Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Peer Group Support Terhadap Kualitas Hidup pada Anak dengan

Leukemia yang menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr


Moewardi

Satria Bima Putra 1), Happy Indri Hapsari 2), Innez Karunia Mustikarani 3)
1)
Mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2,3)
Dosen Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Semakin meningkatnya angka kejadian leukemia pada anak usia 8-12


tahun, membuat anak harus menjalani beragam terapi untuk proses penyembuhan
dan salah satunya adalah kemoterapi. Jika anak tidak mendapatkan kemoterapi
yang adekuat akan mempengaruhi kualitas hidup. Selain kemoterapi dukungan
teman sebaya juga dapat mempengaruhi psikis anak dan juga dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
peer group support terhadap kualitas hidup anak penderita leukemia yang
mejalani kemoterapi.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif quasi experiment dengan rancangan
non randomized control group pretest dan posttest. Pemilihan sampel dengan
menggunakan non probability sampling dengan metode consecutive sampling,
instrumen yang diguanakan adalah kuesioner PedsQL diberikan kepada 36 pasien
anak di bangsal Melati II RSUD Dr Moewardi Surakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan reratasebelum
diberikan intervensi pada kelompok kontrol sebesar 35,6 dan kelompok perlakuan
sebesar 34. Setelah diberikan intervensi pada kelompok kontrol menjadi 30,11 dan
kelompok perlakuan 22,4.Kesimpulan bahwa ada perbedaanrerata kualitas hidup
kelompok perilaku dan kelompok kontrol pada penderita leukemia yang menjalani
kemoterapi di bangsal Melati II RSUD Dr Moewardi Surakarta yang ditunjukkan
dengan nilai p value 0,000 < 0,005.

