Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN LAMA MENDERITA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN

STROKE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN


BOYOLALI

Edyastanto Nugroho 1)
Isnaini Rahmawati2), Saelan3)
1)
Mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2)3)
Dosen Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Stroke merupakan masalah utama kesehatan di negara maju dan berkembang serta
penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Stroke juga menimbulkan dampak yang
besar dari segi sosial, dan ekonomi karena biaya pengobatan yang relatif mahal. Akibat
kecacatan yang ditimbulkan pada pasien stroke sehingga berkurangnya kemampuan untuk
bekerja seperti semula dan menjadi beban sosial di masyarakat. Proses perawatan pasien
stroke membutuhkan perawatan yang cukup lama.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancanganCorrelation Study.
Populasi dalam penelitian ini adalah responden yang menderita stroke yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali. Pemilihan sampel dilakukan
dengan metode totaly sampling sejumlah 35 responden.
Sebagian besar responden berumur 57,5 tahun, berjenis kelamin laki-laki (68,6%),
dengan tingkat pendidikan SMA (54,3%), bekerja sebagai petani (51,4%), dan yang
berstatus menikah (88,1%). Lama responden yang menderita stroke minimal 1 tahun dan
maksimal 7 tahun dengan rata-rata 3,82 tahun. kualitas hidup responden yang menderita
stroke skor minimal 41 dan skor maksimal 86 dengan rata-rata skor 64,1. Uji statistik
menggunakanRank Spearman diperoleh angka signifikan p=0,00 dan nilai r-0,842
menunjukkan korelasinya sangat kuat.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan lama menderita dengan kualitas
hidup pada pasien stroke di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

Kata Kunci : Stroke, Lama Menderita, Kualitas Hidup


Daftar Pustaka : 52 (2006-2016)
ABSTRACT

Stroke is the main health problem in developed and developing countries and the
primary cause of morbidity of adult people. It also induces a large impact on social and
economic aspects due to the relatively expensive medication cost. As consequence of the
morbidity that it induces, its sufferers’ ability to work is lessened and they become social
burdens to the communities. The stroke patients require long time of care.
This research used the quantitative research method with the correlational study
design. Its population was 35 stroke respondents in the work area of Community Health
Center of Ngemplak, Boyolali Regency. Total sampling technique was used to determine its
samples.
Most of the respondents were aged 57.5 years. 68.6% of them were males, 54.3%
were graduates of Senior Secondary Schools, 51.4% of them were farmers, and 88.1% were
married. The length of illness of the stroke respondents was minimally one year and
maximally seven years with the average length of illness of 3.82 years. The minimal and
maximal scores of the quality of life the stroke respondents were 41 and 86, and the average
score of their quality of life was 64.1. The result of the Spearman’s Rank Correlation was
the p-value = 0.00 and the r-value was -0.842, meaning that the correlation was strong.
Thus, there was a correlation between the length of illness and the quality of life of
stroke patients at the work area of Community Health Center of Ngemplak, Boyolali
Regency.

Keywords : Stroke, length of illness, quality of life


References : 52 (2006-2016)
1. PENDAHULUAN secara konseptual dapat dimanfaatkan
Stroke merupakan masalah utama untuk berbagai populasi, baik yang normal
kesehatan di negara maju dan berkembang maupun abnormal dan berkaitan dengan
serta penyebab utama kecacatan pada mutu hidup (Dalmida et al,2011).
orang dewasa. Stroke juga menimbulkan Kualitas hidup seringkali diartikan
dampak yang besar dari segi sosial, dan sebagai komponen kebahagiaan dan
ekonomi karena biaya pengobatan yang kepuasan terhadap kehidupan. Akan tetapi
relatif mahal. Akibat kecacatan yang pengertian kualitas hidup tersebut
ditimbulkan pada pasien stroke sehingga seringkali bermakna berbeda pada setiap
berkurangnya kemampuan untuk bekerja orang karena mempunyai banyak sekali
seperti semula dan menjadi beban sosial di faktor yang mempengaruhi seperti
masyarakat (WHO, 2008). Kondisi keuangan, keamanan, atau kesehatan.
