Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

Disusun Oleh :

MUHAMMAD RIZKI HIDAYAT


SN 182063

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN (STIKES) KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN
2018/2019

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE


A. KONSEP PENYAKIT

1. Definsi

Diare adalah Infeksi saluran pencernaan di sebabkan oleh berbagai


enteropatogen, termasuk bakteria, virus, dan parasit (Kliegman, 2012).

Gastroenteritis dehidrasi adalah peradangan pada lambung dan usus


halus yang disertai dengan muntah dan diare. Diare adalah buang air besar
yang terjadi pada bayi/anak lebih 3 kali dalam sehari disertai perubahan tinja
menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah (Ahmad, 2011).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang


terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk
tinja yang encer atau cair (Soeparman & Waspadji, 2010).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang


terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk
tinja encer atau cair (Suriadi dan Rita, 2010).

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih


lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24
jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai
pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja
normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

2. Etiologi

Etiologi dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral, yaitu infeksi pada salura pencernaan dan


merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi:

1) Infeksi Bakteri : E.Coli, Salmonella, Shigella SPP, Vibrio Cholera


2) Infeksi Virus : Enterovirus, Protozoa, Adenovirus

3) Infeksi Jamur : Protozoa, Candida SPP, Entamoeba Histolityca

b. Infeksi parenteral, yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat


pencernaan, seperti OMA, Broncopneumonia, Tonsilofaringitais.

2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi Karbohidrat
b. Malabsorbsi Lemak
c. Malabsorbsi Protein
3. Obat – obatan : Zat besi, Antibiotika
4. Post pembedahan usus (Suriadi dan Rita, 2010).

3. Manifestasi Klinik

Menurut (Juffrie, 2010), Manifestasi klinis diare yaitu:

1. Nyeri perut ( abdominal discomfort )


2. Rasa perih di ulu hati, Rasa panas di dada dan perut
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang/anorexia
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin ( oliguria dan anuria)
8. Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba )
9. Diare
10. Demam / suhu tubuh biasanya meningkat
11. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi: turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun, ubun - ubun dan mata cekung, membran mukosa mulut dan
bibir kering)
12. Lemah, pucat, kehausan
13. Perubahan tanda – tanda vital: nadi dan pernafas cepat
14. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena sering diare

Adapun tanda dan gejala dehidrasi yang lebih spesifik dibagi menjadi 3
bagian Yaitu :
1. Dehidrasi ringan
a. Diare: bab kurang dari 4 kali sehari
b. Muntah sedikit, rasa haus normal
c. Denyut nadi normal, atau meningkat
d. Membran mukosa kering
e. Berat badan turun : anak 3% dan bayi 5%
f. Tekanan darah dalam batas normal
g. Turgor kulit kurang baik
2. Dehidrasi sedang
a. Kehilangan berat badan : 6% dan bayi 10%
b. Mengantuk dan lesu
c. Pucat
d. Diare 4-10 kali sehari
e. Muntah beberapa kali
f. Exremitas dingin
g. Mata cekung, mulut/lidah kering
h. Turgor kulit tidak kenyal
i. Nafas dan denyut nadi agak cepat
j. Ubun-ubun cekung
3. Dehidrasi berat
a. Sangat mengantuk, lemah
Diare lebih dari 10 kali sehari
b. Sering muntah
c. Air mata tidak ada, mulut dan lidah sangat kering
d. Kulit dicubit kembali sangat lambat
e. Nafas dan denyut nadi sangat cepat, ubun-ubun sangat cekung
f. Berat badan turun: anak 9% dan bayi 15%(Suharyono, 2006)

4. Komplikasi
Menurut (Juffrie, 2010)dan (Kliegman, 2012), Komplikasi Diare
yaitu:
a) Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
b) Syok
c) Kejang
d) Sepsis
e) Gagal Ginjal Akut
f) Ileus Paralitik
g) Malnutrisi
h) Gangguan tumbuh kembang

