SKENARIO 3
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare
bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi
berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali
(Hassan, 2005).
Diare masih merupakan masalah kesehatan pada anak terutama balita
di negara berkembang. Diare bersama dengan pneumonia merupakan penyakit
terbanyak yang menyebabkan kematian pada bayi dan balita. Sekitar 80%
kematian karena diare terjadi pada anak dibawah 2 tahun. Di Indonesia
terdapat kecenderungan yang meningkat , tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta
anak kurang dari 5 tahun meninggal karena diare. Oleh karena itu,
permasalahan tentang diare ini perlu dibahas sampai tuntas.
Berikut ini adalah permasalahan pada skenario 2 :
Annakku berak cair dan lemas
Pasien laki-laki, usia 1,5 tahun dibawa ibunya ke IGD RS dengan
keluhan mencret sejak kemarin kurang lebih 4 kali/hari, tinja cair
kekuningan, disertai muntah (+) lebih dari 5 kali/hari sebanyak gelas aqua
berisi makanan dan minuman. Pasien tampak lemas, rewel. Pemeriksaan fisik
: mata cowong, air mata berkurang, mukosa mulut kering, turgor kembali
lambat, nadi: 110 kali/menit, pernafasan: 36 kali/menit, suhu: 37.2C
peraksila. Dokter kemudian member infuse dan memberikan pengawasan
agar kondisi pasien tidak memburuk.
BAB II
PEMBAHASAN
JUMP 1
1. Mata cowong : Mata cowong atau mata cekung adalah keadaan mata yang
masuk ke dalam, biasanya menandakan pasien mengalami dehidrasi (sedang
hingga berat).
2. Turgor
: Elastisitas kulit. Turgor dinilai dari waktu pengembalian kulit
ke bentuk semula setelah kulit ditekan.
3. Mencret
: Mencret atau diare merupakan peningkatan frekuensi defekasi
dengan konsistensi yang lebih cair atau lunak. Dikatakan diare jika frekuensi
defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam.
4. Infus
: Pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui jalur
intravena dengan laju konstan dan dalam periode tertentu
5. Muntah
: Muntah atau emesis adalah proses pengeluaran isi lambung
melalui mulut.
JUMP 2
1. Bagaimanakah hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan kasus pada
skenario?
2. Bagaimana hasil interpretasi hasil pemerisaan fisik dan vital sign?
3. Bagaimana fisiologi defekasi dan patofisiologi terjadinya diare?
4. Mengapa keluhan pasien disertai dengan muntah? Bagaimanakah mekanisme
terjadinya muntah?
5. Apa penyebab pasien lemas dan rewel?
6. Apa saja indikasi pemberian infus? Apa saja macam cairan infus dan
bagaimana cara pemberiannya?
7. Apa saja jenis - jenis tinja?
8. Apa saja tingkatan dehidrasi dan bagaimana tatalaksananya?
9. Bagaimana tatalaksana kasus pada skenario?
10. Mengapa dokter melakukan pengawasan terhadap pasien?
11. Komplikasi apa yang mungkin terjadi bila pasien tidak segera diberi
tatalaksana yang tepat?
JUMP 3
1. LO
2. Interpretasi pemeriksaan fisik dan vital sign
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan mata cowong, air mata berkurang, mukosa
mulut kering, turgor kembali lambat, nadi 110x/menit, pernafasan 36x/menit,
suhu 37,2C per aksila.
Denyut
Respirator
Nadi/min
100 180
80 150
y Rate/min
30 60
30 60
anak anak dan bayi yang mengalami dehidrasi cenderung menjadi lebih
rewel dan lemas.
3. Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran
tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi
sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010). Menurut Simadibrata (2006) diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines
2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
a. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus
cereus,
Clostridium
perfringens,
Stafilokokus
aureus,
Campylobacter aeromonas
b. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus,
Astrovirus
c. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum,
Strongyloides stercoralis
d. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan
motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll. (Simadibrata,
2006).
Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu :
a. Infeksi oleh bakteri, virus (sebagian besar diare pada bayi dan anak
disebabkan oleh infeksi rotavirus) atau parasit
b. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu terutama antibiotik
5
c. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain sperti :
Campak, infeksi telinga, infeksi tenggorokan, malaria, dll
d. Pemanis buatan
e. Pada bayi saat dikenalkan MP-ASI seringkali memiliki efek samping diare
karena perut kaget dengan makanan dan minuman yang baru dikenal
lambungnya
f. Diare juga bisa disebabkan oleh faktor kebersihan lingkungan tempat
tinggal. Lingkungan yang kumuh dan kotor menjadi tempat berkembang
bakteri (E.coli), virus dan parasite (jamur, cacing, protozoa), dan juga lalat
yang turut berperan dalam membantu penyebaran kuman penyakit diare
Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang
dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi
terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita
campak (Kemenkes RI, 2011).
Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah
ini:
a. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit
dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan
tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum (Simadibrata,
2006).
7
b. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara
lain MgSO), Mg(OH) malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa
usus misal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa
(Simadibrata, 2006).
c. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi
micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadibrata,
2006).
d. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif
+ +
+
Na K ATPase di enterosit dan absorpsi Na dan air yang abnormal
(Simadibrata, 2006).
e. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus
sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya
antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Simadibrata, 2006).
Jenis diare
Istilah diare dibagi menjadi berbagai macam bentuk diantaranya :
a. Diare akut : kurang dari 2 minggu
b. Diare persisten : lebih dari 2 minggu
c. Diare disentri : diare disertai darah dengan ataupun tanpa lendir
d. Diare kholera : diare dimana tinjanya terdapat bakteri Cholera
Gejala diare
Buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang
berkepanjangan
Tinja yang encer dengan frekuensi 4x atau lebih dalam sehari
Pegal pada punggung, dan perut sering berbunyi
Mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh)
Diare yang disebabkan oleh virus dapat menimbulkan mual dan muntah-
muntah
Badan lesu atau lemah
Panas
Tidak nafsu makan
Darah dan lendir dalam kotoran
perawatan.
Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika
dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam
sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan
aminoglikosida yang susunan kimiawinya polications dan sangat polar,
sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga
sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam
11
(anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan
-
jumlah terbatas.
Pemberian kantong darah dan produk darah.
Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).
Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya
pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus
intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan
pemberian obat)
Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko
dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum
pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur
infus.
12
infus.
Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
7. Jenis-jenis tinja
Warna Tinja
Penyebab
Hijau
Makanan
Kemungkinan Konsumsi
dapat
bergerak
Sayuran
berdaun
hijau,
pewarna
makanan
hijau,
seperti
Akibatnya,
empedu
tidak
campuran
memiliki
waktu
untuk
dalam
rasa
minuman
atau
es
merombak sepenuhnya..
Putih, Warna Terang, atau
Obat-obat
tertentu,
seperti
Pucat
tinja.
Ini
mungkin
dosis
menunjukkan
obstruksi
subsalicylate
saluran empedu.
besar
bismuth
(Kaopectate,
Kadang-kadang
busuk
seperti
gangguan
misalnya,
karena
malabsorpsi,
penyakit celiac.
Hitam
Perdarahan
pencernaan
gluten
bagian
saluran
atas,
seperti perut .
Suplemen
zat
subsalisilat
besi,
(Kaopectate,
Pepto-Bismol),
licorice
hitam.
Merah terang
pewarna
usus
besar
atau
rektum,
makanan,
campuran.
