Anda di halaman 1dari 10

The 6th University Research Colloquium 2017

Universitas Muhammadiyah Magelang

Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarga Terhadap


Harga Diri Penderita TBC di Wilayah Kerja
Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus Tahun 2015
Anny Rosiana Masithoh1*, Iswatun Qasanah2, Deni Hertiana3
1,2,3
Progam Studi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
*Email: annyrosiana@stikesmuhkudus.ac.id

Abstrak
Keywords: Menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian
Psikoedukasi, 3 juta orang pertahun. Dinegara berkembang kematian ini merupakan 25%
keluarga, harga diri, dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan.
TBC Diperkirakan 95% penderita TB berada dinegara-negara berkembang.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi psikoedukasi
keluarga terhadap harga diri penderita TBC di Wilayah kerja Puskesmas
Undaan kabupaten Kudus tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah Quasy
Ekperimmental. Metode penelitian Nonequivalent control group pre test-
post test, sampel sebanyak 40 responden penderita TBC dan keluarga
dengan tehnik sampling jenuh dengan alat ukur kuesioner dan buku kerja.
Analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Uji pengaruh
penelitian menggunakan wilcoxon. Penelitian tentang pengaruh terapi
psikoedukasi keluarga terhadap harga diri penderita tbc diwilayah kerja
puskesmas undaan kabupaten kudus dengan menggunakan Uji Wilcoxon
didapatkan bahwa variabel sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada
kelompok kontrol p value > 0,05 yakni sebesar p = 0,317. Sedangkan pada
variabel sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi p value
< 0,05 yakni p = 0,035. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Maka dapat
disimpulkan bahwa ada Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Harga
Diri Penderita TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Undaan Kabupaten
Kudus.

1. PENDAHULUAN dengan kematian 3 juta orang per tahun.


Menurut World Health Organization Dinegara berkembang kematian ini merupakan
(WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya
keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95%
dan sosial serta bukan hanya bebas dari penderita TB berada dinegara-negara
penyakit. Ada beberapa faktor yang berkembang. (RSPISS, 2007)
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat Di kawasan Asia Tenggara, data WHO
diantaranya tingkat ekonomi, pendidikan, menunjukkan bahwa TBC membunuh sekitar
keadaan lingkungan, kesehatan dan budaya 2000 jiwa setiap hari. Dan sekitar 40% dari
sosial. kasus TBC di dunia berada di kawasan Asia
Mycobacterium tuberculosis sebagai Tenggara. Secara kasar diperkirakan setiap
penyebab penyakit TB Paru telah menginfeksi 100.000 penduduk terdapat 130 penderita baru
sepertiga penduduk dunia. Menurut WHO TB Paru BTA positif. ( Depkes RI, 2010)
sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB

ISSN 2407-9189 529


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

Stigma tentang TBC adalah penyakit menaikkan harga diri, diantaranya terapi
orang miskin, penyakit keturunan dan penyakit kognitif, grafoterapi, terapi aktifitas kelompok,
tidak dapat disembuhkan (Depkes 2012). penerapan konseling realita, logoterapi dan
Apabila orang yang ada di sekitar mengetahui psikoedukasi. Disini, peneliti tertarik untuk
penderita menderita penyakit TB, maka menggunakan Psikoedukasi keluarga untuk
penderita akan mendapatkan stigma yang menaikkan harga diri.
buruk seperti : dicemooh, enggan berinteraksi Psikoedukasi keluarga adalah salah satu
dengan penderita dan mengatakan bahwa elemen program perawatan kesehatan jiwa
penyakit tersebut sebuah kutukan. Stigma yang keluarga dengan cara pemberian informasi,
mereka dapatkan sangat mempengaruhi edukasi melalui komunikasi yang terapeutik.
psikososial penderita TB karena penderita TB Program ini merupakan pendekatan yang
akan merasa sedih, mengucilkan diri, bersifat edukasi dan pramatise. Tujuan dari
menganggap dirinya tidak berarti dan malu program psikoedukasi adalah menambah
untuk bersosialisasi. Dari dampak tersebut pengetahuan tentang gangguan jiwa anggota
apabila penderita tidak memiliki mekanisme keluarga sehingga diharapkan dapat
koping yang baik, maka penderita dapat menurunkan angka kekambuhan dan
mengalami stres yang berkepanjangan meningkatkan fungsi keluarga (Stuart &
sehingga menimbulkan penurunan harga diri. Laraisa, 2005). Psikoedukasi keluarga adalah
Berdasarkan penelitian terkait yang terapi yang digunakan untuk memberikan
dilakukan oleh Yuliana (2013) tentang informasi pada keluarga untuk meningkatkan
hubungan harga diri dengan perilaku pada ketrampilan dalam merawat anggota keluarga
penderita TB di RSUD Arifin Achmad yang mengalami psikososial sehingga
Pekanbaru menunjukkan hasil klasifikasi rata- diharapkan keluarga akan mempunyai koping
rata responden memiliki harga diri rendah yaitu positif terhadap kecemasan dan beban yang
sebanyak 19 responden(63,7%), dan untuk dialaminya (Goldenberg & Goldengerg,2004).
perilaku didapatkan bahwa responden yang Hasil survei awal yang dilakukan pada
memiliki perilaku negatif sebanyak 18 tanggal 10-11 November 2014 dengan
responden (60%). Berdasarkan uji statistik wawancara didapatkan hasil bahwa dari 10
menunjukkan ada hubungan antara harga diri keluarga penderita TBC mengatakan masih
dengan perilaku pada penderita TB Paru di kurang mendukung klien karena tidak
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. mengetahui informasi tentang bagaimana cara
Adanya suatu keadaan yang serius adalah untuk memberikan dukungan harga diri untuk
penurunan harga diri pada diri seseorang. anggota keluarga yang menderita TBC.
Anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh sedangkan dari 10 responden penderita TBC
yang mendalam pada sistem keluarga, mengatakan sedih dengan keadaan dirinya,
khususnya pada struktur peran dan karena sering batuk dan merasa malu ketika
pelaksanaan struktur keluarga, karena anggota batuk. Penderita juga menyatakan bahwa
keluarga merasa cemas penurunan harga diri ketika ingin batuk, penderita memisahkan diri
anggota keluarganya. dulu dari anggota kelompoknya karena
Terapi adalah suatu interaksi sistematis penderita takut diketahui orang lain bahwa
antara pasien dan terapis yang menggunakan dirinya menderita TB Paru. Penderita juga
prinsip-prinsip psikologi untuk mengatasi menyatakan bahwa jika hendak batuk,
tingkah laku abnormal dan memecahkan penderita menutup mulut dan menahan
masalah-masalah dalam hidup dan batuknya agar tidak terdengar oleh orang lain.
berkembang sebagai seorang individu. Ada
beberapa terapi yang dapat digunakan untuk

530 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

2. METODE Tabel 2 Distribusi Fekuensi Responden


Rancangan penelitian ini menggunakan Berdasakan Jenis Kelamin
menggunakan jenis penelitian Quasy
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%)
Ekperimmental, desain ini mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi Laki-laki 21 52,5
sepenuhnya untuk mengontrol variabel- Perempuan 19 47,5
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan Total 40 100
eksperiment (Sugiyono, 2010)
Sedangkan desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah desain Berdasarkan tabel 2 di atas dapat
penelitian Nonequivalent control group pre disimpulkan bahwa sebagian besar jenis
test-post test. Desain ini bertujuan kelamin penderita TBC adalah laki-laki
mengidentifikasi hubungan sebab akibat dengan jumlah 21 responden (52,5%) dan
dengan cara melibatkan dua kelompok subyek. paling sedikit adalah perempuan dengan
Kelompok subyek diobservasi lagi setelah jumlah 19 responden (47,5%)
intervensi.
Populasi penelitian ini adalah semua Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden
penderita TBC yang tercatat di Puskesmas Berdasarkan Pekerjaan
Undaan sejumlah 40 orang. Dan 40 responden
dan keluarga yang tercatat di Puskesmas adalah Pekerjaan Frekuensi Prosentase
Tidak Bekerja 13 32,5
sampel yang digunakan. Sampel didapat
Pelajar 5 12,5
dengan tehnik sampling jenuh Buruh 10 25
Petani 12 30
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Total 40 100
3.1. Hasil
Berdasarkan table 3 di atas dapat
3.1.1 Identitas Responden disimpulkan bahwa sebagian besar
penderita TBC adalah tidak bekerja dengan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
jumlah 13 responden (32,5%), dan paling
Berdasarkan Umur
sedikit adalah pelajar dengan jumlah 5
Usia Frekuensi Prosentase (%) responden (12,5%).
<50 tahun 25 62,5 3.1.2 Deskriptif Variabel
>50 tahun 15 37,5 a. Harga Diri sebelum terapi kelompok
Total 40 100 intervensi

