Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

GASTROENTRITIS
AKUT

Disusun Oleh
:
Muhammad Alif
Farhan
2310221049

Pembimbing:

dr. Dini Zuriana, Sp.A.

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LEUWILIANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
PERIODE 23 OKTOBER – 29 DESEMBER 2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
GASTROENTRITIS
AKUT

Disusun oleh:
Muhammad Alif Farhan 2320221049

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian


Departemen Ilmu Kesehatan Anak

Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang

Leuwiliang, 31 Oktober 2023

Telah diterima dan disahkan oleh,

Pembimbing

dr. Dini Zuriana, Sp.A.

ii
3
BAB I
STATUS PASIEN
I.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 1 tahun 4 bulan
Rekam Medis : ******
Tanggal Pemeriksaan : 23 Oktober
2023
I. 2 ASSESMENT AWAL
Anamnesis dilakukan di IGD RSUD Leuwiliang pada tanggal 23 Oktober
2023.
I.2.1 KELUHAN UTAMA
BAB cair > 5x sehari
I.2.2 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
BAB cair > 5x sejak semalam sebelumnya ampas (-), lendir (+), darah (-),
Muntah (+). Nafsu makan turun, batuk (-), sesak (-).
I.2.3 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat TB on OAT 3 bulan lalu di RS Dramaga
I.2.4 RIWAYAT PENGOBATAN
OAT sejak 3 bulan lalu.
I.2.5 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama.
I.2.6 RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien berasal dari keluarga menengah.
I.2.7 RIWAYAT IMUNISASI
Pasien diimunisasi lengkap sesuai usia.
I.2.8 RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
Tidak ada keterlambatan.
I.2.9 RIWAYAT KEHAMILAN
Tak ada gangguan dan kelainan selama kehamilan.
I.2.10 RIWAYAT PERSALINAN
4
Pasien lahir normal, cukup umur, dan BB lahir normal

I.3 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Gelisah/cengeng
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 120 x/menit
RR : 26 x/menit
Suhu : 36.5⁰C
BB : 8,2 Kg
Status Generalis
Kepala : Normosefali, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata.
Mata : Gerakan bola mata ke segala arah normal,
ikterik (-/-), anemis (-/-).
THT : sekret (-), deformitas (-)
Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar betah gening
Paru : napas simetris, retraksi (-), taktil fremitus normal
dan simetris, sonor, vesikular, bunyi tambahan (-)
Jantung : BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik.

I.4 PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Darah Rutin
Hb: 10.2 g/Dl
Leukosit: 5.6 rb/mikroliter
Trombosit: 319 ribu/mikroliter
Hematokrit: 31%
Feses Lengkap
5
Pada feses tidak ditemukan darah, jamur, bakteri, amoeba. Feses
secara keseluruhan normal.
I.5 DIAGNOSIS KERJA
Gastroenteritis Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
I. 6 DIAGNOSIS BANDING
1. Gastroenteritis Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
2. Disentri
I.7 RESUME
Anak A., 1 tahun 4 bulan,datang ke IGD RSUD Leuwiliang pada 23
Oktober 2023 diantar oleh ibunya. Ibu pasien mengeluhkan anaknya mengalami
mencret sejaak semalam dan muntah. Keluhan demam, batuk, pilek, dan sesak
disangkal oleh ibu pasien. Pasien memiliki riwayat TB on OAT sejak 3 tahun
yang lalu. Riwayat penyakit jantung dan asma disangkal oleh pasien. Pasien
mengonsumsi OAT rutin. Riwayat alergi obat disangkal oleh pasien. Riwayat
keluhan serupa disangkal oleh keluarga. Riwayat imunisasi lengkap.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cengeng/gelisah, tanda vital
didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg. Pasien sadar dengan status gizi kurang.
Berat badan pasien saat masuk 8,2 kg, panjang badan 75 cm. pasien didiagnosis
gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang. Pasien dirawat selama 4 hari,
kemudian dibolehkan pulang pada tanggal 26 Oktober 2023 pukul 12.00 WIB.
I.8 TATALAKSANA
I.8.1 Non – Farmakologi
1. Mengedukasi orang tua pasien tentang pentingnya menjaga hygene.
2. Mengedukasi orang tua pasien untuk memberikan cairan yang cukup
untuk pasien.
3. Mengedukasi ibu pasien untuk memberikan asupan makanan yang rendah
serat.
4. Rawat di Ruang Teratai