Kata Kunci: Leukemia, Kemoterapi, Kualitas Hidup, Dukungan Teman Sebaya


Daftar Pustaka: 18 (2007 – 2011)
A. PENDAHULUAN meninggal pada sepuluh tahun
Penyakit kronik dan kedepan bila tidak dilakukan
hospitalisasi sering kali menjadi intervensi yang memadai.
masalah pertama yang harus Penyakit kanker diperkirakan
dihadapi oleh anak. Anak sangat sekitar 2% hingga 4%
rentan terhadap dampak dari menyerang anak. Hal ini
hospitalisasi yang terjadi karena menyumbangkan 10% kematian
stres akibat perubahan dari pada anak-anak. Di Indonesia,
keadaan sehat biasa dan rutinitas ditemukan rerata sekitar 4.000
lingkungan, serta sebagian anak pasien kanker anak yang baru
memiliki mekanisme koping setiap tahunnya dan penyebab
yang terbatas dalam penanganan kanker pada anak-anak belum
stressor. Stressor utama yang diketahui dengan pasti.
dihadapi utama oleh anak adalah Pasien Leukemia yang
perpisahan, kehilangan kendali, menjalani program kemoterapi
cidera tubuh, dan nyeri (Wong, dapat mengalami berbagai
2009). masalah baik secara fisik maupun
Kanker merupakan salah satu psikis.Secara klinis kemoterapi
penyakit pembunuh terbesar di dikatakan adekuat bila keadaan
dunia. Kasus kanker di dunia umum pasien dalam keadaan
tidak hanya menyerang orang baik, mearasa nyaman, tidak ada
dewasa, tetapi juga anak– keluahan berarti dan kualitas
anakpun berisiko terkena kanker hidup pasien semakin baik,
(Yudhasmara, 2009). sehingga jika pasien tidak
Kementrian Kesehatan memperolah kemoterapi secara
(Kemenkes) pada tahun 2013 adekuat akan berakibat
menjelaskan bahwa penderita mempengaruhi kualitas hidup.
kanker pada tahun 2020 Selain dengan kemoterapi yang
jumlahnya akan meningkat adekuat, dukungan keluarga juga
hampir 20 juta penderita, 8,4 dapat meningkatkan kualitas
juta orang diantaranya akan hidup pasien kanker yang
menjalani kemoterapi di rumah kemoterapi di rumah sakit dr
sakit untuk mencapai derajat Moewardi?”
kesehatan serta kualitas hidup Tujuan Penelitian ini ialah
yang lebih baik (Diananda, untuk mengetahui apakah ada
2007). pengaruh peer group support
Di samping dukungan terhadap kualitas hidup anak
keluarga, dukungan antar teman yang sedang menjalani
sebaya juga dapat memberikan kemoterapi di Rumah Sakit
kontribusi untuk kesembuhan Umum Daerah Dr. Moewardi.
anak saat menjalani kemoterapi. Manfaat dilakukannya
Dukungan pada anak dapat penelitian ini Peneliti dapat
memberikan hubungan yang kuat mengetahui apakah peer group
dengan kondisi kesehatan anak. support memiliki pengaruh
Hubungan dengan orang lain terhadap kualitas hidup anak
dapat mengubah pandangan dengan leukemia yang sedang
individu terhadap kejadian menjalani kemoterapi.
sehingga dapat menurunkan
kemungkinan terjadinya stres B. METODOLOGI
(Orford, 1992; Sarafino, 2006). Penelitian ini dilakukan mulai
Hubungan dengan teman sebaya tanggal 5 Juli – 7 Agustus 2016.
pada anak usia sekolah dan Bertempat di Bangsal Melati II
remaja yang dirawat merupakan RSUD Dr. Moewardi.
salah satu kebutuhan psikosial Jenis penelitian ini
anak (Hart & Rollins, 2011). merupakan penelitian kuantitatif,
Berdasarkan latar belakang desain penelitian menggunakan
diambil rumusan masalah metode eksperimen semu (quasi
“Bagaimana pengaruh peer experiment) dengan rancangan
group support terhadap kualitas Group Pretest and Posttest
hidup anak penderita leukemia Design with Equivalent Control
yang sedang menjalani Group (Notoadmodjo, 2010).
Jumlah pasien anak dengan analisa variabel karakterisstik
leukemia yang ada di RSUD Dr. responden yang meliputi umur,
Moewardi berjumlah 147 orang. tingkat pendidikan dan jenis
Populasi dalam penelitian ini kelamin. Analisis bivariat adalah
adalah pasien anak dengan analisis yang dilakukan untuk