tersebut akan memerlukan waktu Untuk itulah digunakan sebuah istilah
perawatan dan penyembuhan yang cukup Kualitas Hidup Terkait Kesehatan dalam
lama, maka dari itu kemungkinan kualitas bidang kesehatan (Fayers and Machin,
hidup penderita stroke juga akan 2007).
terganggu. Studi pendahuluan yang dilakukan
Jumlah penderita penyakit stroke di peneliti pada bulan Januari 2017 di
Indonesia tahun 2013 berdasarkan Puskesmas Ngemplak didapatkan angka
diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) kejadian stroke sebanyak 35 pasien
diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (Rekam Medis Puskesmas Ngemplak,
(7,0%), sedangkan berdasarkan diagnosis 2017). Setelah peneliti melakukan
Nakes/gejala diperkirakan sebanyak wawancara kepada sebagian responden
2.137.941 orang (12,1%). Di Jawa Tengah yang berjumlah 3 orang, didapatkan hasil
jumlah penderita stroke berdasarkan bahwa selama menderita stroke ketiga
tenaga kesehatan yaitu sebanyak 171.035 responden tidak bisa melakukan aktifitas
orang (7,1%) sedangkan berdasarkan seperti biasa, pekerjaan terganggu, tidak
diagnosis Nakes/gejala diperkirakan bisa bersosialisasi seperti biasanya dengan
sebanyak 431.201 orang (17.9%) tetangga sekitar, tidak percaya diri
(Riskesdas, 2013). Di wilayah kabupaten terhadap penampilannya.
Boyolali terdapat 839 kasus pasien stroke Rumusan dalam penelitian ini adalah
(Dinkes kabupaten Boyolali, 2014) Apakah ada hubungan lama menderita
Stroke merupakan penyakit yang dengan kualitas hidup pada pasien stroke
mematikan, dan perawatannya di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak.
membutuhkan waktu yang lama dan biaya Tujuan umum dalam penelitian ini
yang tinggi, karena stroke bila sembuh adalah untuk mengetahui hubungan lama
akan mengalami gangguan atau cacat fisik menderita dengan kualitas hidup pada
seperti kelumpuhan, gangguan menelan, pasien stroke di Puskesmas Ngemplak.
gangguan bicara maupun gangguan
eliminasi buang air besar dan buang air 2. PELAKSANAAN
kecil, maka dari hal itu kemungkinan akan a. Lokasi dan Waktu Penelitian
mempengaruhi kualitas hidup penderita Tempat penelitian di wilayah kerja
stroke (Pambudi, 2008). Puskesmas Ngemplak Kabupaten
Quality Of Life atau kualitas hidup Boyolali.
sebagai kombinasi dari kondisi obyektif
dan subyektif, suatu kebahagiaan dalam b. Populasi dan sampel penelitian
berbagai arah kehidupan dengan
Populasi dalam penelitian ini adalah
mempertimbangkan dimensi budaya dan
semua pasien stroke yang berada di
waktu yang melekat pada standar
wilayah kerja Puskesmas Ngemplak
kemanusiaan universal. Kualitas hidup
Kabupaten Boyolali dengan
pendekatan totaly sampling yaitu teknik 2. Jenis Kelamin
pengambilan sampel dimana jumlah Tabel 4.2
sampel sama dengan populasi, Distribusi Frekuensi Karakteristik
Sugiyono (2015). Besar sampel Responden Berdasarkan Jenis
penelitian dalam penelitian ini 35 Kelamin
sampel. Alat yang digunakan dalam Jenis kelamin Frekuensi Persentase(%)
penelitian ini adalah kuesioner. Laki-laki 24 68,6
Perempuan 11 31,4
3. METODE PENELITIAN Total 35 100,0
Jenis penelitian yang digunakan adalah
Hasil penelitian responden
penelitian kuantitatif. Penelitian ini
berdasarkan jenis kelamin diketahui 68,6%
menggunakan correlation study atau studi
adalah laki-laki. Hasil penelitian tersebut
korelasi yang bertujuan untuk menelaah
mendukung pernyataan dari Bushnull
hubungan antar dua variabel pada suatu
(2009) bahwa kejadian stroke terjadi pada
situasi atau sekelompok subjek
laki-laki karena pada laki-laki terdapat
(Notoatmodjo, 2012).
