ENDOKARDITIS INFEKTIF
Disusun oleh:
Riansyah A. S. Bugis
NIM. 2021-84-016
Pembimbing:
1
ENDOKARDITIS INFEKTIF
I. Definisi
Endokarditis infektif (EI) didefinisikan sebagai infeksi pada lapisan terdalam
jantung, yakni endokardium, dan biasanya melibatkan infeksi pada katup-katup
jantung. Penyakit ini secara klinis tidak memberikan gejala yang begitu khas,
sehingga diagnosis endokarditis infektif ditegakkan dengan beberapa pemeriksaan
penunjang dan riwayat penyakit pasien, yang dirangkum dalam Modified Duke
Criteria.¹
II. Epidemiologi
Epidemiologi endokarditis infektif secara global belum diketahui secara jelas.
Meski begitu, epidemiologi penyakit ini bergantung pada pola infeksi pada tiap
negara. Misalnya, di negara berkembang, dimana demam rematik masih jadi penyakit
endemik, kebanyakan pasien endokarditis infektif adalah pasien usia dewasa muda.
Sementara itu, di negara maju, pasien endokarditis infektif justru adalah pasien usia
lanjut yang sudah menerima eksposur cukup banyak terhadap fasilitas kesehatan.¹,²
Etiologinya pun juga bergantung pada pola infeksi di tiap negara. Pada negara
berkembang, dimana kejadian endokarditis infektif berkaitan dengan demam rematik,
etiologi tersering adalah S. viridans. Sementara itu, pada negara maju. Etiologi
tersering adalah S. aureus, terutama Methicillin-Resistant S. Aureus, yang merupakan
salah satu penyebab tersering dari infeksi nosokomial, seperti pada tindakan
kateterisasi vena dan hemodialisis.¹,²
Dari buku Pathophysiology of heart disease oleh Leonard S. Lily, disebutkan
bahwa endokarditis infektif menyebabkan mortalitas dalam 6 bulan pada 20-25%
kasus yang menerima pengobatan dengan tepat. Sementara itu, pada kasus yang telat
mendapatkan terapi, mortalitas dapat mencapai 100%. Penelitian lain di Minnesota,
menyebutkan bahwa terdapat 10 kasus per 100.000 individu per tahun di negara
bagian tersebut. Disebutkan juga bahwa laki-laki lebih sering mengalami endokarditis
infektif dibandingkan perempuan. Hal ini berkaitan dengan tingginya angka
penggunaan obat-obatan injeksi oleh laki-laki.¹,²
Endokarditis infektif sendiri dapat terjadi pada katup jantung asli, katup
jantung prostetik dan pacemaker. Angka kejadian endokarditis infektif adalah 72%
pada katup jantung sli, 21% pada katup jantung prostetik, dan 6% pada pacemaker.
Keterlibatan tiap-tiap katup pada endokarditis infektif adalah 41% pada katup mitral,
38% pada katup aorta, 12% pada katup trikuspid dan 1% pada katup pulmonal.¹,²
IV. Etiologi
Etiologi tersering dari endokarditis infektif adalah bakteri Staphylococcus dan
Streptococcus. Menurut buku Braunwald Heart Disease, Staphylococcus aureus
merupakan penyebab tersering dari endokarditis infektif, mencakup 31,6% dari total
kasus. Sementara itu, streptococcus viridans merupakan etiologi tersering nomer dua,
mencakup 18% dari total kasus. Selain itu, Streptococcus entrococci menyebabkan
10,6% dari total kasus endokarditis infektif, dan Streptococcus bovis menyebakan
6,5% dari total kasus.¹,²
V. Klasifikasi
Endokarditis infektif dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga kriteria, yakni
berdasarkan gejala klinis, berdasarkan katup jantung pasien, dan berdasarkan
mikroorganisme penyebab infeksi.¹
Berdasarkan gejala klinis, endokarditis infektif dibagi menjadi Acute Bacterial
Endocarditis (ABE) dan Subacute Bacterial Endocarditis (SBE). Acute Bacterial
Endocarditis umumnya menimbulkan gejala seperti infeksi berat, sifatnya akut, dan
disebabkan oleh organisme invasif dengan virulensi tinggi, seperti S. aureus. Acute
Bacterial Endocarditis ini lebih sering menyebabkan kerusakan katup pada katup
yang sebelumnya sehat. Sementara itu, Subacute Bacterial Endocarditis biasanya
disebabkan oleh bakteri yang tidak begitu virulen, dan umumnya terjadi pada pasien
yang sudah memiliki kelainan katup jantung.¹