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat Tabel 4 Distribusi frekuensi Harga Diri sebelum
disimpulkan bahwa sebagian besar umur terapi Psikoedukasi Keluarga Pada Kelompok
pasien yang menderita TBC adalah <50 Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Undaan
Kabupaten Kudus Tahun 2015
tahun dengan jumlah 25 responden
(62,5%), dan paling sedikit adalah umur
Harga Diri Frekuensi Persentase (%)
>50 tahun dengan jumlah 15 responden Tinggi 8 20,0
(37,5%). Rendah 12 30,0
Total 20 50,0

Pada tabel 4 di atas dapat diketahui


bahwa responden sebelum dilakukan

ISSN 2407-9189 531


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

psikoedukasi keluarga kelompok intervensi d. Harga Diri tanpa terapi saat post test pada
harga diri penderita TBC pada kategori kelompok kontrol
tinggi sebanyak 8 (20,0%), sedangkan pada
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Harga Diri Tanpa
kategori rendah sebanyak 12 (30,0%).
Psikoedukasi keluarga saat Post Test Pada
Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas
b. Harga Diri sesudah terapi kelompok Undaan Kabupaten Kudus Tahun 2015
intervensi
Harga Diri Frekuensi Persentase (%)
Tabel 5 Distribusi frekuensi Harga Diri sesudah
Tinggi 10 25,0
terapi Psikoedukasi Keluarga Pada Kelompok
Rendah 10 25,0
Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Undaan
Total 20 50,0
Kabupaten Kudus Tahun 2015

Harga Diri Frekuensi Persentase (%) Pada tabel 7 menunjukkan bahwa


Tinggi 15 37,5 Harga Diri responden kelompok kontrol
Rendah 5 12,5 sesudah psikoedukasi keluarga menduduki
Total 20 50,0 kategori tinggi sebanyak 10 (25,0%),
sedangkan kategori rendah sebanyak 10
Pada tabel 5 di atas diketahui bahwa (25,0%).
sesudah dilakukan psikoedukasi keluarga
pada kelompok intervensi, Harga Diri 3.1.3 Perbandingan Harga Diri sebelum dan
penderita TBC berada pada kategori tinggi sesudah terapi
sebanyak 15 (37,5%), sedangkan kategori
rendah sebanyak 5 (12,5%). Tabel 9 Perbandingan Harga Diri Sebelum Dan
Sesudah Di Berikan Psikoedukasi Keluarga Pada
Kelompok Kontrol Dan Kelompok Perlakuan Di
c. Harga Diri tanpa terapi saat pre test Wilayah Kerja Puskesmas Undaan Kabupaten
kelompok kontrol Kudus Tahun 2015
Variabel N Mean SD Pvalue
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Harga Diri Tanpa Harga Diri
Psikoedukasi keluarga saat Pre Test Pada pada
Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Kelompok 0,317
Undaan Kabupaten Kudus Tahun 2015 Kontrol
Sebelum 20 1,55 0,510
Harga Diri Frekuensi Persentase (%) Perlakuan
Tinggi 9 22,5 Sesudah
Rendah 11 27,5 Perlakuan 20 1,50 0,513
Total 20 50,0 Harga Diri
Kelompok
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa Intervensi 0,035
kelompok kontrol sebelum psikoedukasi Sebelum 20 1,60 0,503
keluarga, Harga Diri pada kategori tingi Perlakuan
sebanyak 9 (22,5), sedangkan kategori Sesudah 20 1,25 0,444
Perlakuan
rendah sebanyak 11 (27,5).
Setelah dilakukan Uji Wilcoxon
didapatkan bahwa hasil selisih
perbandingan rata-rata Harga Diri pada
kelompok intervensi adalah 0,035, selisih
perbandingan rata-rata Harga Diri pada

