PENDAHULUAN
penduduk. Gejala-gejala yang serius dan pola perjalanan penyakit kronis berakibat
disabilitas pada penderita skizofrenia, sekitar 80% yang dirawat dengan gangguan
hasil penelitian Keliat, 2013, menunjukkan 25% pasien skizorenia dapat sembuh,
25% dapat mandiri, 25% membutuhkan bantuan, dan 25% kondisi berat.
tidak dibawa untuk berobat ke dokter karena adanya rasa malu. Bahkan di
karena dampak dari skizofrenia bukan hanya dirasakan oleh penderita dan
Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Hasil analisis
dari WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk skizofrenia.
penduduk. Sekitar 25% dari tempat tidur di rumah sakit jiwa di seluruh negara
bunuh diri. Angka kematian penderita skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka
kematian penduduk pada umumnya, dari semua penderita skizofrenia yang diobati
skizofrenia di Indonseia adalah 0,1 per 1000 penduduk pada tahun 2007 dan
meningkat menjadi 1,7 per 1000 penduduk pada tahun 2013. Prevalensi
penderita skizofrenia se-Indonseia sebesar 2,7 per 1000 penduduk dan terendah
Utara 0,9 per 1000 penduduk. Prevalensi skizofrenia di Indonesia akan terus
yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun
ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia.
Menurut data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr Muhammad Ildrem Provsu Medan tahun 2014, pasien gangguan jiwa yang
dirawat berjumlah 14.349 orang, dari jumlah tersebut penderita skizofrenia
sebanyak 11,055 orang (77 %). Dari jumlah tersebut penderita yang mengalami
Provsu dan sesuai dengan data tersebut sebagian besar penderita skizofrenia di
satunya hubungan keluarga yang kurang harmonis dan tidak adanya dukungan
sosial (Amelia & Anwar, 2013). Dukungan keluarga juga sangat penting bagi
pasien. Jika keluarganya menghadapi pasien skizofrenia dengan cara dan sikap
benar, dan mengawasi perubahan kondisi dan gejalanya, maka pasien akan
mendapatkan perawatan yang lebih baik. Namun, anggota keluarganya juga harus
memperhatikan kesehatan fisik dan mental mereka sendiri, belajar bagaimana cara
untuk bersantai, dan mencari bantuan jika diperlukan saat merawat pasien.
campur secara berlebihan kepada diri pasien. Menurut penelitian yang dilakukan,
sikap-sikap yang tidak diinginkan ini (emosi yang dikeluarkan secara negatif)
tempat-tempat yang dirasakan paling nyaman oleh pasien akan dipilih, misalnya
perawatan di rumah. Jika ada kebutuhan khusus, pasien mungkin perlu dirawat di
rumah sakit.
Menurut Keliat (2014), faktor yang dapat mempengaruhi kekambuhan
penderita gangguan jiwa meliputi; pasien yang gagal memakan obat secara teratur
kambuh dan menurunkan efek samping, penanggung jawab pasien atau perawat
pasien pulang ke rumah, pasien yang tinggal dengan keluarga dengan ekspresi
emosi yang tinggi diperkirakan kambuh dalam waktu 9 bulan, lingkungan sekitar
tempat tinggal pasien yang tidak mendukung dapat juga meningkatkan frekuensi
keluarga, klien dan rumah sakit. Dampak kekambuhan bagi keluarga yaitu
menambah beban keluarga terutama dari segi biaya perawatan klien di rumah
sakit. Sedangkan bagi klien adalah sulit diterima oleh lingkungan atau masyarakat
menghancurkan barang-barang atau yang lebih parah lagi pasien akan melukai
bahkan membunuh orang lain atau dirinya sendiri. Jika hal itu terjadi masyarakat
akan menganggap bahwa gangguan yang diderita pasien tersebut sudah tidak bisa
disembuhkan lagi. Dari pihak rumah sakit beban akan bertambah berat dan akan
terjadi penumpukan klien yang dirawat sehingga perawatan yang diberikan oleh
tim medis menjadi kurang maksimal karena jumlah tenaga kesehatan tidak
penderita gangguan jiwa yang sedang dalam perawatan di keluarga dan berobat ke
terapeutik, lebih lanjut didapatkan data klien yang menderita skizofrenia hampir
56 %.
