Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“Pemeriksaan Head To Toe”

Niara Aisyah Maharani 20170303009


Qorien Husnul 2017 0303035
Rica Adea Rizky 2017 0303 049

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengkajian
Pemeriksaan Fisik”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi besar,
Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Dengan harapan makalah “Pengkajian Pemeriksaan Fisik” ini bisa menambah
pengetuahuan, menambah wawasan dan mendatangkan manfaat.
Kami menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah
yang bersangkutan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik lagi
di masa yang akan datang. Aamiin.

Penyusun,

Jakarta, 12 September 2019


DAFTAR ISI

Kata Pengatar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang 1
1.3. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN TEORI 2


2.1.Definisi Pemeriksaan Fisik 2
2.2.Tujuan dan Manfaat dari Pemeriksaan Fisik 2
2.3. Metode dan Teknik Pemeriksaan Fisik 3
2.4. Tanda- Tanda VitalPemeriksaan Head to Toe 4

BAB III PEMBAHASAN 24

BAB IV PENUTUP 26
3.1.Kesimpulan 26
3.2. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
dalam memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan
dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak.Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui apa yang disebut dengan pemeriksaan fisik.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa saja teknik atau metode dalam pemeriksaan fisik.
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk tanda-tanda vital dan bagaimana cara
pemeriksaan tanda-tanda vital.
3. Untuk mengetahui apa itu pemeriksaan head to toe dan bagaimana pemeriksaan head
to toe.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah memeriksa tubuh dengan atau tanpa alat untuk tujuan
mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya.
Adapun definisi Pemeriksaan Fisik menrut para ahli diantaranya adalah :
1. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap system
tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk
mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang
diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut. ( Potter dan Perry, 2005 ).
2. Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu
yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010 ).
3. Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari
suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk
(perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). ( Raylene M Rospond,2009; Terj D. Lyrawati,2009 ).

2.2 Tujuan dan Manfaat dari Pemeriksaan Fisik

1. Tujuan Pemeriksaan Fisik


Secara umum, pemeriksaanfisik yang dilakukan bertujuan:
a. Untukmengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
b. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
c. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
d. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
e. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

2. Manfaat Pemeriksaan Fisik


a. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
b. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
c. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.
d. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

2.1 Metode danteknik pemeriksaan fisik

1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan
penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien.Suatu gambaran atau
kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk.Pemeriksaan kemudian maju ke suatu
inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan
alat khusus seperti optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain (Laura A.Talbot dan Mary
Meyers, 1997). Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/ pembengkakan. setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil
normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan
tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997).
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba; tangan dan jari-jari,
untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran,
kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau
massa, edema, krepitasi dan sensasi.

3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur
di bawahnya (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara,
yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan (Dewi Sartika,
2010).

4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam
organ dan jaringan tubuh (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,6666 1997).
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal
yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010)

