Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN

PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI DESA BONGKOT KECAMATAN


PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

PROPOSAL

OLEH :

MOHAMMAD ILHAM

171201038

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB KABUPATEN JOMBANG

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang termasuk status kesehatan

mental dan sosial yang sangat berbahaya walaupun tidak langsung menyebabkan

kematian, namun akan menimbulkan penderitaan mendalam bagi individu dan

keluarga. salah satunya sering dijumpai dimasyarakat seorang anggota keluarga

dengan skizofrenia kembali mengalami gejala kekambuhan setelah sebelumnya

dilakukan perawatan dirumah sakit, hal ini disebabkan karena keluarga yang kurang

memberikan perhatian pada klien berupa kasih sayang, semangat dan perawatan diri

untuk klien. Sedangkan faktor resiko yang menyebabkan tingginya frekuensi

kekambuhan skizofrenia adalah penderita tersebut tidak patuh dalam minum obat,

lingkungan yang kurang mendukung, dan kurangnya dukungan keluarga (Sariah,

2014) dalam (P.A Wisnu & Y.R Yulius, 2018).

Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,

60 juta orang terkena bipolar, serta 21 juta terkena skizofrenia (Maulana dkk, 2019).

Di indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan

keanekaragaman penduduk maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang

berdampak penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk

jangka panjang. Data Riskesdas 2018 menunjukan prevalensi gangguan jiwa berat,

2
seperti skizofrenia/psikosis mencapai sebanyak 6,7 per 1.000 rumah tangga.

Artinya, dari 1000 rumah tangga terdapat 6,7 rumah tangga yang mempunyai

anggota rumah tangga (ART) pengidap skizofrenia/psikosis, di provinsi jawa timur

terbagi prevalensi penyebaran 6,4 per 1.000 rumah tangga yang mempunyai ART

mengidap skizofrenia/psikosis (Riskesdas, 2018). diprofil kesehatan kabupaten

jombang 2019 disebutkan terdapat 2.401 orang dengan gangguan jiwa berat (Pane

dkk., 2018).

Menurut Direja (2011) dalam (Yeni, 2020) skizofrenia adalah suatu bentuk

psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses pikir serta disharmoni

(keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek atau emosi, kemauan, dan

psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi,

asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi. Perjalanan klinis skizofrenia

menurut Nantingkaseh (2007) dalam (Yeni, 2020) dibagi dalam 3 fase yakni 1) Fase

prodromal adalah fase timbul gejala non spesifik yang lamanya bervariasi sebelum

onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi hendaya atau gangguan atau

penurunan fungsi pekerjaan, sosial, penggunaan waktu luang dan perawatan diri. 2)

Fase aktif adalah gejala psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik,

inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Biasanya penderita datang

berobat pada fase ini dan 3) Fase residual adalah gejala yang terjadi pada fase ini

sama dengan gejala fase prodromal dengan gejala psikotik yang jelas berkurang.

3
Untuk mencegah terus masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan

kesehatan jiwa pada anggota keluarga perlu dilakukan pemberdayaan dan

peningkatan keluarga karena keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan

klien, efektifitas suatu pengobatan dan keberhasilan perawatan di rumah sakit selain

dipengaruhi oleh kualitas pelayanan kesehatan, sikap serta ketrampilan petugasnya

juga dipengaruhi oleh lingkungan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarganya.

Apabila pasien dan keluarganya mempunyai pengetahuan tentang cara-cara

penyembuhan dan pencegahan penyakit serta mampu berpartisipasi secara positif

sejak awal dirawat dirumah sakit hingga perawatan di rumah maka hal ini dapat

membantu penyembuhan dan mencegah kekambuhan pasien yang bersangkutan.

Pentingnya dukungan keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa dapat

dipandang dari berbagai segi : 1) Keluarga merupakan tempat individu memulai

hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan institusi

pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai,

keyakinan, sikap dan perilaku. 2) Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem

maka gangguan yang terjadi pada satu anggota keluarga dapat mempengaruhi

seluruh sistem. 3) Berbagai pelayanan kesehatan jiwa bukan klien seumur hidup

tetapi hanya fasilitas pembantu klien dan keluarga mengembangkan kemampuan

dalam mencegah terjadinya masalah, menanggulangi berbagai masalah dan

mempertahankan keadaan adaptif. 4) Beberapa penelitian menyebabkan bahwa

4
salah satu penyebab kambuhnya gangguan jiwa adalah keluarga yang tidak tahu

cara menangani perilaku klien dirumah.