rumah sakit jiwa tidak memakan obat secara teratur, perilaku keluarga yang tidak
dengan kondisi seperti ini dan merasa penderita tidak memiliki harapan untuk
yang tidak mendukung, dimana penderita sering diejek dan dikucilkan. Hampir
semua penderita yang diwawancarai oleh peneliti mengatakan lebih dari satu kali
Rantauprapat.
Rantauprapat
Rantauprapat
Rantauprapat
5. Mengetahui hubungan faktor lingkungan sekitar dengan kekambuhan
Daerah Rantauprapat
Rantauprapat
Daerah Rantauprapat
1.4 Hipotesis
Rantauprapat
Rantauprapat
Rantauprapat
Rantauprapat
1. Bagi Klien
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi klien untuk selalu
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Rumah Sakit
4. Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk menambah ilmu
skizofrenia.
5. Bagi Lingkungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu “Schizein” yang artinya retak
atau pecah (split), dan “phren” yang artinya pikiran, yang selalu dihubungkan
adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian serta
sebagai gangguan jiwa yang ditandai dengan distorsi khas dan fundamental dalam
pikiran dan persepsi yang disertai dengan adanya afek yang tumpul atau tidak
wajar.
utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang terganggu, dimana
berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian
yang keliru afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktifitas
motorik yang bizzare (perilaku aneh), pasien skizofrenia menarik diri dari orang
lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh
mereka sering mengalami simtom–simtom yang tidak terlalu parah namun tetap
2014).
kelompok, yaitu gejala positif (positive symptoms) dan negatif (negative symptom
1. Gejala Positif
acara radio atau televisi serta keyakinan di sebuah acara yang akan
a. Alam perasaan (afek) tumpul dan mendatar, gambaran alam perasaan ini
b. Menarik diri atau mengasingkan diri dari pergaulan sosial, tidak mau
d. Kehilangan dorongan atau kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada
upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, tidak ingin apa-apa,
a. Faktor Biologis
1) Komplikasi kelahiran
2) Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeki virus pernah
4) Hipotesis Serotonin
5) Struktur Otak
ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada
masa prenatal karena tidak ditemukannya sel gila, biasa timbul pada
b. Faktor Genetik
derajat pertama seperti orang tua, kakak laki-laki ataupun perempuan dengan
skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat kedua seperti
1. Skizofrenia Paranoid
tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit atau bunyi tawa; halusinasi
katatonik secara relative tidak nyata atau menonjol. Selain itu, ada
diagnosis banding seperti epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-
tersebut terjadi karena segala sesuatu yang ditanggapi secara sensitif dan
2. Skizofrenia Katatonik
Tipe ini biasanya muncul secara tiba-tiba, pada individu terjadi stupor yang
mendatar, makan dan berpakaian harus dibantu, dan sikap badannya tegang/
kaku. Apabila mata terbuka biasanya akan terpaku pada satu titik, tidak
katatonik akan bersifat negatif di mana penderita tidak tertarik sama sekali
terhadap sekelilingnya, tidak ada kontak sosial dan membisu dalam waktu
pandangan kosong, tampak acuh tak acuh, namun pada saat sadar
makan, membuang air seenaknya, keluar busa dari mulutnya dan pikiran
tampak kosong.
3. Skizofenia Hebefrenik
1) Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
senyum sendiri (self-absorbed smilling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty
phrases);
preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan
pasien.
4. Skizofrenia Simpleks
Skizofrenia simpleks adalah suatu kelainan yang tidak lazim di mana ada
serta gangguan ini bersifat kurang nyata psikotik jika dibandingkan dengan
progresif dari gejala “ negatif “ yang khas dari skizofrenia residual tanpa ada
minat yang mencolok, kemalasan dan penarikan diri secara sosial. Bersama
tujuan.
dalam salah satu tipe paranoid, simpleks, katatonik, hebefrenik, dan residual.
