lewat 6 bulan, bayi tetap
membutuhkan ketentraman dan kenikmatan,
mereka akan menghisap jarinya kalau sedang
lelah atau mengantuk. Ibu jari disini berfungsi
sebagai alat penghibur. Menghisap ibu jari,
dot, maupun minum susu botol dalam usia
kurang dari 2 tahun adalah suatu hal yang
normal. Namun bila kebiasaan ini berlanjut
hingga melewati usia 6 tahun dan dilakukan
intensif, maka akan menyebabkan
kelainan,rahang atas maju ke depan, rahang
bawah terdorong ke belakang, serta gigi
gigi menjadi berjejal7.
Menurut Budiyanti E A, kebiasaan menghisap
ibu jari pada anak diakibatkan gangguan
Gambar 2
Gigitan terbuka (open bite) serta gigi merongos
akibat kebiasaan menghisap ibu jari.
(sumber: klikdokter.com)
25
6.
7.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
8.
9.
10.
11.
27
Fruits/Vegetables
Figure 1
The chemical structure of lycopene 7
Tomatoes
Water melon
Pink guava
Pink grapefruit
Papaya
Apricot
Lycopene (mg/g
wet weight)
8.8 42.0
23.0 -72.0
54.0
33.6
20.0 53.0
< 0.1
Lycopene (mg/g
weight)
8.8 42.0
37.0
62.0
54.0 1500.0
79.9
1126.3 1264.9
50.0 116.0
127.1
99.0 134.4
Methods
The type of this research was in vitro
experimental. There were two assays used in
this research including the trypan blue
exclusion assay which was used to monitor
the growth of the cell population and the MTT
assay which was used to measure the acute
cell survival (cytotoxicity). This research
employed a human limphoblastoid cell line
(WIL2-NS) while lycopene was from Sigma,
USA.
Result and discussion
Lycopene Dose Response
Figure 2 indicates the survival of WIL2-NS
cells after exposure to various doses of
lycopene for 1 hour. Increasing dose of
lycopene decreased the cell survival of WIL2NS cells. The dramatic decrease of the cell
survival occurred at the concentration more
than 10 M of lycopene. Meanwhile at below
lycopene concentration of 10 M the cell
survival still was maintained around 90
100%. At the concentration of 20 M
lycopene, most of the cells were dead, just
only approximately 5% of the cell survived.
Moreover, at the concentration of 40 M
lycopene or more there were no cells found
alive. This condition was likely influenced by
the presence of solvent used (benzene). It was
revealed that the solvent at the same volume
used as the highest dose of lycopene (160
M) killed the cells.
Figure 2
Cell survival following lycopene treatment for 1
hour to WIL2-NS. Cell survival was measured
using the MTT assay as outlined in the Materials
and Methods. Data was from single observation.
29
Figure 3
Cell survival following lycopene treatment for 2
hours to WIL2-NS. Cell survival was measured
using the MTT assay as outlined in the Materials
and Methods. Bars represent means- + Standard
Error from 3 independent experiments
Figure 4
Protection effect of lycopene for 2 h treatment to
WIL2-NS cells. Bars represent means- + standard
error from 3 independent experiments
the safe concentrations of benzene to WIL2NS cells is 0.13% (v/v) and lower (data not
shown). It means the amount of lycopene
which was delivered into the cells was limited
to those doses. It was not optimal to obtain a
sufficient amount of lycopene which could be
delivered to protect the cells. Lin et al.5
demonstrated that the use of fetal bovine
serum (FBS), as a vehicle, improved the
uptake and stability of lycopene into two
prostate cancer cell lines, compared to the
use of tetrahydrofuran (THF), THF
containing butylated hydroxytoluen (BHT),
methyl- -cyclodextrin (M--CD) and
micelles.
The use of different oxidative agents may
generate different protection effects of
lycopene. In this research, lycopene did not
significant protect (P>0.05) WIL2-NS from
t-BHP-induced damage. It was reported by
Yeh and Hu 11 that lycopene did not
significantly protect Hs68 cells from DNA
damage induced by three radical generators,
2,2-azobis[2,4-dimethylvaleronitrile]
(AMVN); 2,2-azobis[2-amidinopropane]
dihydrochloride (AAPH) and ferric
nitrilotriacetate (Fe/NTA). However,
lycopene protected cultured rat hepatocytes
against carbon tetrachloride injury and death
10)
. The probable reason was polarity
discrepancy between the oxidative agents and
lycopene to interact each other.
