Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

ENDOKARDITIS PADA ANAK

Di Susun Oleh :

Kelompok 2

Lola Louvita 20160303049

Niara Aisyah Maharani 20170303009

Kezia Irene Joseph 20170303028

Dita Lestari 20170303002

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA BARAT

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung pada anak dapat dibagi menjadi 2 yaitu penyakit jantung bawaan dan
penyakit jantung didapat. Penyakit jantung didapat yang paling sering di jumpai di
Indonesia adalah penyakit jantung reumatik; selebihnya adalah penyakit jantung
didapat akibat infeksi (miokarditis, difteri, endokarditis infektif), penyakit ginjal,
penyakit paru, gangguan gizi dan gangguan metabolisme.
Penyakit jantung bawaan pada bayi dan anak cukup banyak ditemukan di Indonesia.
Laporan dari berbagai penelitian di luar negri menunjukkan bahwa 6-10 dari 1000
bayi lahir hidup menyandang penyakit jantung bawaan (Dr Sri Endah Rahayuningsih
SpA(K),2002).
Endokarditis infektif menjadi penyebab tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Di negara maju, insiden endokarditis infektif berkisar 2,6 hingga 7 kasus dari 100.000
penduduk tiap tahunnya dan relatif stabil dari tahun 1950 hingga 2000. Insiden di UK
berkisar 1400 kasus per tahun dengan angka mortalitas berkisar 200 per tahun. Di
USA terdapat sekitar 15.000 kasus baru endokarditisinfektif yang terjadi setiap
tahunnya.
Meskipun endokarditis infektif dapat terjadipada neonatus, bayi, anak, remaja, dan
wanita hamil insidensinya meningkat setelah umur 30 tahun dan melebihi 10 per
100.000 pada orang yang berumurlebih dari 50 tahun. Endokarditis infektif juga
menyebabkan morbiditas dan mortalitas di rumah sakit yakni sekitar 20%
Endokarditis infektif merupakan salah satu penyulit yang ditakuti pada penyakit
jantung struktural. Meskipun jarang terjadi, namun bila terjadi memerlukan perawatan
yang lama dan kadang sangat sulit diatasi. Setelah era profilaksis antibiotika,
mortalitasnya sudah jauh berkurang. Dahulu, endokarditis diklasifikasikan menjadi
akut dan subakut. Klasifikasi tersebut cenderung tidak dipergunakan lagi. Saat ini
pendekatan terhadap penyakit ini lebih didasarkan pada mikroorganisme penyebab.
Endokarditis pertama kali ditemukan oleh Rivera tahun 1946. Endokarditis di bagi
menjadi dua yaitu endokarditis infektif dan endokarditis non infektif. Prevalensi
paling sering terjadi pada kelainan katup oleh karena rhematik, dan ini sering terjadi
pada negara sedang berkembang. Juga pada anak-anak yang dilakukan operasi jantung
untuk mengkoreksi kelainan jantung kongenital.

Pada pasien endokarditis tanpa penyakit jantung sebelumnya kejadian ini sering pada
ABE (Akut Bakterial Endokarditis) terutama anak-anak di bawah 2 tahun. Resiko yang
lain untuk terjadinya endokarditis, terutama pada pasien dengan kelainan kongenital
pada jantungnya. Pada negara berkembang insiden endokarditis 1,6 - 4,3 diantara
100.000 penduduk. Angka kematian 20% - 40%, meskipun diberikan antibiotik yang
cukup. Komplikasi neurologis endokarditis berkisar 20% - 40%, hal ini akan
mempertinggi angka kematian (41% - 86%).
Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas mengenai salah satu penyakit
infeksi jantung pada anak tersebut, yaitu Endokarditis pada anak.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menjelaskan peran perawat dalam asuhan keperawatan
endokarditis pada anak
b. Tujuan khusus

- Agar mahasiswa dapat memahami tentang konsep endocarditis pada anak


- Agar mahasiswa dapat dibekali dengan ilmu untuk siap mengaplikasikan
asuhan keperawatan dengan tepat kepada pasien

C. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu sebagai mahasiswa dapat memenuhi
tugas kami sebagai mahasiswa dalam penilaian mata kuliah Keperawatan Anak II. Dan
kami juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembacanya untuk
penerapan sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Endokarditis Pada Anak


Endokarditis Infektif (EI) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi mikroba pada lapisan endotel jantung
dan pembuluh darah besar. Penyakit ini ditandai dengan
terbentuknya vegetasi yang dapat terjadi pada katup jantung
(baik katup buatan maupun katup natif), endokardium dan
benda asing intravascular seperti benda penutup defek atau
membuat pirau intrakardial untuk memperbaiki kelainan jantung bawaan. Tindakan
perawatan gigi dapat menimbulkan bakteriemi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
endokarditis infektif. Timbulnya bakteriemi dapat berasal dari perawatan yang
dilakukan di ruang praktek dokter gigi atau sebagai akibat dari aktifitas sehari-hari
seperti mengunyah, menyikat gigi atau flossing pada mulut yang tidak sehat. Higiene
mulut yang rendah dan gigi yang tidak terawat mengakibatkan pembusukan gigi yang
parah dan periodontium yang tidak sehat, yang keduanya akan meningkatkan
kemungkinan berkembangnya bakteriemi yang menyertai kegiatan sehari-hari seperti
makan, menyikat gigi dan flossing. (Dr Sri Endah Rahayuningsih SpA(K),2002)
Endokarditis adalah radang pada katup jantung dan endokardium yang disebabkan oleh
kuman dan jamur (Murwani, A, 2009).
Endokarditis adalah suatu infeksi yang melibatkan endokardium yang utuh atau rusak
atau katup jantung protesa (Edward K. Chung, 1995).

