INFEKTIF
Oleh :
Fitrah Hayati
H1A012014
Pembimbing :
1
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : H1A012014
Fakultas : Kedokteran
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Ismir Fahri, Sp.Jp(K) FIHA sebagai pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan telah memberikan masukan-masukan, petunjuk serta
bantuan dalam penyusunan tugas ini.
2. Teman teman yang telah memberikan bantuan
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini, maka
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis sangat
Penulis
3
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung sedang
sampai berat dan kematian yang terjadi 85% dari 95 kasus. Gangguan neurolgik
ditemukan pada 40-50% kasus endokarditis infektif berupa gangguan kesadaran.
Emboli terjadi pada 13-35% endokarditis infektif subakut dan 50-60% pada
penderita endokarditis akut. Emboli sering terjadi pada otak, paru, arteri
koronaria, limpa, ginjal, ektremitas, usus mata dan lain-lain. Aneurisma nekrotik
terjadi pada 3-5% endokarditis infektif dan akan mengalami perdarahan.
Untuk mencegah terjadinya endokarditis infektif, tidak semua individu diberikan
antibiotik. Hal ini disebabkan karena penyakit jantung diklsifiksikan menjadi
berisiko tinggi, menengah, atau rendah dalam kemungkinan menimbulkan
endokarditis infektif.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Endokarditis infektif (EI) adalah infeksi pada lapisan sebelah dalam jantung
(endokardium) dan katup jantung. Endokraditis infektif adalah infeksi mikroba
pada permukaan sel endotel jantung. Infeksi bisanya paling sering mengenai ktaup
jantung, namun dapat juga terjadi pada lokasi defek septal, atau korda tendinea,
atau endokardium mural. 1
Lesi yang khas berupa vegetasi, yaitu massa yang terdiri platelet, fibrin,
mikroorganisme dan sel-sel inflasi,dengan ukuran yang bervariasi. Penyebab
tersering EI adalah Streptococci, Staphylococci, Enterococci, dan Cocobasili gram
negatif yang berkembang lambat (fastidious) merupkan penyebab tersering. EI
berdasarkan waku dibagi menjadi EI akut dan kronik. EI akut menunjukan
toksisitas yang nyata dan berkembang dalam beberapa hari smapai beberapa
minggu dan EI subakut berkembang dalam bebrapa minggu smpai beberapa
bulan. 1
2.2 EPIDEMIOLOGI
Insiden EI di negara maju berkisar antara 5,9 sampai 11,6 episode per
100.000 populasi. EI biasanya lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita
dengan rasio 1,6 sampai 2,5. Sekitar 36-75% pasien dengan EI katup asli (native
valve endocariditis) mempuyai faktor predisposi; penyakit jantung rematik,
penyakit jantung kongenital, prolaps katup mitral, penyakit jantung degeneratif,
hipertrofi septal asimetrik atau penyalahgunaan narkoba intravena (PNIV). Sekitar
7-25% kasus melibatkan katup prostetik. Faktor predisposisi tidak dapat
diidentifikasi pada 25-47% pasien.
3
sebagai penyebab kelainan endokard, namun dengan meeningkatnya intervensi
medis, surgikal dan yang penting adalah meningkatnya angka PNIV, maka
kejadian EI karena penyebab diatas makin meningkat. 1
B. Katup buatan
Pada pasien PNIV, lokasi keterlibatan katup pada EI biaasanya paling sering
mengenai sisi kanan jantung sesuai dengan patogenesis penyakit yangbdikaitkan
dengan infeksi drai kulit, kemudian melalui suntikan intravena akn dibawa
mengikuti aloran darh vena menuju sisi kanan jantung.
4
dengan ETNB. Mikroorganisme dapat mencapai ETNB jika mikroorganisme
tersebut resisten terhadap efek antibakteri dan terdapat interaksi molekul
permukaan bakteri (MSCRAMM) dengan fibronektin yang dihasilkan dari
kerusakan endotel. Reseptor untuk fibronekrin terdapat pada Staphylococcus
aureus, streptococcus viridans, Streptococcus grup A dan Gruo C, serta candida
albicans.
