Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare didefinisikan sebagai defekasi dari tiga atau lebih tinja lembek
atau cair per hari, atau frekuensi lebih dari normal. 1 Diare merupakan penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, serta
protozoa, dan penularannya secara fekal-oral. Selain proses infeksi, diare dapat
pula disebabkan oleh penggunan obat-obatan, proses alergi, kelainan pencernaan
serta mekanisme absorpsi, defisiensi vitamin, maupun kondisi psikis. Secara
garis besar terdapat dua mekanisme dasar terjadinya diare, yaitu akibat
peningkatan intraluminal akibat tekanan osmotik sehingga terjadi penghambatan
reabsobsi air serta elektrolit.2
Akibat meningkatnya kapasitas sekresi air dan elektrolit, berimplikasi
pada terjadinya dehidrasi diikuti pula oleh gangguan gizi yang dapat terjadi
akibat diare yang berlangsung lama. Pada umumnya, penanganan diare meliputi
pemberian cairan adekuat dan elektrolit, pemberian nutrisi adekuat, pemberian
preparat zinc, antibiotika selektif, dan edukasi terhadap orangtua/pengasuh.
Selain penatalaksanaan yang penting dalam pemberantasan diare adalah dengan
program pencegahan. Dengan penatalaksanaan yang cepat dan tepat serta
program pencegahan yang efektif diharapkan angka mortalitas dan morbiditas
akibat diare dapat diturunkan. 3
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas
dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa Diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia4. Diperkirakan sebanyak
800.000 kematian dibawah lima tahun disebabkan oleh diare pada tahun 2010,
yang merupakan 11% dari total kematian dibawah lima tahun. dengan sekitar
80% kematian ini terjadi di Afrika dan Asia tenggara. Hingga saat ini, Diare
masih menempati posisi ke-3 dengan jumlah kasus terbanyak3

1
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : An. A

Umur : 10 bulan 6 hari

Tanggal lahir : 18-11-2021

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Agama : Islam

Alamat : Ds.Dermo Gunung gangsir, Beji, Pasuruan

Tanggal MRS : 17-09-2022 2021 (23.00 WIB)

Tanggal KRS : 20-09-2022

No. RM : 00465388

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama : Diare 10x / hari sejak 2 hari

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesa


dengan Ibu Pasien. Ibu pasien mengatakan anak mengalami BAB cair
sejak 2 hari ini ( 18/09/22) . Ibu pasien mengatakan frekuensi BAB 8-10x
dalam ±12 jam ini. Konsistensi tinja berupa cair, berbau khas BAB cair
pada umumnya, disertai lender berwarna hijau dan tanpa disertai darah.
Selain itu pasien juga disertai dengan keluhan berupa panas. Ibu pasien
mengatakan panas pada anak sejak 3 hari yang lalu ( 17/09/22), kemarin
ibu pasien mengukur suhu anak mencapai 39oC. Panas dirasa turun hingga
anak dibawa ke IGD pada saat ini. Ibu pasien mengatakan pasien tidak
disertai muntah. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya nafsu untuk
konsumsi air minum menurun. Saat ini pasien diberikan susu berupa ASI.
Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. Frekuensi buang air
kecil pasien dalam sehari ini menurun.

2
Biasanya pasien bisa ganti Pempers 5 kali dalam sehari. Akan
tetapi saat ini (dalam 10 jam terkahir) anak hanya ganti pempers sebanyak
1-2 kali. Ibu pasien mengatakan ada batuk pilek, tidak ada kejang dan
anak tampak tidak ada sesak nafas.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Ibu pasien mengatakan anak belum pernah
mengalami sakit seperti ini. Kencing manis (-), darah tinggi (-), Asma (-),
Kejang (+) 1 bulan yang lalu 1 kali dalam 24 jam kurang dari 5 menit ,
batuk pilek (-).
4. Riwayat Alergi : Ibu pasien mengatakan anak tidak memiliki alergi
sebelumnya, baik itu makanan,minuman ataupun obat-obatan.
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga
yang mengalami sakit seperti ini. darah tinggi (-), Asma (-), batuk pilek
(-).
6. Riwayat Pengobatan : belum pernah diobati sebelumnya
7. Riwayat Diit : Ibu pasien mengatakan pasien biasanya diberikan ASI,
biskuit bayi dan bubur tim yang diberi kuah sayuran dan telur halus
8. Riwayat Pertumbuhan : Ibu pasien mengatakan Panjang anak 50 cm saat
lahir
9. Riwayat Perkembangan : Ibu pasien mengatakan saat ini anak sudah bisa
ngoceh, duduk sendiri, merangkak mengambil mainan, bayi bermain tepuk
tangan, dan memakan biskuit dengan memegang makanannya sendiri.
10. Riwayat Lingkungan : Ibu pasien mengatakan tinggal dirumah bersama
suami dan anaknya serta kedua orang tua. Rumah sudah beratapkan
genting dan bertembok. Terdapat 1 jamban dan 1 kamar mandi
dirumahnya serta untuk memasak sudah menggunakan kompor. Air yang
digunakan berasal dari PDAM. Tetangga rumahnya baik dan tidak ada
yang sakit seperti ini.
11. Riwayat Imunisasi : imunisasi dasar lengkap

12. Riwayat Kehamilan dan Persalinan : Ibu pasien mengatakan saat hamil
terkadang periksa kebidan dan tidak ada masalah/sakit saat hamil. Ibu
pasien lahir secara Spontan Normal. Ibu pasien mengatakan saat lahir anak
menangis dan pasien merupakan anak pertama. BBL saat lahir 3600 gram

3
dan panjang badan 50 sentimeter. Ibu mengatakan tidak ada riwayat
ketuban pecah dini sebelumnya, saat hamil tidak ada riwayat darah tinggi,
kencing manis ataupun asma.

4
C. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Tampak sakit ringan-sedang


2) Kesadaran : Compos Mentis
3) GCS : 456
4) Vital Sign

a. Nadi : 115x/menit, regular kuat


b. Pernafasan : 24 x/menit, reguler, suara nafas vesikuler
c. Tensi : 89/52 mmHg
d. Temperature : 39,1 ◦c
e. SPO2 : 99%

5) Data Antropometrti : BB : 7,5 kg, PB : 70 cm, LK: 44 cm


6) Status Gizi
a. BB/U : - 2 SD ≤ WAZ ≤ 2 SD ( Normal)
b. PB/U : - 2SD ≤ LAZ ≤ 2 SD ( Normal)
c. BB/TB: 1 SD ≤ WLZ ≥ -2SD ( Normal )
d. BBI : 9,4 kg

7) Status Generalis
a. Kepala/ Leher
A-/I-/C-/D-
Mata cowong -/-
b. Thorax
 Paru:
Inspeksi : Bentuk simetris, Retraksi (-/-).

Palpasi : Fremitus suara simetris (+/+)

Perkusi : Sonor (+/+)


Auskultasi: Vesikuler (+/+), Rh (-/-) ; Wh (-/-)
 Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tak teraba


Perkusi : Tidak ada pergeseran batas jantung
Auskultasi : S1S2 Tunggal, Gallop (-),Murmur (-)
c. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, distended (-)
Palpasi : Supel, hati dan limpa tidak teraba, nyeri tekan (-),
Turgor kembali lambat(-)
Perkusi : Timpani

5
Auskultasi : Bising usus (+) dbn
d. Extremitas
Akral hangat kering merah:
+ +
+ +

Edema:
- -
- -

CRT < 2 detik

e. Genetalia:
Laki – laki , dalam batas normal

8) Status Neurologis:
Dalam batas normal

D. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap dilakukan di RSUD BANGIL pada tanggal 17-09-2022

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 10,58 g/dl 10,5-13,5 g/dl
Leukosit 11,60 6-17 x103/ µL

Trombosit 226 150-450 x103/ µL


Gula Darah 78 mg/dl < 200 mg/dl
Morfologi Sel
Neutrofil 39 1- 8,0 x103/ µL
Limfosit 6,27 3-13 x103/ µL
Basofil 0,12 0-0,17 x103/ µL

Monosit 1,31 0,18 – 1,02 x103


Neutrofil % 33,5 % 15-35 %
Limfosit % 54,1 % 45-76 %
Monosit % 11,33 % 3-6 %
Basofil % 1,1% 0-1 %

6
b. Urine lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan di RSUD BANGIL pada tanggal 22-09-2022
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Glukosa NEGATIF mg/dL negatif
billirubin NEGATIF negatif
Keton NEGATIF mg/dL negatif
Berat Jenis 1,010 1000
Darah NEGATIF negatif
pH 6,0 5
Protein NEGATIF mg/L Negatif
Urobilinogen NEGATIF mg/dL Negatif
Nitrit NEGATIF <=0,2
Leukosit NEGATIF /uL Negatif
Eritrosit 0-1 LPB Negatif
Lekosit - /Lp <3
Epitel 2-3 /Lp
Warna Kuning
Silinder NEGATIF /Lp
Bakteri NEGATIF

c. Foto Radiologi

Interpretasi:
Soft tissue : tak tampak soft tissue swellling
Tulang : tervisualisasi intak
Trakea : tidak ada deviasi
Cor : bentuk, ukuran dalam batas normal
Pulmo : corakan bronkovaskuler pattern normal D/S
Sinus costophrenicus : tajam D/S
Diafragma : Dome shape D/S
Kesimpulan : foto thorax dalam batas normal

7
E. Diagnosis Banding
1) Diare akut e.c intolerensi laktosa
2) Diare akut e.c Salmonella
3) Diare akut e.c Escherichia Coli

F. Diagnosis Kerja

Diare Akut + Dehidrasi Ringan /Sedang

G. Penatalaksanaan
 Rehidrasi KAEN 3B 500ml/3 jam lanjut maintance 700ml/24 jam
 Injeksi Paracetamol 75 mg (IV) bila suhu > 38,5oC
 Zinc Syrup 1x1 cth PO selama 10 hari
 Oralit 100ml tiap kali muntah
 Lacto B 1x1 sachet PO
 Asi dan makanan di lanjutkan

H. Prognosis
Dubia ad bonam

8
I. Follow Up

1) Follow Up 20 September 2022


Subjektif Objektif Assesment Planning
Anak panas naik-  KU: lemah Diare Akut disertai  Inf. KaEN 3 B
turun, diare dengan Dehidrasi 500 cc/24 Jam
(+) 10x cair  Kesadaran:  Inj. Paracetamol
Ringan/Sedang
dan ampas, composmentis 10 mg/kgbb (75
hari ke 3
Lendir mg) (IV)
 N = 112x / menit
berwarna hijau
 Tablet zinc 1x20mg
muntah (-),
 RR = 24 x/menit  Lacto-B 1x1sachet
makan (-),
minum (+)  ASI dan
 Suhu =39,1o C
ASI makanan
berkurang, Air dilanjutkan
 A/I/C/D =
putih (+) lebih
-/-/-/-, cowong  Observasi
banyak dari -/-
TTV,KU
biasanya.
 Thorak :
Pulmo : simetris,
vesikuler di kedua
lapang paru,
rhonki(-), weezing (-)

 Cor : S1S2
tunggal,
gallop(-),

9
2) Follow Up 21 September 2022
Subjektif Objektif Assesment Planning
Anak tidak  KU: baik Diare Akut  Inf. KaEN 3 B
panas, diare disertai dengan 500 cc/24 Jam
(+) 4x cair,  Kesadaran:  Oralit 100ml tiap
Dehidrasi
lendir composmentis muntah
Ringan/Sedang
berwarna  Tablet zinc 1x20mg
 N = 140x / menit hari ke 4
hijau, muntah  Lacto-B 1x1sachet
(-), makan (-),
 RR = 32 x/menit  Observasi
minum (+)
TTV,KU
ASI masih
 Suhu =36,7o C
sedikit,
Minum air
 A/I/C/D =
putih (+)
-/-/-/-, cowong
banyak, -/-
BAK (+)
 Thorak :
kuning 3-4x
Pulmo : simetris,
ganti popok
vesikuler di kedua
Pilek (+),
lapang paru,
demam (-)
rhonki(-), weezing (-)
Cor : S1S2 tunggal,
gallop(-),murmur
(-)
 Abdomen : Supel,
BU (+) kesan
normal, timpani
(+), nyeri tekan
(-), pembesaran
hepar (-)
pembesaran Lien
(-), Turgor kulit
<2 detik

 Ekstremitas :
hangat (+), edema

10
(-), CRT <2 detik

11
3) Follow Up 22 September 2022

Subjektif Objektif Assesment Planning


Anak  KU: baik Diare Akut  Inf. KaEN 3 B
demam(+), disertai dengan 500 cc/24 Jam
 Kesadaran:
BAB cair dehidrasi  Inj. Paracetamol
composmentis
1x,ampas, Ringan/Sedang 10 mg/kgbb (80
 N = 144x / menit
BAK (+), hari ke 5 mg x 3)
muntah (-),  RR = 36 x/menit
+ Diapers Rush  Oralit 100ml tiap
makan (+)  Suhu =38o C muntah
sudah mau  Tablet zinc 1x20mg
 A/I/C/D = -/-/-/-,
makan  Lacto-B 1x1sachet
cowong -/-
biskuit bayi,
minum (+),  Salep gentamycicin
 Thorak :
2x1 area genitalia
pilek (+), Pulmo : simetris,
kemerahan vesikuler di kedua  Observasi
di bagian lapang paru, TTV,KU
bokong rhonki(-), weezing (-)
 Cor : S1S2
tunggal, gallop(-),
murmur (-)

 Abdomen : Supel,
BU (+) kesan
normal,

timpani (+), nyeri


tekan (-),
pembesaran hepar
(-) pembesaran
Lien (-), Turgor
kulit <2 detik

 Ekstremitas :
hangat (+), edema
(-), CRT <2 detik

12
4) Follow Up 23 September 2022

Subjektif Objektif Assesment Planning


Anak panas  KU: baik Diare Akut  Inf. KaEN 3 B
(-), BAB cair disertai dengan 500 cc/24 Jam
2x,ampas,  Kesadaran:  Inj. Paracetamol
dehidrasi Sedang
BAK (+), composmentis 10 mg/kgbb (80
hari ke 5
muntah (-), + Diapers Rush mg x 3)
 N = 138x / menit
makan (+)
 Tablet zinc 1x20mg
sudah mau
 RR = 32 x/menit  Lacto-B 1x1sachet
makan
biskuit bayi,  Salep gentamycicin
 Suhu =37,3o C
minum (+) 2x1 area genitalia
ASI, pilek  A/I/C/D =
 Observasi
(+), -/-/-/-, cowong
TTV,KU
kemerahan -/-

di bagian
 Thorak :
bokong
Pulmo : simetris,
vesikuler di kedua
lapang paru,
rhonki(-), weezing (-)

 Cor : S1S2
tunggal,
gallop(-),
murmur (-)

 Abdomen :
Supel, BU (+)
kesan normal,

13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.5
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering
frekuensi buang air besarnya lebih dari 3 – 4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat
disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi
meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi
laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk
bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah
meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang
menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang – kadang pada seorang
anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan
ini sudah dapat disebut diare.6

B. Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak
meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di
negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh
diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih
merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia
24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding
pneumonia 15,5%.7

C. Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kuman-kuman
patogen telah dapat diidentifikasikan dari penderita diare sekitar 80%, pada kasus
25
yang datang disarana kesehatan dan sekitar 50 % kasus ringan di masyarakat. Pada
saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang
dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya
diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diare
akut oleh karena infeksi adalah non inflammatory dan inflammatory.6
Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasit, perlekatan dan / atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare
biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
memproduksi sitotoksin.6
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
adalah sebagai berikut8 :

Gambar 1

Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds. Nelson Textbook of Pediatrics 17
ed. Saunders. 2004 :1272-6

D. Patofisiologi

Kasus diare paling sering disebabkan oleh infeksi virus, utamanya


adalah Rotavirus (40–60%). Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan
26
diare seperti bakteri E coli, Aeromonas hydrophilia, Giardia lambdia,
Fasiolopsis buski, Trichuris trichiura, dll.3 Pada umumnya, virus
penyebab diare masuk kedalam tubuh melalui saluran pencernaan,
menginfeksi enterosit, dan menimbulkan kerusakan villii usus halus.
Enterosit yang rusak akan digantikan oleh enterosit berbentuk kuboid
atau epitel gepeng yang belum matang secara struktur dan fungsi. Hal ini
yang menyebabkan villi mengalami atropi sehingga tidak dapat
menyerap makanan dan cairan secara maksimal. Makanan dan cairan
yang tidak terserap dengan baik tersebut akan menyebabkan peningkatan
tekanan osmotik usus dan meningkatkan motilitas usus, pada akhirnya
akan timbul diare. Namun perlu diketahui bahwa diare yang disebabkan
oleh virus akan mengalami perbaikan dalam waktu 3 hingga 5 hari
tergantung kondisi fisik anak. Pasien sembuh saat enterosit yang rusak
sudah digantikan oleh enterosit baru dan serta berfungsi normal
(mature).1 Diare yang disebabkan oleh bakteri diklasifikasikan menjadi
dua golongan yaitu bakteri non invasif dan bakteri invasif. Bakteri non
invasif diantaranya Vibrio cholera dan E coli (EPEC, ETEC, EIEC).
Bakteri invasif diantaranya adalah Salmonella sp, E. Colii hemorrhagic
(EHEC) dan Campylobacter sp. Bakteri tipe non invasif dan bakteri
invasif dapat menimbulkan tanda tanda infeksi melalui salah satu
mekanisme yang berhubungan dengan proses transpor ion dalam sel-sel
usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen.

Patogenesis diare oleh bakteri non infasif dalam tubuh masuk


melalui saluran pencernaan yang tercemar oleh makanan kurang higienis.
Didalam lambung, seluruh komponen bakteri akan dihancurkan oleh
asam lambung. Namun, perlu diperhatikan bahwa saat bakteri yang
masuk memiliki jumlah yang cukup banyak, bakteri akan melanjutkan
proses infeksi menuju duodenum. Didalam duodenum bakteri
berkembang biak hingga 100 juta koloni. Didalam membrane, bakteri
mensekresi toksin subunit A dan subunit B. Toksin subunit B menempel
pada membran subunit A dan akhirnya bersentuhan dengan membrane
sel. Akhirnya, akan terjadi rangsangan sekresi dan hambatan absorpsi
cairan, hal ini menyebabkan volume cairan lumen usus bertambah
27
banyak. Jika cairan melebihi 4500 ml atau kapasitasnya untuk menyerap
maka terjadilah diare.10

E. Klasifikasi Diare
Berdasarkan gejala klinis diare dapat dibedakan menjadi 7 macam , berikut
adalah tabel klasifikasi diare

Tabel 1
Tim Adaptasi Indonesia. Diare. In: World Health Organization, (ed.). Buku saku pelayanan
kesehatan Anak di rumah sakit. Jakarta: World Health Organization, 2009, p. 131-52

F. Klasifikasi derajat dehidrasi


Untuk memberi pengobatan pada anak yang sedang diare perlu diketahui tanda–
tanda dehidrasi sesuai dengan tabel derajat dehidrasi5

28
Gejala/ derajat Diar Diare dehidrasi Diare
dehidrasi e tanpa Ringan/ Sedang dehidrasi
dehidrasi Berat
Bila terdapat Bila terdapat dua Bila terdapat
dua tanda atau tanda atau lebih dua tanda atau
lebih lebih
Keadaan umum Baik, Gelisah, rewel Lesu, lunglai /
sadar Tidak sadar

Mata Tidak Cekung Cekung


cekung
Keinginan Normal, Ingin minum Malas minum
untuk minum tidak ada terus, ada rasa
rasa haus haus
Turgor Kembali Kembali lambat Kembali sangat
segera lambat
Tabel 2
Aditama, Tjandra Yoga, 2011, Buku Saku Lintas Diare, Departement Kesehatan RI, Jakarta

G. Tatalaksana

a. Berdasarkan 5 Lintas Diare (Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare)

1 Terapi cairan/ pemberian Oralit Osmolaritas Rendah

Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah


dengan memberikan Oralit. Bila tidak tersedia, berikan lebih banyak cairan
rumah tangga yang mempunyai osmolaritas rendah yang dianjurkan seperti
air tajin, kuah sayur dan air matang. Macam cairan yang digunakan
bergantung pada:
1) Kebiasaan setempat dalam mengobati diare.

2) Tersedianya cairan/ sari makanan yang cocok.

3) Jangkauan pelayanan kesehatan. Bila terjadi dehidrasi (terutama pada


anak), penderita harus segera dibawa ke petugas kesehatan atau sarana
29
kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat dengan
Oralit9.
Tabel 2.1 Perbedaan antara oralit lama dan oralit baru :

Tabel 2.1
Tim Adaptasi Indonesia. Diare. In: World Health Organization, (ed.). Buku saku pelayanan
kesehatan Anak di rumah sakit. Jakarta: World Health Organization, 2009, p. 131-52

2. Pemberian Zinc

Di negara berkembang, umumnya anak sudah mengalami defisiensi


Zinc. Bila anak diare, kehilangan Zinc bersama tinja, menyebabkan
defisiensi menjadi lebih berat. Zinc juga berefek dalam menghambat
enzim iNOS (inducible nitric oxide synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama sebagian besar kejadian diare.
Kerusakan morfologi epitel usus antara lain terjadi pada diare karena
Rotavirus yang merupakan penyebab terbesar diare akut. Pemberian
Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya. Zinc diberikan pada setiap diare dengan dosis, untuk anak
berumur kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg ( ½ tablet) Zinc per hari,
sedangkan untuk anak berumur lebih dari 6 bulan diberikan 1 tablet zinc

30
20 mg. Pemberian zinc diteruskan sampai 10 hari, walaupun diare sudah
membaik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kejadian diare
selanjutnya selama 3 bulan ke depan. Cara pemerian dengan melarutkan
tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI.9
3. Pemberian Antibiotik

Antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya


kejadian diare yang memerlukannya (8,4%). Antibiotik hanya
bermanfaat pada anak dengan diare berdarah (sebagian besar karena
Shigellosis), suspek kolera, dan infeksi di luar saluran pencernaan yang
berat, seperti pneumonia. Obat-obatan anti-diare tidak boleh diberikan
pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat
anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak
mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian menimbulkan efek samping yang berbahaya, dan bisa berakibat
fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh
parasit (Amuba, Giardia).9

Tabel 2.2 Antibiotik dan kegunaannya

Tim Adaptasi Indonesia. Diare. In: World Health Organization, (ed.). Buku saku pelayanan
kesehatan Anak di rumah sakit. Jakarta: World Health Organization, 2009, p. 131-52

4. Pemberian Asi/Makanan

31
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering
diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit demi
sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.

5. Edukasi Orang tua


Orangtua diharapkan dapat memeriksakan anak dengan diare
puskesmas atau dokter keluarga bila didapatkan gejala seperti: demam, tinja
berdarah, makan dan atau minum sedikit, terlihat sangat kehausan, intensitas
dan frekuensi diare semakin sering, dan atau belum terjadi perbaikan dalam
tiga hari. Orang tua maupun pengasuh diberikan informasi mengenai cara
menyiapkan oralit disertai langkah promosi dan preventif yang sesuai
dengan lintas diare.1 Penanganan diare berikutnya adalah dengan pemberian
probiotik dan prebiotik. Probiotik adalah organisme hidup dengan dosis
yang efektif untuk menangani diare akut pada anak.
Probiotik yang dapat digunakan dalam penanganan diare oleh
Rotavirus pada anak-anak adalah Lactobacillus rhamnosus GG,
Sacharomyces boulardii, dan Lactobacillus reuterii. Probiotik memberikan
manfaat untuk mengurangi durasi diare. Probiotik efektif untuk mengurangi
durasi diare oleh virus namun kurang efektif untuk mengurangi durasi diare
yang disebabkan oleh bakteria (Guandalini). Mekanisme probiotik sebagai
tata laksana penanganan diare adalah melalui produksi substansi
antimikroba, modifikasi dan toksin, mencegah penempelan patogen pada
saluran cerna, dan menstimulasi sistem imun.

Menurut kementerian Kesehatan Republik Indonesia diare dapat diterapi


32
menurut derajat dehidrasinya4
a. Diare tanpa dehidrasi4

Gambar 2
Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita, Jakarta, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Direktorat Jenderal pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang 4


33
Gambar 3
Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita, Jakarta, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Direktorat Jenderal pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

c. Diare dengan dehidrasi berat4


34
Gambar 4
Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita, Jakarta, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Direktorat Jenderal pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

35
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil heteroanemnesis dengan ibu pasien, didapatkan pasien


datang dengan keluhan diare dan rewel. Diare sehari 10x, cair, disertai lendir
berarna hijau, dan tidak ada darah. Pasien juga mengalami pilek, nafsu makan dan
minum ASI menurun, tetapi minum air putih lebih banyak daripada biasanya. Diare
adalah buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari tiga kali sehari disertai
atau tanpa darah, dengan atau tanpa lendir. Diare akut adalah diare yang terjadi
secara mendadak selama kurang dari sama dengan 7 hari. 1
Berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis
berupa Diare akut dengan dehidrasi ringan/sedang. Hal ini ditegakkan berpedoman
pada buku WHO berdasarkan tabel klasifikasi diare. Pada pasien ini didapatkan
tanda tanda diare akut berupa diare lebih dari tiga kali sehari , diare kurang dari
tujuh hari, sedangkan tanda dehidrasi ringan yang didapatkan pada pasien ini yaitu
berupa keluhan gelisah atau rewel, merasa haus daripada biasanya, volume buang
air kencing berkurang. Namun pada pasien ini tidak didapatkan tanda – tanda
dehirasi berupa mata cowong, dan turgor kulit yang kembali melambat.

Penatalaksanaan pada pasien ini berpedoman pada 5 lintas diare WHO


dan Kemenkes yaitu dengan terapi cairan untuk mengganti cairan dan elektrolit
yang hilang dan mempertahankan jumlah cairan dan elektrolit tubuh dengan
memberikan larutan oralit 75cc/kgbb/3jam sampai rasa haus hilang, kemudian
apabila telah tercapai rehidrasi dilanjutkan dengan pemberian cairan
maintenance, oralit 10-20cc/kgbb. Namun pada pasien ini usaha rehidrasi oral
(URO) gagal, di mana anak menolak saat diberikan oralit, upaya penggantian
cairan dilakukan melalui intravena dengan pemberian rehidrasi NS 75cc/kgbb/ 3
jam lalu dilanjutkan dengan KAEN 3 B 500 cc/24 Jam. Paracetamol inj 10
mg/kkBB ( 75mg) diberikan sebagai antipiretik jika terdapat demam tinggi
>38,5°C. 1,3
Suplementasi zinc dilakukan guna mengurangi lama dan beratnya
diare, serta mencegah berulangnya diare pada 2-3 bulan berikutnya. Zinc
diberikan 10 mg (1/2 tablet)/hari. 1,3

36
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah
sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrisi sebanyak anak
mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare, nafsu makannya timbul
kembali setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan
mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan
menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrisi, sehingga memburuknya status gizi
paling tidak dapat dikurangi. Makanan yang diberikan pada anak diare tergantung
kepada umur, makanan yang disukai dan pola makan sebelum sakit dan budaya.
Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama dengan yang
dibutuhkan dengan anak sehat. Selain itu dilakukan KIE yang berkaitan dengan
sakit pasien, keluraga di KIE untuk segera lapor kepada perawat atau dokter yang
bertugas jika anak panas berulang, diare berkurang yang disertai darah/lendir/busa,
lapor segera jika anak muntah.2,3
Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam. Apabila diare
ditatalaksana sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar (90%) kasus diare pada
anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari. 2 Pasien diare di pulangkan
dengan indikasi tanda-tanda vital dalam batas normal, tumbuh kembang baik,
kesadaran anak membaik, mulut dan bibir mulai basah, turgor kulit kembali cepat,
tidak muntah, buang air besar tanpa darah,lendir tidak cair, buang air kecil dalam
batas normal, makan minum baik,pemeriksaan feses lengkap negatif dan memiliki
prognosis baik. 1,3

37
LAMPIRAN 1
Kurva Status Gizi

a.

b.

38
LAMPIRAN 2
Kurva Status Gizi

c.

39
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief,Abdul.,dkk. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah

Sakit WHO. World Health Organization Country Office for Indonesia: Jakarta

2. Desak Putu Rendang Indriyani. Et.all. 2020. Penanganan terkini diare pada anak:

tinjauan pustaka. General Practitioner, Bali Royal hospital. Published by

DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 923-932.

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Buku Pedoman

Pengendalian Penyakit Diare. Bakti Husada : Jakarta

4. Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada


Balita. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan :Jakarta.
5. Aditama, Tjandra Yoga, 2011, Buku Saku Lintas Diare, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta
6. Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. In: Juffrie M SS, Oswari H, Arief S,
Rosalina I, Mulyani NS, , ed. Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI; 2010:87-118
7. Kemenkes. Pengendalian Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data & Informasi
Kesehatan. 2011; 2 (2).
8. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds.
Nelson Textbook of Pediatrics 17 ed. Saunders. 2004 :1272-6.
9. Tim Adaptasi Indonesia. Diare. In: World Health Organization, (ed.). Buku saku
pelayanan kesehatan Anak di rumah sakit. Jakarta: World Health Organization,
2009, p. 131-5
10. Primadi,Oscar.,dkk. 2020. Buku Pedoman Profil Kesehatan Indonesia 2019.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia :Jakarta

40
41

Anda mungkin juga menyukai