Abstrak
Kualitas hidup seseorang merupakan fenomena yang multidimensional. Kualitas hidup dalam
kesehatan didefinisikan sebagai nilai yang diberikan selama hidup dan dapat berubah karena adanya
penurunan nilai fungsional, persepsi, sosial yang dipengaruhi oleh cedera, penyakit dan pengobatan.
Penderita yang merasa cemas akan berdampak pada kondisi psikologisnya dan akhirnya akan
mempengaruhi keberhasilan pengobatan, keluhan psikologis ini akan mempengaruhi kualitas
hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan
Tingkat Kualitas Hidup pada Penderita TB Paru di UPT Puskesmas Kecamatan Mantup Kabupaten
Lamongan. Desain penelitian ini menggunakan analitik korelasional dengan pendekatan cross
sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru di UPT Puskesmas
Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan sebanyak 97 penderita. Sampel penelitian diambil
menggunakan teknik quota sampling sejumlah 49 responden. Data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner DASS-42 Modifikasi (DASS-A) dan WHOQOL – BREF. Data dianalisis
menggunakkan uji Spearman rho. Variabel independen tingkat kecemasan dan variabel dependen
tingkat kualitas hidup. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat Hubungan Antara Tingkat
Kecemasan dengan Tingkat Kualitas Hidup pada Penderita TB Paru di UPT Puskesmas Kecamatan
Mantup Kabupaten Lamongan. Dengan hasil uji Sperman rho menunjukkan korelasi sebesar p =
0,083 (p > 0,0,5). Diharapkan pasien TB Paru tidak mengalami kecemasan yang lebih parah serta
selalu menjaga kesehatan baik secara fisik mapun psikologis, agar tidak terjadi penurunan kualitas
hidup dalam aktivitas kehidupan sehari–hari.
PENDAHULUAN
Penyakit TBC Paru sudah di kenal sejak lingkungan (Putri, S., 2015). Kualitas hidup
dahulu kala. Penyakit ini disebabkan oleh seseorang merupakan fenomena yang
kuman /bakteri mycobacterium multidimensional. Kualitas hidup dalam
tuberculosis.(Soep, 2013). TBC Paru kesehatan didefinisiskan sebagai nilai yang
merupakan penyebab kematian nomor dua diberikan selama hidup dan dapat berubah
setelah penyakit kardiovaskuler (Stroke) pada karena adanya penurunan nilai fungsional,
semua kelompok usia, dan nomor satu dari persepsi, sosial yang dipengaruhi oleh cedera,
golongan penyakit infeksi. Seorang pasien TB penyakit dan pengobatan (Andika, S., 2016).
Paru akan kehilangan waktu kerjanya 3 sampai Penderita yang merasa cemas akan berdampak
4 bulan, hal tersebut disebabkan adanya pada kondisi psikologisnya dan akhirnya akan
penurunan pada kualitas hidup yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan,
dipengaruhi oleh beberapa aspek, yang meliputi keluhan psikologis ini akan mempengaruhi
aspek fisik, psikologis, sosial maupun kualitas hidupnya (Ratnasari, 2012).
Menurut penelitian mengenai kualitas penderita TB Paru di Kabupaten Lamongan
hidup pada pasien TB paru yang pernah pada Tahun 2017 sejumlah 1381 orang,
dilakukan oleh Ratnasari (2012) di BP4 sedangkan di UPT Puskesmas Mantup Mantup
Yogyakarta, menunjukan bahwa kualitas hidup 93 orang, pasien kambuh sejumlah 4 orang
penderita TB paru yang berobat jalan di BP4 (Dinkes Lamongan, 2018). Setiap individu
Yogyakarta terkait aktivitas pada satu minggu dalam melakukan koping tidak sendiri dan tidak
terakhir tergolong baik. Sebanyak 34 orang hanya menggunakan satu strategi tetapi dapat
(68%) responden, menyatakan bahwa mereka dilakukan bervariasi tergantung dari
dapat bekerja atau belajar dengan normal. kemampuan dan kondisi individu. Reaksi yang
Sebaliknya, responden yang menyatakan tidak berorientasi pada ego merupakan reaksi yang
mampu bekerja atau belajar dalam keadaan sering digunakan dalam menghadapi
apapun sebesar 4%. Sebesar 80% responden kecemasan, jika individu melakukannya dalam
menyatakan mereka dapat makan, mencuci, waktu sesaat maka akan dapat mengurangi
berpakaian sendiri, naik kendaraan umum tanpa kecemasan tetapi jika digunakan dalam waktu
bantuan orang lain. Kemampuan untuk yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan
melakukan kegiatan seharihari, seperti orientasi realita, memburuknya hubungan
mengurus diri sendiri serta dapat berfungsi interpersonal dan menurunnya produktifitas
sosial merupakan salah satu komponen dalam kerja sehingga memberikan kontribusi terhadap
kualitas hidup terkait kapasitas fungsional penurunan kualitas hidup pada seseorang
(Ratnasari, 2012; Putri S, 2015; 63). (Suryani, A., 2016). Kualitas hidup merupakan
Menurut data WHO (2017), pada indikator penting untuk menilai keberhasilan
terdapat 10,4 juta kasus baru tuberkulosis atau dari intervensi pelayanan kesehatan, baik dari
142 kasus/100.000 populasi, dengan 480.000 segi pencegahan maupun pengobatan.