Endokarditis adalah infeksi yang serius dari salah satu dari empat klep-klep (katup-
katup) jantung (Anonim, 2011).

Endokarditis bakterialis merupakan adanya infeksi dari dinding permukaan


endokardial, dapat terjadi karena adanya defek dari endokardial atau dapat juga
disebabkan oleh septicaemia. Mekanisme terjadinya endokarditis bakterialis tidak jelas
tetapi diduga berhubungan dengan endothelium, bakteri dan respon inang. Infeksi
bermula dari kerusakan permukaan endotel yang menyebabkan kerusakan local yang
mengakibatkan terjadinya lesi pada kardiak. (WIlyanti, 2011)
Endokarditis merupakan infeksi pada endokardium (selaput jantung) dan katup jantung.
Endokarditis dapat terjadi secara tiba-tiba dan dalam beberapa hari bisa berakibat fatal
(endokarditis akut) atau bisa terjadi secara bertahap dan tersamar beberapa minggu
sampai beberapa bulan (endokarditis sub akut). Bakteri penyebab endokarditis kadang-
kadang cukup kuat untuk menginfeksi katup jantung yang normal (Ruhyanudin,2006)

Endokarditis merupakan peradangan pada katup dan permukaan endotel jantung.


Endokarditis infeksi (endokarditis bakterial) adalah infeksi yang disebabkan oleh invasi
langsung bakteri atau organisme lain, sehingga menyebabkan deformitas bilah katup
(Arif Muttaqin,2009).

Endokarditis bakterialis ialah infeksi kuman yang menyerang katup jantung,


endokardium, dan epitel pembuluh darah yang disebabkan oleh berbagai kuman dan
beberapa penyakit dasar (Ngastiyah,2005).

Endokarditis infektif atau endokarditis bakterialis merupakan penyakit yang


disebabkan infeksi mikroba pada lapisan endotel jantung, ditandai oleh vegetasi yang
biasanya terdapat pada katup jantung (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).

Endokardiris bakterialis sebenarnya hanya 5% dari seluruh penyakit jantung pada anak
dan jarang mengenai bayi. Penyakit ini jarang terdapat pada anak berumur kurang dari
2 tahun dan bila ada dasarnya karena penyakit jantung bawaan.

B. Klasifikasi Endokarditis
Terdapat 2 tipe yaitu Acute Bacterial Endocarditis (ABE), Sub Acute Bacrerial
Endocarditis (SBE). Acute Bacterial Endocarditis ditandai dengan demam tinggi dan
disebabkan oleh stafilokokus aureus dan organism lainnya dengan patogenitas tinggi.
Terapi adalah dengan pemberian antibiotic secara intravena.
Sub Acute bacterial endocarditis juga ditandai dengan anorexi, penurunan berat badan
malaise, demam tinggi.
Penyebabnya adalah streptokokus viridans dan organism lainnya dengan patogenitas
rendah. Terapi adalah dengan pemberian antibiotik secara intravena ((Dr Sri Endah
Rahayuningsih SpA(K),2002)
Pengertian mengenai endokarditis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu endokarditis
infektif dan endokarditis non infektif.
 Endokarditis infektif
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada endokardium jantung atau pada
pembuluh darah besar. Penyakit ini ditandai oleh adanya vegetasi. Berdasarkan
gambaran klinisnya, endokarditis infektif dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Endokarditis bakterial subakut, timbul dalam beberapa minggu atau bulan dan
disebabkan oleh bakteri yang kurang ganas, seperti streptokokus viridans.
2) Endokarditis oakterial akut, timbul dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu, dengan tanda-tanda klinik yang lebih berat. Sering disebabkan oleh bakteri
yang ganas seperti stafilokokus aureus.
 Endokarditis non infektif
Penyakit yang disebabkan oleh laktor trombosis yang disertai dengan vegetasi,
Penyakit ini sering didapatkan pada penderita stadium akhir dari proses keganasan.
Berdasarkan jenis katup jantung yang terkena infeksi, endokarditis dibedakan juga
menjadi dua yaitu :
1) Native valve endocarditis, yaitu infeksi pada katup jantung alami.
2) Prosthetic Valve endocarditis, yaitu infeksi pada katup jantung buatan.