532 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

kelompok kontrol adalah 0,317. Dan Diri penderita TBC berada pada kategori
didapatkan p value sebesar 0,035 < α (0,05). tinggi sebanyak 15 (37,5%) dan kategori
Dengan demikian Ha diterima dan Ho rendah sebanyak 5 (12,5%). Sedangkan
ditolak yang berarti ada Pengaruh Harga Diri responden kelompok kontrol
Psikoedukasi Keluarga Terhadap Harga sesudah dilakukan terapi psikoedukasi
Diri Penderita TBC di Wilayah Kerja keluarga menduduki kategori tinggi sebanyak
Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus. 10 (25,0%), sedangkan kategori rendah
sebanyak 10 (25,0%).
3.2. Pembahasan Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
a. Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap setelah diberi perlakuan berupa psikoedukasi
Harga Diri Penderita TBC sebelum perlakuan keluarga, sebagian besar penderita TBC
Dari penelitian yang sudah dilakukan berada pada kategori tinggi. Adanya
tersebut, dapat diketahui bahwa sebelum peningkatan harga diri penderita dipengaruhi
dilakukan terapi psikoedukasi keluarga pada oleh peran keluarga untuk meningkatkan
kelompok intervensi, harga diri penderita harga diri anggota keluarganya sebagai
TBC kategori tinggi sebanyak 8 (20,0%), dan bentuk kemauan, keikutsertaan dan
kategori rendah sebanyak 12 (30,0%). Pada kemampuan keluarga untuk memberikan
kelompok kontrol sebelum dilakukan terapi bantuan kepada salah satu anggota keluarga
psikoedukasi keluarga, Harga Diri pada yang membutuhkan pertolongan yang baik
kategori tingi sebanyak 9 (22,5), sedangkan dalam hal pemecahan masalah, pemberian
kategori rendah sebanyak 11 (27,5). keamanan dan peningkatan harga diri.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Individu yang menerima dukungan tersebut
sebagian besar penderita TBC berada pada menganggap bahwa dirinya dicintai,
kategori rendah. Masih besarnya nilai pada diperhatikan, dan berharga. Jika individu
kategori rendah dipengaruhi oleh kurangnya diterima dan dihargai secara positif, maka
dukungan keluarga yang mengarah ke jiwa individu tersebut cenderung
penderita yang masih belum di praktekkan mengembangkan sikap positif terhadap diri
oleh keluarga. Dalam memberikan dukungan sendiri dan lebih menerima juga menghargai
dan perannya terhadap salah satu anggota dirinya sendiri (Niven, 2002).
keluarga yang menderita suatu penyakit, Pengunaan Terapi Psikoedukasi
dukungan dari seluruh anggota keluarga Keluarga sangat berperan dalam perubahan
sangat penting dalam proses penyembuhan harga diri penderita TBC. Hal ini sesuai
dan pemulihan penderita, terutama dukungan dengan beberapa manfaat dari psikoedukasi
sosial keluarga baik secara emosional, keluarga diantaranya mempercepat proses
penghargaan, instrumental dan kesembuhan melalui keluarga, memperbaiki
informasional. Selain itu keluarga juga bisa hubungan interpersonal pasien/klien dengan
berfungsi untuk meningkatkan harga diri tiap anggota keluarga proses sosialisasi yang
pasien TB sehingga terwujud peningkatan dibutuhkan dalam upaya rehabilitasinya.
harga diri pasien TB dan terapi yang Pada penelitian ini, terapi psikoedukasi untuk
diberikan dapat berjalan dengan baik. keluarga penderita TB dilakukan dengan
melalui beberapa sesi, yaitu :
b. Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Sesi 1 : Pengkajian masalah keluarga
Harga Diri Penderita TBC sesudah perlakuan dengan TBC Paru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pada sesi ini, keluarga akan
sesudah dilakukan terapi psikoedukasi mengungkapkan bagaimana perasaan dan
keluarga pada kelompok intervensi, Harga masalah anggota keluarganya yang