6. Skizofrenia Residual
Suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan skizofrenik di
mana telah terjadi progresi yang jelas dari stadium awal ke stadium lebih
lanjut yang ditandai secara khas oleh gejala-gejala negatif jangka panjang
(PPDGJ III dalam Maslim, 2013). Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan,
mata, modulasi suara dan sikap tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial
yang buruk.
2) Ada riwayat episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi
3) Sudah melampui kurun waktu satu tahun di mana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah berkurang dan telah
lainnya.
Pasien depresi pasca skizofrenia adalah suatu episode depresif yang mungkin
Beberapa gejala skizofrenik harus tetap ada tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya. Gejala-gejala yang menetap ini dapat positif atau negatif.
kriteria untuk suatu episode depresif dan telah ada untuk waktu sedikitnya
diagnosis harus suatu episode depresif. Bila gejala skizofrenik masih jelas dan
menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang
sesuai.
2.1.5 Terapi Skizofrenia
memiliki sifat individual, keluarga, serta sosial psikologis yang unik, maka
kasus. Namun, secara umum melewati tiga fase utama, yaitu (Prabowo, 2014) :
1. Fase Prodromal
kehidupan, sebelum fase aktif gejala gangguan, dan tidak disebabkan oleh
gangguan afek atau akibat gangguan penggunaan zat, serta mencakup paling
sedikit dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia. Awal
dari lingkungannya.
3. Fase Residual
Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat dua gejala
dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia yang bersifat mantap dan
tidak disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan penggunaan zat. Dalam
kekambuhan hingga lebih dari lima kali. Oleh karena itu, tantangan terapi saat
positif apabila didukung oleh beberapa aspek berikut, seperti: onset terjadi
pada usia yang lebih lanjut, faktor pencetusnya jelas, adanya kehidupan yang
relatif baik sebelum terjadinya gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan, dan
mood, adanya gejala positif, sudah menikah, dan adanya sistem pendukung
beberapa keadaan seperti berikut: onset gangguan lebih awal, faktor pencetus
tidak jelas, riwayat kehidupan sebelum terjadinya gangguan kurang baik, fase
negatif, sering kambuh secara berulang, dan tidak adanya sistem pendukung
Kambuh merupakan keadaan klien dimana muncul gejala yang sama seperti
sebelumnya dan mengakibatkan klien harus dirawat kembali. (Akbar, Anahita and
Ahmad 2013)
gejala skizofrenia setelah remisi dari rumah sakit. Penderita mengalami kambuh
diikuti oleh perburukan sosial lebih lanjut pada fungsi dasar pasien (Kaplan dan
Sadock, 2015).
nyata. Angka kekambuhan secara positif hubungan dengan beberapa kali masuk
klien muncul lagi gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien
3. Sukar konsentrasi
4. Sulit tidur
5. Depresi
7. Menarik diri
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Skizofrenia
Menurut Akbar, 2008 dalam Anahita and Ahmad 2013, ada beberapa hal
yang bisa memicu kekambuhan skizofrenia, antara lain tidak minum obat dan
persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta
dan ekonomi.
Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lama sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Oleh karena itu, apabila
keluarga tidak memiliki sumber dana yang cukup atau jaminan kesehatan, maka
hal ini akan menjadi beban yang berat bagi keluarga. Semakin tinggi tingkat
dalam merawat anggota klien skizofrenia. Selain itu keluarga dengan kelas sosial
afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada keluarga dengan kelas ekonomi
1. Klien
Secara umum bahwa klien yang minum obat secara tidak teratur mempunyai
50% klien yang pulang dari rumah sakit jiwa tidak memakan obat secara
teratur. Selain itu, Niven (2012) juga menambahkan bahwa pasien skizofrenia
efek samping yang membuat pasien tidak nyaman, serta tidak adanya
karena merasa obat yang diminum tidak efektif atau efek obat yang rendah,
kategori usia dewasa akhir menuju lansia paling banyak memiliki perilaku
tidak patuh minum obat sebanyak 36,3%. Davies dan Craig (2013) yang
banyaknya pasien yang tidak patuh minum obat dipengaruhi oleh faktor usia
yang berada pada rentan usia 40 tahun ke atas atau usia dewasa akhir menuju
semakin tinggi penurunan daya ingat dan semakin tinggi pula ketidakpatuhan
pasien minum obat. Masalah diatas ditambahkan lagi oleh ketidakpatuhan dan
karena efek obat yang sangat mengganggu aktivitas dan pekerjaan mereka.
