Anda di halaman 1dari 10

Widyarti, EK. dkk.

Gambaran Faktor Prognosis pada…

GAMBARAN FAKTOR PROGNOSIS PADA PASIEN


SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM

Eka Putri Widyarti1, Sherly Limantara2, Husnul Khatimah3


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lambung Mangkurat.
2
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lambung Mangkurat
3
Departemen Biomedik, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lambung Mangkurat

Email korespondensi: puteriwidya97@gmail.com

Abstract: Schizophrenia is a severe mental disorder. This study aims to describe the prognostic
factors in schizophrenic patients at Sambang Lihum Mental Hospital. The method used is
descriptive. The number of samples is 103 people using purposive sampling technique. Data
were obtained from medical records, interviews, DAI-10 questionnaires, and patient assessment
response to family support questionnaires. Data analysis using frequency distribution. The
result showed that majority of respondents were men (76%), elementary education (43%),
unemployed (72%), unmarried (83%), age of onset in early adults (33%), hadn’t family history
(83%), duration of untreated psychosis less than 1 month (41%), had trigger factors (52%),
duration of illness for 1-4 years (37%), moderate family support (54 %), relapse (66%),
adhered to treatment (87%), didn’t have a prepsychotic personality (83%), and undifferentiated
schizophrenia (47%). The conclusion of this study is that most schizophrenic patients at
Sambang Lihum Mental Hospital have a poor prognosis factor (62%).

Keywords: schizophrenia, prognostic factors

Abstrak: Skizofrenia termasuk dalam gangguan mental yang berat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran faktor prognosis pada pasien skizofrenia di RSJ Sambang Lihum.
Metode yang digunakan adalah deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 103 orang dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Data didapat dari rekam medis, wawancara, kuesioner
DAI-10, dan kuesioner respon penilaian pasien terhadap dukungan keluarga. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan sebagian
besar responden adalah laki-laki (76%), pendidikan SD (43%), tidak bekerja (72%), tidak
menikah (83%), usia onset pada dewasa awal (33%), tidak memiliki riwayat keluarga (83%),
durasi psikosis yang tidak diobati kurang dari 1 bulan (41%), memiliki faktor pencetus (52%),
durasi sakit 1-4 tahun (37%), dukungan keluarga sedang (54%), pernah relaps (66%), patuh
terhadap pengobatan (87%), tidak memiliki kepribadian prepsikotik (83%), dan tipe skizofrenia
tak terinci (47%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar pasien skizofrenia di
RSJ Sambang Lihum memiliki faktor prognosis yang buruk (62%).

Kata-kata kunci: skizofrenia, faktor prognosis.