2.4 KLASIFIKASI
5
Gambar 2. Klasifikasi IE menurut ESC Guidelines of
2
Endocarditis infective
2.4 PATOGENESIS
Mekanisme terjadinya EI pada pasien dengan katup normal belum
diketahui dengan pasti. Faktor hemodinamik (stres mekanik), dan proses
imunologis mempunyai peran penting pada kerusakan endokard. Adanya
kerusakan endotel, selnjutnya akan mengakibatkan deposisi fibrin dan agregasi
trombosit, sehingga akan terbentuk lesi nonbacteria thrombotic endocardial
(NBTE). Jika terjadi infeki mikroorganisme yang masuk melalui infeksi fokal
atau trauma, maka endokarditis non bakterial akan menjadi endokarditis infektif .
Faktor-faktor yang terdapat pada bakteri seperti dekstran, ikatan
fibronektin dan asam teichoic berpengaruh terhadap perlekatan
bakteri dengan matriks fibrin-trombosit pada katup yang rusak.1
6
vegetasi.;perkembangan endokarditis, tergantung pada
keseimbangan antara kemampuan organisme untuk melekat
pada vegetasi da menolak respon pejamu.
b. Kompleks imun
Penelitian nekropsi menunjukkan adanya glomerulonefritis
pada sejumlah besar kasus endokarditis, dan pada penelitian
imunofluoresens, ditemukan lesi khas yang merupakan deposisi
kompleks imun. Deposisi kompleks imun juga ditemukan pada
organ lain seperti limpa dan kulit. Pemeriksaan yang mendeteksi
adanya kompleks imun dalam sirkulasi, menunjukkan korelasi
antara konsentrasi kompleks imun dalam sirkulasi dengan
lamanya penyakit, manifestasi di luar katup dam rendahnya
kadar komplemen dalam darah. Kadar komleks imun dalam
sirkulasi juga menurun sebagai respon terhadap terapi.Antibodi
spesifik terhadap kuman penyebab infeksi dan dinding sel bakteri
sudah dapat diidentifikasi pada kompleks imun tersebut.
Dalam keadaan normal kompleks antigen-antibodi ini akan
larut dan difagositosis. Pada endokarditis, terdapat faktoryang
menghambat larutnya kompleks ini, sehingga mengalami
deposisi dalam jaringan. Bukti menunjukkan, faktor rheumatoid
yang terdeteksi pada 50% kasus endokarditis, menutupi
reseptor untuk fagositosis dan akan menghambat klirens
kompleks imun. Hal ini dapat menjelaskan mengapa pasien
endokarditis mengalami bakteriemis yang cukup lama walaupun
terdapat antobodi IgG spesifik yang cukup tingggi, kadar
komplemen yang cukup dan neutrofil yang masih berfungsi.
7
daripada lesi katup yang ada, bahkan tanpa adanya destruksi
katup yang bermakna. Maisch melaporkan terdapat respon
antibodi poliklonal pada endokarditis yang terdiri dari antibodi
antisarkolema dan antibodi antimiolema.Antibodi antimiolema
bersifat sitolitik terhadap sel jantung in vitro jika terdapat
komplemen.Aktivitas sitolitik serum pada beberapa pasien,
hanya ada jika ditemukan antibodi antimiolema dan
berhubungan dengan titer antibodi antimiolema.
d. Aktivitas limfosit
Analisis fungsi leukosit pada endokarditis menunjukkan
peningkatan jumlah monosit dan granulosit, namun terdapat
penurunan jumlah dan aktivitas sel T helper, sel T suppressor
dan natural killer cells selama infeksi. Pada beberapa penelitian,
aktivitas set T suppressor, sebagian mengalami perbaikan
setelah terapi. Hal ini memperkuat dugaan bahwa faktor
predisposisi endokarditis, merupakan hasil penurunan fungsi
limfosit pada pasien, daripada disfungsi limfosit murni akibat
infeksi (risiko infeksi endokarditis meningkat pada individu
dengan supresi imun).
8
akut, didapatkan meningkat pada endokarditis karena
streptokokus dan Q-fever. Aktivitas proinflamasi tumournecrosis
factor (TNF), yang menginduksi respon fase akut mungkin
berperan pada manifestasi sistemik infeksi endokarditis.
