CASE REPORT
Fakultas Kedokteran DESEMBER 2022
Universitas Pattimura
PA S I E N A N A K 3 TA H U N D E N G A N D E M A M
TIFOID
Konsulen:
dr. Rizki Ayu RIzal, Sp. A
:
Tanggal keluar 18/11/2022
Jenis Kelamin : Perempuan RS :
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan utama
Riwayat Imunisasi
Demam
Lengkap
- IVFD RL 20 tpm
Pasien anak ARH berusia 3 tahun datang ke IGD RST dibawa orang tuanya dengan keluhan demam 3 hari SMRS.
Demam dirasakan naik turun, suhu tubuh membaik di pagi dan siang hari kemudian naik saat menjelang malam.
Demam juga turun dengan pemberiaan obat penurun panas. Keluhan disertai nyeri kepala dan batuk berdahak yang
baru muncul hari ini, batuk sesekali tidak intens. Mual muntah (-). BAK dan BAB (+) baik. Pasien lemas dan
mengalami penurunan nafsu makan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak sakit sedang, HR : 128x/menit, RR: 22x/menit, suhu axilla : 39,6 ,
SpO2 : 98%. Untuk status generalis tidak ditemukan kelainan.
Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan Leukosit : 14.6x10³/ul, Platelet : 407 x10³/ul dan Hemoglobin 10.9 g/dL.
Pada pemeriksaan serologi widal ditemukan S. typhi O.H 1/320, S. paratyphi CO, CH 1/320.
Follow Up
Follow Up
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Demam TIioid
Definisi
Prevalensi demam tifoid di negara Indonesia sebesar 1,60%, tertinggi terjadi pada
kelompok usia 5–14 tahun,
Prevalensi menurut tempat tinggal paling banyak di pedesaan dibandingkan
perkotaaan, dengan pendidikan rendah dan dengan jumlah pengeluaran rumah
tangga rendah.
Etiopatofisiologi
Salmonella typhi,
paratyphi
Etiopatofisiologi
Etiopatofisiologi
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
urin
hari
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan
Pemeriksaan widal
hematologi
baring
ANTIBIOTIK Ampisilin dosis 150-200mg.KgBB/hari dibagi dalam 3 kali secara IV, Amoksilin
dengan dosis 100mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 secara oral
cefixime oral 10-15 mg/KgBB/hari selama 10 hari dapat diberikan sebagai alternatif,
terutama apabila jumlah leukosit <2000/l atau dijumpai resistensi
Tatalaksana
KORTIKOSTEROID
Pada kasus berat : deksametason intravena (3mg/Kg diberikan
dalam 30 menit dosis awal, dilanjutkan dengan 1mg/kg tiap 6
sampai 48 jam)
SURGERY
- Trombositopenia
- Antipiretik, antiemetik, dll
Diagnosis Banding
Secara klinis :
• Gastroenteritis • Sepsis
• Malaria • Limfoma
• Bronkitis
• Bronkopneumonia
Komplikasi
Tifoid
Perdaraha
Toksik
Syok n dan
(Tifoid Peritonitis
septik perforasi
Enselopati
intestinal
)
Komplikasi
4 fase batuk
1. Inspiratori
2. Kompresi
3. Ekspiratori
4. Relaksasi
Kalsifikasi batuk
Berdasarkan durasi :
respirasi lainnya
Penyebab Batuk
Batuk Akut Batuk Kronik
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang terdapat pada saluran pencernaan
(usus halus) yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dengan gejala demam disertai
gangguan percernaan serta dapat mengakibatkan penurunan kesadaran. Pada minggu
pertama dapat ditemukan keluhan suhu tubuh sering turun naik. Dimana karakteristik
demam tifoid ialah di pagi lebih rendah atau normal, sore dan malam lebih tinggi (demam
intermitten). Disertai banyak gejala lain seperti sakit kepala (pusing-pusing) yang dirasakan
diarea frontal, nyeri otot, pegal-pegal , anoreksia, batuk, epistaksis, mual dan muntah. Hal
ini sejalan dengan yang didapatkan pada pasien anak perempuan inisial ARH berusia 3
tahun yang datang ke IGD RST dibawa orang tuanya dengan keluhan demam 3 harim
SMRS. Demam dirasakan naik turun, suhu tubuh membaik di pagi dan siang hari kemudian
naik saat menjelang malam. Demam juga turun dengan pemberiaan obat penurun panas.