509
Homeostasis, Vol. 2 No. 3, Des 2019: 509-518

PENDAHULUAN ke masyarakat walaupun dengan sedikit


Skizofrenia adalah sebuah kecacatan, dan sepertiga sisanya
gangguan mental yang berat.1 Data dari memiliki prognosis yang buruk.6
WHO menyebutkan bahwa terdapat Sadock dan Sadock menyebutkan
sekitar 21 juta orang menderita bahwa prognosis skizofrenia dapat
skizofrenia.1,2 Data dari Riskesdas tahun dilihat berdasarkan faktor berikut, yaitu:
2013 menyebutkan bahwa secara usia onset penyakit, sifat munculnya
nasional prevalensi gangguan jiwa onset, ada atau tidaknya faktor prepitasi,
berat, seperti skizofrenia mencapai 1,7 riwayat sosial, riwayat seksual, riwayat
per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 pekerjaan, bentuk gejala yang dialami
orang.2,3 Prevalensi psikosis tertinggi di penderita, status pernikahan, riwayat
DI Yogyakarta dan Aceh (2,7 per 1000 keluarga, ada tidaknya gangguan
penduduk), sedangkan prevalensi neurologis atau trauma, riwayat remisi
terendah di Kalimantan Barat (0,7 per dan relaps, serta sistem pendukung yang
1000 penduduk). Prevalensi psikosis di didapatkan oleh penderita.4
Kalimantan Selatan sendiri mencapai Tujuan dari penelitian ini adalah
1,4 per 1000 penduduk.3 untuk mengambarkan faktor prognosis
Sebuah studi yang disebutkan oleh pada pasien skizofrenia di RSJ
Sadock dan Sadock menyebutkan Sambang Lihum.
bahwa hanya sekitar 10-20% pasien
yang memiliki hasil akhir yang baik METODE PENELITIAN
selama periode 5 sampai 10 tahun Penelitian ini menggunakan
setelah rawat psikiatrik yang pertama, metode deskriptif untuk
sedangkan lebih dari 50% pasien menggambarkan faktor prognosis pada
memiliki gambaran hasil yang buruk pasien skizofrenia. Populasi pada
dengan rawat inap yang berulang, penelitian ini adalah seluruh pasien
perburukan gejala, episode gangguan skizofrenia yang di rawat inap di RSJ
mood dan percobaan bunuh diri.4 Sambang Lihum. Sampel pada
Rashimi dan Mark tahun 2009 penelitian ini adalah pasien skizofrenia
menyebutkan bahwa sepuluh tahun yang dirawat inap di Ruang Tenang dan
setelah diagnosis awal, sekitar 50% Ruang Transit di RSJ Sambang Lihum
orang yang didiagnosis dengan pada periode September-November
skizofrenia dicatat sepenuhnya pulih 2018 yang memenuhi kriteria inklusi
atau dapat berfungsi secara independen, dan eksklusi. Kriteria inklusi pada
25% pulih tetapi harus memiliki sistem penelitian ini adalah pasien dan
pendukung yang kuat, 15% tetap tidak keluarga pasien bersedia menjadi
dibiayai dan biasanya dirawat di rumah responden, pasien sedang menjalani
sakit, dan 10% lainnya memutuskan rawat inap di Ruang Tenang dan Ruang
untuk melakukan bunuh diri karena Transit RSJ Sambang Lihum, keluarga
mereka berpikir tidak memiliki jalan dapat dihubungi untuk dilakukan
keluar dari sakit yang mereka derita wawancara, pasien dalam keadaan
kecuali melalui kematian.5 tenang, dapat berkomunikasi, mampu
Maramis menyebutkan bahwa membaca dan menulis. Kriteria eksklusi
penderita skizofrenia yang datang pada penelitian ini adalah pasien tidak
berobat dalam tahun pertama setelah bisa ditemui, pasien atau keluarga
serangan awal dapat diperkirakan pasien mengundurkan diri menjadi
sepertiga dari mereka akan sembuh responden, dan pasien memiliki
total, sepertiga lain dapat dikembalikan penyakit fisik berat atau cacat bawaan.

510
Widyarti, EK. dkk. Gambaran Faktor Prognosis pada…

Sampel dipilih menggunakan teknik Tabel 1. Karakteristik Pasien Skizofrenia


purposive sampling dan didapatkan Karakteristik pasien n %
sampel sebanyak 103 pasien. Jenis kelamin
Instrumen yang digunakan pada Laki-laki 78 76 %
penelitian ini adalah rekam medis, Perempuan 25 24 %
kuesioner DAI-10 (Drug Attitude Tingkat pendidikan
Tidak sekolah 6 6%
Inventory-10) untuk mengukur
TK 6 6%
kepatuhan pengobatan, dan kuesioner SD 44 43 %
respon penilaian pasien terhadap SMP 21 20 %
dukungan keluarga untuk mengukur SMA 24 23 %
dukungan sosial dan keluarga. Variabel Perguruan Tinggi 2 2%
yang diteliti, yaitu : jenis kelamin, Pekerjaan
tingkat pendidikan, pekerjaan, status Bekerja 29 28 %
pernikahan, usia terjadinya skizofrenia, Tidak bekerja 74 72 %
riwayat keluarga, durasi psikosis yang Status pernikahan
tidak diobati, ada tidaknya faktor Menikah 18 17%
pencetus skizofrenia, lamanya durasi Tidak menikah 85 83%
sakit, dukungan sosial dan keluarga,
jumlah kejadian relaps, kepatuhan Tabel 1 menunjukkan bahwa
pengobatan, kepribadian prepsikotik, persentase tertinggi pasien skizofrenia
dan tipe skizofrenia. di RSJ Sambang Lihum berdasarkan
Sebelum dilakukan penelitian, jenis kelamin adalah laki-laki, yaitu
pasien dan keluarga pasien akan 76%, sedangkan perempuan hanya
mendapatkan penjelasan mengenai latar sebesar 24%. Zahnia, dkk.,
belakang, tujuan, serta prosedur yang menyebutkan bahwa laki-laki memiliki
akan dilakukan. Setelah mendapatkan risiko yang lebih besar menderita
persetujuan dari pasien dan skizofrenia jika dibandingkan dengan
keluarganya, dilanjutkan dengan perempuan. Hal ini dikarenakan peran
pengambilan data dari rekam medis laki-laki di masyarakat yang dianggap
pasien, kemudian melakukan sebagai penopang utama rumah tangga,
wawancara kepada keluarga pasien atau sehingga kemungkinan mengalami
tenaga kesehatan yang mengetahui tekanan hidup lebih besar, sedangkan
keadaan pasien untuk melengkapi data perempuan lebih sedikit berisiko karena
yang tidak tercantum di rekam medis. perempuan lebih bisa menerima situasi
Setelah itu, memberikan kuesioner dalam hidupnya, walaupun terdapat
untuk diisi oleh pasien. sumber lain yang menyatakan bahwa
Data yang dikumpulkan dianalisis wanita lebih rentan jika pernah
secara statistik deskriptif dan diolah mengalami trauma dan lebih berisiko
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi menderita stres psikologik.7
dan persentase. Prognosis pada laki-laki
cenderung lebih buruk daripada
HASIL DAN PEMBAHASAN perempuan.8 Buruknya prognosis pada
Berdasarkan hasil penelitian di laki-laki dikaitkan dengan respon yang
RSJ Sambang Lihum periode buruk pada pengobatan, dan tingkat
September-November 2018 dari 103 keresistenan yang tinggi. Tingginya
pasien didapatkan karakteristik pasien tingkat keresistenan terhadap
skizofrenia yang dapat dilihat pada pengobatan skizofrenia pada laki-laki
Tabel 1. karena tingkat sensitivitas dari reseptor
dopamin terhadap antagonisme