2.2 Pemeriksaan fisik

a. Kulit kepala
Seluruh kulit kepela diperiksa. Sering terjadi pada penderita yang datang dengn cendera
ringan. Tiba-tiba ad darah di lantai yang berasal dari bagian belakang kepala penderita.
Lakukan inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan wajah untuk adanya pigmentasi
laserasi,massa , kontusio, fraktur dan luka termal ruam , perdarahan. Nyeri tekan serta
adanya sakit kepala ( delp & manning. 2004)
b. Wajah
Ingat prinsip look listen feel . inpeksi adanya kesemeterian kanan dan kiri. Apabila
terdapat cedera di sekitar mata jangan lalai memeriksa mata . karena pembengkakn di
mata akan menyebabkan pemeriksaan mata selanjutnya menjadi sulit. Re evaluasi tingkat
kesadaran dengan skor GCS.
1) Mata : periksa kornea aada oedera atau tidak, ukuran pupil apakah isokor atau
anisokor serta bagaimana reflex cahayanya. Apakah pupil mengalami miosis atauu
midriasis, adanya ikterus, ketajaman mata (maciess visus dan acies campus) apakah
kunjungtivanya anemis atau adanya kemerahan, rasa nyeri , gatal-gatal, ptosis,
exophthalmos, suboonjunctival perdarahan, serta diplopia
2) Hidung : pemeriksaan adanya perdarahan,perasaan nyeri, penyumbatan
penciuman, apabila ada deformitas (pembengkokan) lakukan palpasi akan
kemungkinan krepitasi dari suatu fratur.
3) Telelinga : periksa adanya nyeri, tinnitus, pembengkakan, penurunan atau hilangnya
pendengaran, periksa dengan senter mengenai keuntuhan membrane timpani atau
adanya hemotimpanum
4) Rahang atas : periksa stabilitas rahang atas
5) Rahang bawah : periksa akan adanya fraktur
6) Mulut dan faring : inspeksi pada bagian moosa terharhadap tekstur,warna,
kelembaban, dan adanya lesi : amati lidah testestur ,warna kelembaban. Lesi apakah
tosil meradang. Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/
tumor. Pembengkakan dan nyeri. Inspeksi amati adanya tosil meradang atau tidak (
tonsillitis/amandel) palpaso adanya respon nyeri
c. Vertebra servikalis dan leher
Pada saat memeriksa leher, periksa adanya deformitas tulang atau
krepitasi,edema,ruam ,lesi dan massa. Kaji adanya keluhan disfagia (kesulitan
menelan) dan suara serak harus diperhatikan. Oedera tumpul dan tajam. Deviasi
trakea,dan pemakaian otot tambahan. Palpasi aka nada nya nyeri deformitas,
pembekakan. Emfise subkutan. Deviasi trakea, kekakuan pada leher dan simetris
pulsasi. Tetap jaga imobilisasi segaris dan proteksi servikal. Jaga airway
pernafasan. Dan oksigenasi . kontrol perdahan,oegah kerusakan sekunder
d. Toraks
Inspeksi : inspeksi dinding dada bagian depan,samping dan belakang untuk adanya
trauma tumpul/tajam,luka,lecet,memar,ruam, ekimosis, bekas luka, frekuensi dan
kedalaman pernafasan, kesimetrisan expansi dinding dada. Penggunaan otot pernafasaan
tambahan dan ekspansi toraks bilateral,apakah terpasang paoe maker, frekuensi dan irama
denyut jantung, (Lombardo,2005)
Palpasi : seluruh dinding dada untuk adanya trauma tajam/tumpul emfisema
subkutan,nyeri tekan dan krepitasi.
Perkusi : untuk mengetahui kemungkinan hipersonor dan keredupan
Auskultasi : suara napas tambahan (apakah ada ronki,wheezing,rales) dan bunyi jantung
(murmur,gallop,friction rub)
e. Abdomen
Cedera intra-abdomen kadang-kadang luput terdiagnosis, misalnya pada keadaan
cedera kepala dengan penurunan kesadaran,fraktur vertebra dengan kelumpuhan
(penderita tidak sadar akan nyeri perutnya dan gejala defans otot dan nyeri tekan/lepas
tidak ada). Inspeksi abdomen bagian depan dan belakang. Untuk adanya trauma
tajam,tumpul dan adanya perdarahan internal,adakah distensi, abdomen. Asites,luka
lecet,memar,ruam,massa,denyutan, benda tertusuk eochymosis,bekas luka,dan stoma.
Auskultasi bising usus, perkusi abdomen,untuk mendapatkan,nyeri lepas (ringan). Palpasi
abdomen untuk mengatahui adakah kekakuan atau nyeri tekan.
Hepatomegali,splenomegali,defansmuskuler,nyeri lepas yang jelas atau uterus yang
hamil. Bila ragu akan adanya perdarahan intra abdominal,dapat dilakukan permeriksaan
DPL (diagnostic peritoneal lavage,ataupun USG (ultra sonography). Pada perforasi organ
berlumen misalnya usus halus gejala mungkin tidak akan Nampak dengan segera karena
itu memerlukan re-eveluasi berulang kali pengeolalannya dengan transfer penderita
keruang operasi bila diperlukan (Tim YAGD 188,2010)
f. Pelvis (perlneum/rectum/vagina)
Cedera pada pelvis yang berat akan Nampak pada pemeriksaan fisik (pelvis
menjadi stabil) pada cedera berat ini kemungkinan penderita akan masuk dalam keadaan
syok, yang harus segera diatasi,bila ada indikasi pasang PASG gurita untuk mengontrol
perdarahan dari fraktur pelvis ( Tim YAGD 118,2010)
Pelvis dan perineum diperiksa akan adanya luka,laserasi,ruam,lesi,edema,atau
kontusio,hematoma,dan perdarahan uretra. Colok dubur harus dilakukan sebelum
memasang kateter uretra. Harus diteliti akan kemungkinan adanya darah dari lumen
rectum. Prostat letak tinggi, adanya fratur pelvis, untuh tidaknya rectum dan tonus
