Anda di halaman 1dari 7

Rosdiana : Identifikasi Peran Keluarga Penderita dalam Upaya Penanganan Gangguan Jiwa Skizofrenia

Identifikasi Peran Keluarga Penderita dalam Upaya Penanganan


Gangguan Jiwa Skizofrenia

Identification of the Family Role to Handling Schizophrenia Patients


Rosdiana
Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Widyagama Mahakam Samarinda
(anahanur@gmail.com)

ABSTRAK
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang
luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik dan sosial budaya. Penelitian
bertujuan mengidentifikasi peran keluarga penderita dalam penanganan penderita skizofrenia. Kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi melalui wawancara, observasi dan dokumentasi terhadap 6 informan. Hasil
menunjukkan bahwa keluarga mampu membuat keputusan yang tepat dan memanfaatkan fasilitas kesehatan
dengan mengantarkan penderita ke puskesmas atau rumah sakit walaupun jaraknya cukup jauh, tetapi keluarga
memiliki asumsi yang salah, bahwa rumah sakit tempat penitipan yang baik bagi penderita, sehingga kurangnya
dukungan keluarga saat penderita menjalankan program di rumah sakit jiwa. Keluarga belum mengetahui
gejala, penyebab dan sejak kapan penderita mulai mengalami skizofrenia, keluarga juga tidak mengetahui cara
merawat dan memodifikasi lingkungan agar mampu mendukung kesembuhan penderita skizofrenia. Kesimpulan
dalam penelitian ini bahwa ketidaktahuan keluarga dalam memberikan dukungan saat penderita menjalankan
program di rumah sakit jiwa, ketidaktahuan keluarga dalam mengenal, memahami, merawat dan memodifikasi
lingkungan yang menyebabkan kekambuhan, bahkan semakin parah skizofrenia yang dialami oleh penderita di
wilayah kerja Puskesmas Seba-kung Jaya.
Kata kunci : Peran, keluarga, skizofrenia

ABSTRACT
Schizophrenia is a description of the syndrome with a variety of causes and course of the disease are
wide-spread, as well as some of the consequences that depend on the balance of genetic and socio-cultural
influences. This study aims to identify the role of families of patients in Handling People with schizophrenia.
Qualitative re-search method with phenomenology approach through interviews, observation and documentation
to 6 informants. The results showed that families are able to make the right decisions and take advantage of the
health facility by delivering the patient to the health center or hospital even though it was quite far away, but the
family has a wrong assumption, that the hospital where care is good for patients, so the lack of family support
when patients run the program in a mental hospital. Family didn’t know the different causes, symptoms and
since when the patient begins to experience schizophrenia, the families also do not know how to treat and modify
the environment to be able to support the recovery people with of schizophrenia. The conclusion of this study are
the ignorance of the family in providing support while the person running the program in a psychiatric hospital,
ignorance family in the know, understand, maintain and modify the environment that leads to relapse, even
worse schizophrenias experienced by patients in Sebakung Jaya Health Center.
Keywords : Role, family, schizophrenia

Copyright © 2018 Universitas Hasanuddin. This is an open access article under the CC BY-NC-SA license
(https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/).
DOI : http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v14i2.3787