Keluhan disertai nyeri kepala dan batuk berdahak yang baru muncul hari ini, batuk
dirasakan sesekali tidak intens. Mual muntah (-), BAK dan BAB (+) baik. Pasien lemas dan
mengalami penurunan nafsu makan.
DISKUSI
Basil salmonella menular ke manusia melalui makanan dan minuman. Jadi makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia telah
tercemar oleh komponen feses atau urin dari pengidap tifoid. Berdasarkan aloanamnesis, ibu pasien mengaku pasien sangat suka
membeli makanan atau jajanan yang dijual disekitar rumah atau tempat tinggal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak
sakit sedang, HR : 128x/menit, RR: 22x/menit, suhu axilla : 39,6 , SpO2 : 98%. Untuk status generalis dalam batas normal.
Penegakkan diagnosis demam tifoid berdasarkan pada manifestasi klinis dan diperkuat dengan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan bakteriologis seperti kultur darah dan biakkan bakter, pemeriksaan serologi dan
pemeriksaan PCR. Pada pasien dilakukan pemeriksaan darah lengkap didapatkan Leukosit : 14.6x10³/ul yang menunjukkan
terjadinya peningkatan leukosit atau leukositosis, platelet : 407 x10³/ul yang menunjukkan trombositosis dan hemoglobin 10.9
g/dL menunjukkan penurunan hemoglobin didalam darah dari batas normalnya dimana usia 3 tahun Hb normal ialah 11 g/dl.
Pada pemeriksaan hematologi demam tifoid tidak spesifik namun dapat dijumpai leukopenia atau leukositosis ringan,
limfositosis, trombositopenia, dan bahkan anemia. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan serologi widal ditemukan S. typhi O.H
1/320, S. paratyphi CO, CH 1/320. Pemeriksaan serologi widal merupakan adalah reaksi antara antigen (suspensi salmonella yang
telah dimatikan) aglutinin yang merupakan antibodi spesifik terhadap komponen basil salmonella didalam darah menusia (saat
sakit, karir atau pasca vaksinasi). Prinsip test adalah terjadinya reaksi aglutinasi antara antigen dan aglutinin yang dideteksi yaksni
aglutinin O dan H.
DISKUSI
Tatalaksana demam tifoid ialah terapi suportif dan medikamentosa. Terapi suportif seperti tirah baring istirahat total, diet dan
cairan yang cukup. Terapi medikamentosa berupa antibiotik, kortikosteroid dan terapi asimptomatik. Antibiotik lini pertama yang
dapat diberikan adalah Chloramphenicol sebagai drug of choice, contrimoxazole. Jika antibiotik dinilai tidak efektif maka dapat
diganti dengan antibiotik lini kedua seperti ceftriaxone atau cefixime. Terapi simptomatik dapat berupa pemberian obat
antipiretik, anti emetik dan lainnya sesuai keadaan umum pasien. Pada pasien anak ini, diberikan terapi cairan Ringer laktat 20
tpm, antibiotik berupa cefotaxime 300mg/8 jam/IV, antipiretik drip paracetamol 120mg/8jam/IV.
Batuk dapat merupakan gerakan volunter atau involunter, dan berperan pada imunitas non-spesifik sistem respiratori
bekerjasama dengan bersihan mukosiliar. Batuk berdahak terjadi karena hipersekresi atau gangguan bersihan mukosiliar. Pada
pasien ini mengalami batuk berdahak yang muncul sesekali tifak ntens. Tatalaksana batuk dapat diberikan berdasarkan etiologi,
berupa obat rumahan seperti madu, obat mukoaktif (mukolitik, ekspektoran), bronkodilator, kortikosteroid, antihistamin, antitusif,
antibiotik dan lainnya. Pada pasien ini diberikan Ambroxol puyer 10mg yang diminum 3x1 pulv merupakan obat batuk golongan
mukoaktif.
Terima
Kasih