musculo sfinkter ani. Pada wanita, pemeriksaan vegina dapat menentukan adanya darah
dalam vagina atau laserasi,jika terdapat perdarahan vagina dicatat,karakter dan jumlah
kehilangan darah harus dilaporkan (pada tampon yang penuh memegang 20 sampai 30
mL darah). Juga harus dilakukan tes kehamilan pada semua wanita usia subuh.
Permasalahan yang ada adalah ketika terjadi kerusakaan uretra pada wanita. Walaupun
jarang dapat terjadi pada fraktur pelvis dan straddis injury. Bila terjadi kelainan ini sulit
dikenalin, jika pasien hamil,denyut jantung janin ( pertama kali mendengar dengan
Doppler ultrasonogafi pada sekitar 10 samai 12 kehamilan minggu) yang dinilai untuk
frekunsi,lokasi,dan tempat. Pasien dengan keluhan kemih harus ditanya tentang rasa sakit
atau terbakar dengan buang air kecil , frekuensi,hematuria. Kencing berkurang sebuah
sampel urine harus diperoleh untuk analisis (diklat RSUP Dr.M.Djamil,2006)
g. Ekstremitas
Pemeriksaan dilakukan dengan look-feel-move. Pada saat inspeksi jangan lupa
untuk meriksa adanya luka dekat daerah fraktur (fraktur terbuak). Pada saat palpasi jangn
lupa untuk memeriksa denyut nadi distal dari fratur pada saat menggerakkan, jangan
dipaksakan bila jelas fraktur. Sindroma kompartemen (tekanan intra kompartemen dalam
ekstremitas meninggi sehingga membahayakan aliran darah). Mungkin luput terdiagnosis
pada penderita dengan penurunan kesadaran atau kelumpuhan (Tim YAGD 199,2010)
inspeksi pula adanya kemerahan , edema, ruam,lesi, gerakan dan sensasi harus
diperhatikan paralisis, atropi/hipertropi otot, kontaktur, sedangkan pada jari-jari periksa
adanya clubbing finger serta catat adanya nyeri tekan,dan hitung berapa dektik kapiler
refill(pada pasien hypoxia lambat s/d 5-15detik.
Penilaian pulsasi dapat menentukan adanya gangguan vascular. Perlukaan berat pada
ekstremitas dapat terjadi stabil,kerusakakn otot-tendonakan menggagu pergerakan.
Gangguan sensasi dan/atau hilangnya kemampuan kontraksi otot dapat disebabkan oleh
syaraf perifer atau iskemia. Adanya fratur torako lumbal dapat dikenal pada pemeriksaan
fisik dan riwayat trauma. Perlukaan bagian lain mungkin menghilangkan gejala fraktur
torako lumbal,dan dalam keadaan ini hanya dapat didiagnosa dengan foto rongent.
Pemeriksaan muskuloskletal tidak lengkap bila belum dilakukan pemeriksaan punggung
penderita. Permsalahan yang mucul adalah
1. Perdarahan diri fratur pelvis dapat berat dan sulit dikontrol,sehingga terjadi syok yang
dapat berakibat fatal
2. Fraktur pada tangan dan kaki sering tidak dikenal apa lagi pernderita dalam keadaan
tidak ada. Apa bila kemudian kesadaran putih kembali berulah kelainan ini dikenal
3. Kerusakan jaringan lunak sekitar sendiri sering kali baru dikenal setelah penderita
mulai sadar kembali (diklat RSU,Dr,Djamil 2006)
h. Bagian punggung
Memeriksaan punggung dilakukan dengan log roll, memiringkan penderita
dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh . pada saat ini dapat dlakukan pemeriksaan
punggung ( TIM YAGD 118,2010). Periksa adanya perdarahan, lecet,luka,
hematoma,eochymosis,ruam lesi dan edema serta nyeri begitu pula dengan kolumna
wertebra periksaan adanya deformitas
i. Neurologis
Pemeriksaan neurologis yang diteliti meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran,
ukuran dan reaksi pupil, pemeriksaan motorik dan sendorik. Perubahan dalam status
neirologis dapat dikenal dengan pamakian GCS. Adanya paralisis dapat disebabkan oleh
kerusakan kolumna vertebralis atau saraf perifer.imobilisasi penderita dengan short atau
long spine board, Kolar servikal. Kesalahan yang sering dilakukan adalah melakukan
fiksasi terbatas kepada kepala dan leher saya, sehinggap pendetita masih dapat bergerak
dengan leher sebagai sambu. Kelsalah bahwa seluruh tubuh penderita memelurkan
imobilisasi. Bila ada trauma kepala,diperlukan konsultasi neurologis. Harus dipantau
tingkat kesadaran penderita,karena merupakan gambaran perlukaan intra cranial. Bila
terjadi penurunan kesadaran akibat gangguan neurologis,harus diteliti ulang perfusi
okksigenasi,dan ventilaasi (ABC). Perlu adanya tindakan bila ada perdarahan epidural
sabdural atau fraktur kompresi ditentukan ahli bedah syarah (Diklat RSUP
DR.M.Djamil,2006)
Pada pemeriksaan neurologis,inspeksi adanya
kejang,rwitching,panese,hemiplegic,atau hemipanrese(gangguan pergerakan)distaksia
(kesukaran dalam mengkoordinasi otot) rangsangan meningeal dan kaji pula adanya
vertigo dan respon sensori
e. Pemeriksaan Kulit, Rambut Dan Kuku
1. Kulit
Pemeriksaan kulit bertujuan untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit,
serta untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka. Tindakan yang dilakukan dalam
pemeriksaan kulit yaitu dengan cara:
a) Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna
kehitaman/kecoklatan), edema, dan distribusi rambut kulit.
b) Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar
/halus, suhu : akral dingin atau hangat.