I. 8.2 Terapi Farmakologi

1. Rehidrasi RL 200 ml/kgBB/hari


2. injeksi cefotaxime 3 x 400 mg
3. Injeksi omeprazole 1 x 8 mg
4. Infus parasetamol 3 x 85mg
5. L-Bio 1 x 1

6
6. Zinc 1 x 20mg
7. OAT lanjut

I.9 PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad
bonam

I.10 FOLLOW UP
Hari/Jam S O A P
24/10/2023  BAB Cair +  KU:  GEA  Rehidrasi RL
200
08.30 Ampas (-), Gelisah/cengeng DRS
ml/kgBB/hari
lendir (+),  Kes: CM  TB on  injeksi
cefotaxime 3
darah (-) 3 x  BB: 8.2 kg OAT
x 400 mg
 Muntah-  HR: 122 x/menit  Injeksi
omeprazole 1
muntah (+) kuat angkat x 8 mg
 Perut  Suhu: 37 C  Infus
parasetamol
kembung (+)  SpO2: 98% 3 x 85mg
 L-Bio 1 x 1
 Zinc 1 x
 Kepala: CA (-) 20mg
SI (-) Mata  OAT lanjut
cekung (+) ubun
cekung (-)

 Paru
I: Simetris, tak
ada jejas
P: Sonor (+/+)
P: VBS (+/+),
Rh (-),
Wheezing (-)

7
 Jantung
I: Ictus cordis
tidak terlihat
P: Ictus cordis
teraba
P: BJ 1/2
Reguler,
Murmur (-),
Gallop (-)
 Abdomen
I: datar
A: Bising usus
(+) meningkat
P: Hepar/lien
tidak teraba
P: Timpani
Ekstremitas: Akral
hangat, Crt <2 detik
25/10/2023  BAB Cair +  KU:  GEA  Rehidrasi RL
200
09.36 Ampas 1 x Gelisah/cengeng DRS
ml/kgBB/hari
 Muntah-  Kes: CM  TB on  injeksi
cefotaxime 3
muntah (+)  BB: 8.1 kg OAT
x 400 mg
 Perut  HR: 122 x/menit  Injeksi
omeprazole 1
kembung (+) kuat angkat x 8 mg
 Suhu: 37 C  Infus
parasetamol
 SpO2: 99% 3 x 85mg
 L-Bio 1 x 1
 Zinc 1 x
 Kepala: CA (-) 20mg
SI (-) Mata  OAT lanjut
cekung (+) ubun
cekung (-)

8
 Paru
I: Simetris, tak
ada jejas
P: Sonor (+/+)
P: VBS (+/+),
Rh (-),
Wheezing (-)
 Jantung
I: Ictus cordis
tidak terlihat
P: Ictus cordis
teraba
P: BJ 1/2
Reguler,
Murmur (-),
Gallop (-)
 Abdomen
I: datar
A: Bising usus
(+) meningkat
P: Hepar/lien
tidak teraba
P: Timpani
 Ekstremitas:
Akral hangat,
Crt <2 detik
26/10/2023  BAB Cair (+)  KU: Tampak  GEA  Boleh pulang
08.30 Ampas (+) 1 x sakit ringan DRS  Kontrol tanggal
 Muntah-  Kes: CM  TB on 2 November
muntah (+)  BB: 7.8 kg OAT 2023
 Perut  HR: 122 x/menit  L-Bio 2x1
kembung (+)
9
kuat angkat  Zinc 1x20mg
 Suhu: 37 C  Cefadroxil
 SpO2: 99% syrup 2x1

 Kepala: CA (-)
SI (-) Mata
cekung (+) ubun
cekung (-)

 Paru
I: Simetris, tak
ada jejas
P: Sonor (+/+)
P: VBS (+/+),
Rh (-),
Wheezing (-)
 Jantung
I: Ictus cordis
tidak terlihat
P: Ictus cordis
teraba
P: BJ 1/2
Reguler,
Murmur (-),
Gallop (-)
 Abdomen
I: datar
A: Bising usus
(+) meningkat
P: Hepar/lien
tidak teraba
P: Timpani

10
Ekstremitas: Akral
hangat, Crt <2 detik

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gastroenteritis Akut
Gastroenteritis akut adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air
besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (DEPKES,
2016).Menurut WHO secara klinis diaredidefinisikan sebagai buang air besar
(defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat)
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200g atau 200ml/24jam.
Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer tersebut dapat
atau tanpa di sertai lendir dan darah. Jadi dapat diartikan suatu kondisi buang air
besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja
yang encer dapat di sertai atau tanpa di sertai darah atau lendir sebagai akibat dari
terjadinya proses inflamasi pada lambung dan usus.

2.2 Etiologi Gastroenteritis Akut


Beberapa faktor yang menyebabkan gastroenteritis pada balita yaitu
infeksi yang disebabkan bakteri, virus, atau parasite, adanya gangguan penyerapan
makanan dan malabsorsi, alergi, keracunan bahan kimia atau racun yang
terkadung dalam makanan, imunodefesiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun
serta penyebab lain (Hartati & Nurazila, 2018).

2.3 Epidemiologi Gastroenteritis Akut


Menurut Riskesdas 2018, prevalensi diare di Indonesia berdasarkan
diagnosis tenaga Kesehatan sebesar 6,8% dan berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan atau gejala yang pernah dialami sebesar 8%. Kelompok umur dengan
prevalensi diare (berdasarkan diagnosis tenaga Kesehatan) tertinggi yaitu pada
kelompok umur 1-4 tahun sebesar 11,5% dan pada bayi sebesar 9%.
Kelompok umur 75 tahun ke atas juga merupakan kelompok umur dengan
prevalensi tinggi (7,2%). Prevalensi pada perempuan, daerah pedesaan,
pendidikan rendah, dan nelayan relatif lebih tinggi dibandingkan pada kelompok

12
lainnya. Daerah dengan prevalensi tertinggi yaitu Sumatera Utara (14,2%). Di
Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada balita.
Secara global, pada populasi umum gastroenteritis memiliki angka
mortalitas 1,5 hingga 2,5 juta kematian per tahunnya. Pada anak di bawah 5 tahun,
gastroenteritis merupakan penyebab kematian kedua terbanyak akibat penyakit
infeksi. Di Amerika Serikat, gastroenteritis jarang menyebabkan kematian, tetapi
terdapat 300 kematian balita per tahunnya.

2.4 Tanda dan Gejala Klinis Gastroenteritis Akut

Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul BAB. Feses makin cair mungkin mengandung darah atau lendir, dan warna
feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Akibat
seringnya defekasi, anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses
makin lama makin asam, hal ini terjadi akibat banyaknya asam laktat yang
dihasilkan dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus. Gejala
muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah terjadi. Apabila penderita telah banyak
mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Berat
badan turun, ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit
berkurang, dan selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering. Berdasarkan
kehilangan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi empat kategori yaitu tidak ada
dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi
penurunan berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat
badan 5-10%), dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan 10%)
(Noerrasid, 2016).

13
2.5 Patofisiologi

Gambar 1. Patofisiologi GEA

14
2.6 Pemeriksaan Penunjang GEA
Pemeriksaan pada anak dengan gastroenteritis akut meliputi berbagai jenis
pemeriksaan, antara lain :
a. Pemeriksaan tinja secara makroskopis dan mikroskopis: Melibatkan observasi
visual serta analisis mikroskopis dari sampel tinja untuk mencari tanda-tanda
infeksi, peradangan, atau keabnormalan lainnya.
b. Pengecekan pH dan kadar gula dalam tinja: Digunakan untuk mengevaluasi
keasaman tinja dan melihat adanya gula yang tidak tercerna dengan baik, seperti
dalam kasus malabsorbsi karbohidrat.
c. Biakan dan resistensi feses (colok dubur): Dilakukan dengan mengambil sampel
tinja untuk membantu mengidentifikasi jenis mikroorganisme yang
menyebabkan infeksi dan menguji kepekaan mikroorganisme tersebut terhadap
antibiotik tertentu.
d. Pemeriksaan analisis gas darah: Dilakukan apabila terdapat tanda-tanda
gangguan keseimbangan asam basa, yang dapat mengindikasikan keparahan
diare atau dehidrasi yang signifikan.
e. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin: Digunakan untuk mengevaluasi fungsi
ginjal dan melihat adanya kerusakan atau disfungsi pada organ ini.
f. Pemeriksaan elektrolit, terutama kadar natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca),
dan fosfat (PO4): Berguna untuk mengevaluasi keseimbangan elektrolit dalam
tubuh, terutama jika terdapat kekhawatiran terkait dehidrasi atau gangguan
elektrolit akibat diare (Nurarif, A. H., & Kusuma 2015).

2.7 Tata Laksana


Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE)
1) Pemberian Oralit
Oralit adalah suatu larutan yang terdiri dari campuran garam elektrolit, seperti
natrium klorida (NaCl) dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Larutan
Oralit digunakan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang dari tubuh
saat terjadi diare. Meskipun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air
minum saja tidak menyediakan garam elektrolit yang diperlukan untuk menjaga
keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Oleh karena itu, pemberian Oralit lebih
15
disarankan. Campuran glukosa dan garam yang terdapat dalam Oralit dapat
diserap dengan baik oleh usus pasien yang mengalami diare. Pemberian Oralit
dapat dilanjutkan hingga diare sepenuhnya berhenti, sehingga tubuh dapat kembali
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal (Kementerian
Kesehatan RI 2017).
2) Pemberian tablet zinc
Anak disarankan untuk mengonsumsi zinc selama 10 hari berturutturut sebagai
bagian dari perawatan diare. Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang
memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan dan mendukung pertumbuhan
anak. Selama episode diare, kadar zinc dalam tubuh cenderung menurun secara
signifikan. Dengan memberikan suplemen zinc selama 10 hari, diharapkan dapat
menggantikan kekurangan zinc dan membantu mempercepat pemulihan anak dari
diare (Kementerian Kesehatan RI 2017).
3) Pemberian ASI
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) memiliki peran penting dalam mencegah terjadinya
diare pada bayi. Anak di bawah usia 6 bulan disarankan untuk secara eksklusif
mendapatkan ASI sebagai makanan utama, karena ASI memiliki kandungan zat-
zat yang dapat melindungi bayi dari infeksi dan meningkatkan sistem imun
tubuhnya (V. N. P. Utami and Sipahutar 2019).
4) Berikan antibiotic secara selektif
Tidak semua anak dengan diare memerlukan antibiotik. Penggunaan antibiotik
hanya diperlukan dalam kondisi-kondisi tertentu, seperti diare berdarah, diare
akibat kolera, atau diare yang disertai dengan penyakit lain.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Posovszky, C., Buderus, S., Classen, M., Lawrenz, B., Keller, K. M., &
Koletzko, S. (2020). Acute Infectious Gastroenteritis in Infancy and
Childhood. Deutsches Arzteblatt international, 117(37), 615–624.
https://doi.org/10.3238/arztebl.2020.0615
2. WHO. 2017. “Diarrhoeal Disease.”
http://www.who.int/newsroom/factsheets/detail/diarrhoeal-disease.
3. Utami, Nurul, and Nabila Luthfiana. 2016. “Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Kejadian Diare Pada Anak.” Majority 5: 101–6.
https://www.mendeley.com/catalogue/fdd61f29-e548-30b4-9a02-
3d11c3c9b4aa/.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. “Pedoman Pelayanan Medis”
https://www.idai.or.id/downloads/PPM/Buku-PPM.pdf
5. https://calgaryguide.ucalgary.ca/Gastroenteritis-Pathogenesis-and-clinical-
findings/
6. Sattar SBA, Singh S. Bacterial Gastroenteritis.In: StatPearls. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Tersedia di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513295/
7. Kementerian Kesehatan R.I, Riskerdas. 2018
8. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019
9. Medscape. Bacterial gastroenteritis. Tersedia di:
https://emedicine.medscape.com/article/176400-overview#a5

17

Anda mungkin juga menyukai