leukemia yang menjalani mengetahui keterkaitan dua
kemoterapi yang berusia 8-12 variabel. Analisa ini digunakan
tahun yang berjumlah 40 orang, untuk menguji pengaruh peer
serta mengalami gangguan group support terhadap kualitas
kualitas hidup di bangsal melati hidup anak dengan leukimia
II di RSUD Dr. Moewardi. yang sedang menjalani
Teknik pengambilan sampling kemoterapi dengan
adalah non probability sampling menggunakan uji dependent T-
dengan metode conseccutive Test. (Dahlan, 2012).
sampling(Dharma, 2011).
Sampel yang diambil C. HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan rumus ANALISIS UNIVARIAT
penghitungan sampel, sehingga 1. Karakteristik Usia
dari 40 orang pasien di Bangsal Responden
Melati II yang memenuhi Tabel 4.1. Karakteristik Usia
Responden di Bangsal
kriteria inklusi dan eksklusi
Melati II
hanya 36 responden yang (n = 36)
diambil untuk dilakukan
penelitian. 18 responden untuk
kelompok kontrol dan 18
responden untuk kelompok
perlakuan.
Analisis data pada penelitian
ini meliputi analisis univariat Berdasarkan tabel 4.1. dapat
dan bivariat. Analisa univariat diketahui bahwa sebagian besar
pada penelitian ini berisi tentang usia responden berada pada usia
8 tahun (38,9%) dan paling yang mempengaruhinya yaitu
sedikit pada usia 12 tahun umur pasien (WHO, 2004).
(8,3%). Usia adalah umur
individu yang terhitung saat 2. Karakteristik Tingkat
lahir sampai berulang tahun. Pendidikan Responden
Semakin cukup umur, tingkat Tabel 4.2. karakteristik
tingkat pendidikan di
kematangan dan kekuatan
Bangsal Melati II
seseorang akan lebih matang (n = 36)
dalam berfikir dan bekerja
(Wawan & Dewi, 2011).
Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Wijayanti
(2012) menunjukkan bahwa
pada anak usia sekolah dan
remaja yang dirawat lebih Berdasarkan tabel 4.2. dapat
banyak memiliki dukungan peer diketahui bahwa sebagian besar
group dalam kategori cukup tingkat pendidikan anak adalah
yaitu sebanyak 51 orang (51%). SD (97,2%) dan SMP (2,8%).
Artinya terapi dan usia anak juga Dalam hal ini usia dan tingkat
menentukan pada kualitas hidup pendidikan memegang peranan
pasien karena pada usia sekolah penting bagi seseorang untuk
anak yang menderita leukimia mengembangkan prespektif
cenderung memiliki interaksi dirinya (Rizkiana dan
yang kurang. Retnaningsih, 2010).
Selain itu rentan umur 8-12 Selain itu kualitas hidup
tahun merupakan katagori anak pasien kemoterapi salah satu
yang mempunyai resiko lebih faktor yang mempengaruhinya
tinggi terkena leukemia. yaitu pendidikan pasien
Terlebih kualitas hidup pasien (WHOQoL, 2004). Kondisi
kemoterapi salah satu faktor tersebut menjelaskan bahwa
penderita leukimia lebih banyak
pada anak sekolah dasar. Tentu Berdasarkan laporan dari
dengan berpendidikan atau Surveilannce Epidemilogy And
masih berkolah pada Sekolah End Result (SEER) di Amerika
Dasar akan sangat berpengaruh Serikat tahun 2009, kejadian
pada kualitas hidup anak. leukemia lebih besar laki-laki
Dalam kondisi ini pula, anak daripada perempuan dengan
yang berpendidikan SD lebih perbandiang 57,22%:42,77%.
mudah menerima apa yang Hal ini secara umum sesuai
disampaikan oleh peneliti dengan WHOQoL (2004) yang
tentang peer group support menyatakan bahwa kualitas
sehingga taraf kualitas hidup hidup pasien kemoterapi salah
anak dapat meningkat. satu faktor yang
mempengaruhinya yaitu jenis
3. Karakteristik Jenis Kelamin kelamin pasien. Pada data yang
Responden sudah dilakukan peneliti,
Tabel 4.3. Karakteristik jenis didapatkan hasil bahwa jenis
kelamin di Bangsal Melati II
kelain perempuan lebih banyak
(n = 36)
daripada laki-laki. Hal ini
berbeda dengan teori yang sudah
ada sebelumnya. Dalam hal ini
belum diketahui secara pasti,
mengapa jenis kelamin
perempuan lebih banyak
daripada laki-laki.