Gejala klinis endokarditis, sangat bervariasai dari yang ringan hingga yang terberat,
yaitu Endokarditis Akut, dan Endokarditis Subakut,
- Endokarditis Akut biasanya dimulai secara tiba-tiba dengan demam tinggi 38,9-
40,9 Celsius, denyut jantung yang cepat, kelelahan dan kerusakan katup jantung
yang cepat dan luas. Vegetasi endokardial (emboli) yang terlepas bisa berpindah
dan menyebabkan infeksi tambahan di tempat lain Penimbunan nanah (abses)
dapat terjadi di dasar katup jantung yang terinfeksi atau di tempat tersangkutnya
emboli yang terinfeksi. Katup jantung bisa mengalami perforasi (perlubangan) dan
dalam waktu beberapa hari bisa terjadi kebocoran besar. Beberapa penderita
mengalami syok; ginjal dan organ lainnya berhenti berfungsi (sindroma sepsis).
Infeksi arteri dapat memperlemah dinding pembuluh darah dan meyebabkan
robeknya pembuluh darah. Robekan ini dapat berakibat fatal, terutama bila terjadi
di otak atau dekat dengan jantung
- Endokarditis Sub Akut bisa menimbulkan gejala beberapa bulan sebelum katup
jantung rusak atau sebelum terbentuknya emboli. Gejalanya berupa kelelahan,
demam ringan 37,2-39,2 Celsius, penurunan berat badan, berkeringat dan anemia.
Diduga suatu endokarditis jika seseorang mengalami demam tanpa sumber infeksi
yang jelas, jika ditemukan murmur jantung yang baru atau jika murmur yang lama
telah mengalami perubahan. Limpa bisa membesar, Pada kulit timbul binti-bintik
yang sangat kecil, juga di bagian putih mata atau dibawah kuku jari tangan. Bintik-
bintik ini merupakan perdarahan yang sangat kecil yang disebabkan oleh emboli
kecil yang lepas dari katup jantung. Emboli yang lebih besar dapat menyebabkan
nyeri perut, penyumbatan mendadak pada arteri lengan atau tungkai, serangan
jantung atau (stroke).

C. Epidemiologi
Endokarditis Infektif lebih jarang terjadi pada anak dari pada orang dewasa. Angka
kejadiannya sekitar 1 per 1280 pasien anak yang dirawat di Rumah Sakit dalam satu
tahun.Endokarditis Infektif lebih sering terjadi akibat komplikasi penyakit jantung
bawaan seperti defek septum ventrikel, duktus arteriosus 3 persisten, Tetralogi Falot,
abnormalitas katup aorta, dan penyakit jantung reumatik, namun penyakit ini juga dapat
terjadi pada anak tanpa adanya kelainan jantung.

D. Patogenesis
Dua faktor utama yang menentukan terjadinya endokarditis infektif adalah:

 Kerusakan permukaan endotel


 Bakteriemia
Kerusakan endotel terjadi karena adanya kelainan struktur jantung atau pembuluh darah
besar yang mengakibatkan terjadinya turbulensi aliran darah karena perbedaan tekanan
yang signifikan. Kerusakan endotel tersebut memicu terbentuknya trombus dan
timbunan trombosit dan fibrin yang steril (nonbacterial thrombotic endocarditis),
yang merupakan tempat menempelnya bakteri sehingga akan terbentuk vegetasi yang
terinfeksi. Timbunan trombosit dan fibrin akan melingkupi organisme tersebut sehingga
vegetasi akan terus bertambah besar.

Pada umumnya endokarditis infektif terjadi pada penyakit jantung bawaan atau
didapat. Bila tidak, harus diduga kemungkinan pemakaian obat-obatan adiktif melalui
suntikan.
Semua penyakit jantung bawaan, kecuali defek septum atrium (DSA) sekundum
merupakan faktor predisposisi terjadinya endokarditis infektif. Kelainan yang sering
mengalami endokarditis infektif adalah:

 Penyakit jantung bawaan: sering terjadi pada tetralogy of Fallot (ToF), defek
septum ventrikel (DSV), penyakit katup aorta, transposisi pembuluh nadi besar
(transposition of the great arteries=TGA) dan pirau dari sistemik ke arteri
pulmonalis.
 Kelainan katup: penyakit jantung rematik (terbanyak adalah insufisensi katup
mitral), stenosis aorta, stenosis pulmonal, insufisiensi katup trikuspid, prolaps
katup mitral yang disertai regurgitasi mitral.
 Alat prostetik baik katup (katup buatan) maupun non katup (coil, stent, ADO, ASO,
alat pacu jantung buatan permanen).
 Kardiomiopati hipertrofik obstruktif.
Organisme penyebab infeksi dapat berasal dari berbagai lokasi atau infeksi lokal
(misalnya abses, osteomielitis, pielonefritis). Bakteriemia sering terjadi setelah
dilakukan tindakan pada gigi geligi, terutama bila terdapat karies dentis atau
gingivitis. Bila terdapat karies atau gingivitis, bakteriemia dapat dipicu oleh
aktivitas sehari-hari, misalnya mengunyah, gosok gigi. Oleh karena itu menjaga
kesehatan dan kebersihan mulut dan gigi geligi sangat penting disamping
pencegahan endokarditis infektif dengan antibiotika sebelum tindakan pada gigi
geligi.