2.6 PATOFOSIOLOGI
Manifestasi klinis pada EI merupakan akibat dari beberapa
mekanisme, antara lain:1
Efek destruksi lokal akibat infeksi intrakardiak. Koloni
kuman pada katup jantung dan jaringan sekitarnya dapat
mengakibatkan kerusakan dan kebocoran katup, terbentuk
abses atau perluasan vegetasi ke perivalvular.
Vegetasi fragmen septik yang terlepas mengakibatkan
tromboemboli, mulai dari emboli paru (Vegetasi katup
trikuspid) atau sampai emboli otak (Vegatasi sisi kiri), yang
merupakan emboli septik.
Vegetasi melepas bakteri terus menerus kedalam sirkulasi,
mengakibatkan gejala konstitusional seperti demam,
malaise, tidak nafsu makan, penurunan berat badan dan
sebagainya.
Respon antibodi humoral dan seluler terhadap infeksi
mikroorganisme dengan kerusakan jaringan akibat
kompleks imun atau interaksi komplemen-antibodi dengan
antigen yang menetap dalam jaringan.
9
bervariasi (Tabel 1). Endokarditis infektif dapat terjadi secara
akut, infeksi progresif cepat, dan juga secara subakut
ataupenyakit kronis dengan demam ringan dan gejala yang non-
spesifik yang dapat membingungkan pada penilaian awal. 1
Sekitar 90% dari pasien mengalami demam, sering dikaitkan
dengan gejala sistemik, seperti menggigil, kurang nafsu makan,
dan penurunan berat badan. Murmur jantung ditemukan pada
sampai dengan 85% dari pasien. 3
Pada pasien demam, kecurigaan diagnostik dapat diperkuat
dengan tanda-tanda infeksi pada hasil laboratorium, seperti
peningkatan protein C-reaktif atau peningkatan sedimentasi,
leukositosis,anemia, dan haematuria.3
10
d. Faktor predisposisi untuk terjadinya infeksi
endokarditis (immunocompromised, PNIV)
e. Faktor predisposisi dan adanya intervensi yang
berhubungan dengan bakteriemia
f. Tanda-tanda gagal jantung kongestif
g. Gangguan konduksi jantung yang baru
h. Kultur darah positif dengan bakteri tipikal penyebab
infeksi endokarditis atau serologi positif untuk demam
Q kronik
i. Fenomena vaskular atau imunologis: fenomena
emboli, splinter haemorrages, Roth spots, Janeway
lession, Oslers nodes.
j. Tanda dan gejala neurologis non spesifik atau fokal
k. Tanda tanda adanya emboli paru
l. Abses perifer tanpa sebab yang jelas
*demam mungkin tidak ditemukan pada lansia, setelah
antibiotik pre terapi, pasien immunocompromised, infeksi
endokarditis yang disebabkan organisme atipikal atau
virulensi rendah.
2.8 DIAGNOSIS
Diagnosis infeksi endokarditis ditegakkan berdasarkan
anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik yang teliti,
pemeriksaan laboratorium antara lain: kultur darah dan
pemeriksaan penunjang ekokardiografi. Investigasi diagnosis
harus dilakukan jika pasien demam disertai satu atau lebih gejala
kardinal; ada predisposisi lesi jantung atau pola lingkungan,
bakteremia, fenomena emboli dan bukti proses endokard aktif,
serta pasien dengan katup prostetik.2
Pada anamnesis, keluhan tersering yang muncul adalah
demam (80-85%), kemudian keluhan lainnya yang muncul
11
seperti menggigil, sesak napas, batuk, nyeri dada, mual, muntah,
penurunan berat badan dan nyeri otot atau sendi.2 Pada
pemeriksaan fisik yang cukup penting adalah ditemukannya
murmur pada katup yang terlibat (80-85%). Murmur yang khas
adalah blowing holosistolik pada garis sternal kiri bawah dan
terdengar lebih jelas saat inspirasi (Rivello-Carvallo maneuver).