5. Patofisiologi dan Pathway


Diare disebabkan karena ketidaknormalan absorbsi air dan
elektrolit. Transport air dan elektrolit ini terjadi didalam sistem pencernaan
meningkat pada usia anak-anak. Mukosa usus pada anak kecil lebih
permiabel dari pada anak besar. Diare dapat disebabkan karena proses
patologik. Organisme masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada
usus dan menempel pada mukosa usus serta melepaskan enterotoksin yang
menstimulasi cairan dan elektrolit keluar dari sel mukosa. Infeksi virus ini
menyebabkan destruksi pada mukosa sel dari vili usus halus yang dapat
menyebabkan penurunan kapasitas absorbs cairan elektrolit.

Interaksi antara toksin dan epitel, usus menstimulans enzim adenilsiklase


dalam membran sel dan mengubah cyclic AMP yang menyebabkan
peningkatan sekresi air dan elektrolit. Proses ini disebut diare sekretorik.
Pada proses invasi dan pengrusakan mukosa usus, organisme menyerang
enterocytes (sel dalam epitelium) sehingga menyebabkan peradangan dan
kerusakan pada mukosa usus. Pada pemeriksaan histologi, bakteri dapat
menyebabkan ulserasi superfisial pada usus dan dapat berkembang biak di
sel epitel. Sedangkan bila bakteri menembus dinding usus melalui plague
peyeri di ileum maka akan diikuti dengan multiplikasi organisme
intraselular dan organisme mencapai sirkulasi sistemik.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
a. Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan
elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motoilitas usus. Hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare (Kliegman, 2012).

6. PATWAY

Menurut (Ahmad, 2011), prinsip dari penatatalaksanaan diare pada


balita adalah LINTAS DIARE, yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-
satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta
mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak
kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare
untuk itu Kementrian Kesehatan telah menyusun Lima Langkah Tuntaskan
Diare (LINTAS DIARE) yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah
2. Zinc selama 10 hari berturut-turut
3. Pemberian ASI dan makanan
4. Pemberian antibiotik sesuai indikasi
5. Nasihat pada ibu/ pengasuh anak.

Adapun penilaian derajat dehidrasi dan terapi menurut (Kliegman,


2012) adalah sebagai berikut :
No PENILAIAN A B C
BILA TERDAPAT 2 TANDA ATAU LEBIH
1 Lihat Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai
Keadaan atau tidak sadar
umum

2 Mata Normal Cekung Sangat cekung


Rasa Haus Minum biasa, Haus ingin dan kering
tidak haus minum banyak Malas
minum/tidak bisa
minum
3 Periksa Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
Turgor Kulit lambat

4 Derajat Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat


ringan/sedang
Dehidrasi

5 Rencana Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi


Pengobatan C

Menurut (Kliegman, 2012) prinsip tatalaksana diare pada balita


adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang
didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO.
Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/
menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga
menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS Diare
(Lima Langkah Tuntaskan Diare) yaitu:
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,
air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang
baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual
dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare
untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum
harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan
cairan melalui infus.
Derajat dehidrasi dibagi dalm 3 klasifikasi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah
ini atau lebih :
Keadaan Umum : baik
Mata : Normal

Rasa haus : Normal, minum biasa


Turgor kulit : kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak diare
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak diare
Umur diatas 5 tahun : 1 - 1½ gelas setiap kali anak diare

b. Diare dehidrasi Ringan/Sedang


Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2
tanda di bawah ini atau lebih:
Keadaan Umum : Gelisah, rewel
Mata : Cekung
Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
Turgor kulit : Kembali lambat
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg
bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti
diare tanpa dehidrasi.

c. Diare dehidrasi berat


Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini
atau lebih:

Keadaan Umum: Lesu, lunglai, atau tidak sadar


Mata : Cekung
Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera
dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.

2. Berikan obat Zinc


Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam
tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide
Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan
mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama


dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare
pada 3 bulan berikutnya (Ahmad, 2011). Penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare
sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc
mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 % (Suriadi dan Rita, 2010).
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat
anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari Umur


> 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc:

Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,


sesudah larut berikan pada anak diare.