E. Patologi
Vegetasi akibat dari endokarditis infektif pada umumnya dijumpai pada sisi defek yang
tekanannya rendah, bisa terjadi di sekitar defek atau di sisi yang berhadapan dengan
defek, dimana di tempat tersebut endotel mengalami kerusakan sebagai akibat dari
gerusan/benturan “jet” akibat turbulensi aliran darah yang melewati defek. Sebagai
contoh: pada duktus arteriosus persisten (patent ductus arteriosus=PDA) vegetasi
ditemukan pada cabang arteri pulmonalis, pada regurgitasi mitral vegetasi terjadi pada
permukaan atrial dari katup mitral, pada regurgitasi aorta dijumpai pada permukaan
ventrikular katup aorta dan korda tendinea katup mitral, pada stenosis aorta dijumpai
pada permukaan superior katup aorta atau pada sisi lesi akibat “jet”.
F. Mikroorganisme penyebab
- S. viridans, enterococci dan Staphylococcus aureus merupakan mikroorganisme
penyebab pada 90% kasus. Angka kejadiannya menurun seiring dengan
meningkatnya kasus yang disebabkan oleh jamur dan HACEK (Haemophilus,
Actinobacillus, Cardiobacterium, Eikenella dan Kingella). HACEK sebagai
penyebab terutama terjadi pada neonatus dan anak yang immunocompromised, yaitu
17% - 30% kasus.
- α-Hemolytic streptococci (S.viridans) merupakan mikroorganisme penyebab utama
endokarditis yang disebabkan oleh tindakan pada gigi geligi, karies gigi atau
penyakit periodontal.
- Enterococci dijumpai sebagai akibat instrumentasi atau tindakan operatif daerah
genitourinaria atau gastrointestinal.
- Streptococci dijumpai pada kasus-kasus endokarditis postoperatif.
- Penyalahgunaan obat-obatan melalui suntikan intravena berisiko mengalami
endokarditis akibat S. Aureus.
- Endokarditis akibat jamur (biasanya prognosis buruk) terjadi pada neonatus yang
sakit berat, pasien-pasien yang mendapatkan terapi antibiotika atau steroid jangka
panjang atau setelah operasi jantung. Biasanya vegetasi yang terjadi berukuran besar
dan mudah lepas mengakibatkan emboli dengan komplikasi yang berat.
- Endokarditis yang menyertai kateter vaskular, alat-alat prostetik dan katup buatan
biasanya disebabkan oleh S. aureus atau coagulase-negative streptococci.
- Penyebab endokarditis pada bayi baru lahir adalah S. aureus, coagulase-negative
streptococci, Candida sp.
- Endokarditis dengan hasil biakan kuman negatif. Diagnosis ini ditegakkan bila
pasien menunjukkan gambaran klinis dan/atau terdapat bukti dari ekokardiografi,
tetapi hasil biakan kuman dalam darah secara persisten menunjukkan hasil negatif.
Penyebabnya adalah mikroorganisme yang sulit tumbuh secara in vitro. Endokarditis
akibat jamur dan organisme lain yang jarang sering memberikan hasil biakan kuman
yang negatif. Pada keadaan ini, diagnosis hanya dapat ditegakkan dengan
mengeluarkan vegetasi pada saat operasi. Di Amerika Serikat, terjadi pada 5% - 7%
kasus endokarditis.

G. Manifestasi klinis
Riwayat penyakit
- Pada umumnya terdapat riwayat menderita penyakit jantung bawaan.
- Kelainan katup aorta bikuspid seringkali tidak terdiagnosis, sehingga baru diketahui
setelah terjadi endokarditis.
- Riwayat menjalani tindakan pada gigi, tonsilektomi atau sakit gigi (akibat karies atau
gingivitis).
- Jarang terjadi pada bayi. Biasanya terjadi pasca operasi jantung.
- Onset seringkali tidak diketahui, ditandai dengan demam dengan kenaikan suhu yang
tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, rasa lelah, lemah, kehilangan nafsu
makan, pucat, artralgia, mialgia, berat badan turun dan diaphoresis.

Pemeriksaan fisis

- Bising jantung selalu dijumpai pada setiap kasus. Munculnya bising baru atau
peningkatan intensitas bising merupakan tanda yang penting.
- Demam, suhu bervariasi antara 38,3°C – 39,4°C.
- Splenomegali.
- Kelainan pada kulit, sebagai akibat dari mikroembolisasi atau fenomena imunologik,
sebagai berikut:
 Ptekiae di kulit, mukosa atau konjungtiva
 Nodus Osler’s (nyeri, nodul kemerahan pada ujung jari tangan atau kaki) jarang
dijumpai pada anak
 Splinter hemorrhages (garis-garis linier hemoragik di bawah kuku), jarang pada
anak
- Emboli atau fenomena imunologik pada organ lain djumpai pada 50% kasus:
 Emboli pulmonar, dapat terjadi pada pasien VSD, PDA atau pirau dari sistemik
ke arteri pulmonalis.
 Kejang dan hemiparesis sebagai akibat dari emboli di sistem saraf sentral.
 Hematuria dan gagal ginjal akut.
 Roth’s spots (oval, perdarahan retina dengan pusat kepucatan berada di dekat
diskus optikus) terjadi pada 5% kasus.
- Karies gigi, penyakit periodontal atau gingivitis
- Jari tabuh yang terjadi tanpa adanya sianosis kadang-kadang dapat terjadi pada kasus
kronik, namun jarang.
- Gagal jantung dapat terjadi sebagai penyulit infeksi.
- Manifestasi klinis pada neonatus tidak spesifik( dapat berupa distres respirasi,
takikardia) dan sulit dibedakan dari septikemia atau gagal jantung kongestif karena
penyebab yang lain. Sering terjadi fenomena emboli (osteomielitis, meningitis,
pneumonia). Dapat dijumpai gejala dan tanda neurologik (kejang, hemiparesis,
apnea).