511
Homeostasis, Vol. 2 No. 3, Des 2019: 509-518

dopamin neuroleptik yang lebih besar berhubungan dengan tingginya kadar


pada wanita, hal tersebut kemungkinan hormon stres (katekolamin) dan
karena efek antidopaminergik dari akhirnya akan menyebabkan
esterogen alami.8 Selain itu, usia onset ketidakberdayaan. 12
Beberapa pasien
skizofrenia terjadi lebih dini pada pria skizofrenia tidak dapat bekerja karena
dibanding wanita dan secara umum, hasil kesulitan untuk mendapat kesempatan
akhir pasien skizofrenik wanita lebih baik kerja dan sisanya memutuskan untuk
dibanding hasil akhir pasien skizofrenik berhenti dari pekerjaannya karena
pria.4 penyakitnya.
Berdasarkan tingkat pendidikan Berdasarkan status pernikahan
sebagian besar pasien berpendidikan SD sebagian besar pasien tidak menikah
(43%). Pasien yang memiliki (83%). Bahkan terdapat beberapa pasien
pendidikan yang rendah cenderung yang diceraikan oleh pasangannya
tidak peduli terhadap kualitas hidup karena penyakitnya. Erlina
yang sehat, sehingga dapat menyebutkan bahwa seseorang yang
mempengaruhi terapi pasien.9 Salah belum menikah kemungkinan berisiko
satu faktor yang bertanggungjawab pada mengalami gangguan jiwa skizofrenia
baiknya prognosis pasien skizofrenia jika dibandingkan dengan seseorang
adalah pendidikan.10 Jika pasien yang telah menikah, walaupun secara
memiliki pendidikan yang tinggi, maka statistik tidak ditemukan perbedaan
semakin besar kesempatan pasien untuk yang bermakna antara status pernikahan
mendapatkan pengobatan yang lebih dengan timbulnya kejadian
cepat, dan akan lebih mudah untuk skizofrenia.13 Sadock dan Sadock
mengikuti rangkaian pengobatan pasca- menyebutkan bahwa prognosis
sakit.1,10 Selain itu, kebanyakan pasien penderita skizofrenia yang belum
yang menderita skizofrenia di usia muda menikah, bercerai, menjanda, atau
biasanya akan mengalami kesulitan dalam menduda cenderung lebih buruk
mengikuti pendidikan formal dan pada daripada penderita yang memiliki
akhirnya memutuskan untuk berhenti pasangan yang mendukung.4
sekolah.
Berdasarkan pekerjaan sebagian Tabel 2. Gambaran Faktor Prognosis
besar pasien tidak bekerja (72%). Berdasarkan Usia Terjadinya
Lesmanawati menyebutkan bahwa Skizofrenia
pasien yang memiliki pekerjaan Usia terjadinya skizofrenia n %
cenderung akan lebih memperhatikan Kanak-kanak (5-11 tahun) 3 3%
kualitas kesehatannya jika dibandingkan Remaja
dengan pasien yang tidak memiliki Awal (12-16 tahun) 9 9%
pekerjaan. 9 Selain itu, adanya faktor Akhir (17-25 tahun) 33 32 %
Dewasa
seperti stigmatisasi dan diskriminasi
Awal (26-35 tahun) 34 33 %
dari masyarakat menyebabkan Akhir (36- 45 tahun) 17 17 %
kurangnya motivasi diri pasien dan Lansia (46-65 tahun) 7 7%
membatasi hak mereka untuk Manula (>65 tahun) 0 0%
memperoleh pekerjaan.11
Prognosis pada pasien yang tidak Usia saat pertama kali ditemukan
memiliki pekerjaan dan tidak stabil gejala skizofrenia banyak terjadi pada
secara ekonomi memiliki respon yang usia dewasa (26-45 tahun), yaitu
lebih buruk.10 Orang yang tidak bekerja sebanyak 51 orang (50%). Hasil
akan lebih mudah mengalami stres yang berkaitan dengan usia puncak onset