kasus multidrug-resistant (Kemenkes RI., Pengobatan Tb bertujuan untuk menyembuhkan
2017). Pada tahun 2016 jumlah kasus tertinggi pasien, mencegah kematian, mencegah
yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
Jawa Timur dan Jawa Tengah sebesar 44% dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT) (Putri, S., 2015;
jumlah seluruh kasus baru di Indonesia 63).
(Kemenkes RI., 2017). Cakupan penemuan Adapun faktor – faktor yang
kasus TB Paru BTA (+) di Jawa Timur kasus mempengaruhi kualitas hidup yaitu usia,
baru TB Paru BTA (+) sebanyak 21.606, semua pendidikan, sosial ekonomi, serta psikologis.
kasus 45.239, 21.606 kasus (BTA (+)). Faktor psikologis sendiri dapat berupa
Sedangkan cakupan angka kesembuhan TB kecemasan yang bisa menurunkan kemampuan
Paru BTA (+) sejumlah 18.916 (80,6%). Jumlah individu untuk mengatasi stressor. Stressor
tersebut menyebabkan perubahan dalam METODE PENELITIAN
kehidupan seseorang, sehingga orang tersebut Desain penelitian yang digunakan dalam
terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian penelitian ini adalah penelitian secara analisis
diri untuk menanggulanginya, dan apabila tidak korelatif menggunakan pendekatan Cross
dapat menanggulangi maka akan timbul Sectional Design. Jenis penelitian yang
keluhan seperti cemas. Psikologis menjadi salah menekankan waktu pengukuran/observasi data
satu faktor yang menentukan kualitas hidup variabel independen dan dependen hanya satu
seseorang serta penting bagi individu untuk kali pada satu saat (Nursalam, 2013; 163).
melakukan kontrol terhadap semua kejadian Populasi dalam penelitian ini adalah semua
yang dialami dalam hidupnya dan kesejahteraan pasien sesuai dengan kriteria peneliti.
psikologisnya agar kualitas hidup menjadi baik Pengambilan sampel menggunakan teknik non
(Suryani, A., 2016). probability sampling yaitu quota sampling yaitu
Solusi untuk mengatasi kecemasan dan suatu teknik penetapan sampel dengan cara
meningkatkan kualitas hidup yaitu dengan menetapkan sejumlah anggota sampel secara
memberikan kebutuhan rasa aman, kebutuhan quotum atau jatah (Notoatmodjo, 2012; 125).
rasa kasih sayang dan psikologi positif bagi Ukuran sampel yang digunakan dalam
kesejahteraan. Psikologi positif ini menekankan penelitian ini yaitu 49 responden. Variabel
hal yang baik dan mempelajari kekuatan independen "Tingkat Kecemasan" dan Variabel
manusia secara formal, dan bagaimana agar Dependen "Tingkat Kualitas Hidup". Penelitian
manusia hidup lebih baik, agar kebutuhannya dilakukan pada 30 Mei – 7 Juni 2018 di Poli
dapat terpenuhi. Selain itu, dengan memberikan Paru UPT Puskesmas Mantup – Lamongan.