H. Patofisiologi
Terjadinya endokarditis karena menempelnya mikro organisme dari sirkulasi darah
pada permukaan endokardial, kemudian mengadakan multiplikasi, terutama pada
katup-katup yang telah cacat. Penempelan bakteri-bakteri tersebut akan membentuk
koloni, dimana nutrisinya diambil dari darah. Adanya koloni bakteri tersebut
memudahkan terjadinya thrombosis, kejadian tersebut dipermudah oleh thromboplastin,
yang ditimbulkan oleh lekosit yang bereaksi dengan fibrin. Jaringan fibrin yang baru
akan menyelimuti koloni-koloni bakteri dan menyebabkan vegetasi bertambah.
Daerah endokardium yang sering terkena yaitu katup mitral, aorta. Vegetasi juga terjadi
pada tempat-tempat yang mengalami jet lessions, sehingga endothelnya menajdi kasar
dan terjadi fibrosis, selain itu terjadi juga turbulensi yang akan mengenai endothelium.
Bentuk vegetasi dapat kecil sampai besar, berwarna putih sampai coklat, koloni dari
mikroorganisme tercampur dengan platelet fibrin dimana disekelilingnya akan terjadi
reaksi radang. Bila keadaan berlanjut akan terjadi absces yang akan mengenai otot
jantung yang berdekatan, dan secara hematogen akan menyebar ke seluruh otot jantung.
Bila absces mengenai sistim konduksi akan menyebabkan arithmia dengan segala
manifestasi kliniknya. Jaringan yang rusak tersebut akan membentuk luka dan histiocyt
akan terkumpul pada dasar 3 vegetasi. Sementara itu endothelium mulai menutupi
permukaan dari sisi peripher, proses ini akan berhasil bila mendapat terapi secara baik.
Makrophage akan memakan bakteri, kemudian fibroblast akan terbentuk diikuti
pembentukan jaringan ikat kolagen. Pada jaringan baru akan terbentuk jaringan parut
atau kadang-kadang terjadi ruptur dari chordae tendinen, oto papillaris, septum
ventrikel. Sehingga pada katup menimbulkan bentuk katup yang abnormal, dan
berpengaruh terahdap fungsinya. Permukaan maupun bentuk katup yang
abnormal/cacad ini akan memudahkan terjadinya infeksi ulang. Vegetasi tersebut dapat
terlepas dan menimbulkan emboli diberbagai organ. Pasen dengan endokarditis
biasanya mempunyai titer antibodi terhadap mikroorganisme penyebab, hal tersebut
akan membentuk immune complexes, yang menyebabkan gromerulonephritis, arthritis,
dan berbagai macam manifestasi kelainan mucocutaneus, juga vasculitis.

I. Pemeriksaan penunjang:
1) Pemeriksaan laboratorium:
- Biakan kuman dalam darah ditemukan positif pada 90% kasus yang belum
mendapatkan antibiotika sebelumnya. Pemberian antibiotika sebelum
dilakukan pemeriksaan mengurangi kemungkinan hasil yang positif sampai
50%-60%.
- Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan gambaran anemia (Hb<12g/dl).
Pasien yang sebelumnya mengalami polisitemia akan menunjukkan kadar
Hb yang normal sebagai tanda adanya anemia relatif.
- Leukositosis, geser ke kiri (shift to the left).
- Laju endap darah meningkat kecuali terdapat polisitemia.
- Hematuria mikroskopik terjadi pada 30% kasus.
- Elektrokardiografi: menunjukkan gambaran sesuai dengan kelainan jantung
yang mendasari.
2) Ekokardiografi:

- Ekokardiografi merupakan pemeriksaan yang penting.


- Pada kasus dengan dugaan endokarditis dengan biakan kuman negatif,
diagnosis ditegakkan dari hasil pemeriksaan ekokardiografi.
- Pemeriksaan dua dimensi (2-D) untuk mendeteksi lokasi infeksi, luasnya
kerusakan katup.
- Pemeriksaan M-mode untuk menilai fungsi jantung. Pemerikasaan fungsi
jantung penting dilakukan sebelum dan sesudah terapi untuk
membandingkan atau menilai perkembangan fungsi jantung setelah
tatalaksana medis dilakukan.
- Pemeriksaan Doppler untuk menilai regurgitasi katup.
- Hasil pemeriksaan ekokardiografi merupakan bagian kriteria mayor dari
kriteria Duke yang dimodifikasi, yaitu:
 Massa intrakardiak yang bergerak atau berayun sesuai irama jantung di
daerah katup ataukorda tendinea, tempat paparan jet regurgitan atau alat
prostetik yang ditanam intrakardiak atau intravaskular
 Abses
 New dehiscence of prosthetic valve.
 Regurgitasi katup yang sebelumnya tidak ada
- Bila dengan ekokardiografi transtorasik (transthoracic echo=TTE) standar,
gambaran masih belum tampak jelas, diperlukan pemeriksaan
ekokardiografi transesofageal (transesophageal
echocardiography=TEE), misalnya pada pasien obesitas atau dengan otot
yang tebal, pasca operasi jantung, gangguan fungsi paru atau hiperinflasi
paru. TEE dapat memberikan hasil yang lebih baik untuk mengidentifikasi
adanya vegetasi pada katup buatan, mendeteksi endokarditis di jalan keluar
ventrikel kiri (left ventricle outflows tract) baik valvular maupun
subvalvular serta untuk mendeteksi abses di pangkal aorta (aortic root) dan
sinus Valsava.