hormon testosteron, dimana hormon ini
Metode yang digunakan adalah survey
dapat meningkatkan kadar LDL. Apabila
melalui kuesioner dengan pendekatan
kadar LDL tinggi maka dapat
cross sectional.
meningkatkan kadar kolesterol dalam
darah yang merupakan faktor resiko
4. HASIL DAN PEMBAHASAN terjadinya penyakit degeneratif seperti
Karakteristik responden stroke (Watila dkk,2010).
Hasil penelitian yang sudah peneliti
1. Umur lakukan mendukung pernyataan Junaidi
Tabel 4.1. (2011), bahwa stroke dialami oleh
Distribusi Frekuensi Karakteristik perempuan walaupun angka kejadian
Responden Berdasarkan Umur stroke pada perempuan itu lebih kecil.
Variabel Min Mak Mean
(tahun) (tahun) (tahun) 3. Pendidikan
Umur 45,00 67,00 57,5 Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi Karakteristik
Berdasarkan hasil penelitian umur Responden Berdasarkan Pendidikan
responden diketahui median umur adalah Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
57,5 tahun. Hasil tersebut mendukung SD 6 17,1
pernyataan dari Azizah (2011) bahwa SMP 4 11,4
kejadian stroke terjadi pada lansia karena SMA 19 54,3
pada lansia terjadi perubahan fisik, dimana S1 6 17,1
Total 35 100,0
semua organ tubuh mengalami
kemunduran fungsi termasuk pembuluh Karakteristik responden menurut
darah otak. tingkat pendidikan menunjukkan bahwa
Anggraeni, dkk (2009) menjelaskan distribusi tingkat pendidikan semua
bertambahnya umur mengakibatkan responden berkisar mulai dari SD hingga
tekanan darah meningkat, karena dinding S1. Pada penelitian ini distribusi tingkat
arteri pada usia lanjut (lansia) akan pendidikan responden terbanyak adalah
mengalami penebalan yang mangakibatkan tingkat pendidikan SMA sebanyak 54,3%
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, responden.
sehingga pembuluh darah akan berangsur- Penelitian ini selaras dengan
angsur menyempit dan menjadi kaku. penelitian Rosiana (2012) dan Nastiti
(2012) bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu
minimal tamat SMA. Pendidikan 5. Status perkawinan
merupakan faktor sosial ekonomi yang Tabel 4.5.
secara tidak langsung dapat mempengaruhi Distribusi Frekuensi Karakteristik
kejadian stroke. Responden Berdasarkan Status
Hal ini disesuaikan dengan teori Perkawinan.
yang dikemukakan oleh Notoadmodjo Status Frekuensi Persentase
(2012) bahwa aspek tingkat pendidikan, perkawinan (%)
pengetahuan, dan sikap masyarakat Menikah 31 88,6
terhadap kesehatan merupakan faktor Duda 2 5,7
predisposisi yang mempengaruhi perilaku Janda 2 5,7
masyarakat dalam memperoleh upaya Total 35 100,0
kesehatan dan meningkatkan derajat
kesehatan secara optimal. Karakteristik responden menurut
status pernikahan menunjukkan bahwa
4. Status Pekerjaan sebagian besar berstatus menikah yaitu
Tabel 4.4. 88,6%. Penelitian ini sejalan dengan
Distribusi Frekuensi Karakteristik penelitian Nastiti (2012) yang meneliti 152
Responden Berdasarkan Pekerjaan. pasien stroke rawat inap RS Krakatau
Status pekerjaan Frekuensi Persentase Medika, menemukan 142 pasien (93%)
(%) berstatus menikah. Dalam kontek ini
Pensiunan 5 14,3 bahwa responden masih mempunyai
Wiraswasta 7 20,0 pasangan hidup.
IRT 2 5,7 Pendapat Darmojo (2006) pasangan
Buruh 3 8,6 hidup antara wanita sebagai istri dan pria
Petani 18 51,4 sebagai suami dalam kehidupan sehari-hari
Total 35 100,0 diharapkan dapat saling mendukung dalam
setiap tindakan agar kehidupan pasangan
Berdasarkan hasil penelitian hidup menjadi lebih baik. Berkaitan
diketahui 51,4% responden bekerja dengan penelitian ini bahwa responden
sebagai petani. Penelitian Xiang (2014) yang masih mempunyai pasangan hidup
menyebutkan bahwa pekerja lapangan akan saling membantu dalam melakukan
yang terkena sinar matahari secara aktivitas hidupnya berupa Support system.
langsung dengan intensitas yang cukup Kuntjoro (2006) sumber dukungan yang
lama dapat menyebabkan serangan stroke, paling sering dan umum adalah diperoleh
termasuk para petani, pekerja tambang, dari pasangan hidup, anggota keluarga,
ataupun pekerja dengan lingkungan teman dekat, dan sanak saudara yang akrab
dengan temperature udara yang tinggi. dan memiliki hubungan yang harmonis.
Menurut Simamora (2006) pekerjaan Menurut peneliti bahwa, dukungan
dalam arti luar adalah aktivitas utama yang keluarga terhadap pasien stroke baik fase
dilakukan oleh manusia. Dalam arti akut maupun paska stroke sangat
sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk dibutuhkan untuk mencapai proses
suatu tugas atau kerja yang menghasilkan penyembuhan atau pemulihan. Dukungan
uang bagi seseorang. keluarga sangat penting dalam proses
perawatan sehingga dapat mengurangi
durasi lama menderita.
6. Gambaran lama menderita hidup yang menurun dapat mempengaruhi
Tabel 4.6. semangat hidup penderita dan keluarga
Gambaran Lama Menderita Stroke yang mengasuh.
Variabel Min Mak Mean Quality of Life/Kualitas hidup
Lama Menderita 1,00 7,00 3,82 berdasarkan domain fisik dengan diketahui
bahwa responden terbatas dalam
Hasil penelitian diketahui lama kemampuan beraktivitas sehari-hari, serta
responden yang menderita stroke minimal mengalami gangguan tidur. Perry dan
1 tahun dan maksimal 7 tahun dengan Potter (2006) menyatakan kualitas tidur
rata-rata 3,82 tahun. Definisi lama seseorang yang buruk dapat
menderita adalah durasi lama menderita mengakibatkan gangguan keseimbangan
sejak pertama kali terdiagnosa stroke fisiologis dan psikologis.
sampai dengan sekarang. Pemulihan stroke Berdasarkan hasil penelitian
membutuhkan waktu yang lama dan proses mengenai kualitas hidup berdasarkan
yang sulit. Program rehabilitasi yang kondisi fisiologis menunjukkan jawaban
diikuti oleh pasien stroke kadang dirasakan responden seperti sedikit dapat menikmati
tidak memberikan efek pada dirinya dan pada kehidupan sehari-hari, merasa kurang
kurangnya bimbingan dari program aman, kurang dapat menerima kondisi
rehabilitasi sebelum mereka meninggalkan tubuh saat ini maupun merasa puas dalam
rumah sakit mengakibatkan mereka mulai kehidupan ini menunjukkan bahwa
berfokus terhadap defisit yang terjadi pada responden kurang dapat mendapatkan
dirinya. Akibatnya mereka merasa tidak kualitas hidup yang baik.
berguna dan tidak berdaya. Kondisi ini Hasil penelitian pada domain sosial
menambah semakin parah kualitas menunjukkan banyak responden mendapat
hidupnya (Sarafino, 2006). dukungan keluarga, namun dukungan
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata keluarga masih dirasakan kurang. Hal ini
lama menderita ≥ 4 tahun. Penelitian ini karena faktor kesibukan anggota keluarga
sama dengan penelitian yang dilakukan seperti tidak tinggal satu rumah dengan
oleh Fatoye (2009) yang menyatakan responden, mempunyai pekerjaan
bahwa lama menderita stroke akan tersendiri.