2. Rambut
Pemeriksaan rambut bertujuan untuk mengetahui warna, tekstur dan
percabangan pada rambut serta untuk mengetahui mudah rontok dan kotornya
rambut. Tindakan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan rambut yaitu dengan
:
a) Inspeksi: disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang.
b) Palpasi: mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus.
3. Kuku
Pemeriksaan kuku bertujuan untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang
dan untuk mengetahui kapiler refill. Tindakan yang dapat dilakukan dalam
pemeriksaan kuku yaiu dengan cara :
a) Inspeksi: catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas
Hb, bentuk: clubbing karena hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada
penyakit difisisensi fe/anemia fe.
b) Palpasi: catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada
pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik.

f. Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan kepala bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala serta untuk
mengetahui luka dan kelainan pada kepala. Tindakan yang apat dilakukan dalam pemeriksaan
kepala yaitu dengan cara:
a. Inspeksi: Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke
kanan atau ke kiri itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
b. Palpasi: Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala
sesuai kebutuhan.
g. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan mata bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan
pengelihatan, visus dan otot-otot mata) dan untuk mengetahui adanya kelainan atau peradangan
pada mata. Tindakan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan mata dapat dilakukan dengan
cara:
a. Inspeksi : Kelopak mata ada radang atau tidak, kesimetrisan kanan dan kiri, reflek kedip
baik/tidak, konjungtiva dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor kanan atau kiri (normal),
miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek SOL), medriasis/melebar/dilatasi (pada
pasien sudah meninggal).
b. Inspeksi Gerakan Mata
1. Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan.
2. Amati adanya nistagmus atau gerakan bola mata ritmis (cepat/lambat).
3. Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada yang deviasi.
4. Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala
pasien tetap lalu gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.
c. Inspeksi Medan Pengelihatan
1. Berdirilah didepan pasien.
2. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di periksa.
3. Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik
pandang, misal: pasien disuruh memandang hidung pemeriksa.
4. Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa kemudian
tarik atau jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan
dititik mana benda mulai tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil
akurat).
d. Pemeriksaan Visus Mata
1. Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar).
2. Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai
kebijakkan masing ada yang 6 dan 7 meter).
3. Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas.
4. Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri.
5. Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar
sampai yang terkecil yang dapat dibaca dengan jelas oleh pasien.
6. Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.
e. Palpasi
Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler) jika ada
peningkatan akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya
nyeri tekan.
h. Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan hidung bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung serta untuk
mengetahui adanya inflamasi/sinusitis. Tindakan yang dapat dilkakukan dalam pemeriksaan yaiu
dengan cara:
1. Inspeksi: melihat kesimetrisan hidung, melihat ada atau tidak inflamasi, dan secret.
2. Palpasi: apakah ada nyeri tekan, massa.
i. Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan telinga bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga dan untuk mengetahui fungsi pendengaran. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
cara:
1. Inspeksi dan Palpasi telinga baik luar dan dalam
telinga luar:
a) Inspeksi: melihat kesimetrisan daun telinga, warna, ukuran, bentuk, kebresihan,
adanya lesy.
b) Palpasi: menekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan
kartilago.
telinga dalam:
Untuk dewasa : daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
Untuk anak : daun telinga ditarik kebawah