512
Widyarti, EK. dkk. Gambaran Faktor Prognosis pada…

skizofrenia, pada laki-laki usia puncak keluarganya yang memiliki riwayat


onset terjadi pada usia 8 sampai 25 penyakit yang sama prognosisnya akan
tahun, sedangkan pada wanita terjadi semakin buruk.4 Hawari dalam
dua puncak onset, yaitu pada usia 25 Wahyudi menyebutkan bahwa dalam
sampai 35 tahun dan pada usia paruh kejadian skizofrenia, pengaruh peran
baya.4 Elvira dalam Zahnia gen dalam prosesnya masih sangat
menyebutkan bahwa gejala skizofrenia kompleks dan hal ini masih dipengaruhi
biasanya muncul pada usia remaja akhir oleh faktor lain, contohnya seperti
atau dewasa.14 Hal ini sesuai dengan riwayat kandungan.17
hasil pada tabel 2 yang menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien skizofrenia Tabel 4. Gambaran Prognosis Berdasarkan
di RSJ Sambang Lihum mengalami Durasi Psikosis yang Tidak Diobati
gejala awal pada usia dewasa awal Durasi psikosis yang tidak n %
(33%) dan usia remaja akhir (32%). diobati
Prognosis usia onset dewasa lebih Kurang dari 1 bulan 42 41 %
baik daripada usia onset dini.4 Hal ini 1 – 3 bulan 40 39 %
dikarenakan pada usia onset dini gejala 4 – 6 bulan 5 5%
7 – 9 bulan 1 1%
skizofrenia biasanya muncul perlahan,
10 – 12 bulan 5 5%
cenderung kronik, menunjukkan defisit Lebih dari 12 bulan 10 10%
yang besar pada hampir semua
pengukuran kognitif, sehingga
Tabel 4 menunjukkan bahwa
kebanyakan prognosisnya kurang baik
sebagian besar pasien skizofrenia
dan terkadang dapat diperburuk oleh
dibawa ke instansi kesehatan kurang
faktor lingkungan. 4,8,15
dari 1 bulan, yaitu sebanyak 41%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sebagian
Tabel 3. Gambaran Faktor Prognosis
besar pasien skizofrenia mendapatkan
Berdasarkan Riwayat Keluarga
pengobatan yang relatif cepat, sehingga
Riwayat keluarga n %
akan berpengaruh baik pada prognosis
Ada 18 17 %
Tidak ada 85 83 % pasien dan kecepatan pemulihan atau
remisi pasien.
Sebagian besar pasien skizofrenia Perkins menyebutkan bahwa
di RSJ Sambang Lihum tidak memiliki semakin pendek durasi psikosis yang
keluarga dengan riwayat penyakit yang tidak diobati maka akan semakin baik
sama, yaitu sebanyak 85 orang (83%). respon pasien terhadap pengobatan
Peranan gen dalam tiap individu antipsikotik, sedangkan pada penderita
berbeda-beda, beberapa orang memiliki yang mempunyai durasi psikosis yang
faktor genetik yang kuat sehingga dapat tidak diobati lama pada tahap awal
memunculkan gejala tanpa faktor skizofrenia akan memerlukan waktu
pencetus, akan tetapi ada juga seseorang yang lebih lama untuk mencapai remisi,
dengan faktor genetik yang lemah tingkat recovery yang rendah,
memerlukan faktor pencetus agar kemungkinan kambuh yang lebih besar,
gejalanya dapat muncul.16 dan memiliki hasil outcome yang
Prognosis pada pasien skizofrenia buruk.8
yang tidak memiliki keluarga dengan
riwayat penyakit yang sama cenderung
baik. Akan tetapi, pada pasien yang
memiliki satu atau lebih anggota

