Anda di halaman 1dari 42

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

CASE REPORT
Fakultas Kedokteran DESEMBER 2022
Universitas Pattimura

PA S I E N A N A K 3 TA H U N D E N G A N D E M A M
TIFOID

Anisa Apriyanti Abbas (202284019)

Konsulen:
dr. Rizki Ayu RIzal, Sp. A

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumkit TK. II. Dr. J. A. Latumeten Ambon
Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura
Ambon
2022 1
BAB
ILaporan kasus
Identitas Pasien
Nama : An. ARH Tanggal MRS : 16/11/2022

Umur : 3 Tahun (14/11/2019) Tanggal dijadikan case 17/11/2022

:
Tanggal keluar 18/11/2022
Jenis Kelamin : Perempuan RS :
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan utama
Riwayat Imunisasi
Demam
Lengkap

Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien datang ke IGD RST dengan keluhan demam 3 hari SMRS.
Demam dirasakan naik turun, suhu tubuh membaik di pagi dan siang Tidak ada
hari kemudian naik saat menjelang malam. Demam juga turun dengan
pemberiaan obat penurun panas. Keluhan disertai nyeri kepala dan
batuk berdahak yang baru muncul hari ini, batuk sesekali tidak intens.
Mual muntah (-). BAK dan BAB (+) baik. Pasien lemas dan mengalami
penurunan nafsu makan.
Riwayat Pengobatan

Obat punyer ( paracetamol)


Pemeriksaan
Fisik
TTV (HP-1) Status Gizi (WHO) Status Generalis Kebutuhan Energi
 Kepala :
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), cekung (-/-),
Telinga : Otorhea (-/-)
 Keadaan Umum : Tampak Hidung : Rhinorea (-)
 BB : 11,2kg
sakit sedang Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-),
 PB : 90 cm  Kebutuhan Kalori : 1250
 Kesadaran : Compos lidah kotor (-)
 BB/U : -2 SD sampai 0 SD kkal/hari
Mentis  Leher : Pembesaran kelenjar
 PB/U : -2 SD sampai 0 SD
 Nadi : 128 x/ menit getah bening (-),
 BB/TB : -2 SD sampai -1
 Pernafasan : 22 x/menit  Tenggorokan: Faring hiperemis (-),  Kebutuhan protein : 49
SD
 Suhu : 39,6°C (axilla) T1/T1 gram/hari
 Status Gizi : Gizi cukup
 SpO2 : 98% dengan room  Thorax: Pengembangan simetris,
dengan Perawakan normal
air retraksi (-)
 Jantung: BJ I/II reguler, murmur (-),
gallop (-)
 Abdomen : datar, supel, BU (+) NT
(-), H/L (-), defans muskular (-)
 ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2
detik,
 Kulit : Turgor kembali cepat , ruam
(-)
Pemeriksaan
Penunjang
Laboratorium (darah lengkap, kimia
darah, serologi)
Assessment Planning :

Demam tifoid - Kebutuhan Cairan 1060 cc / hari

- IVFD RL 20 tpm

- Drip Paracetamol 120 mg/ 8 jam / IV

- Injeksi cefotaxime 300mg/8 jam/IV


Resume

Pasien anak ARH berusia 3 tahun datang ke IGD RST dibawa orang tuanya dengan keluhan demam 3 hari SMRS.
Demam dirasakan naik turun, suhu tubuh membaik di pagi dan siang hari kemudian naik saat menjelang malam.
Demam juga turun dengan pemberiaan obat penurun panas. Keluhan disertai nyeri kepala dan batuk berdahak yang
baru muncul hari ini, batuk sesekali tidak intens. Mual muntah (-). BAK dan BAB (+) baik. Pasien lemas dan
mengalami penurunan nafsu makan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak sakit sedang, HR : 128x/menit, RR: 22x/menit, suhu axilla : 39,6 ,
SpO2 : 98%. Untuk status generalis tidak ditemukan kelainan.
Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan Leukosit : 14.6x10³/ul, Platelet : 407 x10³/ul dan Hemoglobin 10.9 g/dL.
Pada pemeriksaan serologi widal ditemukan S. typhi O.H 1/320, S. paratyphi CO, CH 1/320.
Follow Up
Follow Up
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Demam TIioid
Definisi

Adalah suatu penyakit infeksi sitemik bersifat akut

Disebabkan oleh Salmonella enterica serovar typhi (S typhi).


Salmonella enterica serovar paratyphi A, B, dan C juga dapat
menyebabkan infeksi yang disebut demam paratifoid.