2. Pemeriksaan Pendengaran
a. Pemeriksaan dengan Bisikan
1. Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.
2. Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak
diperiksa.
3. Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”
4. Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar.
5. Melakukan pemeriksaan telinga yang satu.
6. Bandingkan kemempuan mendengar telinga kanan dan kiri.
b. Pemeriksaan dengan Arloji
1. Mengatur susasana tenang.
2. Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.
3. Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar suara detak arloji.
4. Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi telinga dan suruh pasien
menyatakan tak mendengar lagi.
5. Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.
c. Pemeriksaan dengan Garpu Tala
1. Tes Rinne
a) Pegang garpu tala (gt) pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan.
b) Letakkan gt pada prosesus mastoideus klien.
c) Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa sewaktu tidak merasakan
getaran.
d) Kemudian angkat gt dengan cepat dan tempatkan didepan lubang telinga luar
jarak 1-2 cm, dengan posisi parallel dengan daun telinga.
e) Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengara atau tidak.
f) Mencatat hasil pemeriksaan.

2. Tes weber
a) Pegang gt pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan atau jari.
b) Letakkan tangkai gt di tengah puncak kepala/os. Frontalis atas.
c) Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas antara telinga kana
dan kiri atau hanya jelas pada satu sisi saja.
d) Mencatat hasil pemeriksaan.
3. Tes Swebeck
Digunakan untuk mengetahui atau membandingkan pendengaran pasien
dengan pemeriksa, dengan cara mendekatkan gt pada telinga klien kemudian
dengan cepat di dekatkan ke telinga pemeriksa.
j. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Pemeriksaan mulut dan faring bertujuan untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
dan untuk mengetahui kebersihan mulut. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara:
a. Inspeksi: melihat dan mengamati bibir apa ada kelainan kogenital (bibir sumbing), warna,
kesimetrisan, kelembaban, pembengkakkan, lesi. mengamati jumlah dan bentuk gigi, gigi
berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
Cara inspeksi mulut dalam dan faring:
a) Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan adanya
lesi.
b) Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi.
c) Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian
minta klien menjulurkan lidah dan berkata “ah” amati ovula/epiglottis simetris tidak
terhadap faring, amati tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
b. Palpasi: pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor,
pembengkakkan dan nyeri. Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari telunjuk
dengan memekai handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata “el” sambil
menjulurkan lidah, pegang ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk,
posisi ibu jari menahan dagu. catat apakah ada respon nyeri pada tindakan tersebut.

k. Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan leher bertujuan untuk menentukan struktur integritas leher, untuk mengetahui
bentuk leher dan organ yang berkaitan,dan untuk memeriksa sistem limfatik. Pemeriksaanya
dapat dilakukan dengan cara
a. Inspeksi: melihat dan mengamati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, ada atau
tidaknya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan ada atau tidaknya massa, kesimeterisan
leher dari depan, belakang dan samping kanan dan kiri.
b. Palpasi: letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan
adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.).

l. Pemeriksaan Dada ( Thorax )