513
Homeostasis, Vol. 2 No. 3, Des 2019: 509-518

Tabel 5. Gambaran Faktor Prognosis merespon lebih cepat jika dibandingkan


Berdasarkan Pencetus Skizofrenia skizofrenia tanpa penyebab yang
Faktor pencetus n % jelas.6,10
Ada 54 52 %
Tidak ada 49 48 % Tabel 7. Gambaran Faktor Prognosis
Berdasarkan Lamanya Durasi Sakit
Tabel 5 menunjukkan bahwa Durasi sakit n %
sebanyak 54 (52%) pasien skizofrenia Kurang dari 1 tahun 15 15 %
memiliki faktor atau kejadian tidak 1 – 4 tahun 38 37 %
menyenangkan yang menjadi pemicu 5 – 8 tahun 21 20 %
sakit yang mereka alami. 9 – 12 tahun 13 13 %
13 – 16 tahun 7 7%
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Faktor Pencetus 17 – 20 tahun 3 3%
21 – 24 tahun 1 1%
Faktor pencetus n %
25 – 28 tahun 3 3%
Keluarga 31 57 %
29 – 32 tahun 1 1%
Ekonomi 4 7%
33 – 36 tahun 1 1%
Pekerjaan 2 4%
Lingkungan sosial 5 9%
Alkohol dan obat-obatan 6 11 % Tabel 7 menunjukkan sebagian
Riwayat penyakit lain 1 2% besar pasien skizofrenia sudah
Trauma fisik 3 3% menderita skizofrenia selama 1 sampai
Pekerjaan dan keluarga 1 2% 4 tahun, yaitu sebanyak 38 orang
Lingkungan sosial dan 1 2% (37%). Lamanya durasi penyakit yang
keluarga disertai dengan gangguan kognitif yang
parah merupakan prediksi terhadap
Tabel 6 menunjukkan bahwa ketidakmampuan dalam merespon
faktor pencetus terbanyak pada pasien pengobatan yang mengindikasikan
skizofrenia di RSJ Sambang Lihum buruknya prognosis.18 Adapun pasien
adalah karena faktor keluarga (primary skizofrenia yang datang berobat dalam
support system). Stressor psikososial tahun pertama setelah serangan
dari faktor keluarga sangat pertama, maka kira-kira sepertiga dari
mempengaruhi perkembangan mereka akan sembuh sama sekali (full
psikopatologis anak. Konflik tersebut remission atau recovery), sehingga
juga akan berpengaruh pada sikap atau memiliki prognosis yang baik.6
didikan orang tua terhadap anak,
sedangkan sikap orang tua itu sendiri
Tabel 8. Gambaran Faktor Prognosis
sangat berpengaruh pada pola asuh
Berdasarkan Dukungan Sosial
anak. Konflik keluarga yang berlarut-
dan Keluarga
larut dapat mengganggu perkembangan
Dukungan sosial n %
mental seseorang yang apabila dan keluarga
seseorang tersebut termasuk golongan Rendah 44 43 %
yang rentan maka dapat menimbulkan Sedang 56 54 %
skizofrenia.12 Tinggi 3 3%
Prognosis pasien skizofrenia akan
lebih baik jika pasien memiliki faktor Tabel 8 menunjukkan bahwa
pencetus seperti karena penyakit sebagian besar pasien skizofrenia di
badaniah atau stres psikologis. Hal ini Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
dikarenakan episode skizofrenia yang memiliki tingkat dukungan keluarga
identifikasi utamanya stress akan yang sedang, yaitu sebanyak 56 orang