Conclusion
Lycopene has been shown to have high
antioxidant activity, because of its high number
of conjugated double bonds, lycopene
becomes a most potent radical scavenger.
The participation of lycopene in reactions with
free radicals is probably intimately linked with
disruption and breakdown of the primary
structure of lycopene. There was no
significant protection of lycopene may be due
to low lycopene concentration uptake of cells
and the type of oxidative agent used
31
Reference
1.
2.
3.
4.
5.
6.
32
7.
Insiden
Patofisiologi
Etiologi
Berbeda dari kelainan kongenital lainnya,
Developmental Displacement pada panggul
merupakan hasil akhir kombinasi dari
pengaruh faktor genetik dan lingkungan.
Etiologi dari abnormalitas ini masih
kontroversial karena data yang kurang
adekuat. Keadaan ini dihubungkan dengan
beberapa faktor. Diantaranya faktor ras,
banyak ditemukan pada orang amerika asli,
dan jarang pada orang tionghoa dan orang
berkulit hitam. Faktor genetik, dengan
ditemukannya data bahwa abnormalitas ini
lebih sering pada bayi yang memiliki riwayat
keluarga dengan Developmental
Displacement pada panggul. Faktor lainnya
adalah posisi janin di dalam rahim dan riwayat
kelahiran sungsang5 Kelainan muskuloskeletal
lainnya seperti metatarsus adductus dan
torticollis juga dilaporkan berhubungan
dengan Developmental Displacement pada
panggul. Oligo-hidramnion juga dihubungkan
dengan kejadian abnormalitas ini. Panggul kiri
lebih sering terkena, diduga karena posisi di
dalam rahim, panggul kiri berhadapan dengan
sakrum dari ibu, dan menyebabkan posisi
aduksi.6
34
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
38
5.
Metode
Penelitian ini bersifat Kualitatif Fenomenologi
yaitu mencoba menjelaskan atau mengungkap
makna konsep / fenomena pengalaman yang
didasari oleh kesadaran yang terjadi pada
beberapa individu4. Penelitian dilakukan pada
situasi yang alami sehingga tidak ada batasan
dalam memaknai atau memahami fenomena
yang dikaji pada masyarakat yang
menggunakan saringan Cadas Aon untuk
menyaring air PDAM di Desa Sukawati dan
Desa Guwang Kecamatan Sukawati
Kabupaten Gianyar Provinsi Bali.
Alokasi waktu penelitian mulai bulan Juni
sampai Oktober 2010. Populasi pada
penelitian ini adalah 2148 KK yang
mengguanakan saringan Cadas Aon untuk
menyaring air PDAM di Desa Sukawati dan
Desa Guwang. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini sebanyak 10 % dari total
populasi.
Dalam penentuan sampel dengan populasi
yang diasumsikan berdistribusi normal maka
dapat digunakan tabel penentuan sampel pada
tingkat kesalahan 10 %. Sesuai dengan tabel
jumlah populasi 2148 KK didapat jumlah
sampel 215 KK (responden) dengan tingkat
kesalahan 10 %5. Untuk pemeriksaan
kualitas bakteriologis diambil 20 % dari
responden = 40 sampel air yang mewakili
masyarakat yang menggunakan saringan
Cadas Aon di Desa Sukawati dan Desa
Guwang. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini dalah random sampling,
yaitu dengan melakukan pengundian nomor
register KK di masing-masing Banjar Dinas
untuk dua Desa, dengan cara menjatuhkan
uang logam sebanyak 5 (lima) kali dimana 3
kali didapat nomor ganjil, maka setiap nomor
ganjil dimasing-masing banjar dinas di jadikan
sampel sampai mendapatkan 215 sampel.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan
daftar pertanyaan (kuisioner), wawancara
mendalam (indepth intervew) 6 dan
pengambilan sampel air sebelum dan setelah
40
Jumlah
Ket.
Resp.