Berdasarkan tabel 4.3. dapat


diketahui bahwa jenis kelamin 4. Gambaran kualitas hidup

paling tinggi adalah perempuan sebelum dan sesudah

(61,1%) dan laki-laki (38,9%). Tabel 4.4. Kelompok


perlakuan
Insiden rate untuk seluruh jenis
leukemia lebih tinggi laki-laki
daripada perempuan.
Support. Dukungan peer group
merupakan salah satu sumber
dukungan sosial yang natural
berasal dari interkasi yang
Tabel 4.5. Kelompok spontan (Kunjoro, 2002).
Kontrol
Dukungan teman sebaya
merupakan pemberian informasi,
bantuan, atau materi yang
didapat dari teman sebaya yang
Kualitas hidup sehat pada akrab. Dukungan teman sebaya
penderita leukimia di bangsal membuat anak merasa
melati II RSUD Dr. Moewardi diperhatikan, dihargai, dicintai,
berdasarkan kelompok dibantu, didorong, dan diterima
perlakuan sebelum pemberian ketika dalam kesulitan (Sarafino,
intervesi peer group support 2006).
memiliki nilai mean sebesar 34 Setelah intervensi peer
dengan nilai sebesar 38 dan group support diberikan pada
didapatkan standart deviasi penderita leukimia di bangsal
sebesar 2,85. Sedangkan pada melati II RSUD Dr. Moewardi
kelompok kontrol sebelum dapat dilihat hasilnya pada
diberikan intervensi mempunyai kelompok perlakuan yaitu nilai
nilai mean sebesar 35 dengan mean sebesar 22, nilai mimum
nilai sebesar 38 dan standart sebesar 20 dan nilai maksimum
deviasi sebesar 2,7. sebesar 25. Terlihat jelas adanya
Kondisi ini menjelaskan peningkatan kualitas hidup
bahwa baik pada kelompok pasien leukimia, hal ini
perilaku dan kontrol masing- menunjukkkan bahwa intervensi
masing memiliki nilai yang melalui peer group support
cukup tinggi. Artinya ada cukup ampuh dalam
intervensi sangat diperlukan, menanggulangi masalah kualitas
terutama intervensi Peer Group hidup anak leukemia.
Pada kelompok kontrol juga
mengalami penigkatan kualitas
hidup dengan nilai mean sebesar
30,1, nilai mimum sebesar 28
dan nilai maksimum sebesar 32. Berdasarkan hasil analisis
menunjukkan bahwa pada
Jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol ada perbedaan
kelompok perilaku perbedaan
sebelum dan sesudah diberikan
keduanya sangat jauh, seperti
perlakuan pada penderita leukemia
halnya nilai mean pada
yang menjalani kemoterapi di
kelompok perilaku berubah bangsal melati II RSUD Dr.
sampai 11, sedangkan pada Moewardi Surakarta. Adapun pada
kelompok kontrol hanya berkisar kelompok kontrol juga
5. Hal ini tidak lepas dari tujuan menunjukkan ada perbedaan
pemberian peer group support sebelum dan sesudah meski tidak