174
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 2, Juni 2018

PENDAHULUAN kecenderungan keluarga/masyarakat untuk menja-


Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi dikan Rumah Sakit Jiwa sebagai tempat pembua-
psikotik yang mempengaruhi berbagai individu ngan bagi orang dengan gangguan jiwa. Setelah
termasuk berpikir dan komunikasi, menerima dan diantar, keluarga tidak pernah membesuk lagi,
menginterprestasikan realitas, merasakan dan me- pasien dianggap sudah menjadi tanggungjawab
majukan emosi serta perilaku dengan sikap yang petugas rumah sakit jiwa, sedangkan keluarga ti-
tidak bisa diterima secara sosial. Skizofrenia pada dak mau tahu tentang keadaan pasien. Sehingga,
umumnya ditandai oleh penyimpangan mental terkadang ditemukan pasien di Rumah Sakit Jiwa
dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta yang telah menjadi warga disana lebih dari sepu-
oleh efek yang tidak wajar/inappropriate atau luh tahun tanpa pernah diketahui alamat dan kel-
tumpul/ blunted.1,2 uarganya.5,6
Laporan organisasi kesehatan dunia (World Puskesmas Sebakung Jaya adalah salah
Health Organization/WHO) pada 2010 tentang satu puskesmas yang berada di wilayah selatan
Global Burden Disease menyebut, kini telah ter- Kabupaten Penajam Paser Utara yang berbatasan
jadi perubahan jenis penyakit yang menimbulkan langsung dengan wilayah Kabupaten Paser, se-
beban bagi negara secara global. Sebelumnya, hingga jangkauan jarak baik ke Rumah Sakit
WHO menyebut kasus kematian ibu dan anak pa- Umum Daerah Penajam maupun ke Rumah Sakit
ling besar membebani negara, tetapi kini bergeser Jiwa Samarinda relatif jauh. Berdasarkan Peratur-
ke penyakit kronis, termasuk penyakit jiwa berat, an Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
misalnya skizofrenia. Penderita gangguan psikis 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Mini-
dengan diagnosis skizofrenia tahun 2010 kurang mal Bidang Kesehatan (SPM), merupakan acuan
lebih 24 juta jiwa di seluruh dunia. Dari jumlah bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
24 juta jiwa tersebut 1.928.663 juta jiwa tercatat penyediaan pelayanan kesehatan yang berhak di-
ber-ada di Indonesia, dengan kasus skizofrenia. peroleh setiap warga secara minimal. Salah satu
Dalam laporan tersebut terdapat dalam jenis layanan Standar Pelayanan Minimalnya ada-
pengkajian data di Indonesia dengan kasus lah pelayanan kesehatan orang dengan gangguan
skizofrenia mencapai 2,5% dari total penduduk jiwa berat. Atas dasar itulah Puskesmas Sebakung
Indonesia.3 Jaya menjadikan pelayanan kesehatan orang de-
Menurut Bagus Utomo sebagai Pendiri ngan gangguan jiwa berat menjadi usaha kesehat-
an wajib. Data penyakit skizofrenia dengan
Rumah Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia kriteria gangguan psikotik dan neurotik, tahun
(KPSI), mengemukakan bahwa dari 34 provinsi di 2014 pen-derita penyakit skizofrenia 4 pasien,
Indonesia, hingga kini masih 7 provinsi yang be- tahun 2015 penderita penyakit skizofrenia 7
lum memiliki rumah sakit jiwa. Jumlah psikiater- pasien, tahun 2016 menunjukan peningkatan
nya juga minim, dengan perbandingan 1 banding penderita penyakit skizofrenia menjadi 10 pasien.
400 ribu. Penanganan atau proses pemulihan pa- Diagnosa skizofre-nia berjumlah 10 pasien di
sien dengan gangguan jiwa, salah satunya skizof- antaranya mengalami halusinasi, depresi berat,
renia di Indonesia masih buruk. Proses penanga- waham, dan kasus pa-ling serius di antaranya
nan Orang Dengan Skizofrenia (ODS) memerlu- yaitu penderita skizofrenia melakukan percobaan
kan penanganan yang lama, mulai dari perawatan bunuh diri.7,8 Oleh karena itu, penelitian
di rumah sakit, pemberian obat, sampai dukungan dilakukan untuk mengidentifikasi peran keluarga
sosial, keluarga dan masyarakat. Misalnya, se- penderita dalam upaya penanganan gangguan jiwa
orang pasien sudah mendapatkan obat dengan skizofrenia.
baik, proses pemulihan di rumah sakit berjalan
ba-gus, tetapi pada saat di rumah tidak didukung BAHAN DAN METODE
ke-luarga dan lingkungan, maka bisa jadi pasien Penelitian menggunakan metode peneli-
akan mengalami kekambuhan. Oleh sebab itu, tian kualitatif dengan pendekatan fenomenology.
proses pemulihan penyakit ini tahunan. Oleh Dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Seba-
karena pro-sesnya lama, maka butuh ketekunan kung Jaya, pada September - Oktober 2017. Jum-
dan kesabaran dari keluarga.4 lah informan 6 orang yang terdiri dari 3 orang
Fenomena lain yang menarik adalah adanya

