PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Dedi Farid
1420121217
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
salah satu jenis masalah kesehatan jiwa adalah orang dengan gangguan jiwa.
Jumlah kasus gangguan kesehatan jiwa secara global menjadi masalah yang
sangat serius karena paling tidak ada satu dari empat orang mengalami
kesehatan jiwa pada tahun 2018 terdiri dari sekitar 35 juta orang depresi,
sebanyak 60 juta orang bipolar dan 47,5 juta demensia serta 21 juta
menjadi yaitu 264 juta orang depresi, sebanyak 45 juta orang biopolar,
sebanyak menjadi 50 juta orang demensia serta 20 juta orang skizofrenia (Lase
skizofrenia atau psikosis mencapai 9,8% atau skitar 282.654 jiwa (Riskesdas,
2018). Hal ini terlihat peningkatan jika dibandingkan data Riskesdas tahun
2013 sebanyak 6%. Sementara itu dari data cakupan pengobatan, lebih dari
15% penderita gangguan jiwa di Indonesia tidak diobati dan 51,1 % dari 84 %
2
3
tidak rutin minum obat tertinggi adalah merasa sudah sehat sebanyak 36,1 %
gangguan jiwa pada periode tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan.
Tahun 2019 jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 1489 kasus, tahun
2020 mencapai 1511 kasus, dan tahun 2021 gangguan jiwa mencapai 1523
kasus. Laporan dari profil kesehatan yang dikelola Rumah Sakit Tasikmalaya
pada tahun 2020 klien ODGJ yang terdiagnosa mengalami perilaku kekerasan
mencapai 3.922 kasus, isolasi social 1024 kasus, halusinasi 8.411 kasus (Dinas
beberapa hal yang dapat memicu kekambuhan gangguan jiwa, yaitu pasien
tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan
penting, obat harus digunakan dalam waktu yang cukup. Respon terapi dan
timbul efek samping harus diberikan sesegera mungkin. Pada semua faktor itu,
diperlukan komitmen yang kuat dan koordinasi yang erat dari seluruh pihak
tujuh dimensi yaitu faktor terapi, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan,
dasarnya klien gangguan jiwa belum mampu mengatur dan mengetahui jadwal
dan jenis obat yang harus diminum. Keluarga harus selalu membimbing dan
juga mengarahkan agar pasien gangguan jiwa dapat minum obat dengan benar
minum obat penderita skizofrenia (p = 0,005 dan p = 0,007), yang berarti ada
Kepatuhan minum obat tergolong patuh (91,7%). Uji statistik Spearman rank
memiliki cakupan pelayanan pada OdGJ cukup tinggi, pada tahun 2020 kasus
OdGJ mencpai 72 kasus dan pada tahun 2021 menjadi 76 kasus, kemudian
minum obat mencapai 65%, pada tahun 2021 menjadi 62.3% dan pada tahun
maupun keluarga.
anjujran dari petugas puskesmas, misalnya sehari 3 kali dengan dosis yang
OdGJ terkadang sulit untuk makan walau sudah dibujuk karena merasa dirinya
dengan anjuran tenaga kesehatan karena ketika obat itu habis, harus
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tasikmalaya
7
D. Manfaat Penelitian
3. Bagi Keluarga
4. Bagi Peneliti