mempengaruhi kondisi seseorang dalam Friedman (2010) dalam domain
menerima keadaan fisiknya. lingkungan adalah suatu yang
menggambarkan kondisi yang berada di
7. Gambaran Kualitas Hidup sekitar kita, yang termasuk dalam
Tabel 4.7. lingkungan yaitu kebebasan, keselamatan
Gambaran Kualitas Hidup fisik dan keamanan, lingkungan rumah,
Variabel Min Mak Mean sumber keuangan dan kepedulian sosial,
Kualitas 41,00 86,00 64,1 peluang untuk memperoleh keterampilan
Hidup dan informasi baru, keikutsertaan dan
peluang untuk berkreasi dan melakukan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui aktivitas.
menunjukan kualitas hidup responden
yang menderita stroke skor minimal 41
dan skor maksimal 86 dengan rata-rata
skor 64,1. Hasil penelitian Bays (2008) di
Amerika Serikat yang menunjukkan
adanya penurunan kualitas hidup penderita
stroke yang meliputi aktivitas sehari-hari,
pola komunikasi, aktivitas sosial,
pekerjaan, istirahat dan rekreasi. Kualitas
Analisa Bivariat Durasi lama menderita ini ternyata
Tabel 4.9. dapat berdampak pada kualitas hidup
Korelasi Spearman Hubungan responden. Meskipun adanya peran dari
Lama Menderita Stroke anggota keluarga, namun keterbatasan
dengan Kualitas Hidup kemampuan responden dan keterbatasan
Skor Lama kemampuan anggota keluarga dalam
Menderita Stroke membantu melakukan latihan secara
Skor Kualitas Hidup r = - 0,842** mandiri maka berakibat berkurangnya
p = 0,000 kesempatan untuk tetap melakukan
N = 35 aktivitas secara baik.
*Uji Korelasi Domain fisik kualitas hidup
Spearman
tercermin dari adanya kelumpuhan yang
terjadi pada responden. Kelumpuhan pada
Berdasarkan hasil penelitian ini
tangan menjadikan tidak dapat melakukan
diketahui ada hubungan yang signifikan
aktivitas seperti sebelum menderita stroke.
dan positif antara lama menderita dengan
Berbaring di tempat tidur menjadikan
kualitas hidup dengan p = 0,000. Semakin
suatu kondisi yang tidak mengenakkan
lama menderita stroke maka akan semakin
dimana keinginan responden harus melalui
buruk kualitas hidup responden, namun
bantuan orang lain. Suhartini (2006)
karena tingkat keeratan hubungan antar
mengemukakan bahwa kemandirian adalah
variabel lama menderita dan kualitas hidup
kemampuan seseorang dalam mengurus
sebesar (r-842) yaitu arah korelasinya
dirinya sendiri. Hal ini berarti bahwa jika
sangat kuat, maka peningkatan durasi lama
seseorang sudah menyatakan dirinya siap
menderita tidak selalu diikuti dengan
mandiri berati dirinya ingin sedikit
kualitas hidup responden dan sebaliknya
mungkin minta pertolongan kepada orang
jika durasi lama menderita sedikit maka
lain.
skor kualitas hidup tinggi.
Kualitas hidup berdasarkan kondisi
Berdasarkan hasil penelitian bahwa
psikologis menunjukkan jawaban
rata-rata lamanya responden menderita
responden menjadi kurang atau tidak dapat
stroke ≥ 4 tahun dan rata-rata skor kualitas
menikmati dalam kehidupan selama
hidup 64,1. Hal ini mencerminkan bahwa
mengalami stroke, menjadi merasa kurang
responden mempunyai semangat untuk
aman. Rasa malu dan tidak percaya diri
sembuh dan melakukan aktivitas sebaik
menjadikan responden merasa tidak puas
mungkin namun pada kenyataannya
atas kehidupan yang dijalaninya saat ini.
banyak hambatan di dalam melakukan
Craven (2007) menyatakan pasien stroke
aktivitas.