175
Rosdiana : Identifikasi Peran Keluarga Penderita dalam Upaya Penanganan Gangguan Jiwa Skizofrenia

keluarga (orang tua penderita skizofrenia), 1 “gila itu ya.. diajak ngomong tidak nyam-
bung, suka melamun, jarang keluar rumah,
orang petugas kesehatan Puskesmas Sebakung
pokoknya aneh lah tidak nyambung, di-
Jaya, 1 orang kepala desa dan 1 orang petugas tanyain diam, makan juga sering lupa.’’
Rumah Sakit Jiwa Atma Husada Samarinda. (W.A.S.2)
Data yang diperoleh melalui wawancara
mendalam (indepth interview), observasi dan Penyebab skizofrenia berdasarkan infor-
dokumentasi terhadap keluarga dan penderita masi dari 3 informan berbeda-beda. Berdasarkan
skizofrenia.9,10,11 asumsi orang tua dari 3 penderita, anaknya skizof-
Teknik analisis data yang digunakan ada- renia bukan karena keturunan, karena belum ada
lah pola intraksi secara interaktif dan berlangsung orang tua atau keturunan mereka yang skizofrenia
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga sebelumnya. Penyebab skizofrenia pada anak-
data yang diperoleh jenuh. Miles and Huberman nya dikarenakan anaknya sering jatuh atau sering
(1984) dalam Sugiyono,10 mengemukakan bahwa dipukulin teman sepermainnya dibagian kepala
pola interaksi analisis data dengan tiga prosedur waktu kecil, informan lain mengatakan, karena
yaitu: Tahap reduksi data sebagai proses pemili- banyak masalah dalam keluarga, dan ada juga
han, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, yang mengatakan anaknya stress menghadapi tu-
pengabstarakan dan transformasi data kasar yang gas kuliah. Berdasarkan kutipan wawancara se-
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, bagai berikut:
data dihimpun dari berbagai sumber di lapangan,
disederhanakan dan disimpulkan.10 “Ya awalnya itukan rumah tangga ba-nyak
Tahap penyajian data dimaksudkan sebagai masalah, apa-apa itu minta diturutin,
pokok-nya disuruh nurutin dia terus,
sekumpulan informasi tersusun, yang memberi- padahal saya itu sudah ku turutin, apa-apa
kan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan itu ku turutin, jalan ku turutin, mau ke
dan pengambilan tindakan. Dengan melihat pen- ladang orang dua ya kuturutin, tetapi dia
yajian data peneliti dapat memahami apa yang se- suka ngelamun aja, jadi jarang keluar
dang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Hal ini rumah, pokoknya aneh lah gak nyambung,
memudahkan bagi penulis, melihat gambaran se- ditanyain diam, makan juga sering lupa.’’
cara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari (W.A.S.2)
data penelitian, sehingga data tersebut bisa ditarik
kesimpulan.10 “he’eh jadi waktu kecil itu sering jatuh itu,
Tahap kenarikan kesimpulan/verifikasi, sering mainan sama temannya, namanya
anak kecil kadang pegang angklong kayu
merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang dipukulkan gitu sama temannya tau-tau
utuh selama penelitian berlangsung, sedangkan ada luka gitu kan, mungkin juga banyak
verifikasi merupakan kegiatan pemikiran kemba- pikiran dan banyak ngelamun.’’
li yang melintas di pemikiran penganalisis selama (2.I.W.6)
penulis mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada
catatan-catatan lapangan serta tukar pikiran dian- Berdasarkan hasil wawancara penulis ter-
tara teman sejawat untuk mengembangkan “inter- hadap 3 informan, yaitu orang tua penderita da-
subyektif” dengan kata lain makna yang muncul lam pemanfaatan pelayanan kesehatan terhadap
dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya anaknya yang mengalami skozifrenia sudah baik
dan kecocokannya (validitasnya).10 dan tepat karena orang tua pendertia sering me-
ngantarkan anaknya ke puskesmas untuk konsul-
HASIL tasi dengan petugas kesehatan tentang masalah
Berdasarkan hasil wawancara yang telah yang dihadapi oleh anaknya, bahkan 2 dari tiga
dilakukan penulis, keluarga penderita tidak informan dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Samarin-
menge-tahui, memahami dan mengenal gejala- da. Salah satu dari dua informan diizinkan
gejala dan pengertian gangguan kembali dan tinggal bersama keluarganya setelah
jiwa/skizofrenia, dan juga tidak mengetahui dirawat
penyebab anaknya mengalami skizofrenia
seperti yang diungkapkan informan berikut ini:

176
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 2, Juni 2018

selama 3 bulan di Rumah Sakit Jiwa Atma sambil jalan, nah sekarang jalannya musim
Husada Samarinda. Berdasarkan kutipan debu jadi ya kotor lagi dan rambutnya
wawancara se-bagai berikut: kusut lagi.”
(W.A.I.22)
“oh nggak mau dibawa ke puskesmas, la
wong aku ki gak loro kok arep digowo ber- “lah iya, kita mau gak mau bersihkan ru-
obat, akuki nggak loro, akuki nggak sakit, mah sendiri. waktu disini iya, makanya
gitu katanya, tetapi tetap saya usahakan dibawa kesana. Kan disana gak ada yang
supaya dia mau berobat, kontrol begitu. tau, nah kadang dibawa kesini lagi sering
Lama-lama baru dia mau.” ke belakang karena mungkin sering di-
(W.A.S.6) olokin, dia sering ke belakang makanya
saya susah jagainnya.“
Berdasarkan hasil triangulasi dari informan (W.A.I.15)
selaku petugas kesehatan dan pemegang program,
menyatakan bahwa: “Rutin obatnya minum 2 kali sehari harus
digerus dulu terus kasih gula ya kita
“Iya betul rutin kontrol ke Puskesmas awasi.” (W.A.S.13)
kalau obatnya habis atau ada masalah
lainnya, dan ada juga yang dirujuk ke RSJ Berdasarkan hasil observasi bahwa keluarga
Atma Hu-sada Samarinda karena skizonya telah berusaha membangun kesadaran untuk me-
uda par-ah.” nerima keadaan penderita. Namun, belum mampu
(W.C.PK.19) merawat secara paripurna terutama dalam men-
jaga kebersihan penderita agar tidak menimbul-
Keluarga atau orang tua belum mampu kan penyakit-penyakit lainnya terutama penyakit
merawat anaknya yang skizofrenia. Berdasarkan kulit atau penyakit pernapasan yang disebabkan
hasil wawancara dan observasi penulis terhadap oleh debu. Kondisi penderita khususnya kebersih-
3 orang tua penderita dalam merawat anaknya an individu memprihatinkan, rambut yang acak-
masih terikut emosi dan beranggapan bahwa, se- acakan, kuku tangan dan kaki cukup panjang dan
laku orang tua sudah banyak berkorban merawat kotor, pakaian yang digunakan kotor dan berbau.
dan menjaga pada waktu kecil hingga besar dan Bahkan ada 1 penderita kamarnya dipisahkan dari
biaya juga sudah banyak yang dikeluarkan untuk anggota keluarga yang lain, dan kondisi kamarnya
biaya sekolah sampai ke bangku kuliah, dan biaya tidak terurus, kotor, sampah berserakan dan ber-
keperluan lainnya, dan sekarang masih menyusah- bau, sebagai tanda kurang diperhatikan.
kan bahkan membuat malu kelurga, seperti yang Berdasarkan hasil wawancara dan obser-
diungkapkan informan berikut ini: vasi penulis, ketidak mampuan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan sosial, tempat tinggal
“Maunya ya marah, tadinya ya marah, ya dan sekitarnya yang menyebabkan penderita bu-
gimana merasa anaknya sudah dibiayain kan kunjung sembuh bahkan semakin parah dari
jadinya kayak gini ya kesal, jengkel gitu, hari ke hari. Hal ini disebabkan keyakinan kelur-
pernah bapaknya mukul. Nah sadarnya ga akan kesembuhan penderita skizofrenia sangat
saya itu setelah saya bawa ke Jawa, saya
rendah, bahkan ada informan yang tidak memili-
dikasih tau sama keluarga saya katanya
ya sudah jadi nasibmu kayak gitu ya dite- ki harapan akan kesembuhan anaknya. Selain itu,
rima, sabar. Akhirnya saya bisa terima, keluarga juga tidak memiliki banyak waktu untuk
ya Alhamdulillah, tinggal kasi pengertian mengurusi penderita, bahkan sering penderita ha-
ke bapaknya pelan-pelan” nya ditinggal sendiri di rumah dan dikuncikan pin-
(W.A.I.12) tu dari luar, seperti yang diungkapkan informan
berikut ini:
“Dia nggak mau kalau dimandikan, mau-
nya mandi sendiri dan menyisir rambut “iya pokoknya apa-apa itu tidak mau, jadi
sendiri cuma yaitu kadang dia mainan lagi akhirnya ya kita biarkan saja dia mau buat