Sedangkan infeksi endokarditis pada katup jantung kiri, murmur
ditemukan pada lebih dari 90%. Tanda infeksi endokarditis pada
pemeriksaan fisik yang lain adalah tanda-tanda kelainan pada
kulit antara lain fenomena emboli, splenomegali, clubbing,
petekie, splinter haemorrhage, osler node, janeway lesions, roth
spots .2
Pada pemeriksaan laboratorium sering didapatkan
hemoglobin rendah, lekositosis, laju endap darah (LED)
meningkat, analisis urin menunjukkan hematuria dengan
proteinuria. Pemeriksaan kultur darah untuk kuman baik aerob
maupun anaerob.2 Kultur darah yang positif merupakan kriteria
diagnostik utama dan memberikan petunjuk sensitivitas
antimikroba. Beberapa peneliti merekomendasikan kultur darah
diambil paad saat suhu tubuh tinggi. Dianjurkan pengambilan
darah kultur 3 kali, sekurang-kurangnya dengan interval 1 jam,
dan tidak melalui jalur infus. Pemeriksaan kultur darah terdiri
atas satu botol untuk kuman aerob dan satu botol untuk kuman
anaerob dan diencerkan sekurang kurangnya 1;5 broth media.
Minimal jumlah darah yang diambil 5 ml, lebih baik 10 ml pada
orang dewasa. Jika kondisi pasien tidak akut, terapi antibiotika
dapat ditunda 2-4 hari.2
Ekokardiografi transtorakal dan transoesofageal (TTE / TEE)
sekarang sangat penting dalam menegakkan diagnosis,
manajemen, dan tindak lanjut dari infeksi endokarditis.70
12
Ekokardiografi harus dilakukan dengan segera, begitu dicurigai
adanya infeksi endokarditis.Deteksi ekokardiografi transtorakal
(TTE) pada pasien yang dicurigai infeksi endokarditis sekitar
50%.Pada katup asli sekitar 20% TTE memperlihatkan kualitas
suboptimal. Hanya 25% vegetasi <5mm dapat diidentifikasi,
persentase meningkat 70% pada vegetasi >6mm. Jika bukti klinis
ditemukan, ekokardiografi transesofageal (TEE) meningkatkan
sensitivitas kriteria Duke untuk diagnosis pasti infeksi
endokarditis. Sensitivitas TEE dilaporkan 88-100% dan
spesifisitas 91-100%. Pada kasus yang dicurigai terdapat
komplikasi seperti pasien dengan katup prostetik dan kondisi
tertentu seperti penyakit paru obstruksi kronis, atau terdapat
deformitas pada dinding dada, ekokardiografi transesofageal
lebih terpilih daripada trantorakal.2
Ekokardiografi dan kultur darah adalah landasan diagnosis
infeksi endokarditis. TTE harus dilakukan lebih dahulu, namun
kedua TTE dan TEE pada akhirnya harus dilakukan dalam
sebagian besar kasus yang dicurigai atau pasti infeksi
endokarditis.
Kultur darah
1. Gunakan teknik aseptik yang ketat, seperti mengenakan
sarung tangan
2. Gunakan tourniquet dan fiksasi vena. Lepas torniquet ketika
kulit sedang dipersiapkan.
3. Setelah lokasi pungsi ditetapkan, bersihkan kulit dengan 70-
95% isopropyl alcohol atau 70% etanol. Gunakan 2% tinctur
iodine atau preparat iodophor, mulai pada daerah untuk pungsi
vena. Biarkan mengering.
13
4. Pakai kembali tourniquet, lkaukan pungsi vena. Untuk dewasa
ambil kurang lebih 20-30 ml darah perkultur. Unutk anak-anak
tidak boleh lebih dari 1%dari total volume darah individu.
5. Dikumplkannya 2-3 set per kultur darah
6. Dimasukannya darah kebotol kultur drah aerobik dan
anaerobik yang berlabel.
7. Diinkubasi dalam suhu 35-37 derajat celsius.
8. Dikirim kelaboratorium dalam waktu dua jam.
14
*TEE tidak wajib dilakukan padainfeksi endokarditis katup asli
sisi terisolasi bila kualitas pemeriksaan TTE baik dan didapatkan
temuan ekokardiografi yang tegas
Kriteria DukeModifikasi
Kriteria Mayor
15
endokarditis dari 2 kultur darah yang terpisah, seperti
dibawah ini
Streptococcus viridans, Streptococcus bovis, HACEK
group, Staphylococcus aureus, Community accuired
enterococci, tanpa adanya fokus primer
Atau
Atau
Kriteria Minor
16
Fenomena vaskular: Emboli arteri besar, infark pulmonal
septik, aneurisma mikotik, perdarahan intrakranial,
perdarahan konjungtiva, lesi Janeway
Fenomena imunologis: glomerulonefritis, Oslers nodes,
Roths spots, faktor reumatoid
Pemeriksaan mikrobiologi: Kultur darah positif namun
tidak memenuhi kriteria mayor atau pada pemeriksaan
serologis di dapatkan infeksi aktif oleh mikroorganisme
konsisten dengan infeksi endokarditis.
Diagnosis infeksi endokarditis Diagnosis infeksi endokarditis
definite bila ditemukan: possible bila ditemukan:
5 kriteria minor
17
Gambar 4. Algortima penentuan kriteria diagnostik
IE3
18
definite sulit ditegakkan. Kriteria Duke hanya merupakan
petunjuk klinis untuk diagnosis infeksi endokarditis tentunya
tidak harus menggantikan judgement klinis.1
2.9 TATALAKSANA
a. Penatalaksanaan Infektif Endokarditis
Penatalaksanaan kasus infeksi endokarditis biasanya
berdasarkan terapi empiris, sementara menunggu hasil kultur.
Pemilihan antibiotika pada terapi empiris ini dengan melihat
kondisi pasien dalam keadaan akut atau subakut. Faktor lain
yang juga perlu dipertimbangkan adalah riwayat penggunaan
antibiotika sebelumnya, infeksi di organ lain dan resistensi obat.
Sebaiknya antibiotika yang diberikan pada terapi empiris
berdasarkan pola kuamn serta resistensi obat pada daerah
tertentu yang evidence based.1
Pada keadaan infeksi endokarditis akut, antibiotika yang
dipilih haruslah yang mempunyai spektrum luas yang dapat
mencakup S. Aureus, Streptokokus dan basil gram negatif.
Sedangkan pada keadaan infeksi endokarditis subakut regimen
terapi yang dipilih harus dapat membasmi streptokokus
termasuk E.faecalis.1
Terapi empiris ini biasanya hanya diperlukan beberapa hari
sambil menunggu hasil tes sensitivitas yang akan menentukan
modifikasi terapi.Untuk memudahkan dalam penatalaksanaan
infeksi endokarditis, telah dikeluarkan beberapa guidelines
(pedoman) yaitu: American Heart Association (AHA) dan
European Society of Cardiology (ESC). Rekomendasi yang
dianjurkan kedua pedoman ini pada prinsipnya hampir sama.
Penelitian menunjukkan bahwa terapi kombinasi penisilin
ditambah aminoglikosida membasmi kuman lebih cepat daripada
19
penisilin saja.1
Regimen terapi yang pernah diteliti antara lain; seftriakson 1
x 2 gram IV selama 4 minggu, diberikan pada kasus infeksi
endokarditis karena Streptococcus. Pemberian regimen ini cukup
efektif dan aman, praktis karena pemberiannya satu kali sehari,
dan dapat diberikan sebagai terapi rawat jalan. Beberapa
penelitian lain juga melaporkan efektivitas regimen terapi oral;
siprofloksasin 2 x 750 mg dan rifampisin 2 x 300 mg selama 4
minggu dan dapat diberikan pada pasien rawat jalan.1
Regimen terapi vankomisin merupakan terapi pilihan pada
kasus infeksi endokarditis dengan methicillin resistant
Staphylococcus aureus(MRSA), walaupun demikian respon klinis
yang lambat masih cukup sering ditemukan.Infeksi HIV sering
ditemukan pada pasien infeksi endokarditis yang disebabkan
PNIV, sekitar 75%. Penatalaksanaannya pada prinsipnya sama,
terapi antibiotika diberikan secara maksimal dan tidak boleh
dengan regimen terapi jangka pendek.1
Gambar 5. Terapi antimikroba empiris pada katup asli
atau katup jantung prostetik
20
Jamur paling sering ditemukan pada endokarditis
katup prostetik,PNIV dan pasien
immunocompromised.Candida dan Aspergillus spp.