yaitu bahwa hubungan teman diberikan perlakuan pada penderita

sebaya dapat mengurangi leukemia yang menjalani


kemoterapi di bangsal melati II
perasaan isolasi pada anak dan
RSUD Dr. Moewardi dengan nilai
melindungi individu dari
p value 0,000 < 0,005. Hal ini
kejadian yang penuh stres.
dikarenakan terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi kualitas
ANALISIS BIVARIAT hidup pasien terutama pada anak-
1. Uji beda kualitas hidup anak (WHO, 2004).
sebelum dan setelah Tingkat kuslitas hidup pada
dilakukan intervensi pada pasien anak dengan leukemia
kelompok kontrol sebelum pemberian intervensi peer

Tabel 4.7. kelompok kontrol group support pada kelmpok


kontrol memiliki nilai mean 35,6
dengan nilai maksimum 41 dan
minimum 32. Dan setelah
pemberian intervensi nilai men
Tabel 4.8. kelompok berubah menjadi 30,1 dengan nilai
perlakuan maksimum 32 nilai minimum 28.
Terdapat peningkatan nilai kalitas mean sebesar 22,4 dengan nilai
hidup meskipun sangat rendah atau maksimum 22 dan nilai minimum
tidak terlalu bermakna. 20. Kondisi ini memberikan
Tentunya kualitas pasien gambaran berate intervensi peer
kemoterapi penderia leukimia juga goup support sangat berpengaruh
memiliki kualitas yang beragam dalam meningkatkan kualitas hidup
dari kualitas yang rendah sampai pasien anak dengan leukemia di
kualitas paling tinggi. Hal ini tentu RSUD Dr Moewardi.
juga dipengaruhi oleh faktor lain PenelitianPediatri (2009) yang
yang tidak dibahas dalam penelitan menunjukkan bahwa separuh anak
ini seperti hal nya fisik, sosial, dengan thalasemia mayor di pusat
psikis dan lingkungan (WHO, thalasemia RSCM (50,5%)
2009). memiliki kualitas hidup yang
Berdasarkan hasil analisis buruk. Kualitas hidup tersebut
menunjukkan bahwa pada berhubungan dengan tingkat
kelompok perilaku ada perbedaan pendapatan orang tua, suku dan
sebelum dan sesudah diberikan tampilan facies cooly. Interpretasi
perlakuan pada penderita leukemia dari hasil penelitian ini peer group
yang menjalani kemoterapi di support dapat meningkatkan
bangsal melati II RSUD Dr. kualitas hidup pasien leukimia di
Moewardi. Adapun dalam bangsal melati II RSUD Dr.
kelompok perilaku menunjukkanp Moewardi Surakarta.
value 0,000 < 0,005. 2. Uji perbedaan kualitas hidup
Hasil tersebut berarti ada sebelum dilakukan intervensi
perbedaan tingkat kualitas hidup pada kedua kelompok
sebelum dan sesudah diberikan Tabel 4.9. sebelum intervensi
intervensi peer group support pada
kelompok perlakuan. Hal tersebut
dapat dilihat pada nilai mean Tabel 4.10. sesudah intervensi
sebelum dilakukan intervensi
sebesar 34 dengan nilai maksimum
Hasil analisis tentang kualitas
38 dan nilai minimum 28. Dan
hidup setelah diberikan intervensi
setelah pemberian terapi peer group
pada kelompok perilaku dan
support terdapat perbedaan nilai
kelompok kontrol dalam penelitian identitas dimana remaja memulai
ini menunjukkan p value 0,000 < pencarian identitas kelompok
0,005. Kondisi ini semakin dengan membina hubungan dengan
memperjelas bahwa pemberian teman sebaya (Santrock, 2008;
intervensi peer group Wong, 2009). Anak usia sekolah
supportbahwa terdapat berbedaan mengalami peningkatan hubungan
antara rata-rata kualitas hidup di sosial, dimana teman sebaya
bangsal Melati II RSUD Dr memiliki pengaruh yang sangat
Moewardi Surakarta. Kondisi ini besar (Solikhah, 2011).
menjelaskan masing-masing Cohen dalam Dennis (2003)
mempunyai perbedaan sebelum dan menyampaikan peer support
sesudah. Namun secara kelompok menjadi elemen yang
juga mempunyai perbedaan. berpengaruh secara signifikan
Artinya pemberian atau adanya dalam membangun kualitas
intervensi peer group support pada kesehatan. Hubungan sosial
pasien anak dengan leukimia sangat khusunya teman menurut Cohen
bermanfaat, untuk peningkatan dalam Dennis (2003) dapat
kualitas hidupnya. memberikan dukungan psikologis
Dukungan teman sebaya dan membantu anak untuk
merupakan sumber dukungan yang mengatasi trauma. Dukungan juga
penting pada anak usia sekolah. dapat mengurangi perasaan sendiri
Pernyataan ini sesuai dengan teori pada anak.
Erikson dalam Wong (2009)
dimana anak usia sekolah berada
dalam fase industri dimana anak
mulai ingin bekerja untuk D. SIMPULAN DAN SARAN
menghasilkan sesuatu dengan 1. SIMPULAN
mengembangkan kreativitas, a. Kualitas hidup sebelum
keterampilan, dan terlibat dalam diberikan intervensipeer
pekerjaan yang berguna secara group support pada
sosial (Santrock, 2008; Wong, kelompok perilaku
2009). diperoleh nilai rerata
Remaja menurut Erikson sebesar 34 dan kelompok
berada dalam tahap pencarian kontrol diperoleh nilai
rerata sebesar 35 perilaku dan dengan
b. Kualitas hidup setelah kwlompok kontrol pada
diberikan intervensi peer penderita leukemia yang
group support pada menjalani kemoterapi di
kelompok perilaku bangsal melati II RSUD Dr.
diperoleh nilai rerata Moewardi Surakarta, yang
sebesar 22dan kelompok ditunjukkan dengannilai p
kontrol diperoleh nilai value sebesar 0,000 < 0.05.
rerata sebesar 30. yang artinya Ho ditolak dan
c. Ada perbedaan sebelum Ha diterima.
dan sesudah diberikan
perlakuan pada penderita 2. SARAN
leukemia yang menjalani Adanya berbagai
kemoterapi di bangsal keterbatasan dan kekurangan dari
melati II RSUD Dr. penelitian ini, maka penulis
Moewardi, yang memberikan saran sebagai berikut:
ditunjukkan nilai mean a. Bagi rumah sakit
sebesar 11 dan p value = Bagi rumah sakit
0,000 < 0,05 yang artinya diharapkan peer group
Ho ditolak dan Ha diterima. support dapat menjadi salah
d. Ada perbedaan sebelum satu intervensi keperawatan
dan sesudah meski tidak dan juga dapat menjadi
diberikan perlakuan pada bahan edukasi untuk
penderita leukemia yang keluarga bahwa pentingnya
menjalani kemoterapi di duungan teman sebaya
bangsal melati II RSUD Dr. untuk meningkatkan
Moewardi, yang kualitas hidup anak dan
ditunjukkan dengan nilai juga untuk memenuhi
mean sebesar 5 dan p value kebutuhan psikologi anak
= 0,000 < 0,05. Yang yang dirawat di rumah
artinya Ho ditolak dan Ha sakit.
diterima. b. Bagi institusi pendidikan