ISSN 2407-9189 533


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

mengalami perubahan harga diri. Dengan edukasi untuk anggota keluarga agar dapat
adanya sesi ini, konflik apa saja yang dialami lebih tanggap mengenal masalah. Setelah
oleh penderita yang menyebabkan harga diri mengenal, keluarga dapat mengambil
rendah dapat diketahui dan dapat dibantu keputusan yang tepat untuk anggota
untuk menyelesaikan oleh anggota keluarganya yang lain. Setelah mendapatkan
keluarganya, komunikasi antar keluarga pemahaman, mampu mengenal masalah, dan
dengan penderita TBC dapat berjalan dengan dapat mengambil keputusan, keluarga sudah
baik. Apabila keluarga mampu melakukan dapat mempengaruhi harga diri anggota
hal tersebut maka harga diri penderita dapat keluarganya yang mengalami perubahan
meningkat. (Rahayu, 2011) harga diri. Dibuktikan dengan hasil penelitian
Sebagai contoh yang dilakukan peneliti yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja
pada saat penelitian, beberapa item dalam Puskesmas Undaan. Dari 20 responden pada
pengkajian meliputi: Apakah ada masalah kelompok intervensi setelah diberikan terapi
dalam anggota keluarga, Apa masalah dalam psikoedukasi keluarga, Harga diri 20
keluarga Anda, Bagaimana cara mengatasi responden mengalami perubahan. Yang
masalah dalam keluarga. Setelah dilakukan mulanya responden yang mengalami Harga
beberapa pengkajian di keluarga tersebut, Diri Tinggi 8 orang, naik menjadi 15 orang.
peneliti mengetahui masalah dalam keluarga Sesi 3 : Manajemen stres keluarga yang
dan peneliti melanjutkan pada sesi meliputi manajemen stres yang dialami
selanjutnya. keluarga.
Sesi 2 :Penyampaian Materi meliputi Pada sesi ketiga ini, keluarga diajarkan
Perawatan pasien dengan masalah kesehatan. bagaimana memanajemen stres yang dialami
Sesi ini memberikan kesempatan yang keluarga. Menurut Keliat (2003) manajemen
berkelanjutan bagi keluarga untuk terus stres adalah kemampuan mengelola sumber
mengintegrasikan apa yang telah dipelajari daya (manusia) secara efektif untuk
dan untuk mendapatkan dukungan bila mengatasi gangguan atau kekacauan mental
diperlukan, dianjurkan bahwa beberapa dan emosional yang muncul karena
anggota keluarga merawat pasien dan tanggapan (respon). Sedangkan tujuan
menyelesaikan program untuk memperkuat manajemen stres adalah memperbaiki
prinsip-prinsip mengatasi dan mengelola kualitas hidup agar menjadi lebih baik. Jika
penyakit. Dengan adanya keluarga ikut keluarga mampu mengelola sumber daya
merawat pasien dengan masalah serta mengatasi gangguan atau kekacauan
kesehatannya, penderita merasa bahwa mental dan emosional yang muncul karena
keluarga tidak mengucilkannya. Dengan tanggapan yang kurang baik pada saat
demikian, tidak akan terjadi perubahan harga merawat penderita TB paru, maka keluarga
diri (Fowler, 2000). mampu memperbaiki kualitas hidup agar
Pada saat penelitian, peneliti menjadi lebih baik. Bila kualitas hidup dalam
memberikan keluarga strategi dukungan, keluarga tersebut sudah menjadi baik maka
informasi, dan manajemen. Mereka keluarga akan mampu mendukung anggota
diberitahu tentang apa itu Harga Diri, etiologi keluarganya yang mengalami perubahan
dan gejalanya seperti apa, serta berbagai harga diri sehingga harga dirinya akan
dampak yang dapat timbul. Di sini, peneliti meningkat.(Rahayu, 2011)
mengadakan pertemuan untuk sosialisasi, Pada saat penelitian, keluarga diberikan
komunikasi, dan membantu untuk contoh Stresor khas dan bagaimana mereka
pemecahan masalah. Di samping itu, peneliti menghasilkan bertindak keluar perilaku leh
juga memberikan dukungan dan memberikan peneliti. Hal yang paling penting yang

534 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

mengurangi kemungkinan harga diri rendah tersebut yang telah saya lakukan, didapatkan
adalah tidak mengucilkan penderita. Dengan hasil penderita tbc sudah mempunyai
bekerja dengan keluarga, stresor dapat dukungan dari keluarga untuk meningkatkan
diidentifikasi. Perubahan yang mungkin harga dirinya di buktikan dengan, keluarga
memiliki pengaruh pada kondisi keluarga sudah mau membagi beban atau sharing
adalah pergi berlibur. Peneliti menyarankan dengan orang lain, keluarga sudah mampu
kepada keluarga, apabila keluarga mengatasi beban dan masalah didalam
mengalami stres, keluarga dapat melakukan keluarganya dengan baik.
relaksasi nafas dalam. Relaksasi nafas dalam Sesi 5: Hambatan dan pemberdayaan
yaitu relaksasi dengan cara menarik nafas, komunitas yang terdiri dari peran anggota
kemudian hentikan nafas dalam 3 hitungan, keluarga dalam merawat pasien. Pada sesi ini,
dan keluarkan dari mulut secara perlahan. keluarga akan diajarkan bagaimana peran
Keluarga dapat melakukan relaksasi ini keluarga dalam merawat pasien. Dengan
berulang kali sampai stres hilang. Dan setelah peran anggota keluarga mau merawat
dilakukan hal tersebut, keluarga mengatakan anggota keluarganya yang mengalami
lebih dapat mengontrol stres yang dialami. penyakit, penderita akan merasa bahwa
Dibuktikan dengan beberapa perubahan pada masih ada orang yang mau bersama dalam
Harga Diri pasien yang mengalami keadaan yang seperti ini dan penderita
peningkatan. merasa tidak dikucilkan oleh keluarganya
Sesi4 : Manajemen beban keluarga sendiri. (Rahayu, 2011 )
Dixon et al. (2000) mengajukan bahwa Pada sesi sebelumnya peneliti sudah
penting untuk mempertimbangkan mempercayai atau meminta tolong pada pak
perbandingan atau model standar perawatan RT setempat untuk ikut membantu apabila
yang diberikan, karena hal ini mungkin juga keluarga pasien tidak bisa merawat anggota
efektif dalam mengurangi tingkat kambuhan keluarganya yang mengalami tbc karena ada
sebagai nilai tambah dari psikoedukasi pekerjaan, ternyata pak RT tidak bisa
keluarga. Ini mungkin menjadi faktor membantu keluarga penderita untuk merawat
mitigasi terhadap spesifik efek penderita yang mengalami tbc. Pada sesi ini,
psychoeducation keluarga dalam penelitian peneliti mengarahkan keluarga untuk
ini. Layanan kesehatan mental menggunakan pengalihan dalam penengokan anggota
model pengelolaan dukungan masyarakat keluarganya yang sakit. Arahan peneliti yaitu
tegas yang mencakup kerja sama dengan dengan anggota keluarganya yang dulunya
orang dalam perawatan dan wali mereka. tidak pernah main ke rumah penderita atau
Anggota keluarga membantu untuk anggota keluarga yang lain yang mempunyai
mengidentifikasi sinyal peringatan dari waktu luang dapat bergantian untuk merawat
keluarga mereka. Hal ini telah menjadi jelas dan menurus segala sesuatunya untuk
bahwa keluarga dapat mengidentifikasi penderita. Bisa juga di buat shift untuk
perilaku spesifik untuk masing-masing memudahkan anggota keluarganya.
pasien yang menandakan terjadinya Dari hasil penelitian yang serupa di
dekompensasi (de Groot, Lloyd, & King, jurnal yang berjudul Penerapan Terapi
2003) Kognitif Dan Psikoedukasi Keluarga Pada
Dalam penelitian yang dilaksanakan Klien Harga Diri Rendah Di Ruang Yudistira
bulan juni, peneliti menyarankan pada Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
keluarga untuk dapat mengantisipasi apabila Tahun 2013 hasilnya menunjukkan
ada beban, keluarga dapat sharing dengan Kemampuan klien setelah diberikan tindakan
peneliti atau tetangga. Dari penelitian keperawatan generalis, terapi kognitif dan

ISSN 2407-9189 535


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

terapi psikoedukasi keluarga dari 100% klien Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yang tidak mampu mengidentifikasi pikiran Harga Diri sebelum dilakukan terapi , yang
otomatis negatif naik menjadi 100% klien kategori tinggi sebanyak 9 responden dan
yang mampu, dari 100% klien yang tidak kategori rendah sebanyak 11 responden.
mampu menggunakan tanggapan rasional Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terhadap pikiran otomatis negatif naik Harga Diri responden kelompok kontrol
menjadi 100% klien yang mampu, dari 100% sesudah terapi menduduki kategori tinggi
klien yang tidak mampu mengidentifikasi sebanyak 10 responden dan kategori rendah
manfaat penggunaan tanggapan rasional naik sebanyak 10 responden.
menjadi 100% klien yang mampu, dari 100% Hasil uji pengaruh psikoedukasi keluarga
klien yang tidak mampu menggunakan terhadap harga diri penderita tbc menunjukkan
support system naik menjadi 90% klien yang bahwa dengan analisis statistik Uji Wilcoxon
mampu. Berarti dapat disimpulkan bahwa di peroleh ( p value = 0,035) yaitu lebih kecil
dengan adanya psikoedukasi, kemampuan dari ( α = 0,05 ), maka dapat disimpulkan ada
klien hara diri rendah menjadi naik 100% pengaruh terapi psikedukasi keluarga terhadap
dalam semua aspek. harga diri penderita tbc.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas REFERENSI
Undaan Kabupaten Kudus dengan [1] Anna Keliat, Budi. 2009. Model Praktik
menggunakan Uji Wilcoxon didapatkan Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
bahwa variabel sebelum dan sesudah EGC
diberikan perlakuan pada kelompok kontrol p [2] Anonim. 2010. Pelatihan Praktik
value > 0,05 yakni sebesar p = 0,317. Keperawatan Jiwa Terkini.
Sedangkan pada variabel sebelum dan [3] Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
sesudah perlakuan pada kelompok intervensi Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka
p value < 0,05 yakni p = 0,035. Hal ini Cipta
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan [4] Carson, V.B. 2000. Mental Health Nursing :
antara kelompok kontrol dan kelompok The Nurse – patien Journey. Philadelphia.
intervensi. Maka dapat disimpulkan bahwa W.B. Sauders Company
ada Pengaruh Psikoedukasi Keluarga [5] De Groot, Lyn. Llyod, Chris. King, Robert.
Terhadap Harga Diri Penderita TBC di 2003. An evaluation of a family
Wilayah Kerja Puskesmas Undaan psychoeducation program in community
Kabupaten Kudus 2015. mental health. Psychiatric Rehabilitation
Journal. 27 (1) : 18-23
4. SIMPULAN [6] Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tahun 2008. Pusat data Kesehatan. Jakarta
harga diri pada kelompok intervensi sebelum [7] Dinkes Kudus. 2014. Profil Kesehatan
dilakukan terapi, yang kategori tinggi sebanyak Indonesia tahun 2013. Kudus
8 responden dan pada kategori rendah [8] Fowler, Lucinda, MS, RN, CS. 2000. Family
sebanyak 12 responden. Psychoeducation: Chronic Psychiatrically Ill
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Caribbean Patients. Journal of Psychosocial
Harga diri sesudah dilakukan terapi pada Nursing & Mental Health Services. 30 (3):
kelompok intervensi, yang kategori tinggi 27-32.
sebanyak 15 responden dan kategori rendah [9] Goldenberg, I. & Goldengeng, H. 2004.
sebanyak 5 responden. Family Therapy on Overview. United State.
Thomson

536 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

[10] Kemenkes RI. 2010. Profil Kesehatan [17] Riyanto, Agus. 2011. Metodolgi Penelitian
Indonesia. Jakarta. Opcit Kesehatan. Yogyakarta.: Nuha Medika
[11] Niven. 2002. Psikologi kesehatan pengantar [18] Saryono. 2011. Metodologi penelitian
untuk perawat dan prfesionalisme kesehatan keperawatan. Purwokerto: UPT Percetakan
lain. Jakarta : EGC [19] Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan
[12] Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi pada Klien dengan Gangguan Sistem
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Pernapasan, Edisi II. Jakarta : Salemba
Cipta Medika
[13] Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Prilaku [20] Stuart, G.W. & Laraia, m.T. 2005. The
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta principle and practice of psychiatric nursing.
[14] Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Edisi 8. Elsevier Mosby. St. Louis. Missouri.
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses [21] Stuart, G.W. 2009. Principles and Practice of
dan Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC Psychiatric Nursing. 9th edition. Mosby,
[15] Rahayu Sri soewati. 2011. Pengaruh Inc., an affiliate of Elsevier, Inc.
Lingkungan Pemukiman dalam Penyebaran [22] Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Tuberkulosis. Media lubang kesehatan. Administrasi. Bandung : CV. Alfabeta
Jakarta [23] WHO, 2011. Tuberkulosis Kedaruratan
[16] Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Global. www.tbcindonesia.or.id. (25 januari
Sulianti Saroso (RSPISS). 2007. 2015)
Tuberkulosis. Jakarta.Info@infeksi.com [24] Yuliadi, R. 2010. Memahami Penyakit
Tuberkulosis. www.kabarindonesia.com

ISSN 2407-9189 537


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

538 ISSN 2407-9189

Anda mungkin juga menyukai