Pemeriksaan paru/pulmonalis bertujuan untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi
paru, frekuensi, irama pernafasan, adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema, taktil
fremitus, batas paru dengan organ disekitarnya, dan untuk mendengarkan bunyi paru / adanya
sumbatan aliran udara. Pemeriksaan dilakukan dengan cara:
a. Inspeksi: Amati kesimetrisan dada kanan dan kiri, amati adanya retraksi interkosta, amati
gerakkan paru, dan amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
b. Palpasi Ekspansi Paru:
1. Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla,
anjurkan pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru kiri dan kanan.
2. Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa
ke-10, ibu jari kanan dan kiri di dekatkan jangan samapai menempel, dan jari-jari di
regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas dalam dan
amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau tidak.
c. Palpasi Taktil Vremitus Posterior dan Anterior:
1. Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi supra
scapula (posisi posterior) .
2. Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada rendah).
3. Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa
mengerakkan ke posisi ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi
vertebra thoraxkal ke-12.
4. Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru.
5. Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah.
6. Ulangi/lakukkan pada dada anterior.
d. Pe/Perkusi
1. Atur pasien dengan posisi supinasi
2. Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5
tentukkan batas paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru
hepar dan jantung: redup)
3. Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.

e. Aus/auskultasi
1. Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak
2. Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan
kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels
m. Pemeriksaan Jantung/Cordis
Pemeriksaan Jantung/Cordis dapat dilakukan dengan cara:
a. Inspeksi: Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm
disamping bawah xifoideus.
b. Palpasi: Merasakan adanya pulsasi
1. Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan
spasium interkosta ke-2 kiri letak pulmonal kiri.
2. Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area
trikuspidalis/ventikuler amati adanya pulsasi.
3. Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri
dimana akan ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal
impuls) temukkan pulsasi kuat pada area ini.
4. Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah
sternum.
c. Perkusi
1. Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri.
2. Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung
kanan.
3. Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung.
4. Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.
d. Auskultasi
1. Menganjurkkan pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi selesai.
2. Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5
sambil menekan arteri carotis.
 Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral
(bikuspidalis) dan tikuspidalis pada waktu sistolik.
 Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris
(aorta dan pulmonalis) pada saat diastolic.
 Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE…” S4: pada pasien
hipertensi “DEE..-LUB-DUB”.

n. Pemeriksaann Perut atau Abdomen


Pemeriksaann perut atau abdomen bertujuan untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan
perut, untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus, dan untuk mengetahui respon nyeri tekan pada
organ dalam abdomen. Tindakan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan perut atau abdomen
yaitu dengan cara:
a. Inspeksi: Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan,
adanya ketidak simetrisan, adanya asites.
b. Palpasi :
1. Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan
telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai
kuadran.
2. Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan
metode bimanual/2 tangan.
o. Pemeriksaan Hepar
Pemeriksaan hepar dilakukan dengan cara:
a. Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan,
kira;kira pada interkosta ke 11-12.
b. Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji
hepatomegali.
p. Pemeriksaan Limpa
Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar
a. Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta
pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa.
b. Pada orang dewasa normal tidak teraba.
q. Pemeriksaan Renalis
Pemeriksaan renalis dapat dilakukan dengan cara:
a. Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4
dibawah kosta kanan.
b. Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
c. Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk,
kontur, ukuran, dan respon nyeri.
r. Pemeriksaan Genetalia
Pemeriksaan Genetalia bertujuan untuk mengetahui adanya lesi, untuk mengetahui adanya
infeksi (gonorea, shipilis, dll), dan untuk mengetahui kebersihan genetalia. Tindakan yang
dilakukan dalam pemeriksaan genetalia yaitu dengan cara:

a. Genetalia laki-laki
1. Inspeksi: Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain. Pada penis yang tidak
di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi, amati skrotum apakah
ada hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran
2. Palpasi: Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya nyeri dan tekan
saluran sperma dengan jari dan ibu jari
b. Genetalia wanita:
1. Inspeksi: Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak, amati adanya lesi,
eritema, keputihan/candidiasis
2. Palpasi: Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk mengetahui
keadaan clitoris, selaput dara, orifisium dan perineum.

s. Pemeriksaan Rektum dan Anal


Pemeriksaan Rektum dan Anal bertujuan untuk mengetahui kondisi rectum dan anus, untuk
mengetahui adanya massa pada rectal, dan untuk mengetahui adanya pelebaran vena pada
rectal/hemoroid. tindakan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan rektum dan anal ini yaitu
dengan memposisi kanpria sims/ berdiri setengah membungkuk, wanita dengan posisi litotomi/
terlentang kaki di angkat dan di topang.
1. Inspeksi: jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji adanya lesi dan ulkus.
2. Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan jari-jari ke rectal dan rasakan adanya
nodul dan atau pelebaran vena pada rectum.

t. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Pemeriksaan Muskuloskeletal bertujuan untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang
dan persendian serta untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan gangguan-gangguan pada
daerah tertentu. Tindakkan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan muskuloskeletal adalah:
a. Muskuli/otot
1. Inspeksi: Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika
ada perbedaan dengan meteran).
2. Palpasi: Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya
kelemahan dan kontraksi tiba-tiba.
3. Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan
pemeriksa dan bandingkan tangan kanan dan kiri.
4. Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan
bawah, suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari
yang lemah sampai yang terkuat amati apakah pasien bisa menahan.

b. Tulang/ostium
1. Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
2. Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakan
c. Persendiaan/articulasi
1. Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
2. Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan.
3. Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll).
u. Pemeriksaan Sistem Neurologi
Pemeriksaan sistem neurologi bertujuan untuk mengetahui integritas sistem persyrafan
yang meliputi fungsi nervus cranial, sensori, motor dan reflek. Tindakkan yang dapat dilakukan
dalam pemeriksaan sistem neurologi yaitu dengan cara:
a. Pengkajian 12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)
1. Olfaktorius/penciuman
Yaitu dengan meminta pasien membau atau mencium aroma kopi dan vanilla atau
aroma lain yang tidak menyengat. Apakah pasien dapat mengenali aroma.
2. Opticus/pengelihatan
Yaitu dengan meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan mengenali benda-benda
disekitar, jelas atau tidaknya
3. Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil
Yaitu dengan mengkaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya dan
akomodasinya.
4. Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan bawah
Yaitu dengan mengkaji arah tatapan, minta pasien melihat ke atas dan bawah.
5. Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang
Yaitu dengan menyentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk menguji reflek
kornea (reflek nagatif (diam)/positif (ada gerkkan), mengukur sensasi dari sentuhan ringan
sampai kuat pada wajah, mengkaji nyeri menyilang pada kuit wajah, dan mengkaji
kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat mempalpasi otot-otot rahang.
6. Abdusen/gerakkan bola mata menyamping
Yaitu dengan menkaji arah tatapan, dan meminta pasien melihat kesamping kiri dan
kanan.
7. Facial/ekspresi wajah dan pengecapan
Yaitu dengan meminta klien tersenyum, mengencangkan wajah, mengembungkan pipi,
menaikkan dan menurunkan alis mata, dan melihat kesimetrisannya.
8. Auditorius/pendengaran
Yaitu dengan mengkaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, dan menyuruh klien
mengulangi kata/kalimat.
9. Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan lidah
Yaitu dengan meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin, pada bagian pangkal
lidah, dan gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan “reflek gag” serta meminta klien
untuk mengerakkan lidahnya.
10. Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara
Yaitu dengan menyuruh pasien mengucapkan “ah”, dan menkaji gerakkan palatum dan
faringeal serta memeriksa kerasnya suara pasien.
11. Asesorius/gerakan kepala dan bahu
Yaitu dengan meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah yang
ditahan oleh pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan yang ringan.
12. Hipoglosal/posisi lidah
Yaitu dengan meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah dan
menggerakkan ke berbagai sisi.

b. Pengkajian syaraf sensori


1. Minta klien menutup mata
2. Berikkan rasangan pada klien:
 Nyeri superficial: Gunakkan jarum tumpul dan tekankan pada kulit pasien pada titik-
titik yang pemeriksa inginkan, minta pasien untuk mengungkapkan tingkat nyeri dan di
bagian mana
 Suhu: Sentuh klien dengan botol panas dan dingin, suruh pasien mengatakkan sensasi
yang direasakan.
 Vibrasi: Tempelkan garapu tala yang sudah di getarakan dan tempelkan pada
falangeal/ujung jari, meminta pasien untuk mengatakkan adanya getaran.
 Posisi: Tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan gerakkan naik-turun kemudian
berhenti suruh pasien mengtakkan diatas/bawah.
 Stereognosis: Berikkan pasien benda familiar ( koin atau sendok) dan berikkan waktu
beberapa detik, dan suruh pasien untuk mengatakkan benda apa itu.

c. Pengkajian Reflex:
1. Refleks Bisep
 Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan
pronasi (menghadap ke bawah).
 Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-
jari lain diatas tendon bisep.
 Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer, kaji refleks.
2. Refleks Trisep
 Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa.
 Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi.
 Meminta pasien untuk merilekkan lengan.
 Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak teggang.
 Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek.
3. Refleks Patella
 Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi.
 Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan di depan dada.
 Pukul tendo patella, kaji refleks.
4. Refleks Brakhioradialis
 Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa.
 Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi.
 Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal dengan bagian datar harmmer, catat
reflex.
e. Reflex Achilles
 Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada
pemeriksaan patella.
 Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan pemeriksa.
 Pukul tendo Achilles, kaji reflek.
f. Reflex Plantar (babinsky)
 Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick
harmmer.
 Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki
sampai dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif
telapak kaki akan tertarik ke dalam.
g. Refleks Kutaneus
1. Gluteal
 Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya.
 Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas.
 Reflek positif spingter ani berkontraksi.
2. Abdominal
 Minta klien berdiri/berbaring.
 Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal ke medial, kaji
gerakkan reflek otot abdominal.
 Ulangi pada ke-4 kuadran (atas kiri dan kanan dan bawah kiri dan kanan).
3. Kremasterik/pada pria
 Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas.
 Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang diransang.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi Pemeriksaan Fisik
Dapat disimpul kan dari beberapa sumber yang membahas mengenai pemeriksaan fisik,
menurut kami pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh secara menyeluruh untuk
mendapatkan informasi subjektif maupun objektif demi memastikan atau membuktikan hasil
anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi
klien dengan metode inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
B. Tujuan dan manfaat pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mengetahui keadaan pasien secara menyeluruh
dari ujung kepala sampai ujung kaki, untuk mendapatkan data yang akan di tinjau lebih lanjut,
dan untuk mengetahui diagnosa klien.
C. Metode pemeriksaan fisik
Metode yang lakukan dalam pemeriksaan fisik ada empat, yaitu : Inspeksi, palpasi,
perkusi, dan Auskultasi.
1. Inspesi
Inspeksi adalah tindakan yang dilakukan pada klien dengan cara melilhat
dan mengevaluasi pasien secara visual untuk mendapatkan data dan
mengkaji/menilai klien.
2. Palpasi
Palpasi merupakan pemeriksaan pasien yang dilakukan dengan menyentuh
atau merasakan keadaan pasien. Palpasi pada permukiaan atau ronga tubuh,
terutama pada abdomen, akan memberikan informasi mengenai posisi, ukuran,
bentuk, konsistensi, dan mobilitas/gerakan komponen-komponen natomi yang
normal, dan apakah terdapat komponen yang abnormal, seperti adanya benjolan-b
enjolan yang seharusnya tidak ada
3. Perkusi
Perkusi adalah tindakan menepuk permukaaan tubuh secara ringan dan
tajam, untuk mengetahui posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau
udara di bawahnya. Menepuk permukaan dapat menghasilkan gelombang suara
atau menghasilkan suara. Pantulan suara dapat berbeda-beda tergantung pada sifat
striktur yang dilewati suara tersebut.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah keterampilan untuk mendengar suara tubuh
pada paru-paru, jantung, pembuluh darah, dan bagian dalam abdomen.
Empat metode tersebut dilakukan dalam pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai
ujung kaki untuk mendapatkan informasi keadaan pasien untuk mendapatkan diagnosa yang
akan diberikan pada pasien. Pemeriksaan fisik sangat penting dilakukan, demi mendapatkan data
pasien yang kongkrit
BAB IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di
rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien.Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan harus
di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk
menegakkan diagnosa keperawatan .memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan,
maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

3.2. Saran

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami
ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara
berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar
DAFTAR PUSTAKA

Admit. Pemeriksaan Fisik. http://jurnalnursingbegin.com/tag/pemeriksaan-fisik/( online) Bates,


Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta.
EGC
E-print book Candrawati. Susiana.Pemeriksaan Fisik system Kardiovaskuler
Dealey, Carol.2005. The Care Of Wound A Guides For Nurses.Navarra.Balckwell
Publishing(online). Kusyanti, Eni,dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta:
EGC.
Diklat RSUP Dr. M. Djamil padang (2006). Pelatihan penanggulangan penderita gawat darueat
(PGD) Dr.M.Djamil.padang

Anda mungkin juga menyukai