Penularan S. thypi sebagian besar melalui minuman atau


makanan yang terkontaminasi bakteri. Dapat juga terjadi
transmisi transplasental dari iibu hamil
Epidemiologi

Di Indonesia penyakit ini bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan


masyarakat bersifat sporadik, terpencar-pencar di suatu daerah, dan dapat
ditemukan sepanjang tahun di Indonesia. Insidensi tertinggi pada daerah endemik
yaitu pada anak-anak, dimana transmisi melalui air tercemar ataupun
makanan/minuman yang tercemar oleh karier

Prevalensi demam tifoid di negara Indonesia sebesar 1,60%, tertinggi terjadi pada
kelompok usia 5–14 tahun,
Prevalensi menurut tempat tinggal paling banyak di pedesaan dibandingkan
perkotaaan, dengan pendidikan rendah dan dengan jumlah pengeluaran rumah
tangga rendah.
Etiopatofisiologi

Salmonella typhi,
paratyphi
Etiopatofisiologi
Etiopatofisiologi
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

 Demam (Intermiten) Laboratorium darah lengkap


 Suhu >37, 5
 Nyeri kepala,  Gambaran darah tepi
 Mulut : lidah kotor warna putih
 Malaise  Kultur darah ( minggu pertama) 40-6-% sensitifitas
pada bagian tengah lidah dan
 Anoreksi  Minggu ke 2 dan 3 lakukan kultur feses dan urin, sensitifitas <50%
sekitarnya berwarna merah, bibir
 Nausea, vomitting  Terbaik : kultur sumsum tulang (sensitifitas 90%)
kering
 Mialgia  Pemeriksaan PCR terhadap S.thypi
 Abdomen : Nyeri ulu hati,
 nyeri perut  Pemeriksaan antiibody : tes widal , tes hemaggluitinin (HA) , rapid
Hepatosplenomegali
 radang tenggorokkan, test (Tes tubex), typhidot, countercurrent immunielectrophoresis
 Ruam kulit : rose spot , berwarna
batuk, epistaksis (CIE),
merah sering dijumpai pada regio
 meteorismus  Pemeriksaan antigen : pemeriksaan protein antigen dan protein Vi
abdomen, thorax, ekstremitas dan
 obstipasi kemudian diikuti menggunakan ELISA/Koaglutinasj
punggung
episode diare  Peningkatan gangguan fungsi hati
Pemeriksaan
penunjang
Biakan Pemeriksaan PCR Pemeriksaan serologis
rapid test
 Kurang dari 8 jam
 Uji typhidot dan tubex mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen
 Baik dilakukan pada  In-flagelin PCR
spesifik outermembrane protein (OMP) dan O9 lipopolisakarida dari
demam minggu pertama  Nested- PCR
S.Typhi
dan akhir minggu ke 2  Pemeriksaan whole blood
 Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifitas 70% dan 80%.
untuk kultur darah culture PCR memiliki
 Dilakukan pada saat anak demam ≥5 hari
 Minggu ke2 atau ke3 sensitivitas tinggi sehingga

baiknya biakan feses dan lebih unggul

urin

 Membutuhkan waktu 5-7

hari
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan
Pemeriksaan widal
hematologi

 Sensitivitas dan spesifitas rendah  Leukopenia

 Mengukur kadar antibodi antigen O  Leukositosis (sangat

dan H dari S.typhi tinggi pada kasus

 Antibodi O ⬆️di hari ke 6-8 perforasi usus)

 Antibodi H ⬆️di hari ke 10-12  Anemia

 Diagnosis demam tifoid dapat  Tombositopenia

ditegakkan dengan pemeriksaan  Hitung leukosit :

widal jika diulang selang waktu 1-2 aneosinofilia dan

minggu serta kenaikan titer limfositosis relatif

agglutinin O sebesar 4 kali  ⬆️fungsi hati


Tatalaksana
• Mencegah komplikasi
Tirah • Istirahat total

baring

• Cairan : oral maupun


parenteral
Nutrisi • Diet : kalori dan protein yang
cukup, sebaiknya rendah
selulosa (rendat serat)
Tatalaksana

Kloramfenikol (drug of choice), 100mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian


selama 10-14 hari atau sampai 5-7 hari setelah demam turun

ANTIBIOTIK Ampisilin dosis 150-200mg.KgBB/hari dibagi dalam 3 kali secara IV, Amoksilin
dengan dosis 100mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 secara oral

Trimetrophin sulfametoksazole 4mg/Kg/kali selama 10 hari

seftriaxon 80-100mg/KgBB/hari dibagi dalam 1 atau 2 dosis (maksimal 4 gram/hari)


selama 5-7 hari atau sefotaksim 150-200mg/KgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis .

cefixime oral 10-15 mg/KgBB/hari selama 10 hari dapat diberikan sebagai alternatif,
terutama apabila jumlah leukosit <2000/l atau dijumpai resistensi
Tatalaksana
KORTIKOSTEROID
Pada kasus berat : deksametason intravena (3mg/Kg diberikan
dalam 30 menit dosis awal, dilanjutkan dengan 1mg/kg tiap 6
sampai 48 jam)