e. Perbedaan antara rerata Sebagai referensi

kualitas hidup kelompok khususnya bahan ajar


Perawatan Kesehatan Anak dapat diterapkan sebagai
mengenai pengaruh intervensi keperawatan
intervensipeer group dalam penanganan masalah
support dalam materi keperawatan anak.
hospitalisasi terutama
terkait dengan gambaran DAFTAR PUSTAKA
dukungan peer group Aritonang, MV 2008. Pengalaman
support dan kualitas keluarga dengan anak yang
menderita penyakit kronik.
dukungan peer group Skripsi, Universitas Sumatera
support pada anak yang Utara, Medan
mengalami hospitalisasi.
Dahlan, M Sopiyudin, (2008).
c. Bagi peneliti lain Statistik kedokteran dan
Peneliti selanjutnya Kkesehatan. Jakarta: Salemba
Medika
diharapkan melakukan
penelitian yang sama Departemen Keseehatan RI 2013.
tentang peer group support ‘Aktivitas fisik dan diet
seimbang mencegah kanker’.
dengan Diakses dari
memperteimbangkan faktor http://www.depkes.go.id/inde
yang juga mempengaruhi
x.php?vw=2&id=170. Pada
tanggal 20 Februari 2016
kualitas hidup bagi pasien
berupa fisik, sosial, psikis Dharma, K.K. (2011). Metodologi
penelitian keperawatan :
dan lingkungan yang
Panduan melaksanakan dan
mempengaruhi derajat menerapkan hasil penelitian.
kualitas hidup. Dengan Jakarta : TIM
rentang waktu yang lebih Diananda. (2007). Mengenal seluk-
lama dan jumlah sampel beluk kanker. Jogjakarta:
Katahati
yang lebih besar.
d. Bagi peneliti Hart, R., & Rollins, J. (2011).
Dengan adanya Therapeutic activities for
children and teens coping
penelitian ini diharapkan
with health issues.New
peneliti juga dapat Jersey: John Willey and
melanjutkan penelitian ini soons Inc
lebih lanjut pada tingkat Hockenberry, M., & Wilson, D.
pendidikan selanjutnya dan (2007). Wong’s nursing care
of infants and children. St. Sugiyono. (2009). Metode penelitian
Louis: Mosby Elsevier kuantitatif kualitatif dan R &
D. Bandung : Alfabeta
Indanah. (2010). Analisis faktor yang
berkaitan dengan ‘self care Sumantri, A. (2011). Metodologi
behavior’ pada anak usia penelitian kesehatan, Edisi 1,
sekolah dengan talasemia Kencana media group,
mayor di RSPUN Dr. Cipto Jakarta
Mangun Kusumo Jakarta.
Tesis Depok: Fakultas Ilmu WHO. (2009). Quality of life-BREF.
Keperawatan Universitas
Indonesia. Yudhasmara. (2009). Deteksi dini
penyakit kanker pada anak.
Katz, LF, Leary, A, Breiger, D, Diakses dari
Freidman, D (2010). Pediatric http://koranindonesia.wordpre
cancer and the quality of ss.com. Pada tanggal 20
children’s dyadic peer Februari 2016
interactions, Journal od
Pediatric Psychology. Vol.
36, No. 2

Kunjoro, Z.S. (2002). Dukungan


sosial pada lansia. Dikutip
30 Februari 2016.
http://www.e-
psikologi.com/epsi/search.asp

Notoadmodjo. (2010). Metodelogi


pennelitian kesehatan. Jakarta :
PT Rineka Cipta

Nursalam. (2011). Manajemen


keperawatan edisi 3. Jakarta :
Salemba Medika

Rizkiana, U & Retnaningsih (2009).


Penerimaan diri pada remaja
penderita leukemia,Jurnal
Psikologi, Vol. 2, No. 2

Santrock, J.W. (2008). Life span


development (12th ed.). New
York: McGraw Hill.

Anda mungkin juga menyukai