- Tidak ditemukannya vegetasi pada pemeriksaan ekokardiografi tidak


begitu saja menyingkirkan adanya endokarditis infektif atau negatif palsu.
Vegetasi seringkai tidak tampak baik pada pemeriksaan TTE maupun TEE
bila vegetasi sangat kecil atau sudah terlepas sebagai emboli. Pada keadaan
ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang ekokardiografi beberapa waktu
kemudian.

- Dapat terjadi false-positive diagnosis bila tampak massa ekogenik dari


trombus steril, alat prostetik intrakardiak yang steril, variasi anatomik
normal, bentuk katup yang abnormal tetapi tidak terinfeksi (jaringan parut,
perubahan miksomatosa berat) atau pengaturan gain mesin ekokardiografi
yang tidak benar. Vegetasi pada pemeriksaan ekokardiografi dapat tetap ada
selama beberapa bulan atau bahkan tahun meskipun secara bakteriologik
sudah terobati atau sembuh.

- Dari hasil pemeriksaan ekokardiografi merupakan kasus dengan risiko tinggi


atau mengindikasikan pembedahan bila:

 Vegetasi besar > 10 mm


 Regurgitasi katup berat
 Kavitas abses
 Pseudoaneurism
 Perforasi katup
 Gagal jantung kongestif tidak terkompensasi.

J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada Endokarditis Infektif adalah :
a. Gagal jantung
Gagal jantung yang terjadi pada Endokarditis Infektif sebesar 55% dan
merupakan komplikasi yang paling sering menyebabkan kematian. Gagal jantung
disebabkan adanya regurgitasi katup, perforasi daun katup yang terutama
mengenai katup aorta dan mitral.
b. Embolisasi
Komplikasi emboli pada EI terutama terjadi pada lesi yang besar (vegetasi > 10
mm). Infeksi stafilokokus dan jamur mempunyai risiko lebih besar untuk
terjadinya emboli. Komplikasi ini biasanya terjadi pada minggu kedua 8 sampai
keempat terapi. Pada EI yang akut dapat terjadi komplikasi emboli sebesar 50 -
60%, sedangkan pada yang subakut sebesar 12 - 35%.
c. Manifestasi neurologi
Manifestasi neurologi yang terjadi pada Endokarditis Infektif sebesar 40 - 50%.
Manifestasi neurologi terjadi karena emboli pada susunan saraf pusat berupa
meningismus, perdarahan intrakranial, infark arteri serebri, abses otak.
d. Aneurisma mikotik
Aneurisma mikotik yang terjadi pada Endokarditis Infektif sebesar 3 - 15%.
Biasanya terletak pada aorta bagian proksimal/Sinus Valsava, arteri serebri, arteri
viscera dan arteri ekstremitas. Aneurisma mikotik dapat mengakibatkan ruptur.
e. Komplikasi lain
Abses miokard, aritmia, gagal ginjal, bakteriemia atau fungemia persisten.

K. Pencegahan
Endokarditis infektif tidak hanya ditujukan terhadap bakteriemi yang timbul akibat
tindakan di ruang praktek dokter gigi, namun juga yang timbul akibat kebersihan mulut
yang rendah dan gigi yang tidak terawat. Sehingga penting sekali bagi praktisi
kesehatan untuk memahami pedoman American Heart Association tentang pemberian
antibiotika pencegahan terhadap endokarditis infektif demikian juga dengan perawatan
gigi sehari hari untuk 9 menjaga kesehatan sekitar mulut sehingga mengurangi
bakteriemi dan endocarditis
Tindakan pencegahan perlu dilakukan pada berbagai prosedur yang menyebabkan
bakteriemia, sehingga menurunkan insidensi EI. Semua anak yang mempunyai faktor
risiko sebaiknya menjaga kebersihan rongga mulut untuk mengurangi sumber
bakteriemia.

L. PENATALAKSANAAN
Prinsip dasar dalam pengobatan endokarditis membasmi kuman penyebab secepat
mungkin, tindakan operasi pada saat yang tepat bila diperlukan. Mengobati kompliikasi
yang terjadi.
Sasaran pengobatan adalah eradikasi total organisme penyerang melalui dosis adekuat
agen antimicrobial yang sesuai.
1. Isolisasikan organisme penyebab melalui seri kultur darah. Kultur darah dilakukan
untuk membantu perjalanan terapi.
2. Setelah pemulihan dari proses infeksi, kerusakan katub serius mungkin
membutuhkan pengganti katub.
3. Suhu tubuh pasien dipantau untuk keefektifan pengobatan.