3. Pemberian ASI / Makanan :


Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan
gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi
harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga
diberikan lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan
makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan
lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi


Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan Anti diare juga tidak
boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak
bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat.
Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status
gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang
bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila
terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
5. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus
diberi nasehat tentang :

a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah


b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
 Diare lebih sering
 Muntah berulang
 Sangat haus
 Makan/minum sedikit
 Timbul demam
 Tinja berdarah
 Tidak membaik dalam 3 hari.
Menurut (Suriadi dan Rita, 2010). Penatalaksanaan Medis diare
yaitu:
1. Resusitasi cairan dan elektrolit
a. Rencana Pengobatan A, digunakan untuk : Mengatasi diare
tanpa dehidrasi. Meneruskan terapi diare di rumah Memberikan
terapi awal bila anak diare lagi
b. Rencana Pengobatan B
Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang); rehidrasi dengan
oralit 75 ml / kg BB dalam 3 jam pertama atau bila berat badan
anak tidak diketahui dan atau memudahkan dilapangan.
c. Rencana Pengobatan C
Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena
segera. Beri 100 ml/kg BB cairan RL, Asering atau garam
normal (larutan yang hanya mengandung glukosa tidak
boleh diberikan).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
1. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah
atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali,
waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik
atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans
dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.
3. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti
pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari
dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia
toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
b. Pola Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di wc
/ jamban / sungai / kebun, personal hygiene ?, sanitasi ?, sumber
air minum ?
b. Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah,
makanan / minuman terakhir yang dimakan, makan makanan
yang tidak biasa / belum pernah dimakan, alergi, minum ASI
atau susu formula, baru saja ganti susu, salah makan, makan
berlebihan, efek samping obat, jumlah cairan yang masuk
selama diare, makan / minum di warung ?
c. Pola eleminasi
Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
d. Pola aktifitas dan latihan : travelling Pola tidur dan istirahat
e. Pola kognitif dan perceptual
f. Pola toleransi dan koping stress
g. Pola nilai dan keyakinan
h. Pola hubungan dan peran
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
j. Pola seksual dan reproduksi
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun

3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup


pada anak umur 1 tahun lebih.
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung.
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan).
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang.
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
d. Pemeriksaan Penunjang
a) Riwayat Alergi pada obat-obatan atau makanan.
b) Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine dan glukosa.
c) Pemeriksaan tinja: kultur tinja, Ph, leukosit, glukosa dan adanya
darah.
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah Keperawatan yang muncul :
a) Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi usus
b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan
d) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi / BAB sering
e.Resiko syok (hipovolemi) berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit
f. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi

3. Perencanaan Keperawatan (tujuan, kriteria hasil, dan tindakan keperawatan menggunakan pendekatan NOC dan NIC)

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC


1. Diare berhubungan dengan faktor NOC : NIC :
fisiologis(proses infeksi dan parasit,  Bowel elimination  Diarhea Management
inflamasi dan iritasi, malabsorbsi)  Fluid Balance - Evaluasi efek samping pengobatan terhadap
Batasan karakteristik :  Hydration gastrointestinal
- Nyeri abdomen sedikitnya  Electrolyte and Acid base - Ajarkan pasien untuk mengunakan obat antidiare
tiga kali defekasi per hari balance - Instruksikan pasien/keluarga untuk mencatat
- Kram - Feses berbentuk, BAB sehari warna, jumlah, frekuensi dan konsistensi dari
- Bising usus hiperaktif sekali-tiga hari feses
- Ada dorongan - Menjaga daerah sekitar rectal dari - Evaluasi intake makanan yang masuk
iritasi - Identifikasi faktor penyebab dari diare
- Tidak mengalami diare - Monitor tanda dan gejala diare
- Menjelaskan penyebab diare dan - Observasi turgor kulit secara rutin
rasional tindakan - Ukur diare/keluaran BAB
- Mempertahankan turgor kulit - Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus
- Instruksikan pasien untuk makan rendah serat,
tinggi protein dan tinggi kalori jika
memungkinkan
- Instruksikan untuk menghindari laksative
- Monitor persiapan makanan yang aman
2. Kekurangan volume cairan NOC : NIC :
berhubungan dengan kehilangan  Fluid balance  Fluid Management :
cairan aktif  Hydration - Timbang popok/pembalut jika diperlukan
 Nutritional status: Food and fluid - Monitor intake dan output cairan
intake - Monitor status hidrasi (mukosa membrane, turgor
Kriteria Hasil : kulit)
- Mempertahankan urine output - Monitor tanda vital
sesuai dengan usia dan BB, BJ - Anjurkan klien meningkatkan masukan cairan
urine normal, HT normal - Kolaborasi pemberian cairan intra vena jika
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh diperlukan
dalam batas normal - Monitor status nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, - Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
elastisitas turgor kulit baik,
 Hipovolemia Management :
membrane mukosa lembab, tidak ada - Monitor status cairan termasuk intake dan output
rasa haus berlebihan
cairan
- Monitor tingkat Hb dan Hematokrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien terhadap panambahan
cairan
- Dorong pasien untuk menambah intake oral
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : NIC :
kebutuhan tubuh berhubungan dengan  Nutritional status  Nutrition Management
penurunan intake makanan  Food and fluid intake - Kaji adanya alergi makanan
 Nutrient intake - Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri
 Weight control secara mandiri.
Kriteria Hasil : - Kaji kebutuhan klien akan alat bantu untuk ADL.
- Adanya peningkatan berat badan - Bantu klien dalam pemenuhan ADL sampai
sesuai dengan tujuan mandiri.
- Berat badan idealsesuai dengan - Ajarkan dan pada klien cara perawatan diri mandiri
tinggi badan sesuai dengan kemampuan.
- Mampu - Ajarkan keluarga untuk perawatan yang dapat
dilakukan sendiri pada klien jika tidak mampu dalam
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
pemenuan ADL.
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
- Menunjukan peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
- Pasien melaporkan bisa melakukan
ADL secara mandiri
4. Hipertermia berhubungan dengan NOC : NIC :
dehidrasi  Thermoregulation  Fever Treatment
Kriteria Hasil : - Monitor suhu sesering mungkin
- Suhu tubuh dalam rentang normal - Monitor IWL
- Nadi dan RR dalam rentang - Monitor warna dan suhu kulit
normal - Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- Tidak ada perubahan warna kulit, - Monitor penurunan tingkat kesadaran
tidak ada pusing dan merasa - Monitor WBC, Hb, dan Hct
nyaman - Monitor intake dan output
- Berikan anti piretik
- Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
demam
- Selimuti pasien
- Lakukan tapid sponge
- Berikan cairan intravena
- Kompres pasien pada lipat paha dan Aksila
- Tingkatkan sirkulasi udara
- Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
menggigil
 Temperatur Regulation
- Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
- Monitor TD, nadi, dan RR
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas
- Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
- Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
- Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
- Berikan anti piretik jika perlu
 Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
1. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan langkah akhir dalam proses


keperawatan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang di sengaja dan
terus-menerus dengan melibatkan Pasien, perawat, dan anggota tim
kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang
kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi
keperawatan adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Periska, dkk. 2011. ANTIMICROBIAL RESISTANCE OF


BACTERIAL PATHOGENS ASSOCIATED WITH DIARRHEAL
PATIENTS IN INDONESIA. Am. J. Trop. Med. Hyg., 68(6) pp. 666–
670.
Arvin,Kliegman Behrman.2012. Ilmu Kesehatan anak, alih bahasa Indonesia
Prof.DR.dr.A.Samik Wahab, SpA (K) Edisi 15.Jakarta: EG
Soeparman&Waspadji, 2010, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta :
CV. Sagung Seto.
Whale & Juffrie. 2010. Nursing Care of Infants and Children, fifth edition,
Clarinda company, USA.

Anda mungkin juga menyukai