177
Rosdiana : Identifikasi Peran Keluarga Penderita dalam Upaya Penanganan Gangguan Jiwa Skizofrenia

apa yang penting di dalam kamarnya.” berkumpul bersama keluarga. Kondisi lelah, letih
(W.A.S.15) dan lesu sepulang dari bekerja, dihadapkan
dengan kondisi rumah tangga yang tidak terurus,
PEMBAHASAN tuntut-an anak-anak begitu banyak merupakan
Keluarga adalah lingkungan terdekat de- pencetus stres dan depresi.
ngan penderita skizofrenia.12,13 Keluarga yang Penyebab penderita mengalami skizofrenia
tidak dapat beradaptasi dengan penderita akan ialah karena psikologis dan sosial, adanya trauma
stres, sehingga tidak dapat menjalankan fungsin- yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang
ya dengan baik, termasuk fungsi perawatan kelu- tua-anak yang patogenik, serta interaksi yang
arga/orang tua terhadap penderita.14 Pengetahuan pato-genik dalam keluarga. Sementara itu, faktor
keluarga dan orang tua penderita, tidak mengeta- yang paling utama dari penyebab penderita
hui awal mula penderita mengalami skizofrenia, mengalami skizofrenia yaitu interaksi antara
hal ini disebabkan ketidaktahuan tentang gejala, anggota keluar-ga, sehingga ketika salah satu
penyebab skizofrenia serta kurangnya kepedulian anggota keluarga mempunyai masalah tidak ada
keluarga dalam memahami dan mau menger- yang memahami dan tidak bercerita tentang
ti kondisi penderita. Kondisi keluarga/orang tua masalah yang dialami, akibatnya menimbulkan
penderita sudah cukup disibukkan dengan rutini- kurangnya rasa percaya antara sesama anggota
tas sehari-hari, mencari nafkah untuk memenuhi keluarga, membuat beban dalam pikiran
kebutuhan keluarganya. menumpuk sehingga solusi untuk penyelesaian
Berdasarkan hasil wawancara dan masalah tidak ada maka terjadilah depresi berat,
observasi penulis terhadap 3 keluarga penderita, rasa malu, rasa salah dan akhir-nya perilaku
bahwa pen-derita pada informan 1 (S) dalam penderita berubah tidak seperti bia-sa, suka
struktur keluarga adalah seorang Ayah atau menyendiri, berbicara sendiri, teriak dan
Kepala keluarga, jum-lah anak 8 orang, jarak melakukan hal-hal yang tidak normal lainnya.15,16
kelahiran setiap anak tidak lebih dari 3 tahun. Perilaku atau tindakan keluarga penderita
Pendidikan terakhir penderita adalah Sekolah sudah tepat dan mampu memutuskan dalam pe-
Dasar (SD). Sumber penghasilan untuk manfaatan pelayanan kesehatan yang tepat bagi
memenuhi biaya hidup keluarga dengan penderita, dengan membawa penderita ke dokter
bertani, jumlah sawah 1 hektar dan jumlah hasil atau petugas kesehatan. Namun, fungsi keluar-
panen yang tidak menentu. Sedangkan hasil ga dalam memberikan dukungan saat penderita
obser-vasi pada informan 2 (I) bahwa status menjalankan program terapi untuk sembuh saat
penderita adalah anak pertama dari 5 dirawat di Rumah Sakit Jiwa belum maksimal.17,18,
bersaudara. Peker-jaan orang tua mengelola Orang tua penderita menyerahkan sepenuh-
kebun karet milik orang lain, hasilnya di bagi nya
sesuai perjanjian dengan pemilik kebun. Usia kepada pihak rumah sakit untuk kesembuhan
penderita 21 tahun dan men-derita skizofrenia penderita. Berdasarkan hasil triangulasi sumber
sejak usia 19 tahun saat duduk dibangku kuliah. dari petugas kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Atma
Informan 3 (D) adalah anak ke dua dari 4 Husada Samarinda. Bahwa, orang tua informan 2
bersaudara. Usia penderita 27 tahun dan (I) hanya dua kali datang selama anaknya dirawat
menderita skizofrenia sejak usia 20 tahun, di Rumah Sakit Jiwa, yaitu; saat membawa su-
pendidikan terakhir tamat Sekolah Lanjut Tingkat rat rujukan dari puskesmas, sekaligus mengantar
Atas (SLTA). Pekerjaan orang tua mengelola anaknya dan menyelesaikan semua administrasi
ke-bun kelapa sawit. pendaftaran dan saat menjemput pulang saat
Rutinitas sehari-hari keluarga dari 3 pende- anak-nya sudah bisa diperbolehkan untuk
rita semuanya mengelola kebun kelapa sawit, ke- pulang. 19,20,21