mendominasi. Kematian sangat tinggi (.50%), dan
pengobatan memerlukan antijamur ganda dan penggantian
katup.3 Kebanyakan kasus diobati dengan berbagai bentuk
amfoterisin B dengan atau tanpa azoles, meskipun laporan
21
kasus baru-baru ini menggambarkan terapi yang berhasil
dengan echinocandin caspofungin baru.6
22
Gambar 9. Terapi infeksi endokarditis yang disebabkan
23
Enterococcus spp.6
24
dengan amoksisilin-klavulanat, (ii) jika karena perubahan
PBP5, gunakan rejimen berbasis vankomisin.
c Multiresisten untuk aminoglikosida, b-laktam, dan
vankomisin: alternatif yang disarankan adalah (i) linezolid 2x
600 mg / hari i.v. atau secara oral selama 8 minggu
(monitor toksisitas hematologi), (ii) quinupristin-dafopristin
3x7,5 mg/kg/hari selama 8 minggu, (iii) kombinasi b-laktam
termasuk imipenem ditambah ampisilin atau ceftriaxone
ditambah ampisilin selama 8 minggu.
d Terapi 6 minggu direkomendasikan untuk pasien dengan
gejala 3 bulan dan pada endokarditis katup prostetik.
e Memantau kadar serum aminoglikosida dan fungsi ginjal
seminggu sekali. Ketika diberikan dalam dosis harian tunggal,
pra-dosis konsentrasi harus 1 mg/L dan pasca-dosis (puncak;
1 jam setelah injeksi) konsentrasi serum harus 10-12 mg/L.
(112)
f Dosis anak-anak tidak boleh melebihi dosis dewasa.
g Untuk pasien alergi b-laktam. Konsentrasi vankomisin dalam
serum harus mencapai 10-15 mg/L pada pra-dosis dan 30-45
mg /L pada pasca-dosis (puncak; 1 jam setelah infus selesai).
25
ketat dan terbatas, dan fase lanjutan kedua (di atas 2 minggu
terapi) di mana OPAT mungkin dapat dilakukan dengan
pertimbangan.
OPAT sangat memerlukan kerjasama yang baik antara
pasien dan staf medis, dukungan paramedis dan sosial, serta
akses yang mudah dalam memperoleh nasihat medis dalam hal
kepatuhan, pemantauan keberhasilan dan efek samping. Jika
masalah muncul, pasien harus diarahkan kepada staf medis yang
telah mengerti kondisi pasien sebelumnya, bukan petugas gawat
darurat biasa.6
26
Beberapa rekomendasi yang diterbitkan untuk pengobatan
antibiotik empiris BCNE. Pengobatan yang rasional harus
mencakup antibiotik yang aktif melawan dinding sel bakteri dan
aminoglikosida. American Heart Association / American College
of Cardiology merekomendasikan pengobatan dengan ampisilin
dan gentamisin, atau vankomisin dan gentamisin, ditambah
ciprofloxacin.
Terapi Surgical
Intervensi surgikal dianjurkan pada beberapa keadaan antara
lain:
Vegetasi menetap setelah emboli sistemik: vegetasi pada
katup mitral anterior, terutama dengan ukuran >10mm
atau ukuran vegetasi meningkt setelah terapi antimikroba
4 minggu.
Regurgitasi aorta atau mitral akut dengan tanda-tanda
gagal ventrikel
Gagal jantung jkongestif yang tidak responsif terhadap
terapi medis
Perforasi atau ruptur katup
Ekstensi perivalvular:abses besar atau ekstensi abses
walaupun terapi antimikroba adekuat
Bakteremia menetap setelah pemberian terapi medis
dengan adekuat.
Gagal Jantung
27
EI pada katup aorta dan mitral dengan Emergenc I B
regurgitasi akut berat atau obstruksi katup y
yang menyebabkan edema paru dan syok
kardiogenik.
28
Mencegah emboli I B
I B
Urgent
Indications for surgical treatment of
right sided infective endocarditis
29
dengan atau tanpa gagal jantung kanan Urgent IIb C
atau
30
BAB III
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32