yang diberikan intervensi keperawatan
Fatoye (2009) yang menyatakan
dengan baik memiliki kualitas hidup yang
bahwa lama menderita stroke akan
lebih baik dari pada yang tanpa intervensi
mempengaruhi kondisi seseorang dalam
keperawatan. Penelitian Rahayu (2015)
menerima keadaan fisiknya. Pasien stroke
pasien stroke yang mampu meningkatkan
yang telah berlangsung lama memiliki
kemampuan motorik setelah diberi latihan
pengalaman yang berbeda terhadap
range of motion (ROM) dan semakin
penyakitnya, dibanding dengan pasien
meningkat rasa percaya diri.
yang baru didiagnosa. Berdasarkan teori
perilaku sakit Mechanics menjelaskan
bahwa yang sering mengalami kondisi 5. KESIMPULAN
sakit atau merasakan adanya gejala sakit Hasil penelitian terhadap 35 responden
memiliki kecendrungan untuk berprilaku tentang hubungan lama menderita dengan
dengan menaruh perhatian terhadap gejala- kualitas hidup pada pasien stroke di
gejala pada dirinya dan kemudian mencari wilayah kerja Puskesmas Ngemplak
pertolongan (Notoatmodjo, 2012).
Kabupaten Boyolali tahun 2017 dapat 3 Bagi pelayan kesehatan
disimpulkan sebagai berikut : Kerja sama perawat sangat diperlukan
1. Sebagian besar responden berumur untuk meningkatkan derajat kesehatan
57,5 tahun, berjenis kelamin laki- pasien stroke. Sehingga pasien stroke
laki (68,6%), dengan tingkat mempunyai semangat untuk sembuh.
pendidikan SMA (54,3%), bekerja Hal ini akan mengurangi durasi lama
sebagai petani (51,4%), dan yang menderita stroke, sehingga kualitas
berstatus menikah (88,1%). hidupnya akan semakin baik.
2. Sebagian besar responden lama 4 Bagi peneliti selanjutnya
menderita stroke rata-rata yaitu3,82 Penelitian selanjutnya dapat
tahun. mengembangkan penelitian ini dengan
3. Sebagian besar skore kualitas mengganti salah satu variabel dengan
hidup responden rata-rata yaitu depresi atau psikologi, supaya
64,1. penelitian ini bisa berkembang.
4. Hasil uji Rank Spearman diperoleh
angka signifikan 0,00 <0,05
dengan nilai r=-0,842 6. REFERENSI
menunjukkan korelasi sangat kuat
dan dapat disimpulkan bahwa ada Anggraeni. (2009). General management
hubungan yang signifikan antara of acuteischemic stroke. Joint
lama menderita dengan kualitas Scientific Meeting on Neurology
hidup pasien stroke di wilayah Continuing Medical Education and
kerja Puskesmas Ngemplak pain 2009. Surabaya : Pusat
Boyolali. Penerbitan dan Percetakan
Airlangga University Press (AUP).
Azizah, Sitorus, dan Nursasi. (2011).
SARAN Pengalaman Klien Tentang
1 Bagi pasien stroke Perawatan Post Operasi CABG
Diharapkan pasien stroke untuk Terhadap Kualitas Hidup Dalam
mempunyai alasan untuk hidup, Konteks Askep : Study Fenomology
meskipun mengalami stroke dengan di Unit Pelayanan Jantung
segala keterbatasan gerak. Menerima Terpadu RSUPN Dr. Cipto
pada diri sendiri bahwa stroke masih Mangunkusumo. Jakarta : Tesis UI
tetap dapat disembuhkan dan tetap Bushnull, C.D., Johnston, D.C., Goldstein,
berusaha melakukan latihan gerak fisik, L.B. (2009). Retrospectif
menjaga komunikasi dengan orang lain assessment of initial stroke
sehingga tidak menjadikan rendah diri, severity: Comparison of the NIH
timbul rasa cemas, depresi, dan Stroke Scale and the CNS. Stroke,
kesepian. 32, 656-60. Caplan, L.R., 2009.