Karena itu jika pengobatan dihentikan atau pasien skizofrenia sengaja tidak
patuh pada pengobatan saat rawat jalan maka kemungkinan untuk kambuh
obat neuroleptik yang lama dapat menimbulkan efek samping yang dapat
obat dengan kepatuhan minum obat. Beberapa pasien yang mengalami efek
memiliki tingkat kepatuhan yang rendah. Hal penting yang harus dipahami
adalah efek samping pengobatan hanya merupakan salah satu faktor dalam
kompleksitas tingkat kepatuhan pasien. Masalah lain dalam pengobatan
skizofrenia adalah masa pencapaian efek terapi dan jumlah obat yang
efek terapi yang lebih lama, sehingga pasien tidak segera merasakan efek
positif dari obat. Sebaliknya, pasien terkadang justru merasakan efek samping
terlebih dahulu dibandingkan efek terapi. Pasien skizofrenia juga tidak segera
samping yang umum dan penting adalah efek pada ekstrapiramidal, gangguan
kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dengan klien, sehingga dapat
4. Keluarga
kekambuhan yang tinggi pada klien. Hal lain adalah klien mudah dipengaruhi
keluarga yang tinggi rata-rata memiliki beban yang tinggi jika dibandingkan
dengan keluarga yang memiliki ekspresi emosi yang rendah. Sesuai dengan
penjelasan Sachit dan Al-Jubbori (2013), bahwa emosi keluarga yang tinggi
Klien yang paling beresiko adalah pasien yang berasal dari keluarga dengan
di rumah sakit jiwa, persiapan pulang dan perawatan di rumah agar adaptasi
klien berjalan dengan baik. Kualitas dan efektifitas perilaku keluarga akan
gangguan jiwa adalah perilaku keluarga yang tidak tahu cara menangani klien
Skizofrenia di rumah.
sehingga subyek menjadi kambuh setelah dirawat di rumah sakit jiwa. Dari
bagi klien untuk sembuh, karena keluarga merupakan tempat dimana individu
5. Lingkungan Sekitar
Lingkungan sekitar tempat tinggal klien yang tidak mendukung dapat juga
klien sebagai individu yang tidak berguna, mengucilkan klien, mengejek klien
dan seterusnya.
Penderita gangguan jiwa sering mendapatkan stigma dan diskriminasi yang
menderita penyakit medis lainnya. Hal ini tampak lebih jelas dialami oleh
dalam menahan stress bagi pasien yang menderita gangguan jiwa berat
Dampak gangguan jiwa bagi keluarga sangat besar, apalagi ada beberapa
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Dampak dari anggota yang
keluarga, seperti:
a. Penolakan
Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita gangguan jiwa,
b. Stigma
tertentu.