bun karet dan mengelola sawah. Setiap hari ke- Kemampuan keluarga dalam merawat pen-
luarga penderita mulai menjalankan aktivitasnya, derita masih kurang karena badan penderita masih
seperti berangkat ke kebun dari jam 6.30 atau kotor dan berbau, kuku kaki dan tangan panjang
7.00, karena rata-rata jarak tempuh 30 hingga 45 dan penuh kotoran, rambut terurai kusut, kotor
menit, pada pukul 17.00 atau 18.00 dan bau, kondisi kamar penderita kotor, sampah
keluarga/orang tua (Bapak dan Ibu) penderita berserakan, berbau dan tidak rapi. Walaupun ke-
baru pulang ke rumah luarga sudah berusaha menerima kenyataan bah-

178
JURNAL MKMI, Vol. 14 No. 2, Juni 2018

wa sudah nasibnya memiliki anggota keluarga kondisi sosial seperti ini, sehingga pentingnya
yang skizofrenia, tetapi belum sepenuhnya dilakukan penyuluhan yang komprehensif kepada
mampu mengurus dan merawat penderita. masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat,
Hal ini disebabkan rutinitas sehari-hari da- keterlibatan toko masyarakat dan kader kesehatan,
lam mencari nafkah untuk keluarga. Selain itu, sehingga masyarakat bisa mendapatkan pemaha-
keluarga juga tidak mempunyai harapan akan ke- man yang baik dan benar bagaimana cara membe-
sembuhan penderita. Keluarga beranggapan bah- rikan dukungan sosial kepada penderita agar cepat
wa penyakit ini akan dialami oleh penderita se- sembuh.25,26,27
umur hidupnya. Walaupun petugas kesehatan te-
lah menjelaskan, bahwa ada harapan untuk sem- KESIMPULAN DAN SARAN
buh seperti semula bagi penderita skizofrenia, jika Pengetahuan keluarga dan orang tua pen-
penderita mendapatkan dukungan dari keluarga- derita, tidak mengetahui awal mula penderita
nya. Oleh karena banyaknya contoh atau bukti men-galami skizofrenia, hal ini disebabkan
yang dilihat, kehidupan skizofrenia di wilayah ketidak-tahuan informan tentang gejala,
kerja Puskesmas Sebakung Jaya tidak ada yang penyebab skizof-renia serta kurangnya
sembuh, bahkan makin parah sakitnya hingga ajal kepedulian keluarga dalam memahami dan mau
menjemput. Dalam hal ini petugas kesehatan mengerti kondisi penderita. Perilaku atau
harus lebih meningkatkan kinerjanya dalam tindakan keluarga penderita sudah tepat dan
memberikan asuhan keperawatan kepada mampu memutuskan dalam pemanfaatan
penderita ganggu-an jiwa khususnya dalam pelayanan kesehatan yang tepat bagi penderita.
memberikan konseling kepada keluarga untuk Ketidakmampuan keluarga dalam merawat pen-
derita, menyebabkan badan penderita kotor dan