SURGERY

Laparatomi harus segera dilakukan pada perforasi usus disertai


penambahan antibiotik metronidazol

TRANSFUSI & TERAPI SIMPTOMATIK

- Trombositopenia
- Antipiretik, antiemetik, dll
Diagnosis Banding

Secara klinis :

• Influenza Demam tifoid berat :

• Gastroenteritis • Sepsis

• Demam dengue • Leukemia

• Malaria • Limfoma

• Bronkitis

• Bronkopneumonia
Komplikasi

Tifoid
Perdaraha
Toksik
Syok n dan
(Tifoid Peritonitis
septik perforasi
Enselopati
intestinal
)
Komplikasi

infeksi yang bersifat


fokal diantaranya :
Osteomeilitis,
artritis
Hepatitis Pankreatiti Pneumoni Miokarditis,
perikarditis,
tifosa s tifosa a endokarditis
Pielonefritis,
orkhitis
Serta peradangan
ditempat lain.
Prognosis

Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan


terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada
tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi
antibiotik yang adekuat, angka mortalitas <1%. Di negara
berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya karena
keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan.
Munculnya komplikasi mengakibatkan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi.
Pencegahan
Imunisasi

• Untuk makanan, • Vaksin oral Ty21a


pemanasan sampai Vivotif Berna
suhu 57 • Vaksin parenteral
• Meningkatkan sel utuh Typa Bio
higiene Farma
• Vaksin polisakarida
Typhim Vi Aventis
Pasteur Merrieux
Tinjauan Pustaka
BATUK
Definisi
Batuk adalah manuver ekspulsif paksa udara dari rongga
toraks, melalui glotis yang terbuka mendadak, berbunyi Komponen refleks batuk
khas, dan merupakan refleks protektif

4 fase batuk

1. Inspiratori
2. Kompresi
3. Ekspiratori
4. Relaksasi
Kalsifikasi batuk

Berdasarkan durasi :

1. Batuk akut bila berlangsung kurang dari 2 minggu,

2. Batuk kronik apabila telah berlangsung selama 2 minggu atau lebih


Zat yang menimbulkan batuk
3. Batuk kronik berulang apabila abtuk yang berlangsung sekama 2 minggu dan

atau yang berulang 3 episode dalam 3 bulan berturut, dgn/tanpa gejala

respirasi lainnya
Penyebab Batuk
Batuk Akut Batuk Kronik

Batuk akut biasanya merupakan gejala dari


infeksi respiratori akut yang sebagian besar
disebabkan oleh virus, yang biasanya akan
membaik sesuai dengan selesainya proses
inflamasi
Penyebab batuk akut berikutnya adalah inhalasi
zat-zat yang iritatif terhadap saluran respiratori
misalnya asap rokok, debu dan spirasi benda
asing
Fisiologi Batuk
Alur Investigasi Batuk Kronik pada Anak
Tatalaksana Batuk

Obat buatan Obat Bronkodilator


rumah mukoaktif (SABA)
• Madu • Mukolitik : diberikan • Bronkodilator efektif
• Diberikan pada anak pada anak > 2 tahun, diberikan sebagai
> 1 tahun contoh : n- obat pereda dalam
asetilsistein, tatalaksana asma.
ambroxol, erdostein
• Ekspektoran :
contoh guaifenesin.
Tatalaksana Batuk
Kortikosteroid Antihistamin Antibiotik
• dapat digunakan • Tidak • Antibiotik harus
secara terbatas pada direkomendasikan diberikan pada
anak dengan batuk, sebagai tatalaksana pasien anak dengan
yaitu secara sistemik batuk kecuali kondisi pneumonia, faringitis
pada serangan asma, rinitis alergi streptokokus, dan
croup, dan secara otitis media akut
topikal pada tata bakterial
laksana jangka • Antibiotik tidak
panjang asma efektif diberikan
sebagai pengendali, pada anak dengan
rinitis alergi dan batuk akut, yang
rinosinusitis. diduga kuat
disebabkan oleh
virus
Tatalaksana Batuk

Over the counter


Antitusif Obat alternatif
medicine (OTC)
• Antitusif tidak • Masih diperlukan • Obat OTC tidak
direkomendasikan bukti yang direkomendasikan
sebagai tata laksana mendukung dalam tata laksana
batuk akut pada efektivitas dan batuk pada anak
anak. keamanan obat- karena tidak lebih
• Kodein dilarang obatan alternatif dan efektif dibanding
diberikan pada anak komplementer placebo dan
sebagai tata laksana dalam tata laksana terdapat bahaya
batuk. batuk pada anak polifarmaka
B A B III
DISKUSI
DISKUSI