Penatalaksanaan medis umum:


a. Tirah baring
b. Farmakoterapi: antibiotic (vancomycyn, khususnya untuk streptokokus viridians).
c. Penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotic intravena dosis tinggi
selama minimal 2 minggu. Pemberian antibiotik saja tidak cukup pada infeksi katub
buatan.

Pengobatan suportif.

Ini perlu diberikan selain pengobatan pokok; pengobatan suportif ini justru sering
menentukan keberhasilan pengobatannya:

(1) Diet tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral


(2) Perbaikan anemia dan penurunan laju endap darah
(3) Pada pemberian antibiotika dosis tinggi perlu memperhatikan kadar elektrolit
dalam darah sehubungan dengan adanya natrium dan kalium di dalam antibiotik.
(4) Bila ada gagal jantung diberikan digitalis dan diuretikum
(5) Diberikan kortikosteroid bila ada tanda hipersensitif terhadap penisilin atau
antibiotika lainnya dan pada komplikasi penyakit jantung reumatik aktif
(6) Istirahat mutlak sampai gejala hilang, mengingat jantung yang hiperaktif akan
mempermudah terjadinya embolus.
(7) Bila suhu meningkat lagi selama masih dalam pengobatan perlu pemikiran
kemungkinan karena:
 Pengobatan yang tidak adekuat
 Tromboflebitis
 Embolus
 Metastasis supuratif
 Drug fever
 Infeksi berulang

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian Primer:
a. Airway
Yang perlu diperhatikan yaitu:
1) Ada tidaknya sumbatan jalan napas
2) Distress pernapasan
3) Kemungkinan fraktur servikal
4) Sumbatan jalan napas total:
a) Pada pasien sadar : memegang leher, gelisah, sianosis.
b) Pasien tidak sadar : tidak terdengar suara nafas dan sianosis.

b. Breathing
Yang perlu diperhatikan yaitu:
1) Frekuensi napas
2) Suara pernapasan
3) Adanya udara keluar dari jalan napas
Cara pengkajian:
1) Look : lihat pergerakan dada, irama, kedalaman, simetris atau tidak, dyspnea. Lihat juga
apakah kesadaran menurun, gelisah, adanya jejeas diatas clavikula, serta adanya
penggunaan otot tambahan.
2) Listen : dengan atau tanpa stetoskop apakah ada suara tambahan.
3) Feel

c. Circulation
Yang perlu diperhatikan yaitu:
1) Ada tidaknya denyut nadi karotis
2) Ada tidaknya tanda-tanda syok
3) Ada tidaknya perdarahan eksternal

Pengkajian sekunder, meliputi:


a. Identitas klien
b. Penanggung jawab
c. Riwayat penyakit
d. SAMPLE (Sign and Symptoms, Allergy, Medication, Past Medical History, Last meal,
Event leading).
e. Metode untuk pengkajian nyeri : PQRST
f. Psikososial
g. Pemeriksaan penunjang

Data Demografi/ identitas:

1. Umur (usia> tua)


 Murmur jantung
 Aritmia
 Tekanan darah mneingkat
 Nadi perifer cenderung lemah
 Intoleransi aktivitas
2. Suku bangsa
3. Pekerjaan

 Pekerja berat
 Stress tinggi
4. Lingkungan/ tempat tinggal

 Mempengaruhi pola hidup dan konsumsi makanan

Pengkajian data dasar

Riwayat atau adanya faktor- faktor resiko:

a) Penyakit jantung bawaan


b) Riwayat bedah jantung
c) Pemakaian obat-obatan intravena yang sembarangan
d) Prosedur diagnosa kardiovaskuler sebelumnya yang bersifat invasive

Pemeriksaan fisik

Berdasarkan pengkajian status kardiovaskuler dan survei umum kemungkinan menunjukkan:

- Tiga kelompok besar anemia, demam intermitten dan murmur systole (dengan stenosis
aorta infusiensi tricuspid atau infusiensi mitral) atau murmur diastolic (dengan isufiensi
aorta stenosis tricuspid atau stenosis mitral)
- Atralgia
- Anoreksia dan kehilangan berat badan
- Lelah
- Spelenomegali
- Lesi vaskuler
- Nodus osler(nyeri, adanya nodul merah dikulit)
- Lesi janeways (datar, tidak ada nyeri, bintik- bintik merah yang ditemukan ditelapak kaki
dan ditelapak tangan yang menjadi pusat karena tekanan)
- Ptekia

2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleran aktivitas b/d penurunan curah jantung akibat infeksi endokarditis.
b. Ansietas b/d ancaman terhadap kematian mendadak, kurang pengetahuan tentang
kondisinya.
c. Gangguan pola tidur b/d menggigil (demem), berkeringat sebagai akibat dari infeksi.
d. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah b/d koping
yang tidak efektif dalam mengatasi perubahan – perubahan gaya hidup.

3. Rencana Keperawatan

a. Intoleran aktivitas b/d penurunan curah jantung akibat infeksi endokarditis.