Sulit bagi siapa saja untuk menangani orang dengan pemikiran aneh, tingkah
laku aneh dan tak terduga. Bahkan ketika orang itu stabil karena obat, apatis
dan kurangnya motivasi bisa membuat frustasi. Keluarga dapat menjadi
d. Kelelahan
Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan orang yang dicintai
yang memiliki penyakit mental. Mereka mungkin mulai merasa tidak mampu
mengatasi dengan hidup dengan orang yang sakit yang harus terus-menerus
dirawat. Namun seringkali, mereka merasa terjebak dan lelah oleh tekanan
dari perjuangan sehari-hari, terutama jika hanya ada satu anggota keluarga
e. Duka
Keluarga dapat menerima kenyataan penyakit yang dapat diobati, tetapi tidak
dapat disembuhkan. Keluarga berduka ketika orang yang dicintai sulit untuk
Jika anggota keluarga memburuk akibat stres dan terlalu banyak pekerjaan,
diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri secara fisik, mental dan spiritual
yang sehat
2.2.5 Pencegahan Kekambuhan Skizofrenia
penderita melalui dukungan sosial keluarga. Dari penelitian didapat bahwa 45%
kekambuhan dalam waktu 1 tahun pasca rawat, sedangkan penderita yang diberi
tahun pasca rawat pada penderita skizofrenia yang mendapat latihan keterampilan
sosial adalah 20%, penderita yang mendapat pengobatan antipsikotik 41% dan
psikoedukasi keluarga dilaporkan tidak ada yang kambuh (Kaplan dan Sadock,
2015).
mengurangi jumlah penderita skizofrenia yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa, perlu
adanya pendidikan kesehatan jiwa yang ditujukan kepada klien, keluarga yang
merawatnya, atau orang lain yang bertanggung jawab merawatnya. Sebagai upaya
meningkatkan pengetahuan klien tentang skizofrenia, kepatuhan dalam minum
Pada saat ini banyak buku dan artikel gratis di internet yang mengupas
Tanda-tanda awal akan kambuh bisa berbeda antara satu orang dengan orang
lainnya. Beberapa tanda awal yang sering muncul antara lain adalah: terjadi
gangguan tidur (tidur terus atau tidak bisa tidur), gelisah, menarik diri dari
seseorang, dll.
4. Hindari situasi yang sering menimbulkan stress.
pasar/mall, atau berada dimana banyak orang tidak dikenal. Bila harus atau
akan membuat penderita skizofrenia lebih cepat pulih dan terhindar dari
Kegiatan yang bisa membuat santai atau rileks seperti dzikir, yoga atau
7. Terlibat dalam pertemuan group sesama penderita gangguan jiwa yang mulai
memasak, dll akan melatih penderita gangguan jiwa untuk mulai bertanggung
lebih sulit.
janda tua miskin, membersihkan rumah ibadah, sedekah nasi bungkus, dll
Kekambuhan
teori, dimana disusun berdasarkan berbagai variabel yang ada dalam penelitian
Sakit.
Variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut ini :
penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi kekambuhan yang meliputi klien,
METODE PENELITIAN
Tahun 2016.
karena merupakan rumah sakit rujukan jiwa dari Labuhanbatu Utara dan
Salah satu keluarga inti (ayah, ibu, suami, istri, anak, kakak, adik) yang
berusia lebih dari 18 tahun dari pasien gangguan jiwa yang mengalami skizofrenia
kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian
(Notoatmodjo, 2012).
n = N
1 + N (d2)
kesalahan pengambilan sampel yang digunakan 0,1. Maka besar sampel pada
1 + 102 (0,12)
= 102
1 + 1,02
= 50,49
dibagikan langsung kepada responden. Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti dari
peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba kuesioner kepada keluarga penderita
lain yang tidak termasuk responden dalam penelitian ini, kemudian dilakukan uji
Variabel Independen
menerima
Variabel Dependen
terendah 0.
P = R
BK
= 10-0
= 5
terendah 0.
P = R
BK
= 10-0
= 5
P = R
BK
= 10-0
= 5
P = R
BK
= 10-0
= 5
P = R
BK
= 20-0
= 10
P = R
BK
= 10-0
= 5
(2003) :
P = Panjang Kelas
BK = Banyak kategori
1. Editing
2. Coding
tidak kambuh = 2.
3. Tabulating
Amelia, Diny & Anwar, Zainul. 2013. Relaps Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan. No. 01 Vol.01. Hal 52-64
Anahita K & Ahmad E. 2013. The Outcome of Families Intervention for The
Mother of Schizofrenia Patient in Iran. International Journal of Psychiatry.
The Author(s), 2013. Reprints and permissions:
http://www.sagepub.co.uk/journals Permissions.nav Vol 56(6): 634–646
DOI: 10.1177/0020764009344144.
