Anda di halaman 1dari 5

BAB I

LATAR BELAKANG

Skizofrenia adalah sebuah gangguan mental parah yang didalamnya terdapat tiga kelompok

gejala, seperti gejala positif, negative, dan kognitif. Menurut berbagai macam sumber,

skizofrenia mempengaruhi 1% dari total populasi dunia. Patomekanisme dari skizofrenia sendiri

masih belum dipahami sepenuhnya. (Stępnicki, Kondej and Kaczor, 2018). Skizofrenia yang

menyerang secara episodik dan berkepanjangan dapat menyebabkan masalah fisik, psikologis,

dan sosial yang berhubungan dengan penyakit dan efek samping dari pengobatan.(Tristiana et

al., 2019)

Prevalensi dari pasien skizofrenia sendiri dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, terutama

pada negara berkembang. Namun, pada negara berkembang sekitar 70% orang – orang dengan

ganguan mental parah tidak mendapatkan pengobatan yang optimal terutama pada negara

dengan pendapatan menengah hingga rendah. Sebagai sebuah negara berkembang, kualitas

hidup kehidupan sehari-hari dari pasien skizofrenia yang rawat jalan di indonesia masih cukup

rendah. (Endriyani et al., 2019)

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa skizofrenia diderita oleh 21 juta orang

diseluruh dunia, berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan, di Indonesia sendiri pasien dengan

skizofrenia memiliki prevalensi prevalensi sebanyak 1.7 tiap 1000 penduduk atau sekitar

400.000 orang. Seorang individu dengan skizofrenia tidak dapat memenuhi peran yang

diharapkan didalam keluarga dan masyarakat, mengalami banyak kesulitan dalam menjalankan
kehidupan sehari – hari sehingga sangat membutuhkan perawatan berkelanjutan dan dukungan

dari keluarganya terutama dalam hal pengobatan. (Tristiana et al., 2019).

Obat antipsikotik adalah pengobatan yang efektif terhadap skizofrenia. Secara statistic

antipsikotik meningkatkan kualitas hidup penderita skizofrenia secara signifikan, sehingga

ketidak patuhan minum obat terhadap obat antipsikotik marupakan salah satu faktor utama yang

berkontribusi terhadap relaps dan kambuhnya skizofrenia. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam konsumsi obat psikotik, salah satunya adalah peran

keluarga. (Endriyani et al., 2019). berdasarkan penelitian oleh Bener, Dafeeah, dan Salem pada

tahun 2013. Pasien yang mendapatkan dukungan emosional dari anggota keluarga dan teman

lebih patuh terhadap pengobatan dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapatkan

dukungan. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian oleh Sweeny dan koleganya pada tahun 1984

yang menemukan bahwa 80% dari sampel pasien yang memiliki gangguan mental kronis yang

ditemani oleh keluarganya untuk berobat ke klinik patuh terhada regimen pengobatan ,

sedangkan hanya 55% dari sampel yang tidak ditemani oleh keluarganya yang patuh terhadap

pengobatan. Hal ini menunjukan bahwa keluarga memiliki dampak yang besar terhadap

perkembangan dari penyakit yang diderita oleh pasien serta tingkat koperatif pasien terhadap

pengobatan.

BLUD Puskesmas Kalumpang sebagai fasilitas kesehatan tingkat primer di Kota Ternate,

melakukan pelayanan kesehatan jiwa komunitas yang mana berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 406/Menkes/SK/VI/2009 tentang Pedoman Pelayanan

Kesehatan Jiwa Komunitas, terdapat 6 komponen pelayanan yang dapat diselenggarakan di


fasilitas kesehatan tingkat primer, meliputi penyuluhan, deteksi dini, pelayanan kedaruratan

psikiatri, pelayanan rawat jalan, pelayanan rujukan, dan pelayanan kunjungan rumah (home

visit). Hal ini membuat BLUD Puskesmas Kalumpang selaku FKTP memiliki peran dalam

pengobatan pasien skizofrenia di dalam lingkup wilayah kerjanya, namun ada beberapa pasien

skizofrenia yang tidak rutin kembali mengambil pengobatannya di Puskesmas. Banyak faktor

yang dapat mempengaruhi fenomena ini, namun berdasarkan penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa keluarga merupakan faktor yang memberi dampak besar terhadap kepatuhan

pengobatan pasien skizofrenia membuat peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Antara

Peran Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di Wilayah Kerja

BLUD Puskesmas Kalumpang Periode Januari – September 2022”

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan masalah

penelitian “adakah hubungan antara peran keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien

skizofrenia di Wilayah Kerja BLUD Puskesmas Kalumpang Periode Januari – September 2022?”

TUJUAN

Tujuan Umum

Menganalisis hubungan antara peran keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien

skizofrenia di wilayah kerja BLUD Puskesmas Kalumpang selama periode Januari – September

2022

Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi peran keluarga pada pasien skizofrenia di wilayah kerja BLUD Puskesmas

Kalumpang selama periode Januari – September 2022

2. Mengidentifikasi kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia di wilayah kerja BLUD

Puskesmas Kalumpang selama periode Januari – September 2022

3. Menganalisis hubungan antara peran keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien

skizofrenia di wilayah kerja BLUD Puskesmas Kalumpang selama periode Januari – September

2022

MANFAAT

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan menambah kajian keilmuan bidang

ilmu kesehatan jiwa.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi tempat penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi keluarga akan pentingnya

peran keluarga terhadap anggota keluarganya yang mengalami skizofrenia untuk mentaati

kepatuhan dalam minum obat.

Bagi tenagamedis/kesehatan
Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi pengembangan program untuk keluarga yang

memiliki anggota keluarga skizofrenia.

Bagi peneliti yangselanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya bisa menganalisa faktor-faktor lain terhadap skizofrenia.

Bagi responden

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi keluarga akan pentingnya

peran keluarga terhadap anggota keluarganya yang mengalami skizofrenia untuk mentaati

kepatuhan dalam minum obat.

Anda mungkin juga menyukai