Klasifikasi kedua adalah berdasarkan katup jantung pasien. Klasifikasi ini
dibagi menjadi Native Valve Endocarditis, Prosthetic Valve Endocarditis dan
Endokarditis akibat IV-Drug Abuse. Menurut International Collaboration on
Endocarditis-Prospective Cohort Study, Native Valve Endocarditis terjadi pada 72%
kasus endokarditis infektif, dan Prosthetic Valve Endocarditis terjadi pada 21% total
kasus, dan sering disebabkan oleh S. epidermidis. Sementara itu endokarditif infektif
akibat IV drug abuse sering disebabkan oleh S. aureus, dan terutama kerap terjadi
pada katup jantung kanan.¹
C. Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan DPL, dapat ditemukan peningkatan leukosit dengan shift to
the left (peningkatan proporsi neutrofil dan granulosit imatur). LED dan CRP dapat
ditemukan memanjang, dan pada sekitar 50% kasus ditemukan peningkatan faktor
reumatoid serum.1
Pemeriksaan EKG dapat membantu mengidentifikasi ekstensi infeksi ke
sistem konduksi jantung yang bermanifestasi pada berbagai derajat heart block atau
aritmia baru. Echocardiography dapat digunakan untuk memvisualisasi vegetasi,
disfungsi valvular, dan formasi abses. Pemeriksaan echocardiography terdiri dari
transthoracic echocardiography (TTE) atau transesophageal echocardiography (TEE).
TTE berguna dapat mendeteksi vegetasi besar, bersifat noninvasif dan mudah
diperoleh. Namun, sensitivitas TTE dalam menemukan vegetasi hanya 60%.
Sementara itu, TEE memiliki sensitivitas yang lebih tinggi (>90%) terhadap
deteksi vegetasi dan formasiabses miokardium serta dapat berguna pada evaluasi
infeksi yang melibatkan katup prostetik.1
Pemeriksaan terpenting untuk mendiagnosis dan memberikan tatalaksana
endokarditis infektif adalah kultur darah untuk mengidentifikasi mikroorganisme
penyebabnya. Namun, kultur darah dapat menjadi negatif jika pasien telah diberikan
antibiotik atau organisme penyebab memiliki persyaratan tumbuh yang tidak biasa.1
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
diagnosis endokarditis infektif mungkin masih belum dapat ditegakkan. Oleh karena
itu, digunakan kriteria Duke sebagai standarisasi diagnosis.1
Tabel 4. Modified Duke Criteria.4
Berikut adalah kriteria Duke yang telah dimodifikasi dari ESC 2015. Hasil
kriteria dikelompokkan menjadi Definite IE, Possible IE, dan Rejected IE. Ketika
hasil kriteria didapatkan ‘possible’ atau ‘rejected’ namun kecurigaan terhadap
Echocardiography TTE dan TOE, kultur darah yang positif, serta gejala klinis
yang dirasakan pasien merupakan pemeriksaan yang penting dalam penegakkan
diagnosis endokarditis infektif. Ketika kultur darah negatif, perlu dilakukan
pemeriksaan mikrobiologis lebih lanjut. Sensitivitas Kriteria Duke dapat ditingkatkan
dengan modalitas pencitraan baru seperti MRI, CT, dan PET/CT yang dapat
menunjukkan kejadian emboli serta keterlibatan jantung saat temuan TTE atau TOE
negatif atau diragukan.4
X. Tata Laksana
Terapi endocarditis terdiri atas pengobatan kausal terhadap penyebab dan
pengobatan suportif. Jenis antibiotic yang digunakan sesuai dengan hasil biakan dan
uji sensivitas, pemberian antibiotic dapat ditunda bila kondisi klinis pasien baik.
Namun karena pemeriksaan tersebut memerlukan waktu berhati-hari banyak ahli yang
,menganjurkan pemberian antibiotic tanpa menunggu hasil biakan dan uji sensitivitas
bila kondisi klinis pasien tidak baik.
Bila terpaksa diberikan antibiotic sebelum ada hasil biakan, harus diberikan
kombinasi antibiotic bakterisida, seperti benzatin penisilin atau ampisilin dosis tinggi.
Dahulu kombinasi penisilin dan streptomisin menjadi standar terapi endokarditis
akibat S.viridans, namun streptomisin sekarang tidak dianjurkan lagi, pengobatan
endocarditis paling cepat 6 minggu dianggap tidak tepat. Sebagian pasien memerlukan
pengobatan lebih dari 6 minggu, sedangkan pasien lain pengobatan 2 sampai 4
minggu sudah memadai.