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang terdapat pada saluran pencernaan
(usus halus) yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dengan gejala demam disertai
gangguan percernaan serta dapat mengakibatkan penurunan kesadaran. Pada minggu
pertama dapat ditemukan keluhan suhu tubuh sering turun naik. Dimana karakteristik
demam tifoid ialah di pagi lebih rendah atau normal, sore dan malam lebih tinggi (demam
intermitten). Disertai banyak gejala lain seperti sakit kepala (pusing-pusing) yang dirasakan
diarea frontal, nyeri otot, pegal-pegal , anoreksia, batuk, epistaksis, mual dan muntah. Hal
ini sejalan dengan yang didapatkan pada pasien anak perempuan inisial ARH berusia 3
tahun yang datang ke IGD RST dibawa orang tuanya dengan keluhan demam 3 harim
SMRS. Demam dirasakan naik turun, suhu tubuh membaik di pagi dan siang hari kemudian
naik saat menjelang malam. Demam juga turun dengan pemberiaan obat penurun panas.
Keluhan disertai nyeri kepala dan batuk berdahak yang baru muncul hari ini, batuk
dirasakan sesekali tidak intens. Mual muntah (-), BAK dan BAB (+) baik. Pasien lemas dan
mengalami penurunan nafsu makan.
DISKUSI
Basil salmonella menular ke manusia melalui makanan dan minuman. Jadi makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia telah
tercemar oleh komponen feses atau urin dari pengidap tifoid. Berdasarkan aloanamnesis, ibu pasien mengaku pasien sangat suka
membeli makanan atau jajanan yang dijual disekitar rumah atau tempat tinggal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak
sakit sedang, HR : 128x/menit, RR: 22x/menit, suhu axilla : 39,6 , SpO2 : 98%. Untuk status generalis dalam batas normal.

Penegakkan diagnosis demam tifoid berdasarkan pada manifestasi klinis dan diperkuat dengan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan bakteriologis seperti kultur darah dan biakkan bakter, pemeriksaan serologi dan
pemeriksaan PCR. Pada pasien dilakukan pemeriksaan darah lengkap didapatkan Leukosit : 14.6x10³/ul yang menunjukkan
terjadinya peningkatan leukosit atau leukositosis, platelet : 407 x10³/ul yang menunjukkan trombositosis dan hemoglobin 10.9
g/dL menunjukkan penurunan hemoglobin didalam darah dari batas normalnya dimana usia 3 tahun Hb normal ialah 11 g/dl.
Pada pemeriksaan hematologi demam tifoid tidak spesifik namun dapat dijumpai leukopenia atau leukositosis ringan,
limfositosis, trombositopenia, dan bahkan anemia. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan serologi widal ditemukan S. typhi O.H
1/320, S. paratyphi CO, CH 1/320. Pemeriksaan serologi widal merupakan adalah reaksi antara antigen (suspensi salmonella yang
telah dimatikan) aglutinin yang merupakan antibodi spesifik terhadap komponen basil salmonella didalam darah menusia (saat
sakit, karir atau pasca vaksinasi). Prinsip test adalah terjadinya reaksi aglutinasi antara antigen dan aglutinin yang dideteksi yaksni
aglutinin O dan H.
DISKUSI
Tatalaksana demam tifoid ialah terapi suportif dan medikamentosa. Terapi suportif seperti tirah baring istirahat total, diet dan
cairan yang cukup. Terapi medikamentosa berupa antibiotik, kortikosteroid dan terapi asimptomatik. Antibiotik lini pertama yang
dapat diberikan adalah Chloramphenicol sebagai drug of choice, contrimoxazole. Jika antibiotik dinilai tidak efektif maka dapat
diganti dengan antibiotik lini kedua seperti ceftriaxone atau cefixime. Terapi simptomatik dapat berupa pemberian obat
antipiretik, anti emetik dan lainnya sesuai keadaan umum pasien. Pada pasien anak ini, diberikan terapi cairan Ringer laktat 20
tpm, antibiotik berupa cefotaxime 300mg/8 jam/IV, antipiretik drip paracetamol 120mg/8jam/IV.

Batuk dapat merupakan gerakan volunter atau involunter, dan berperan pada imunitas non-spesifik sistem respiratori
bekerjasama dengan bersihan mukosiliar. Batuk berdahak terjadi karena hipersekresi atau gangguan bersihan mukosiliar. Pada
pasien ini mengalami batuk berdahak yang muncul sesekali tifak ntens. Tatalaksana batuk dapat diberikan berdasarkan etiologi,
berupa obat rumahan seperti madu, obat mukoaktif (mukolitik, ekspektoran), bronkodilator, kortikosteroid, antihistamin, antitusif,
antibiotik dan lainnya. Pada pasien ini diberikan Ambroxol puyer 10mg yang diminum 3x1 pulv merupakan obat batuk golongan
mukoaktif.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai