Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN

MINUM OBAT PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA


DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GUNUNGTANJUNG
KAB. TASIKMALAYA

PROPOSAL SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Galuh

Oleh :

Dedi Farid
1420121217

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
CIAMIS
2022

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan jiwa menjadi masalah kesehatan secara global,

salah satu jenis masalah kesehatan jiwa adalah orang dengan gangguan jiwa.

Jumlah kasus gangguan kesehatan jiwa secara global menjadi masalah yang

sangat serius karena paling tidak ada satu dari empat orang mengalami

masalah mental. World Health Organization (WHO) merilis data masalah

kesehatan jiwa pada tahun 2018 terdiri dari sekitar 35 juta orang depresi,

sebanyak 60 juta orang bipolar dan 47,5 juta demensia serta 21 juta

skizofrenia (Kemenkes, 2016). Gangguan jiwa pada tahun 2019 meningkat

menjadi yaitu 264 juta orang depresi, sebanyak 45 juta orang biopolar,

sebanyak menjadi 50 juta orang demensia serta 20 juta orang skizofrenia (Lase

dan Pardede, 2019).

Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia sendiri mengalami peningkatan,

serta adanya kecenderungan klien ODGJ yang tidak mendapatkan pengobatan

tuntas bahkan tidak pernah diobati. Hasil Riskesdas melaporkan prevalensi

rumah tangga yang mempunyai anggota keluarga mengalami gangguan jiwa

skizofrenia atau psikosis mencapai 9,8% atau skitar 282.654 jiwa (Riskesdas,

2018). Hal ini terlihat peningkatan jika dibandingkan data Riskesdas tahun

2013 sebanyak 6%. Sementara itu dari data cakupan pengobatan, lebih dari

15% penderita gangguan jiwa di Indonesia tidak diobati dan 51,1 % dari 84 %

yang diobati penderita tidak rutin melakukan pengobatan. Persentase alasan

2
3

tidak rutin minum obat tertinggi adalah merasa sudah sehat sebanyak 36,1 %

dan tidak rutin berobat sebanyak 33,7 % (Riskesdas, 2018).

Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya mencatat prevalensi penderita

gangguan jiwa pada periode tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan.

Tahun 2019 jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 1489 kasus, tahun

2020 mencapai 1511 kasus, dan tahun 2021 gangguan jiwa mencapai 1523

kasus. Laporan dari profil kesehatan yang dikelola Rumah Sakit Tasikmalaya

pada tahun 2020 klien ODGJ yang terdiagnosa mengalami perilaku kekerasan

mencapai 3.922 kasus, isolasi social 1024 kasus, halusinasi 8.411 kasus (Dinas

Kesehatan Kab. Tasikmalaya, 2021).

Gangguan jiwa pada dasarnya dapat disembuhkan, namun ada

beberapa hal yang dapat memicu kekambuhan gangguan jiwa, yaitu pasien

tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan

sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter. Artinya penyebab kekambuhan

yang terjadi dari beberapa pemicu adalah karena ketidakpatuhan pasien

minum obat sehingga mengakibatkan pasien mengalami kekambuhan dan di

rawat di rumah sakit kembali (Riyadi & Purwanto, 2009).

Kepatuhan pasien gangguan jiwa dalam meminum obat sangatlah

penting, obat harus digunakan dalam waktu yang cukup. Respon terapi dan

timbul efek samping harus diberikan sesegera mungkin. Pada semua faktor itu,

diperlukan komitmen yang kuat dan koordinasi yang erat dari seluruh pihak

dalam mengembangkan pendekatan multidisiplin untuk menyelesaikan

permasalahan ketidakpatuhan pasien ini (Riyadi & Purwanto, 2009).


4

Kepatuhan merupakan fenomena multidimensi yang ditentukan oleh

tujuh dimensi yaitu faktor terapi, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan,

usia, dukungan keluarga, pengetahuan dan faktor sosial ekonomi. Dukungan

keluarga memiliki dampak positif terhadap penyembuhan pasien dengan

penyakit yang diderita. Dukungan keluarga bermanfaat besar bagi proses

penyembuhan penyakit kronis termasuk gangguan jiwa. Dukungan keluarga

sangat penting terhadap pengobatan pasien gangguan jiwa, karena pada

dasarnya klien gangguan jiwa belum mampu mengatur dan mengetahui jadwal

dan jenis obat yang harus diminum. Keluarga harus selalu membimbing dan

juga mengarahkan agar pasien gangguan jiwa dapat minum obat dengan benar

dan teratur (Nasir, 2011).

Penelitian Setyaji, (2020) menemukan dukungan keluarga dan dukungan

tenaga kesehatan memberikan hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan

minum obat penderita skizofrenia (p = 0,005 dan p = 0,007), yang berarti ada

hubungan antara dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan dengan

kepatuhan minum obat penderita skizofrenia

Begitupun pada Santoso (2017) dukungan keluarga terhadap pasien

skizofrenia yang sedang menjalani rawat jalan tergolong baik (58,3%).

Kepatuhan minum obat tergolong patuh (91,7%). Uji statistik Spearman rank

dengan nilai p= 0,002< α= 0,05. Ada hubungan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia, dengan kriteria hubungan

sangat erat r= 0,750.

Puskesmas Gunungtanjung meurpakan salah satu Puskesmas yang


5

memiliki cakupan pelayanan pada OdGJ cukup tinggi, pada tahun 2020 kasus

OdGJ mencpai 72 kasus dan pada tahun 2021 menjadi 76 kasus, kemudian

meningkat kembali sedangkan untuk tahun 2022 mencapai 81 kasus. tingkat

kekambuhan setiap tahunnya mengalami peningkatan, dengan persentase

kepatuhan minum obat mengalami penurunan, pada tahun 2020 kepatuhan

minum obat mencapai 65%, pada tahun 2021 menjadi 62.3% dan pada tahun

2022 menurun kembali menjadi 50,7%. Hal ini mengindikasikan

mengkonsumsi obat psikotropika memerlkukan perhatian baik dari nakes

maupun keluarga.

Hasil dari studi pendahuluan kepada 10 orang keluarga selaku caregiver

diperoleh informasi bahwa sebanyak 6 orang memberikan minum obat sesuai

anjujran dari petugas puskesmas, misalnya sehari 3 kali dengan dosis yang

telah ditentukan, pemberian obat-obat selalu dilakukan konsulktasi terlebih

dahulu dengan petugas, apabila obat habis memberitahukan dan

mengambilnya sendiri ke Puskesmas, namun dari jumlah tersebut pasien

OdGJ terkadang sulit untuk makan walau sudah dibujuk karena merasa dirinya

sudah sehat. Dari 10 orang yang diwawancara, didapatkan sebanyak 4 orang

caregiver mengakui terkadang tidak memberikan obat tepat waktu sesuai

dengan anjuran tenaga kesehatan karena ketika obat itu habis, harus

membawanya ke puskesmas secara mandiri dan hal itu menjadi kesulitan

tersendiri karena jawak tempuh yang cukup jauh

Dukungan keluarga yang bisa diberikan kepada pasien meliputi

dukungan emosional yaitu dengan memberikan kasih sayang dan sikap


6

menghargai yang diperlukan klien, dukungan informasional yaitu dengan

memberikan nasihat dan pengarahan kepada klien untuk minum obat.

Berdasarkan fenomena yang telah dikemukakan, peneliti tertarik

melakukan penelitian mengenai “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kepatuhan Minum Obat Pasien Dengan Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Gunungtanjung Kab. Tasikmalaya

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti menyusun


rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
“Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat
pasien dengan gangguan jiwa di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Gunungtanjung Kab. Tasikmalaya?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat pasien dengan gangguan jiwa di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Gunungtanjung Kab. Tasikmalaya

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui dukungan keluarga pada pasien dengan gangguan jiwa di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gunungtanjung Kab. Tasikmalaya

b. Mengetahui kepatuhan minum obat poada pasien dengan gangguan

jiwa di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gunungtanjung Kab.

Tasikmalaya
7

c. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pasien dengan gangguan jiwa di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Gunungtanjung Kab. Tasikmalaya

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini menjadi evidence based Kesehatan jiwa

untuk mengembangkan teori dan meningkatkan pengetahuan bagi

pembaca tentang pentingnya dukungan keluarga dalam meningkatkan

kepatuhan minum obat pasien OdGJ.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi bagi

pelayanan kesehatan sehingga dapat mengembangkan mutu pelayanan

kesehatan dalam memberikan dukungan keluarga selama proses perawatan

dirumah, sehingga mencegah terjadinya kekambuhan akibat

ketidakpatuhan minum obat sehingga meningkatkan proses penyembuhan.

3. Bagi Keluarga

Diharapkan dengan adanya peneliti dapat memberikan informasi

kepada keluarga, sehingga meningkatkan dukungan keluarga terhadap

pentingnya minum obat pada pasien OdGJ.

4. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai Kesehatan jiwa

dengan OdGJ yang banyak terjadi pada masyarakat, sehingga peneliti


8

tertarik untuk membantu masyarakat dalam menangani dan memberi

dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat.

5. Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini berguna sebagai informasi tambahan dan sebagai

bahan referensi untuk penelitian keperawatan selanjutnya dalam ruang

lingkup yang sama.

Anda mungkin juga menyukai