2. Terapi dengan antibiotic tidak efektif, terdapat infeksi persisten, sepsis yang sulit
dikontrol, atau penyebaran infeksi antar katup
Pemberian profilaksis kepada individu yang berisiko tinggi mengalami hasil buruk
yang menjalani prosedur berisiko tinggi tampaknya efisien dan hemat biaya. Rangkuman
regimen tatalaksana profilaksis terhadap endokarditis infektif berdasarkan European Society
of Cardiology dapat dilihat pada tabel berikut.1,4
Gambar 4. Rangkuman penggunaan antibiotik pada profilaksis endokarditis.6
XII. Komplikasi
A. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering terjadi dari endokarditis
infektif dan merupakan indikasi umum untuk operasi. Gagal jantung lebih sering
terjadi pada katup aorta dibandingkan katup mitral. Umumnya, gagal jantung
disebabkan oleh regurgitasi mitral atau aorta yang baru atau memburuk atau akibat
fistula intrakardiak dan obstruksi katup.4
Regurgitasi katup pada native IE dapat terjadi karena ruptur chorda mitral,
ruptur leaflet, perforasi leaflet, atau gangguan massa vegetasi dengan penutupan
leaflet.4
Adanya gagal jantung merupakan indikasi operasi pada mayoritas pasien
dengan endokarditis infektif. Operasi juga diindikasikan pada pasien dengan
regurgitasi aorta atau mitral berat, fistula intrakardiak, atau obstruksi katup akibat
vegetasi.4
B. Infeksi Tidak Terkontrol
Infeksi tidak terkontrol adalah penyebab kedua paling sering untuk operasi.
Infeksi tidak terkontrol terjadi jika terdapat infeksi persisten dan tanda-tanda infeksi
tak terkontrol lokal. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh organisme yang resisten
atau sangat virulen.4
C. Emboli Sistemik
Kejadian emboli sering terjadi dan merupakan komplikasi endokarditis yang
mengancam nyawa. Pada endokarditis sisi kiri, otak dan limpa adalah situs tersering
terjadinya emboli. Sementara itu, pada endokarditis sisi kanan dan pacemaker lead IE,
sering terjadi emboli paru. Stroke adalah komplikasi yang berat dan berkaitan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas.4
D. Komplikasi Neurologis
Komplikasi neurologis simtomatik terjadi pada 15-30% pasien dengan
endokarditis dan umumnya merupakan konsekuensi dari emboli vegetasi. Pada
mayoritas pasien, manifestasi neurologis terjadi sebelum diagnosis endokarditis.
Presentasi klinis bervariasi dan dapat meliputi berbagai tanda dan gejala pada seorang
pasien, namun gejala yang paling sering muncul ialah tanda fokal dan stroke iskemik.4
E. Infectious Aneurysm
Infectious (mycotic) aneurysm terjadi karena emboli arteri septik ke ruang
intraluminal atau vasa vasorum atau dari penyebaran infeksi ke pembuluh darah.
Infectious aneurysm biasanya berdinding tipis dan memiliki kecenderungan tinggi
untuk ruptur dan perdarahan.4
F. Splenic Complications
Splenic infarct sering terjadi dan umumnya asimtomatik. Adanya komplikasi
seperti abses atau ruptur limpa ditandai oleh demam pesisten atau rekuren, nyeri
abdomen, dan bakteremia.4
G. Miokarditis dan Perikarditis
Gagal ginjal dapat terjadi karena miokarditis, yang sering berhubungan dengan
formasi abses atau reaksi imun.4
H. Gangguan Irama dan Konduksi Jantung
Abnormalitas kondisi (AV block derajat I, II, atau III) disebabkan oleh
penyebaran infeksi ke luar endokardium, dari katup ke jalur konduksi, dan umumnya
berhubungan dengan komplikasi valvular. Complete AV block umumnya
berhubungan dengan keterlibatan katup sisi kiri.4
I. Manifestasi Muskuloskeletal
Gejala muskuloskeletal seperti arthralgia, myalgia, dan nyeri punggung sering
ditemukan pada endokarditis infektif. Manifestasi rheumatologis dapat menjadi
manifestasi awal dari endokarditis dan dapat menunda diagnosis.4
J. Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang umum dari endokarditis infektif
dan dapat memperburuk prognosis. Disfungsi renal akut terjadi pada 6-30% pasien
dengan penyebab bermacam-macam, antara lain glomerulonefritis vaskulitis dan
kompleks imun, infark renal yang biasanya disebabkan oleh emboli septik, gangguan
hemodinamik pada pasien gagal jantung, sepsis berat, atau operasi jantung, toksisitas
antibiotik yang berkaitan dengan aminoglikosida, vancomycin, atau penicillin dosis
tinggi, dan nefrotoksisitas agen kontras yang digunakan untuk pemeriksaan radiologi.4
XIII. Kesimpulan
Endokarditis infektif (EI) merupakan infeksi pada lapisan endokardium jantung dan
melibatkan infeksi pada katup-katup jantung. Secara epidemiologi, EI belum jelas secara
global dan tergantung pada pola infeksi tiap negara. Pada negara berkembang, diketahui
bahwa EI merupakan penyakit endemik. Secara etiologi, EI pada negara maju disebabkan
oleh S. aureus, terutama Methicillin-Resistant S. Aureus, sedangkan pada negara berkembang,
S. viridans merupakan penyebab utama. Endokarditis infektif sendiri dapat terjadi pada katup
jantung asli, katup jantung prostetik dan pacemaker. Beberapa faktor risiko dari EI adalah
usia lanjut, riwayat operasi jantung sebelumnya, riwayat hemodialisis, riwayat hipertensi,
riwayat gagal jantung, riwayat aritmia, riwayat hipertensi pulmonal, riwayat insufisiensi
renal, dan riwayat operasi lainnya. EI dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga kriteria, yakni
berdasarkan gejala klinis, berdasarkan katup jantung pasien, dan berdasarkan mikroorganisme
penyebab infeksi. Endokarditis dapat terjadi dengan adanya cedera permukaan endokardium
yang diikuti oleh pembentukan platelet-fibrin-thrombus di situs cedera, kemudian adanya
bakteri yang masuk ke sirkulasi, dan bakteri tersebut menempel ke permukaan endokardium
yang cedera, menimbulkan infeksi. Manifestasi klinis EI sangat beragam, dari demam dan
gejala konstitusional lainnya hingga nyeri dada, dyspnea, orthopnea, dan paroxysmal
nocturnal dyspnea.
Diagnosis endokarditis dapat ditegakkan dengan menggunakan modified Duke
Criteria. Hasil kriteria dikelompokkan menjadi Definite IE, Possible IE, dan Rejected IE.
Secara umum, diagnosis banding dari endokarditis infektif dapat dibagi menjadi 2 kategori
secara klinis, yang pertama adalah adanya bakteremia tanpa disertai vegetasi katup.
Tatalaksana utama untuk endokarditis infektif adalah dengan penggunaan kombinasi
antibiotik. Terapi pembedahan dapat dipertimbangkan bila terdapat indikasi. Pemberian
profilaksis dapat mencegah terjadinya endokarditis, namun hal ini hanya dilakukan pada
individu yang rentan. Terdapat banyak komplikasi yang disebabkan oleh EI , seperti gagal
jantung, emboli sistemik, infeksi tidak terkendali dan seterusnya.
Daftar Pustaka
1. Lilly LS. Pathophysiology of heart disease, 6th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer;
2016. p. 213-8
2. Zipes DP, Libby P, Bonow RO, Mann DL, Tomaselli GF. Braunwald’s heart disease:
a textbook of cardiovascular medicine, 11th ed. Philadelphia: Elsevier; 2019. P.
1483-503
3. Wu Z, Chen Y, Xiao T, Niu T, Shi Q, Xiao Y. Epidemiology and risk factors of
infective endocarditis in a tertiary hospital in China from 2007 to 2016. BMC
Infectious Diseases. 2020;20(1).
4. Habib G, Lancellotti P, Antunes MJ, Bongiorni MG, Casalta J-P, Del Zotti F, et al.
2015 ESC Guidelines for the management of infective endocarditis. Eur. Heart J.
2015; 36(44): 3075–3128. doi:10.1093/eurheartj/ehv319
5. Panduan praktik klinis (PPK) dan clinical pathway (CP) penyakit jantung dan
pembuluh darah, 1st ed. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia; 2016. p. 222
6. Kaya CT, Erol C. How to achieve infective endocarditis prophylaxis [Internet].
Brussels: European society of cardiology; 2018 [cited 2020 Dec 7]. Available from:
https://www.escardio.org/Journals/E-Journal-of-Cardiology-Practice/Volume-16/vol1
6no33#:~:text=The%20guidelines%20recommend%202%20grams,to%20dental%20p
rocedures%20%5B15%5D.