Pernyataan diatas menunjukan bahwa keluarga berperan penting dalam

proses terjadinya kekambuhan. Fenomena ini dapat dilihat dari banyaknya pasien

gangguan jiwa yang sudah sembuh dan dipulangkan untuk perawatan di rumah

kembali lagi atau terjadi kekambuhan (Gani, 2019). Emosi keluarga yang tinggi dan

lingkungan yang tidak kondusif dapat membuat keadaan klien tidak membaik

bahkan berakibat pada timbulnya gejala kekambuhan, selain itu dukungan keluarga

dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga, memperbesar

penghargaan terhadap diri sendiri, dan mempunyai potensi sebagai strategi

pencegahan yang utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan

kehidupan sehari-hari (Pratama & Syahrial, 2015) dalam (sandi dkk., 2020).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka Penulis tertarik untuk meneliti tentang

hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pada pasien gangguan

jiwa di kelurahan Bongkot Kabupaten Jombang.

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pada klien

skizofrenia ?

1.3 Batasan masalah

5
Dari uraian masalah di atas peneliti membatasi masalah hanya pada hubungan

dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pada klien skizofrenia di desa

bongkot kecamatan peterongan kabupaten jombang.

1.4 Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pada

klien skizofrenia di desa bongkot kecamatan peterongan kabupaten jombang.

2. Tujuan khusus

a. Menganalisa dukungan keluarga dengan anggota keluarga yang memiliki

skizofrenia didesa bongkot kecamatan peterongan kabupaten jombang.

b. Menganalisa tingkat kekambuhan klien skizofrenia di keluarga di desa

bongkot kecamatan kabupaten jombang.

c. Menganalisa dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan di keluarga di

desa bongkot kecamatan peterongan kabupaten jombang.

1.5 Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Untuk memberikan gambaran tentang hubungan dukungan keluarga dengan

tingkat kekambuhan pada klien skizofrenia

2. Manfaat praktis

a. Bagi Profesi Keperawatan

6
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat dan

ilmu keperawatan jiwa dalam hal memberikan pendidikan kesehatan kepada

keluarga pasien dengan gangguan jiwa agar dapat menurunkan tingkat

kekambuhan skizofrenia.

b. Bagi Intitusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti dasar yang dipergunakan

dalam wahana pembelajaran keperawatan jiwa, khususnya tentang

pentingnya dukungan keluarga dalam merawat klien skizofrenia agar bisa

menekan kekambuhan pada klien skizofrenia.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan untuk penelitian

selanjutnya yang terkait dengan dukungan keluarga dan tingkat kekambuhan

pada klien skizofrenia.

7
DAFTAR PUSTAKA

Gani, A. (2019). DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEKAMBUHAN PASIEN

GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr.SOEROYO DI

MAGELANG. JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang), 14(1), 59–64.

https://doi.org/10.36086/jpp.v14i1.399

Kesehatan, J. I., Husada, S., Tiara, C., Pramesti, W., Pebriyani, U., & Alfarisi, R. (2020).

Hubungan Konsep Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan Pada Paisen

Skizofrenia Relationship Concept of Family Support with Recurrence Rate in

Schizophrenia Artikel info Artikel history. Juni, 11(1), 522–532.

https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.339

Maulana, I., S, S., Sriati, A., Sutini, T., Widianti, E., Rafiah, I., Hidayati, N. O., Hernawati,

T., Yosep, I., H, H., Amira D.A, I., & Senjaya, S. (2019). Penyuluhan Kesehatan Jiwa

untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat tentang Masalah Kesehatan Jiwa di

Lingkungan Sekitarnya. Media Karya Kesehatan, 2(2), 218–225.

https://doi.org/10.24198/mkk.v2i2.22175

P.A Wisnu & Y.R Yulius. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat

Kekambuhan Penderita Skizofrenia di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.

Indonesian Journal of Nursing Research (IJNR), 1(2).

Pane, D. N., Fikri, M. EL, & Ritonga, H. M. (2018). Jombang district healrh profile.

8
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal of

Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200. https://doi.org/10.1088/1751-

8113/44/8/085201

Yeni. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan pada Pasien

Skizofrenia di Poli Rawat Jalan RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta. 1(1), 58–64.

Anda mungkin juga menyukai