514
Widyarti, EK. dkk. Gambaran Faktor Prognosis pada…

(54%). Keberadaan penderita peningkatan stres, dan emosi pengasuh


skizofrenia dalam masyarakat sering yang tinggi.20
dianggap berbahaya, mereka seringkali Prognosis pada penderita skizofrenia
disembunyikan, dikucilkan, dan tidak dengan riwayat relaps yang berulang-
diobati karena malu. Selain itu, beban ulang adalah buruk.4 Relaps yang
finansial yang ditimbulkan dari berulang-ulang dapat menyebabkan
penyakitnya dapat mempengaruhi perburukan progresifitas gejala psikotik,
penderita, keluarga, dan masyarakat, peningkatan kerusakan neurobiologis,
sehingga penderita dan keluarganya durasi yang lebih lama untuk mencapai
sering ditolak dari lingkungan sosial.12 remisi, penurunan fungsi kognitif dan
Prognosis pada pasien skizofrenia psikososial progresif, serta rawat inap
akan baik jika dia memiliki sistem yang lebih lama.20
pendukung yang baik, sedangkan jika
sikap keluarga tidak bersahabat atau Tabel 10. Gambaran Faktor Prognosis
keluarga terlalu berlebihan dalam Berdasarkan Kepatuhan
memberikan perhatian yang dapat Pengobatan
menghancurkan kepercayaan diri pasien Kepatuhan n %
akan menghambat pemulihan, sehingga pengobatan
prognosisnya akan menjadi buruk.4,10 Patuh 90 87 %
Tidak patuh 13 13 %
Tabel 9. Gambaran Faktor Prognosis
Berdasarkan Jumlah Kejadian Tabel 10 menunjukkan bahwa
Relaps sebagian besar pasien skizofrenia di
Jumlah kejadian relaps n % Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Tidak relaps 38 37 % patuh terhadap pengobatan, yaitu
Relaps sebanyak 90 orang (87%). Akan tetapi,
1 kali 33 32 % pada penelitian ini hasil dapat terjadi
2 kali 21 20 % bias karena penelitian dilakukan di
3 kali 4 4% rumah sakit jiwa, sehingga pasien
Lebih dari 3 kali 7 7% meminum obat secara teratur dalam
pengawasan perawat ruangan.
Berdasarkan jumlah kejadian Ketidakpatuhan bisa disengaja
relaps, sebagian besar pasien ataupun tidak disengaja, gejala penyakit
skizofrenia di RSJ Sambang Lihum seperti gangguan kognitif dan penilaian
mengalami kekambuhan, yaitu realitas yang buruk dapat mengurangi
sebanyak 65 orang (63%). Pasien kemampuan pasien untuk merasakan
skizofrenia yang mengalami manfaat dari terapi. Selain itu, efek
kekambuhan kebanyakan adalah pasien samping dari obat yang dikonsumsi oleh
dengan riwayat kambuh 1 kali, yaitu pasien juga dapat menimbulkan
sebanyak 33 orang (32%). Penyebab ketidak-patuhan.21 Prognosis pasien
utama kekambuhan pada pasien yang patuh pada pengobatan lebih baik
skizofrenia adalah ketidakpatuhan daripada pasien yang tidak patuh,
19
dalam pengobatan. Selain itu, ada karena ketidakpatuhan terhadap obat
banyak faktor risiko yang dapat memicu antipsikotik akan meningkatkan risiko
kekambuhan pada skizofrenia, yaitu kambuh, peningkatan frekuensi rawat
psikopatologi residual yang signifikan, inap kembali, dan peningkatan agresi
wawasan yang buruk, penyalahgunaan terhadap diri sendiri atau orang lain.21
zat, adanya interaksi dengan obat lain,
dukungan sosial yang buruk,

515
Homeostasis, Vol. 2 No. 3, Des 2019: 509-518

Tabel 11. Gambaran Faktor Prognosis didahului oleh stres emosional.6 Tipe
Berdasarkan Kepribadian paranoid biasanya mengalami onset
Prepsikotik pada usia yang lebih tua dibandingkan
Kepribadian n % pasien skizofenia hebefrenik atau
prepsikotik katatonik, biasanya sering muncul
Ada 18 17 % setelah umur 30 tahun dan sifat
Tidak ada 85 83 % permulaannya subakut, tetapi dapat juga
akut.4,6 Usia onset pada tipe hebefrenik
Tabel 11 menunjukkan bahwa biasanya dini atau pada usia remaja,
sebanyak 85 pasien (83%) tidak sebelum usia 25 tahun, sifat
memiliki kepribadian prepsikotik 1 permulaannya subakut.4,6 Tipe tak
sampai 2 tahun sebelum sakit, terdiferensiasi/tak terinci memenuhi
sedangkan 18 pasien (17%) memiliki kriteria umum untuk diagnosis
kepribadian prepsikotik selama 1 skizofrenia, tetapi tidak memenuhi
sampai 2 tahun sebelum sakit. kriteria tipe paranoid, hebefrenik atau
Prognosis pada penderita skizofrenia katatonik maupun kriteria residual atau
yang memiliki kepribadian prepsikotik depresi pasca-skizofrenia.7,23 Tipe
adalah buruk.6 simpleks sering timbul pertama kali
pada masa pubertas dan sifat munculnya
Tabel 12. Gambaran Faktor Prognosis gejala perlahan-lahan sekali.6
Berdasarkan Tipe Skizofrenia
Tipe skizofrenia n %
F20.0 Skizofrenia paranoid 42 41 % Distribusi Frekuensi Prognosis
F20.1 Skizofrenia hebefrenik 7 7% Pasien Skizofrenia
F20.2 Skizofrenia katatonik 1 1% di RSJ Sambang Lihum
F20.3 Skizofrenia tak terinci 48 47 % Jumlah Pasien
F20.4 Depresi pasca- 0 0%
skizofrenia
F20.5 Skizofrenia residual 4 4%
F20.6 Skizofrenia simpleks 1 1% 4 0 3 1 11 1 23 1 20 0 16 1 12 0 7 0 3
F20.8 Skizofrenia lainnya 0 0%
F20.9 Skizofrenia yang tak 0 0% -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
tergolongkan Prognos Progno
is Buruk sis Baik
Tabel 12 menunjukkan tipe skizofrenia Gambar 1. Distribusi Frekuensi
yang paling banyak diderita oleh pasien Prognosis Pasien
adalah tipe skizofrenia tak terinci, yaitu Skizofrenia
sebanyak 48 orang (47%). Maramis
menyebutkan bahwa prognosis pada Gambar 1 menunjukkan bahwa
skizofrenia tipe katatonik dan tipe jumlah total prognosis tertinggi adalah
paranoid dianggap memiliki prognosis +8, dan prognosis terendah adalah -8.
yang lebih baik jika dibandingkan tipe Dari hasil penelitian ini didapat
yang lain.6 Adapun skizofrenia tipe sebanyak 64 (62%) pasien skizofrenia
hebefrenik, tipe tak terdiferensiasi/tak memiliki faktor prognosis yang buruk
terinci, dan tipesimpleks mempunyai dan sebanyak 39 (38%) pasien
prognosis yang lebih buruk.6,22 skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Tipe katatonik timbul pertama kali Sambang Lihum memiliki faktor
antara umur 15-30 tahun, dan biasanya prognosis yang baik. Pada penelitian ini
sifat munculnya akut dan sering setiap faktor prognosis yang baik akan

516
Widyarti, EK. dkk. Gambaran Faktor Prognosis pada…

diberi nilai +1 dan setiap faktor memberikan psikoedukasi kepada


prognosis yang buruk diberi nilai -1. keluarga pasien dan masyarakat. Bagi
Total nilai prognosis +1 sampai dengan masyarakat disarankan agar dapat
+14 menunjukkan faktor prognosis memberikan dukungan sosial dan moril
yang baik, semakin besar nilai kepada penderita dan keluarganya. Bagi
positifnya maka semakin baik pemerintah disarankan agar dapat
prognosisnya. Total nilai prognosis 0 memberikan fasilitas rehabilitasi untuk
sampai dengan -14 menunjukkan faktor pasien dengan gangguan jiwa yang telah
prognosis yang buruk, semakin besar sembuh agar mereka dapat beradaptasi
nilai negatifnya maka prognosisnya dan kembali ke masyarakat.
semakin buruk. Nilai total prognosis
tertinggi, yaitu -2 sebanyak 23 orang. DAFTAR PUSTAKA
1. Schizophrenia. World Health
PENUTUP Organization. 2018; Available from:
Berdasarkan hasil penelitian yang URL:http://www.who.int/mental_heal
telah dilakukan dapat disimpulkan th/management/schizophrenia/en/.
bahwa sebagian besar pasien skizofrenia 2. Kementrian Kesehatan Republik
di RSJ Sambang Lihum memiliki faktor Indonesia. Peran keluarga dukung
prognosis yang buruk, yaitu jenis kesehatan jiwa masyarakat. 2016;
kelamin laki-laki (76%), berpendidikan Available from: URL:
SD (43%), tidak bekerja (72%), tidak http://www.depkes.go.id/article/view/1
menikah (83%), lama durasi sakit 1-4 6100700005/peran-keluarga-dukung -
tahun (37%), pernah kambuh (66%), kesehatan-jiwa-masyarakat. html.
dan tipe skizofrenia yang diderita 3. Kementerian Kesehatan RI. Riset
adalah tak terinci (47%). Adapun faktor kesehatan dasar. Kemenkes RI; 2013;
prognosis yang baik adalah usia onset p.125-7.
saat dewasa awal (33%), tidak memiliki 4. Skizofrenia. Dalam: Sadock BJ,
riwayat keluarga (83%), durasi psikosis Sadock VA. Kaplan & Sadock buku
yang tidak diobati kurang dari satu ajar psikiatri klinis. Edisi 2. Jakarta:
bulan (41%), memiliki faktor pencetus EGC; 2010; p.147-68.
(52%), patuh pada pengobatan (87%), 5. Compton MT. Age at onset and mode
dan tidak memiliki kepribadian of onset of psychosis: two prognostic
prepsikotik (83%). Selain itu, terdapat indicators in the early course of
faktor yang tidak dapat ditentukan baik schizophrenia. Medscape. 2010;
atau buruk, yaitu tingkat dukungan Available from: URL:
sosial dan keluarga sedang (54%). Dari https://www.medscape.com/viewarticle/
103 pasien skizofrenia di RSJ Sambang 724817_3.
Lihum didapatkan 62% pasien memiliki 6. Skizofrenia. Dalam: Maramis WF,
faktor prognosis yang buruk. Maramis A. Catatan ilmu kedokteran
Disarankan kepada peneliti jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga
selanjutnya untuk dapat melanjutkan University Press; 2009; p.259-76.
penelitian mengenai tingkat pemahaman 7. Zahnia S, Sumekar DW. Kajian
keluarga pasien terhadap penyakit epidemiologis skizofrenia. Majority.
skizofrenia, asal daerah, jarak tempat 2016;5(4): p.161-2.
tinggal pasien dengan fasilitas 8. Dammak M. Treatment-resistant
kesehatan, dan kepadatan penduduk di schizophrenia: prevalence and risk
tempat tinggal pasien. Bagi institusi dan factor. Dalam: Woolfolk R, Allen L,
tenaga kesehatan disarankan untuk editors. Mental disorders-theoretical

517
Homeostasis, Vol. 2 No. 3, Des 2019: 509-518

and empirical perspectives. Croatia: 16. Dewi R, Marchira CR. Riwayat


InTech. 2013; p.1-22. gangguan jiwa pada keluarga dengan
9. Lesmanawati DAS. Dalam: Novitayani kekambuhan pasien skizofrenia di
S. Karakteristik pasien skizofrenia dengan RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Berita
riwayat rehospitalisasi. Idea Nursing Kedokteran Masyarakat. 2009;25(4):
Journal. 2016;7(2): p.24-6. p.176-7.
10. Indian Health Portal. Prognostic 17. Wahyudi A, Fibriana AI. Faktor risiko
factors in schoziphrenia.2017; terjadinya skizofrenia (Studi kasus di
Available from: URL: wilayah kerja Puskesmas Pati II).
http://www.aarogya.com/support- Public Health Perspective Journal.
groups/ schizophrenia/prognostic- 2016;1(1): p.5-9.
factors-in-schizophrenia.html. 18. Buoli M, Caldiroli A, Panza G,
11. Fahrul MA, Faustine I. Rasionalitas Altamura AC. Prominent clinical
penggunaan antipsikotik pada pasien dimension, duration of illness and
skizofrenia di Instalasi Rawat Inap treatment response in schizophrenia: a
Jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi naturalistic study. Psychiatry
Tengah periode Januari-April 2014. Investigation. 2012; 9: p.354.
Online Jurnal of Natural Science. 19. Novitayani S. Karakteristik pasien
2014; 3(2): p.18-9. skizofrenia dengan riwayat
12. Handayani L, Febriani, Rahmadani A, rehospitalisasi. Idea Nursing Journal.
Saufi A. Faktor risiko kejadian 2016;7(2): p.24-6.
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa 20. Rao S. Management of relapse in
Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta schizophrenia. The Singapore Family
(DIY). Humanitas. 2016;13(2): p.141- Physician. 2013; 39(1): p.22.
3. 21. Abbott C, Keith S. Antipsychotic
13. Erlina, Soewadi, Pramono D. treatment and adherence in
Determinan terhadap timbulnya schizophrenia. Research Gate. 2010;
skizofrenia pada pasien rawat jalan di Available from: URL:
rumah sakit jiwa Prof. HB Saanin https://www.researchgate.net/publicati
Padang Sumatera Barat. Berita on/228969979.
Kedokteran Masyarakat. 2010;26(2): 22. Henigsberg N, Folnegovic-Smalc V.
p.74-7. Frequency and length of schizophrenia
14. Elvira SD, Handisukanto G. Dalam: admissions: analysis by ICD-10
Zahnia S, Sumekar DW. Kajian defended subtypes. Drustvena
epidemiologis skizofrenia. Majority. istrazivanja. 2002; 11(57): p.113-4.
2016;5(4): p.161-2. 23. Maslim R. Buku saku diagnosis
15. Rajji TK, Ismail Z, Mulsant BH. Age gangguan jiwa rujukan ringkas dari
at onset and cognition in PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta:
schizophrenia: meta-analysis. Br J Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-
Psychiatry. 2009; 195(4): p.286. Unika Atmajaya; 2013; p.50.

518

Anda mungkin juga menyukai