2 Bagi keluarga Bays, Cathy L., (2008), “Older Adults
Anggota keluarga diharapkan Description of Hope After Stroke”,
memberikan dukungan secara penuh Rehabilitation Nursing,
kepada pasien stroke terutama dalam Januari/Februari 2008.
membantu memulihkan perasaan Craven, F.R. (2007). Fundamentals of
tenang, damai, dan tujuan untuk hidup nursing: Human health and
dalam menerima kondisi stroke yang function. (5 th ed). Philadelphia:
dialaminya. Sehingga mau Lippincott William & Wilkins.
bersosialisasi dengan lingkungan Dalmida., S.G., Holstad, M.M., Dilorio,
sekitar sehingga meningkatkan kualitas C., & Laderman, G. (2011).
hidupnya. Spiritual Well-Being and Health
Related Quality Of Life Among Terhadap Kemampuan Motorik
African-American Women with Pada Pasien Post Stroke di RSUD
HIV/AIDS. Journal of Appli Res Gambiran. Jurnal keperawatan, P-
Qual Life. 6(2), 139-157. ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-
Darmojo dan Martono. (2006). Geriatri. 0900
Jakarta: Yudistira. Rosiana, E. (2012). Hubungan Dukungan
Fayers P.M., Machin D. (eds). (2007). Keluarga dengan Kepatuhan
Quality of Life: the assessment, Menjalani Fisioterapi pada Klien
analysis, and Pasca Stroke di Instalasi
interpretation of patient-reported Rehabilitasi Medik RSUD Sleman
outcomes. 2nd ed. England: Jhon Yogyakart. Skripsi. Yogyakarta :
Wiley & Sons Ltd, pp: 4-5. Universitas Respati : 11-15
Fatoye, F. O. (2009). Depressive Symtoms Sarafino, E. P. (2006). Health Psychology
and assosiated faktor following : Biopsichososial Interaction. Fifth
serebrovaskular accident among Edition. USA : John Wiley & Sons.
Nigerians. Jurnal of Mental Health, Simamora, Henry. (2006). Manajemen
june 2009; 18 (3):224-232. Sumber Daya Manusia, Edisi 2,
Friedman, M. (2010). Buku Ajar STIE YKPN. Yogyakarta.
Keperawatan Keluarga : Riset, Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Teori, dan Praktek. Edisi 5. Jakarta Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
: EGC Bandung: Alfabeta.
Junaidi, I. (2011). Pengenalan, Suhartini R. (2006). Faktor-faktor yang
Pencegahan, Pengobatan, Mempengaruhi Kemandirian
Rehabilitas stroke, serta tanya- Orang Lanjut Usia, Yayasan dana
jawab tentang Stroke. Jakarta : Sejahtera Mandiri. Universitas
Buana Ilmu Populer. Sumatera Utara
Kuntjoro Z.S., (2006). Dukungan Sosial Watila, M.M., Nyandaiti, Y. W., Bwala, S.
Pada Lansia, e-Psikologi.com A., Ibrahim, A. (2010). “ Gender
Nastiti, D. (2012). Gambaran Faktor Variation Rist Factors and Clinical
Resiko Kejadian stroke pada Presentation of Acute Stroke”,
pasien stroke Rawat Inap di Rumah Journal of Neuroscience and
Sakit Krakatau Medika tahun 2011 Behavioural Health. Volume 3(3),
Skripsi. Jakarta : Universitas hal. 38-43.
Indonesia : 49-50 WHO. (2008). Fact Sheet : The Top Ten
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Causes of. Diakses 18 Januari
Penelitian Kesehatan. Jakarta : 2017.
Rineka Cipta. www.who.int/mediacentere/factshe
Pambudi, H.A. (2008). Studi ets/fs310_2008.pdf .
Fenomenologis : Kecemasan Xiang. (2014). Health Impacts of
keluarga pada pasien stroke yang Workplace Heat Exposure : An
dirawat di ruang HND Santo Lukas Epidemiological Review.
Rumah Sakit Santa Elisabeth Industrial Health 2014, 52, 91-101
Semarang. Review Article.
http://eprints.undip.ac.id/9238/.
diakses pada 13 Januari 2017.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku
Ajar Fundamental : Konsep,
proses, dan praktik. Jakarta : EGC.
Rahayu, K. (2015). Pengaruh Pemberian
Latihan Range of Motion (ROM)

Anda mungkin juga menyukai