dukungan pada penderita, diharapkan dalam Alat ukur menggunakan Kuesioner DASS42
pengobatannya, dapat berjalan dengan lancar Modifikasi/DASS – A untuk Tingkat
dan berhasil, serta tidak bosan atau jenuh akibat Kecemasan dengan 14 pernyataan dan
dari lama pengobatan TB paru yang sering WHOQOL – BREF untuk Tingkat Kualitas
membuat pasien mengalami kecemasan, yang Hidup dengan 26 pertanyaan. Uji statistik
kemudian berpengaruh terhadap penurunan dalam penelitian ini menggunakan Spearman
tingkat kualitas hidupnya. (Suryani, A., 2016).. Rho Test adalah untuk mengetahui hubungan
Tujuan penelitian ini adalah adakah Hubungan antara tingkat kecemasan dengan tingkat
Antara Tingkat Kecemasan dengan Tingkat kualitas hidup. H 0 ditolak, jika nilai p <α (0,05).
Kualitas Hidup pada Penderita TB Paru di UPT Analisis data ini menggunakan program
Puskesmas Kecamatan Mantup”. perangkat lunak SPSS 24.
HASIL PENELITIAN responden yaitu normal dengan frekuensi 16
1. Data Umum responden ( 32,7 %).
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Tabel 4.3 Distribusi frekuensi tingkat
Data Umum Frekuensi Prosentase (%) kualitas hidup pada penderita
Umur TB paru di UPT Puskesmas
≤ 30 tahun 8 16,3 Mantup Kab. Lamongan
31 – 40 tahun 11 22,4
41 – 50 tahun 8 16,3 Tingkat Kualitas Hidup Frekuensi Prosentase (%)
> 50 tahun 22 44,9 Tinggi 31 63,3
Total 49 100 Rendah 18 36,7
Jenis Kelamin Total 49 100.0
Laki-laki 25 51,0 Sumber: Data primer tahun 2018
Perempuan 24 49,0
Total 49 100.0 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat
Pendidikan kualitas hidup pada penderita TB paru di
SD/MI 23 46,9
SLTP/ SMP/MTS 11 22,4 UPT Puskesmas Mantup Kab. Lamongan
SLTA/SMA/MA 15 30,6
Sarjana 0 0,0 sebagian besar dari responden yaitu tinggi
Total 49 100.0 dengan frekuensi 31 responden (63,3 %).
Sumber: Data primer tahun 2018
Tabel 4.4 Tabulasi Silang hubungan
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa antara tingkat kecemasan
sebagian besar responden dengan berumur dengan tingkat kualitas hidup
pada penderita TB paru di
>50 tahun, yaitu sebanyak 22 responden UPT Puskesmas Mantup Kab.
(44.9%), sebagian besar responden berjenis Lamongan
Tingkat Kualitas Hidup
kelamin laki – laki yaitu sebanyak 25 Tingkat Kualitas Kualitas Total
Kecemasan Hidup Tinggi Hidup Rendah
responden (51,0%), sebagian besar F (%) F (%) F (%)
Normal 8 50,0 8 50,0 16 100
responden berpendidikan SD/MI yaitu Rendah 6 60,0 4 40,0 10 100
sebanyak 23 responden (46,9%). Sedang 7 63,6 4 36,4 11 100
Parah 5 83,3 1 16,7 6 100
2. Data Khusus Sangat Parah 5 83,3 1 16,7 6 100
Total 31 63,3 18 36,7 49 100
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi tingkat p = 0,083 α = 0,05
kecemasan pada penderita TB Sumber: Data primer tahun 2018
paru di UPT Puskesmas
Mantup Kab. Lamongan Tabel 4.4 bahwa setengah dari 16
Tingkat Kecemasan Frekuensi Prosentase (%) responden yang mempunyai Tingkat
Normal 16 32,7
Ringan 10 20,4 Kecemasan Normal memiliki Tingkat
Sedang 11 22,4
Parah 6 12,2 Kualitas Tinggi dan Rendah yang sama yaitu
Sangat Parah 6 12,2 sebanyak 8 responden (50,0%) dan hampir
Total 49 100.0
Sumber: Data primer tahun 2018 seluruh dari 6 responden yang mempunyai
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat Tingkat Kecemasan Parah dan Sangat Parah
kecemasan pada penderita TB paru di UPT sama sama memiliki Tingkat Kualitas Hidup