merawat anggota keluarga yang mengalami
berbau, kuku kaki dan tangan panjang dan penuh
gangguan jiwa.22,23
kotoran, rambut terurai kusut kotor dan berbau,
Ketidakmampuan keluarga penderita dalam
kondisi kamar penderita kotor, sampah bersera-
memodifikasi lingkungan, baik fisik, sosial, psi- kan, berbau dan tidak rapi. Ketidakmampuan ke-
kologi yang menyebabkan penderita semakin pa- luarga penderita dalam memodifikasi lingkungan,
rah dari hari ke hari. Keluarga penderita tidak baik fisik, sosial, psikologi yang menyebabkan
mengetahui tentang pentingnya interaksi yang penderita semakin parah dari hari ke hari. Hasil
baik antara anggota keluarga, dan saling memaha- penelitian ini menyarankan agar petugas kesehat-
mi dan mengerti satu sama lain sehingga komu- an harus lebih meningkatkan kinerjanya dalam
nikasi antara keluarga terasa aman, nyaman dan memberikan asuhan keperawatan kepada penderi-
ketika ada masalah keluarga menjadi tempat yang ta skizofrenia, dan memberikan penyuluhan yang
baik untuk bercerita dan menjadi pendengar yang komprehensif kepada keluarga penderita dan ma-
baik serta memberikan solusi dari masalah yang syarakat agar mendapatkan pemahaman yang baik
dihadapi.24 dan benar tentang cara memberikan dukungan
Keluarga penderita juga tidak mengetahui sosial, psikologi dan materi kepada penderita agar
dan memahami tentang menciptakan lingkungan cepat sembuh.
kondusif yang bisa mempengaruhi dan memban-
tu kesembuhan penderita Skizofrenia. Demikian DAFTAR PUSTAKA
juga, dengan tetangga dan masyarakat yang 1. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Bina Kes-
berada disekitar penderita, tidak mengetahui ehatan Jiwa; 2013.
tentang cara memberikan dukungan sosial 2. Ascobat, G.Tinjauan Kesehatan Jiwa dari As-
terhadap penderita. Masyarakat yang ada di pek Ekonomi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
wilayah Puskesmas Se-bakung Jaya masih kuat 3. WHO. Global Burden Disease [Online] 05
akan stigma buruk ten-tang penderita Januari 2011., [diakses 05 Januari 2017].
skizofrenia. Misalnya, saat pende-rita jalan-jalan Available at: https://apps.who.int/nut/db_bfd.
keluar rumah, masih banyak yang mengganggu htm.
atau mengolok-olok sehingga pen-derita tidak 4. Bagus, U. Penanganan dan Proses Pemulihan
merasa nyaman dan terkadang emosi-nya Pasien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta; 2011.
memuncak/marah, kondisi seperti inilah yang
semakin memperparah penderita. Dengan adanya