Rencana tujuan : pasien mampu mendemonstrasikan daya tahan terhadap aktivitas
Rencana tindakan :
1. Pantau toleransi terhadap aktivitas.
2. Periksa denyut nadi sebelum dan sesudah aktivitas.
3. Rencaakan aktivitas yang memungkinkan untuk periode istirahat.
4. Kurangi aktivitas pasien.
5. Bantu aktivitas sehari – hari sesuai keperluan .
6. Anjurkan pasien untuk tirah baring.
Rasionalisasi :
1. Ketahanan fisik dapat ditingkatkan ketika aktivitas yg dilakukan bertambah.
2. Intervensi ini sebagai indikasi bahwa pasien mempunyai batas aktivitas max.
3. Tirah baring mengurangi beban kerja jantung dengan mengurangi energi .yang
dibutuhkan tubuh.

b. Ansietas b/d ancaman terhadap kematian mendadak, kurang pengetahuan


tentang kondisinya.
Rencana tujuan : Rasa cemas pasien berkurang dengan kriteria ekspresi wajah rileks,
ps mengerti tentang kondisinya.
Rencana tindakan :
1. Jelaskan kepada pasien tentang keadaanya.
2. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
3. Alihkan perhatian pasien.
4. Libatkan keluarga dalam keperawatan.
5. Ciptakan lingkungan yang tenang.
6. Konsulkan pada dokter jika pasien tetap cemas.
Rasionalisasi :
1. Kecemasan menimbulkan suatu stres tambahan terhadap keadaan jantung.
2. Keluarga adalah orang terdekat dari pasien yang mengerti benar tentang
keadaan pasien sehingga keluarga mampu memberi dukungan mental kepada
pasien.

c. Gangguan pola tidur b/d menggigil (demem), berkeringat sebagai akibat dari
infeksi.
Rencana Tujuan : Kebutuhan istirahat tidur pasien terpenuhi dengan kriteria pasien
tidak menggigil dan keringat berkurang, suhu 36 - 37º C.
Rencana Tindakan :
1. Observasi suhu tubuh.
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman (tempat tidur, pakaian).
3. Anjurkan pasien untuk menggunakan selimut tipis.
4. Lakanakan terapi dari dokter.

d. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah b/d


koping yang tidak efektif dalam mengatasi perubahan – perubahan gaya hidup
Rencana tujuan : Pasien mau melaksanakan perawatannya dirumah dengan kriteria
pasien dapat menerima tanggung jawab untuk melakukan perawatan diri sendiri, pasien
mau shering dengan petugas kesehatan, tentang perasaan dan masalah-masalah
perubahan gaya hidupnya.
Rencana tindakan :
1. Yakinkan pada pasien untuk segera menghubungi dokter jika terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
2. Jelaskan pada pasien bahwa perawatan sangat diperlukan .
3. Anjurkan pasien untuk check up.
Rasionalisasi :
1. Kesanggupan melakukan pengobatan bertambah setelah pasien memahami
keterkaitan antara kondisi kesehatan dan penanganannya.
2. Dengan check up untuk menghindari kemungkinan terinfeksi kembali.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Endokarditis bakterialis ialah infeksi kuman yang menyerang katup jantung, endokardium,
dan epitel pembuluh darah yang disebabkan oleh berbagai kuman dan beberapa penyakit
dasar (Ngastiyah,2005).

Kuman penyebab yang sering ditemukan pada biakan darah dengan frekuensi tinggi ialah:

1. Streptococcus viridans (50-60%)

2. Streptococcus anhemolyticus (5-10%)

3. Staphylococcus aureus (10-20%)

4. Kuman lain ataupun jamur tetapi sangat jarang terjadi

Penyakit dasar yang sering menyebabkan endokarditis bakterialis adalah:

(1) Penyakit jantung didapat terutama valvulitis reumatik (80%)

(2) Penyakit jantung bawaan (10%) seperti pada TF, DSV, PS, dan bicuspid aortic valve.

Bakteremia sementara dapat terjadi pada anak normal yang mengalami pencabutan gigi,
operasi, luka pada gusi/gigi atau infeksi fokal lainnya tetapi jarang terjadi endokarditis
bakterialis. Hanya pada endokardium dan katup yang cacat merupakan tempat predileksi.

B. Saran

Untuk menerapkan asuhan keperawatan anak dengan endokarditis bakterialis sebaiknya perawat
mengkaji masalah yang ada pada klien. Disamping itu, pengetahuan, sikap dan keterampilan
perawat juga diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai rencana dan keadaan klien
secara utuh, terencana dan sistematis.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Joewono, Boedi Soesetyo. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovasculer. Jakarta: Salemba Medika

Rilantono, Lily Ismuldiati . 1996. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Idonesia.

Smeltzer C suzanne, Bare Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.. Jakarta : EGC

Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Dajani AS. Endocarditis. Dalam: Gessner IH, Victorica BE, penyunting. Pediatric cardiology.
Philadelphia,WB. Saunders Company, 1993, 221- 228 18.

Brook MM. Pediatric bacterial endocarditis: treatment and prophylaxis. Pediatr Clin North
Am 1999;46:

Anda mungkin juga menyukai