Anthony, F. L., Jeffrey, A.L, Lisa, B.D,. Thomas, H.M., Alexander, LM, Diana,
O.P., Julie, K. 2014. Practice Guideline For The Treatment Of Patients With
Schizophrenia Second Edition: Published by APA American Psychiatric
Press (Online) di unduh pada 1 Juli 2016.
Davies & Craig, (2013). ABC Kesehatan Mental. Buku Kedokteran EGC :
Jakarta.
Niven, Neil. 2012. Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat & Profesional
Kesehatan Lain. Edisi II. Jakarta: EGC.
Sadock, B.J., Sadock, V.A., & Ruiz, P. (2015). Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry (11th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer.
Sariah, A.E., Outwater, A.H., & Malima, K.I. (2014). Risk and protective factors
for relapse among individuals with schizophrenia: A qualitative study in
Dares Salaam, Tanzania. BMC Psychiatry, 14, 240.
doi:10.1186/s12888-014-0240-9
Stuart, Gail W. 2013. Prinsip Dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Ed. Indone. Ed. Budi Anna Keliat. Fakultas Keperawatan Universitas
Indonesia.
Lampiran 10
LEMBAR BUKTI BIMBINGAN
NIM : 1714201176B
Sebagai salah satu persyaratan mengambil mata kuliah skripsi, dengan ini
mengajukan usulan penelitian dengan judul :
Demikian usulan ini dibuat, mohon diproses pada tahap selanjutkan dan terima
kasih.
Medan, 04 Agustus 2018
Pemohon
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah.................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................ 6
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................. 6
1.3.2. Tujuan Khusus................................................................ 6
1.4. Hipotesis...................................................................................... 7
1.5. Manfaat Penelitian....................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 49
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
1. Nama : Aminul Hayani Ritonga
2. Tempat/Tanggal Lahir : Aek Tapa, 27 April 1973
3. Agama : Islam
4. Alamat : Jalan SM. Raja No 146 Rantauprapat
Kabupaten Labuhanbatu
LEMBAR PERSETUJUAN
UJIAN SIDANG PROPOSAL PENELITIAN
Panitia Persiapan dan Pelaksanaan Sidang Skripsi Mahasiswa Program Studi Ners
STIKes Flora menyatakan bahwa mahasiswa :
Proposal ini telah diperiksa dan dapat diajukan untuk proses selanjutnya.
KUESIONER PENELITIAN
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
A. Data Demografi
1. No. Responden .............
2. Usia ................................................. tahun
3. Jenis Kelamin
( ) Laki-laki
( ) Perempuan
4. Pendidikan terakhir keluarga
( ) SD atau sederajat
( ) SMP atau sederajat
( ) SMA atau sederajat
( ) Akademi
( ) Sarjana
5. Hubungan dengan klien
( ) Ayah ( ) Anak
( ) Ibu ( ) Kakak
( ) Suami ( ) Adik
( ) Istri
B. Identitas Klien
1. Nama Inisial : ...................................................................................
2. Usia : ................................................................................
3. Jenis Kelamin
( ) Laki-laki
( ) Perempuan
4. Pendidikan terakhir
( ) SD atau sederajat
( ) SMP atau sederajat
( ) SMA atau sederajat
( ) Akademi
( ) Sarjana
5. Pekerjaan
( ) Bekerja
( ) Tidak bekerja
No Pernyataan Ya Tidak
Faktor Klien
Faktor Dokter
Faktor Keluarga
Faktor Lingkungan
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
2018.
Penulisan proposal ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar
S-1 Keperawatan pada Program Studi Ners-S1 Keperawatan Program Studi Ners-
dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan
1. dr. Fithria Aldy, M.Ked (Oph), SpMK (K), selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Flora Medan.
3. Sri Dewi Siregar, S.Kep. M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
5. Teristimewa kepada Orang Tua, Istri, Anak dan Keluargaku tersayang, yang
selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan berkorban baik secara
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala