PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare didefinisikan sebagai defekasi dari tiga atau lebih tinja lembek atau
cair per hari, atau frekuensi lebih dari normal.1 Diare merupakan penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, serta protozoa, dan
penularannya secara fekal-oral. Selain proses infeksi, diare dapat pula disebabkan
oleh penggunan obat-obatan, proses alergi, kelainan pencernaan serta mekanisme
absorpsi, defisiensi vitamin, maupun kondisi psikis. Secara garis besar terdapat dua
mekanisme dasar terjadinya diare, yaitu akibat peningkatan intraluminal tekanan
osmotik sehingga terjadi penghambatan reabsobsi air serta elektrolit.2
Akibat menigkatnya kapasitas sekresi air dan elektrolit, berimplikasi pada
terjadinya dehidrasi diikuti pula oleh gangguan gizi yang dapat terjadi akibat diare
yang berlangsung lama. Pada umumnya, penanganan diare meliputi pemberian
cairan adekuat dan elektrolit, pemberian nutrisi adekuat, pemberian preparat zinc,
antibiotika selektif, dan edukasi terhadap orangtua/pengasuh. Selain
penatalaksanaan yang penting dalam pemberantasan diare adalah dengan program
pencegahan. Dengan penatalaksanaan yang cepat dan tepat serta program
pencegahan yang efektif diharapkan angka mortalitas dan morbiditas akibat diare
dapat diturunkan. 3
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas
dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa Diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia4. Diperkirakan sebanyak
800.000 kematian dibawah lima tahun disebabkan oleh diare pada tahun 2010, yang
merupakan 11% dari total kematian dibawah lima tahun. dengan sekitar 80%
kematian ini terjadi di Afrika dan Asia tenggara. Hingga saat ini, Diare masih
menempati posisi ke-3 dengan jumlah kasus terbanyak3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.5
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering
frekuensi buang air besarnya lebih dari 3 – 4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat
disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi
meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi
laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk
bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah
meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang
menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang – kadang pada seorang
anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini
sudah dapat disebut diare.6
B. Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak
meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di
negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh
diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih
merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia
24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding
pneumonia 15,5%.7
C. Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kuman-
kuman patogen telah dapat diidentifikasikan dari penderita diare sekitar 80 %
pada kasus yang datang disarana kesehatan dan sekitar 50 % kasus ringan di
masyarakat. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab
infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan
parasit. Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non
inflammatory dan inflammatory.6
Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasit, perlekatan dan / atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory
diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung
atau memproduksi sitotoksin.6
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada
manusia adalah sebagai berikut8 :
Gambar 1
Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds. Nelson Textbook of Pediatrics 17 ed.
Saunders. 2004 :1272-6.
D. Klasifikasi Diare
Berdasarkan gejala klinis diare dapat dibedakan menjadi 7 macam , berikut
adalah tabel klasifikasi diare
Gambar 1
Tim Adaptasi Indonesia. Diare. In: World Health Organization, (ed.). Buku saku pelayanan
kesehatan Anak di rumah sakit. Jakarta: World Health Organization, 2009, p. 131-52
Tabel 1
Aditama, Tjandra Yoga, 2011, Buku Saku Lintas Diare, Departement Kesehatan RI, Jakarta
F. Tatalaksana
WHO merekomendasikan lima tatalaksana utama diare yang disebut lintas
penatalaksanaan diare (rehidrasi, suplement zinc, nutrisi, antibiotik selektif, dan
edukasi orangtua/pengasuh).1
a. Rehidrasi yang adekuat
b. Parental
d. Nutrisi adekuat
Pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan yang sama saat
anak sehat diberikan guna mencegah penurunan berat badan dan
digunakan untuk menggantikan nutrisi yang hilang. Apabila terdapat
perbaikan nafsu makan, dapat dikatakan bahwa anak sedang dalam
fase kesembuhan. Pasien tidak perlu untuk puasa, makanan dapat
diberikan sedikit demi sedikit namun jumlah pemerian lebih sering
(>6 kali/hari) dan rendah serat. Makanan sesuai gizi seimbang dan
atau ASI dapat diberikan sesegera mungkin apabila pasien sudah
mengalami perbaikan. Pemberian nutrisi ini dapat mencegah
terjadinya gangguan gizi, menstimulasi perbaikan usus, dan
mengurangi derajat penyakit.1
e. Antibiotik
Gambar 2
Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita, Jakarta, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Direktorat Jenderal pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Sakit WHO. World Health Organization Country Office for Indonesia: Jakarta
2. Desak Putu Rendang Indriyani. Et.all. 2020. Penanganan terkini diare pada