18
Baik
12
Kurang baik
40
41
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
43
Pendidikan
Pekerjaan
Status Gizi
Total
Kategori
Laki laki
Perempuan
< 40
40 50
> 50
Tidak Tamat SD
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
IRT
Petani
Supir
Pedagang
Pegawai Swasta
PNS
Kurang
Normal
Gemuk
Obesitas
%
24 55.8
19 44.2
4 9.3
21 48.8
18 41.9
5 11.6
16 37.2
2 4.7
19 44.2
1 2.3
5 11.6
12 27.9
2 4.7
6 14.0
17 39.5
1 2.3
5 11.6
36 83.7
1 2.3
1 2.3
43 100.0
Gambar 2
Persentase Kelompok Indeks Glikemik Siklus
menu 10 Hari
Gambar 1
Indeks Glikemik Makanan Penderita DM pada
siklus menu 10 Hari
48
Rendah (<70)
Tinggi (? 70)
Total
Rendah (<70)
Siang Tinggi (? 70)
Rendah (<70)
Malam Tinggi (? 70)
Total
26
2
28
Menu
Indeks
Glikemik Menu
Pagi
Gambar 3
Distribusi Pengendalian Kadar Gula Darah
Sampel
92.9
7.1
100
11
4
15
73.3
26.7
100
37
6
43
86.0
14.0
100
0.780
3.
4.
50
5.
SS
19
S
34
KS
7
2 Tingkat pengetahuan
3 Skill /ketrampilan
4 Menilai penyuluhan
sebelumnya
9
27
16
45
30
39
6
3
5
Karateristik Responden
Responden penelitian ini adalah masyarakat
yang berada di wilayah Kerja Puskesmas
Kediri I Tabanan, Kabupaten Tabanan.
Karakteristik responden yang diteliti meliputi
jenis kelamin, usia dan pendidikan.
5 Fasilitas kesehatan
6 Perundang-undangan
7 Anjuran dan kunjungan
petugas kesehatan
15
13
-
37
42
43
8
5
5
10
12
40
12
22
26
Tabel 1
Sebaran karakteristik responden
11
20
26
11
22
24
22
28
Karakteristik
Jenis Kelamin
Umur (tahun)
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Kategori
Laki laki
Perempuan
< 20
20 - 39
40 - 59
>60
SD
SLTP
SLTA
Diploma/Sarjana
f
%
35 58,33
25 41,67
0 0,00
27 45,00
32 53,33
1 1,67
0 0,00
4 6.67
44 73.33
12 20.00
60 100,00
Jumlah
Prosentase
TS STS
-
Koefisien
Korelasi
0,568
0,759
0,555
0,782
0,681
0,762
0,665
0,848
0,773
0,761
0,797
0,706
Kesimpulan
akhir
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Eigen
value
4,978
1,819
1,191
1,115
% Varian
41,482
15,158
9,925
9,292
Kumulatif
% varian
41,482
56,639
66,564
75,856
Interpretasi faktor
Interpretasi dari faktor loading sangat
subyektif. Tidak ada cara untuk menghitung
arti faktor-faktor tergantung pada cara
seseorang melihatnya, karena alasan ini analisis
faktor secara luas digunakan untuk eksplorasi.
Interpretasi faktor dilakukan dengan melihat
faktor loading (korelasi) satu variabel
terhadap faktornya. Batasan faktor loading
bervariasi menurut jumlah sampel yang
dipakai seperti Tabel 5.
Tabel 5
Signifkansi factor loading berdasarkan
jumlah sampel
Factor
Loading
0,30
0,35
0,40
0,45
0,50
0,55
0,60
0,65
0,70
0,75
2.
3.
4.
5.
6.
7.
59
Metode
f
25
62
13
35
65
12
12
76
100
%
25%
62%
13%
35%
65%
12%
12%
76%
100%
f
77
11
12
100
%
77%
11%
12%
100%
f
2
71
22
5
100
%
2%
71%
22%
5%
100%
f
41
59
100
%
41%
59%
100%
f
30
70
100
%
30%
70%
100%
2
4
49
45
100
2%
4%
49%
45%
100%
Tabel 7
Hasil analisis pearson correlation antara variabel bebas
(X) dan variabe terikat (Y)
Variabel Bebas (X)
Umur (X1)
Jenis Kelamin (X2)
Lama Waktu Pendidikan (X3)
Jarak Rumah (X4)
Persepsi Sakit Gigi (X5)
Tingkat Kepuasan (X6)
Status Karies (X7)
()
tstatistik
Sig
-0.008
-0.077
-0.562
0.081
0.249
0.246
0.113
19.458
-0.241
-0.085
-3.974
0.545
1.392
4.220
0.930
0.810
0.933
0.000
0.587
0.167
0.000
0.355
()
tstatistik
Sig
65
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
66
10.
11.
12.
13.
Karakteristik Kategori
Usia ibu (thn)
Paritas
Pekerjaan
Pendidikan
Edema
perineum
Retensio
Urine
n (%)
27 5,3
(17-39)
21 (1-6)
Bekerja
Tidak
SD
SLTP
SLTA
PT
Ya
Tidak
Ya
Tidak
54 (84,4)
10 (15,6)
9 (14,06)
16 (25)
36 (56,25)
3 (4,69)
7 (10,94)
57 (89,06)
4 (6,25)
60 (93,75)
Retensio Urine
Ya
Tidak
n
%
n
%
1 3,12
31 96,88
3 9,38
29 90,62
Retensio Urine
Ya
Tidak
n
%
n
%
2 6,25
30 93,75
5 15,62
27 84,38
3.
Daftar Pustaka
5.
1.
2.
72
4.
6.
7.
8.
Kategori
Nilai p
0,24 0,628
27,01 <0,001
0,07 0,786
14,96 0,01
52,01 <0,001
Akseptor MOP
Desa
(n=78)
50,41
60
84,02
80 (12,1)
77,1
41,7-100
49,54
60
82,57
78,2(13,1)
75
43,8-100
ZM-W Nilai p
Kota
(n=78)
47,14
60
78,57
73,2(11,5) 3,996 <0,001
72,9
37,5-100
45,21
60
75,35
69,2(11,5) 4,865 <0,001
68,8
41,7-100
7.
8.
9.
10.
11.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
12.
13.
14.
15.
16. Adioetomo SM, Samosir OB. Dasardasar demografi. Edisi ke-2. Jakarta:
Salemba Empat; 2010.
17. Barone MA, Johnson CH, Luick MA,
Teutonico DL, Magnani RJ.
Characteristics of men receiving
vasectomies in the United States, 1998
1999. Perspectives on Sexual and
Reproductive Health [serial online] 2004
January-February [diunduh 30 Januari
2011]; 36(1):27-33:[8 halaman].
Tersedia dari: http://web.ebscohost.com/
ehost/
18. Holden CA, McLachlan RI, Cumming
R, Wittert G, Handelsman DJ, de Kretser
DM, et al. Sexual activity, fertility and
contraceptive use in middle-aged and
older men: Men in Australia, Telephone
Survey (MATeS). Humrep [serial
online]. 2005 [diunduh tanggal 9 Agustus
2010]; 20(12)[6 halaman]. Tersedia
dari: http://humrep.oxfordjournals.org.
19. Frachele R. Adding vasectomies: one
agencys story. Contraceptive
Technology Update [serial online] 2007
May [diunduh 30 Januari 2011]; [3
halaman]. Tersedia dari: http://
web.ebscohost.com/ehost/
78
Tabel 1
Sebaran rumah makan/restoran di wilayah Denpasar
Selatan
Wilayah Kerja
Puskesmas/
Denpasar Selatan I
Denpasar Selatan II
Denpasar Selatan III
Denpasar Selatan IV
Jumlah
1
48
2
51
16
30
2
48
18
86
4
108
Gambar 1.
Penerapan HACCP Sebelum Intervensi
Berdasarkan hasil evaluasi pre-test dan posttest menunjukkan ada peningkatan perolehan
nilai evaluasi dimana nilai rerata (mean)
peserta pelatihan mengalami peningkatan
44,42 % yaitu dari 55,18 menjadi 79,69. Hal
ini dapat diasumsikan bahwa terjadi
peningkatan pengetahuan peserta pelatihan
setelah diberikan materi pelatihan/pembinaan,
dan secara statistik menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna antara rerata nilai
pre-test dan rerata nilai post-test peserta
pelatihan dimana p = 0,000. Dengan demikian
intervensi yang diberikan berupa pelatihan/
pembinaan ini dapat meningkatkan
pengetahuan pengelola rumah makan/
restoran. Oleh karena itu setelah pelatihan/
pembinaan ini diharapkan akan dapat
ditindaklanjuti oleh petugas Puskesmas dan
Dinas Kesehatan Kota Denpasar melalui
supervisi dan bimbingan secara rutin dan
berkala sehingga dapat meningkatkan
penerapan sistem HACCP pada rumah
makan/restoran, serta dapat menjamin sanitasi
makanan dan keamanan makanan pada rumah
makan/restoran tersebut.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
rerata penerapan sistem HACCP pada rumah
makan/restoran sebelum intervensi sebesar
28,06 % dan rerata penerapan sistem
HACCP pada rumah makan/restoran sesudah
intervensi sebesar 43,62 %. Hal ini
menunjukkan dengan intervensi yang
diberikan penerapan sistem HACCP pada
rumah makan/restoran mengalami
peningkatan sebesar 55,45 % . Hasil uji
statistik dengan mempergunakan uji paired t
test diperoleh p = 0,000 yang berarti ada
82
Prosentase
Sebelum Sesudah
Intervensi Intervensi
33,93
55,36
73,21
85,71
5,36
21,43
41,07
51,79
17,86
30,36
3,57
28,57
21,43
32,14
28,06
43,62
3.
4.
5.
6.
Daftar Pustaka
1.
2.
7.
83
Gambar 1.
Perkembangan Bunga Piretrum
Sumber : John, E Casida, 1973
Kontrol
Mati
5
2
0
1
0
8
1,6
Hidup
20
23
25
24
25
117
23,4
88
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
89
Status Gizi
IMT
Normal
Kurang
LLA
Normal
Kurang
SGA
Normal
Kurang
Albumin
Normal
Kurang
Kolesterol
Normal
Kurang
Kualitas Hidup
Baik
Buruk
n
%
n
%
OR
Pvalue
26
1
50
33,3
26
2
50
0,3 0,574
66,7
12
15
75
38,5
4
24
25
6,1 0,014
61,5
26
1
52
20
24
4
24
3
53,3
30
21
7
21
6
52,5
40
19
9
48
80
1,9 0,172
Tabel 2
Sebaran kualitas hidup berdasarkan asupan protein
menurut kategori LLA
Faktor resiko
Asupan
LLA
Protein
Normal Adekuat
Inadekuat
Kurang Adekuat
Inadekuat
Kualitas Hidup
OR
p
Baik
Buruk
n
%
N
% value
10 76,9
3
23,1 0,1
2
66,7
1
33,3 0,712
8
61,5
5
38,5 4,4
7
26,9 19 73,1 0,036
P
CI 95%
OR
Value
Low Up
96
Kavitasi
Kavitasi adalah kerusakan tulang di daerah
gigi yang telah diekstraksi / dicabut. Salah satu
dampak kavitasi adalah menginduksi
neuralgia cavitational osteonekrosis
(NICO). Menurut para ahli, jika gigi tidak
dicabut dengan benar, maka penyembuhannya tidak sempurna sehingga meninggalkan
lubang pada tulang rahang. Kavitasi juga
diyakini memberikan kontribusi terhadap fokal
infeksi, sehingga dapat berdampak pada
kesehatan sistemik dan menyebabkan stres.
Tanda dan Gejala Penyakit Lainnya
Ada 25 penyakit dari tubuh yang tanda-tanda
dan gejala awalnya dapat dilihat dalam rongga
mulut. Deteksi dini dari setiap penyakit ini
dapat meningkatkan keberhasilan
pengobatan, dan dapat memperpanjang usia
harapan hidup. Beberapa penyakit yang lebih
serius yang menunjukkan tanda-tanda
pertama dalam rongga mulut, bibir, atau lidah,
adalah leukemia, hemofilia, sarkoma Kaposi,
melanoma maligna, sifilis, diabetes, karsinoma
sel skuamosa, myoblastoma, TBC, epilepsi,
dan hemangioma.
Sensitivitas Terhadap Bahan Gigi
Sensitivitas terhadap bahan gigi mungkin tidak
menjadi masalah serius bagi banyak
orang, tetapi bagi yang alergi dapat
menimbulkan bahaya kesehatan yang
berpotensi serius. Jika memiliki alergi tetapi
tidak mengetahui alergennya, hendaknya
segera dilakukan tes alergi.
Kesimpulan dan Saran
Banyak yang beranggapan, termasuk di
kalangan kesehatan, efek merusak dari
penyakit gigi hanya terbatas pada gigi dan gusi.
Bahkan, ada sebagian masyarakat
memandang remeh karena penyakit gigi tidak
mengganggu pekerjaan sehari-hari.
Pemahaman tersebut terbentuk karena
kebanyakan orang cenderung berpikir bahwa
mulut bukan bagian dari tubuh.
102
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
103
9.
10.
11.
104
12.
13.
14.
f
8
4
3
6
1
1
23
%
34,8
17,4
13,0
26,1
4,4
4,4
100,0
f
0
2
24
4
30
%
0,0
6,6
80,0
13,4
100,0
4.
Daftar Pustaka
5.
1.
2.
3.
109