179
Rosdiana : Identifikasi Peran Keluarga Penderita dalam Upaya Penanganan Gangguan Jiwa Skizofrenia

5. Moersalin 2009. Ketika Gubernur ke Rumah 17. Copel, L. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri Pe-
Sakit Jiwa [Online]. 2009. Available http:w- doman Klinis Perawat Edisi 2. Jakarta : EGC;
ww.harian-aceh.com. 2017.
6. Rumah Sakit Atma Husada. Profil Rumah 18. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan, Ja-
Sakit Atma Husada: Samarinda; 2014 karta : Rineka Cipta; 2010.
7. Puskesmas Sebakung Jaya. Profil Puskesmas 19. Undang-Undang Republik Indonesia No 18
Sebakung Jaya: Samarinda; 2016 tahun 2014. Tentang Kesehatan Jiwa. Jakarta:
8. Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Kementrian Kesehatan.
Utara. Profil Kesehatan Kabupaten Penajam 20. Undang-Undang Republik Indonesia No 36
Paser Utara. Penajam; 2015. Tahun 2014. Tentang Tenaga Kesehatan:
9. Bungin, B. Analisis Data Penelitian Kualita- Ke-mentrian Kesehatan.
tif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Ke 21. Mahar, A., Ika, N & Bambang H.Y.. Evek-
Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT tivitas Pelayanan Selama Penerapan Clinical
Rajawali Pers; 2016. Pathway Skizofrenia Rawat Inap di RSUD
10. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kese- DR.Sardjito Yogyakarta. Manajemen Pe-
hatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2010. layanan Kesehatan. 2014;l7(1):9-13.
11. Saryono. & Anggraeni, M.D. Metode Pene- 22. Setiadi. Konsep Dan Proses Keperawatan Kel-
litian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: uarga. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2008.
Nuha Medika; 2013 23. Nasir, A. & Muhith, A. Dasar-Dasar Keper-
12. Fadli, S.M. & Mitra. Pengetahuan dan Ekspre- awatan Jiwa Pengantar dan Teori. Jakarta: Sa-
si Emosi Keluarga serta Frekuensi Kekambu- lemba Medika; 2011.
han Penderita Skizofrenia. Jurnal Kesehatan 24. Suprajitno. Asuhan Keperawatan Keluarga
Masyarakat Nasional 2013;7(10): 466-470. Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: Buku Kedok-
13. Bishop, M & Greeff, A.P. Resiliensi in Fami- teran EGC; 2008.
lies in Wich A Member Has Been Diagnosed 25. Febriani, R.N. 2008. Penderita Gangguan
With Schizofrenia. Journal of Psychiatric and Jiwa Terus Meningkat. [Diakses 19 Januari
Mental Health Nursing. 20015;22: 463-471. 2017]. Available at: http://www.antarajateng.
14. Nurmaela., Suryani & Imas, R. The Relation com/detail/index.php?id=2145.
Of The Family Resilience With Subtance On 26. Muntiaroh., Eny, H & Wulandari, M. Gamba-
Skizofrenia Patients in The Psikiatri Unit. ran Pengetahuan Masyarakat Tentang Skizof-
Jurnal keperawatan Padjadjaran. 2018;6(1): renia di RT 6 Wilayah Kerja Puskesmas Juan-
18-24. da Kelurahan Air Hitam. Prosiding Konferensi
15. Soeyatno. Kesehatan Mental, Konsep, Ca- Nasional PPNI Jawa Tengah 4-6 Maret 2013;
kupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Jawa Tengah.
CV. Andi Offset; 2013. 27. Trisnowati, H. Pemberdayaan Masyarakat
16. Buse, K. Making Health Policy: Understan- untuk Pencegahan Faktor Risiko Penyakait
ding Public Health, Second Edition. London: Tidak Menular (Studi pada Pedesaan di Yog-
Open University Press Me Graw Hill Educa- yakarta). Media Kesehatan Masyarakat Indo-
tion: 2009. nesia. 2018;14(1)17-25.

180

Anda mungkin juga menyukai