Bronkopneumonia
Disusun Oleh :
Danisa Agustien Nurrachmawati
2120221180
Diajukan Kepada
Pembimbing
dr. M. Arief Boediman, Sp.A
LAPORAN KASUS
BRONKOPNEUMONIA
Disusun oleh :
Danisa Agustien Nurrachmawati
2120221180
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
“Bronkopneumonia”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu persyaratan
mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD
Cengkareng.
Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapat bantuan, bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada dr. M. Arief Boediman, Sp.A yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan doa dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
sekalian demi kesempurnaan laporan kasus ini nantinya. Harapan penulis semoga
laporan kasus ini dapat dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, serta dapat
memberikan peranan dalam pembelajaran di bidang ilmu kedokteran, khususnya di
bidang ilmu kesehatan anak.
Penulis
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
● Nama : An. A
● Umur : 1 bulan
● Jenis Kelamin : Perempuan
● Tanggal Masuk RS (IGD) : 23 Desember 2022
● Tanggal Masuk Rawat Inap ICU 2 : 23 Desember 2022
ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Batuk pilek disertai sesak nafas 2 hari SMRS
b. Keluhan Tambahan
Muntah
f. Riwayat Pengobatan
Belum pernah diobati sebelumnya
g. Riwayat Penyakit Sosial & Ekonomi
- Kondisi ekonomi keluarga pasien cukup baik
- Keluarga pasien tinggal di lingkungan yang bersih
- Tetangga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa
h. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secara spontan dengan usia kehamilan cukup bulan dengan
berat badan lahir 2700 gram, panjang badan lahir 48cm. Tidak terdapat
kelaianan bawaan. Pasien merupakan anak kedua dari satu bersaudara.
i. Riwayat Imunisasi
Pasien mendapatkan imunisasi Hepatitis B, Polio, dan BCG.
PEMERIKSAAN FISIK
IGD 23/12/2022
BB : 5,1 kg
Tanda Vital
Suhu : 36,6 oC
Pernapasan : 65x/menit
Status Generalis
Hema I
Hemoglobin 12,9 9.0-16,6
Hematokrit 37 30-54
Elektrolit
Natrium 134 136-146
Gas Darah
pH 7.31 7.35-7.45
pCO2 53 32-45
PO2 17 83-108
HCO3 27 21-28
sO2 20 95-99
tCO2 29 VOL
DIAGNOSIS
TERAPI
- Kaen 1B 250cc/24jam
- Inhalasi (ventolin = ½ 2x/hari)
- Gentamicin 2x12,5 mg IV
- Cefotaxim 3x250 mg IV
- Diet ASI
PROGNOSIS
Tanggal S O A P
24/12/22 Sesa berkurang, Keadaan Umum: Bronkopneumonia IVFD KAEN 1B
Batuk(+), TSS 250ml/24 jam
retraksi dada(+) Kesadaran: CM Gentamicin 2x12,5
Mual & muntah mg IV
(-), BAB & BAK Tanda Vital Cefotaxime 2x250mg
normal Suhu= 36.7 IV
RR= 35x/ min Diet ASI NGT
HR= 134x/ min 6x30cc
Mantoux Test 09.30
Status Generalis Ro thorax : BP
Kepala:
normocephal
Mata: KA-/-, SI-
/-
Telinga: sekret-/-
Hidung: sekret-/-
Tenggorokan:
faring
hiperemis-/-,
tonsil T1-T1
Paru
Rh(+/+), Wh(-/-)
Jantung: SI-II
reguler,
murmur-,
gallop-
Abdomen: datar,
supel, BU +
Normal
Ekstremitas:
akral
hangat, CRT
<2s, sianosis
(-)
Tanggal S O A P
25/12/22 Sesak Keadaan Umum: Bronkopneumonia IVFD KAEN 1B
berkurang, TSS 250ml/24 jam
Batuk(+), Kesadaran: CM Gentamicin 2x12,5
Retraksi dada mg IV
minimal (+), Tanda Vital Cefotaxime 2x250mg
Mual & muntah Suhu= 36.7 IV
(-), BAB & RR= 35x/ min Diet ASI NGT
BAK normal HR= 134x/ min 6x30cc
Mantoux tes
Status Generalis (26/12/22 09.30) :
Kepala: Tunggu Hasil
normocephal Ro thorax : BP
Mata: KA-/-, SI-
/-
Telinga: sekret-/-
Hidung: sekret-/-
Tenggorokan:
faring
hiperemis-/-,
tonsil T1-T1
Paru
Rh(+/+), Wh(-/-)
Jantung: SI-II
reguler,
murmur-,
gallop-
Abdomen: datar,
supel, BU +
Normal
Ekstremitas:
akral
hangat, CRT
<2s, sianosis
(-)
Tanggal S O A P
26/12/22 Sesak Keadaan Umum: Bronkopneumonia IVFD KAEN 1B
berkurang, TSS 250ml/24 jam
Batuk(+) sedikit Kesadaran: CM Gentamicin 2x12,5
berkurang, mg IV
Retraksi dada Tanda Vital Cefotaxime 2x250mg
minimal (+), Suhu= 36.7 IV
Mual & muntah RR= 35x/ min Diet ASI NGT
(-), BAB & HR= 134x/ min 6x30cc
BAK normal
Status Generalis Mantoux tes
Kepala: (26/12/22 09.30) :
normocephal Negatif
Mata: KA-/-, SI- Ro thorax : BP
/- Lepas NGT
Telinga: sekret-/-
Pindah ke ruang
Hidung: sekret-/-
Apel
Tenggorokan:
faring
hiperemis-/-,
tonsil T1-T1
Paru
Rh(+/+), Wh(-/-)
Jantung: SI-II
reguler,
murmur-,
gallop-
Abdomen: datar,
supel, BU +
Normal
Ekstremitas:
akral
hangat, CRT
<2s, sianosis
(-)
Tanggal S O A P
27/12/22 Batuk(+) Keadaan Umum: Bronkopneumonia IVFD KAEN 1B
berkurang, TSS 250ml/24 jam
Mual & muntah Kesadaran: CM Gentamicin 2x12,5
(-), BAB & mg IV
BAK normal Tanda Vital Cefotaxime 2x250mg
Suhu= 36.7 IV
RR= 35x/ min Diet ASI NGT
HR= 134x/ min 6x30cc
II.1. Definisi
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis merupakan suatu peradangan
akut yang terjadi pada bronkus dan dapat menginfeksi satu atau lebih lobus paru.
Bronkopneumonia dapat menyebabkan obstruksi jalan napas akibat eksudat dari peradangan
supuratif.1
II.2. Epidemiologi
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi bronkopneumonia pada balita di
Indonesia mencapai 2.1%.2 Sebanyak 85% kasus dari semua penyakit saluran pernapasan
pada anak di bawah 2 tahun disebabkan oleh bronkopneumonia.3 Pneumonia merupakan
penyebab sekitar 14% dari semua kematian balita pada tahun 2019 dan angka kematian
tertinggi terjadi di negara berkembang seperti Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara. 4,5
II.3. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia umumnya disebabkan oleh patogen berupa bakteri,
namun dapat juga disebabkan oleh infeksi virus, fungi dan infeksi oleh mycobacterium.5
Pada neonatus dan bayi kecil, pneumonia umumnya disebabkan oleh Streptococcus group
B dan bakteri Gram negatif seperti E. colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Sedangkan
pada bayi yang lebih besar dan balita sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus
pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B, dan Staphylococcus aureus, lalu pada anak-
anak yang lebih besar hingga remaja, Mycobacterium pneumoniae juga sering ditemukan
menyebabkan pneumonia.6
Virus merupakan penyebab utama pneumonia pada anak usia di bawah 2 tahun.5 Di
negara maju, pneumonia pada anak usia di atas 2 tahun paling umum juga disebabkan oleh
virus atau campuran infeksi bakteri dan virus. Virus yang paling sering ditemukan adalah
Respiratory Syncytial Virus (RSV) diikuti virus Parainfluenza.6 Virus lainnya seperti
adenovirus, enterovirus, rhinovirus dan coronavirus jarang menyebabkan pneumonia pada
bayi dan anak-anak.5 Selain itu, penyebab yang jarang adalah jamur, seperti Aspergillus
fumigatus.1
II.4. Klasifikasi
A. Berdasarkan tempat terjadinya infeksi penumonia dibagi menjadi 2 (IDAI, 2008):
-Pneumonia – masyarakat (Comunity-acquired pneumonia/CAP)
-Pneumonia-RS atau pneumonia nasokomial (Hospital-acquired pneumonia)
B. Menurut derajat keparahan penyakitnya jika dilihat dari gejala yang dialami,
pneumonia diklasifikasikan menjadi (WHO):1
Bayi kurang dari 2 bulan
- Pneumonia berat: napas cepat atau retraksi yang berat
- Pneumonia sangat berat: tidak mau menetek/minum, kejang, letargis,
demam atau hipotermia, bradipnea atau pernapasan ireguler.
Anak umur 2 bulan – 5 tahun
- Pneumonia ringan: napas cepat
- Pneumonia berat: retrakasi
- Pneumonia sangat berat: tidak dapat minum/makan, kejang, letargis, malnutrisi.
II.5. Patofisiologi
Pada bronkopneumonia terjadi invasi saluran pernapasan bawah oleh patogen melalui
inhalasi, aspirasi, invasi epitel saluran napas atau penyebaran hematogen.7 Patogen yang
menginvasi akan menimbulkan respons inflamasi di bronkus hingga alveoli yang
menyebabkan kebocoran plasma dan hilangnya surfaktan di alveoli yang mengakibatkan
konsolidasi serta berkurangnya kapasitas udara di alveoli.5
Cedera pulmonal pada bronkopneumonia dapat terjadi secara langsung atau tidak
langsung oleh invasi patogen dan respons pertahanan tubuh pejamu yang inadekuat yang
dapat merusak jaringan lebih buruk dari invasi patogen. Cedera langsung yang disebabkan
oleh invasi patogen biasanya hasil dari sintesis dan sekresi enzim, protein, lipid toksik dan
toksin mikroba yang mengganggu membran sel dan matriks ekstraselular yang seharusnya
mencegah migrasi mikroba. Sedangkan cedera indirek diperantarai oleh molekul yang
tersekresi seperti endotoksin, leukosidin dan toxic shock syndrometoxin-1 (TSST-1) yang
dapat mengganggu tonus dan integritas vasomotor lokal, mengubah perfusi ke jaringan dan
menghalangi suplai oksigen dan nutrisi serta pembuangan zat sisa dari jaringan lokal.5
Pada level makroskopik, invasi patogen dan respons pejamu cenderung meningkatkan
tonus dan resistensi otot polos saluran pernapasan, sekresi mukus beserta sel-sel inflamasi
serta debris dalam sekret. Sekret dapat meningkatkan resistensi dan mengobstruksi jalan
napas secara parsial maupun total yang menyebabkan air trapping, atelektasis dan alveolar
dead space. Elain itu, gangguan integritas pada endotel dan epitel saluran pernapasan dapat
menyebabkan inaktivasi surfaktan oleh eksudat protein yang mengakibatkan atelektasis
alveoli.5
Secara umum, pneumonia dibagi menjadi empat stadium secara makroskopik. Mula-
mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran
kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu
terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli.
Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin
bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang
cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag
meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris
6
dibersihkan oleh makrofag. Konsolidasi tersebut yang menyebabkan penurunan udara
masuk dan dullness pada perkusi.5 Stadium ini disebut stadium resolusi. Pada
bronkopneumonia, bagian paru yang terkonsolidasi sering lebih dari satu lobus dan infiltrasi
neutrofil terutama di sekitar pusat bronkus serta menyebar secara sentrifugal ke olveoli di
sekitarmya.6
Infeksi virus dibedakan oleh akumulasi sel mononuklear di submukosa dan ruang
perivaskular yang menimbulkan obstruksi parsial jalan napas. Pasien dengan infeksi virus
biasanya terdapat suara wheezing dan rhonki.5
6
II.6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada infeksi bakteri maupun virus tidak jauh berbeda, pada infeksi
virus gejala mungkin lebih banyak dibanding pada infeksi bakteri. Umumnya pneumonia
pada anak memiliki manifestasi ringan hingga sedang, hanya sebagian kecil yang menjadi
berat dan membutuhkan perawatan di rumah sakit karena dapat mengancam kehidupan.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya
infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
a. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare; kadang-kadang
ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
b. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas
cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
Pada balita dan anak yang lebih besar, bronkopneumonia sering dijumpai bersamaan
dengan konjungtivitis, otitis media, faringitis, dan laringitis. Ronkhi hanya ditemukan bila
ada infiltrat alveoler, retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis pneumonia yang
bermakna. Gerakan dada dapat terganggu bila terjadi efusi pleura atau nyeri dada akibat
iritasi pleura. Kadang- kadang dapat timbul nyeri abdomen bila infeksi terdapat pada lobus
kanan bawah paru yang menimbulkan iritasi diafragma, yang dapat menyebar ke kuadran
kanan bawah menyerupai apendisitis.
Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala klinis:8
1. Pneumonia berat sesak napas, napas cepat, retraksi dada, stridor ketika anak tenang.
2. Pneumonia tidak ada sesak napas, napas cepat dengan laju napas:
>50 x/menit untuk anak usia 2 bulan–1 tahun
>40 x/menit untuk anak >1–5 tahun
3. Bukan pneumonia tidak ada napas cepat
Kenali tanda bahaya pneumonia pada balita yaitu tidak dapat minum, kejang,
penurunan kesadaran, stridor dan gizi buruk. Sedangkan pada bayi usia kurang dari 2 bulan
II.7. Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik5,8
Tanda dan gejala pneumonia pada anak sering tidak spesifik dan sangat bervariasi
tergantung usia dan patogen yang terlibat. Takipnea merupakan penemuan paling sensitif
pada pasien dengan penumonia. Pada bayi dan balita dianggap terkena pneumonia jika
mengalami batuk dan napas cepat atau sulit (sesak). Pneumonia berat pada anak didiagnosis
bila terdapat tarikan dinding dada bawah (retraksi saat inhalasi) atau stridor (suara keras
ketika inhalasi).
Pada pemeriksaan awal, identifikasi dan tatalaksana distres pernapasan dan
hipoksemia sangat penting. Penilaian dilakukan dengan inspeksi adanya usaha napas dan
penggunaan otot tambahan saat bernapas serta derajat keparahannya. Penilaian dapat
dilakukan dengan menghitung laju napas dalam 1 menit penuh. Penemuan bermakna pada
pneumonia pada semua usia yaitu penggunaan otot napas tambahan seperti napas cuping
hidung, retraksi subkostal, interkostal dan suprasternal. Bila ditemukan tanda seperti
merintih, napas cuping hidung, takipnea berat dan retraksi, diperlukan respiratori support
segera. Retraksi timbul akibat usaha untuk meningkatkan tekanan intrathorakal untuk
mengompensasi penurunan komplians dada.
Sekret jalan napas dapat bervariasi dari serosanguineus menjadi lebih purulen. Warna
putih, kuning, hijau atau bercampur darah dan konsistensi kental jarang terjadi. Nyeri dada
perlu diobservasi bila dicurigai adanya iritasi dekat atau ke pleura. Kadang- kadang dapat
timbul nyeri abdomen bila infeksi terdapat pada lobus kanan bawah paru yang menimbulkan
iritasi diafragma, yang dapat menyebar ke kuadran kanan bawah menyerupai apendisitis.
Demam dan derajat demam tergantung dari patogen yang terlibat tetapi demam tinggi
(38.4°C) dalam 72 jam setelah muncul gejala dan adanya efusi pleura signifikan
berhubungan dengan infeksi bakteri.
2. Pemeriksaan Penunjang
Menurut WHO (2006), rontgen thoraks dan pemeriksaan laboratorium digunakan
untuk mengonfirmasi adanya pneumonia termasuk luas dan lokasi infeksi serta penyebabnya.
Bila tidak terdapat fasilitas tersebut di pelayanan kesehatan, kasus suspek pneumonia dapat
didiagnosis dari gejala klinis.8
II.8. Tatalaksana5,6,8
Pneumonia pada anak sebagian besar tidak perlu untuk dirawat inap. Indikasi
perawatan berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya terjadi distres pernapasan, tidak
mau makan/minum atau ada penyakit penyerta lainnya, komplikasi dan terutama
mempertimbangkan usia pasien. Bila bayi berusia di bawah 2 bulan perlu dirawat karena
berisiko tinggi untuk menderita penyakit yang berat hingga kematian.
Tatalaksana yang dilakukan di rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik
yang sesuai serta tindakan suportif seperti pemberian cairan intravena, terapi oksigen,
koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit dan gula darah. Untuk gejala
batuk dapat diredakan dengan obat batuk, nyeri dan demam dapat diberikan antipiretik atau
analgesik. Penggunaan antibiotik merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan untuk
kasus-kasus yang disebabkan oleh bakteri. Pemilihan antibiotik berdasarkan empiris dengan
mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien.
Pilihan antibiotik lini pertama pada rawat inap dapat menggunakan antibiotik
golongan beta-laktam atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap
beta-laktam dan kloramfenikol, dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin,
atau sefalosporin generasi ketiga, sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan. Terapi
antibiotik diteruskan selama 7−10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi,
meskipun tidak ada studi kontrol mengenai lama terapi antibiotik yang optimal.
Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotik lini pertama tunggal
secara oral, misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Dosis amoksisilin yang diberikan
adalah 25mg/kgBB, sedangkan kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP - 20 mg/kgBB
sulfametoksazol. Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru, dapat digunakan
sebagai terapi alternatif beta-laktam untuk pengobatan inisial pneumonia, dengan
pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S. pneumoniae dan bakteri atipik.
II.9. Komplikasi
Gangguan pernapasan yang parah mungkin membutuhkan tindakan intubasi dan
perawatan intensif untuk monitoring ketat. Komplikasi lainnya dapat berupa efusi pleura,
empiema, pneumatokel, abses paru, sindrom kebocoran udara (pneumothorax,
pneumomediastinum, dll), hingga sepsis.5 Empiema merupakan komplikasi tersering pada
pneumonia bakteri.6
5
II.10. Prognosis
Secara umum, prognosis dari pneumonia baik. Sebagian besar kasus pneumonia viral
sembuh tanpa pengobatan, dan pneumonia bakterial serta patogen atipikal berespons baik
dengan pengobatan antibiotik. Gangguan fungsi pernapasan jangka panjang pada kasus
DAFTAR PUSTAKA