8. Tingkatan dehidrasi
TINGKATAN DEHIDRASI
Ringan
%Penurunan
<5
Sedang
5-10
Berat
>10
Berat Badan
Tampilan
Normal/tidak
Tidak
Mengantuk,lemas,letargi
sehat
tenang/agitasi,gelisah
Mata/ubun-ubun
Membran
Normal
Normal/kering
atau mengantuk
Cekung
Kering
Mukosa
Pengisian kapiler
Normal
Perfusi Kapiler
detik)
Normal
(<2 Normal/Memanjang
Menurun
15
Sangat Cekung
Sangat kering
Memanjang
Tangan dan kaki dingin
bit,
Tekanan Darah
Normal
Normal
9. LO
10. LO
11. LO
16
Rendah
JUMP 4
P
K
P
O
1
e
a
.b
l
m
su
e
ir
G
e
D
h
a
ri
e
n
k
jn
v
h
:
sia
a
sla
d
ria
n
a
F
s
i
i
s
i
k
:
17
JUMP 5
1. Bagaimanakah hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan kasus pada
2.
3.
4.
5.
6.
skenario?
Bagaimana fisiologi defekasi?
Apa penyebab pasien lemas dan rewel?
Bagaimana tatalaksana kasus pada skenario?
Mengapa dokter melakukan pengawasan terhadap pasien?
Komplikasi apa yang mungkin terjadi bila pasien tidak segera diberi
tatalaksana yang tepat?
JUMP 6
Telah dilakukan langkah ke enam, yaitu belajar mandiri, untuk memenuhi Learning
Objective atau Tujuan Belajar pada skenario 3 Blok Pediatri
18
JUMP 7
1. Diare memang sering menyerang anak balita dan tidak memandang usia. Usia
balita yang rentan terkena diare adalah 12 hingga 24 bulan. Balita diare
disebabkan karena pencernaannya memang sedang beradaptasi dengan
berbagai makanan dan minuman yang masuk. Oleh sebab itu, makanan dan
minuman bisa menjadi salah satu penyebab diare. Makanan yang terlalu asam,
terlalu manis atau asin bisa menyebabkan anak balita terkena diare. Selain itu,
bisa saja anak memang memiliki alergi terhadap makanan tertentu seperti
telur dan ikan. Penyebab balita diare juga karena infeksi virus dan bakteri.
Virus yang sering menjadi penyebab diare bernama Rotavirus. Biasanya
Rotavirus menyerang anak balita usia 6 bulan hingga 1 tahun. Sedangkan
bakteri yang menyebabkan diare seperti vibrio cholera, salmonella dan
sebagainya. Virus dan bakteri ini ditularkan bisa melalui udara, air atau
makanan dan minuman.Di Indonesia kasus kematian pada anak dikarenakan
diare masih terbilang cukup tinggi, sehingga ada baiknya bila para ibu lebih
berhati-hati dalam menjaga anaknya agar bisa terhindar dari diare. Diare
menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization), adalah buang
air besar dengan frekuensi lebih sering (lebih dari tiga kali sehari) dan bentuk
tinja lebih cair dari biasanya. Penyebab diare pada bayi dan balita bisa
bermacam-macam tapi umumnya dikarenakan infeksi virus (rotavirus),
bakteri yang masuk kedalam mulut melalui 4F (food, finger, feces, fly (lalat),
faktor lingkungan yang kurang bersih, alergi makanan tertentu.
2. Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum.Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi (Kozier, 2010).
19
instrinsik. Ketika
feses
masuk
kedalam
rektum,
pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus
mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon
sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu
20
gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter anal interna tidak menutup dan bila
sfingter eksternal tenang maka feses keluar.
b. Refleks Defekasi Parasimpatis
Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord
(sakral 2 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan
rektum.Sinyal-sinyal
melemaskan
sfingter
parasimpatis
anus
ini
internal
meningkatkan
dan
gelombang
meningkatkan
refleks
peristaltik,
defekasi
Rehidrasi
Penggantian cairan
Tidak perlu
dehidrasi:
0 % Defisit
Tanpa Dehidrasi
(% <5% BB)
muntah
Ringan - sedang
(5-10% BB)
21
Berat
(>10% BB)
Cairan intravena :
<12
bulan
30ml/kg/ljam,
atau 70 ml/kg/5jam
DENGAN
SEKSAMA DAN
BANTU
IBU
MEMBERIKAN ORALIT:
Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan. Berikan sedikit demi
Terapi B.
Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi
C
BILA IBU HARUS PUANG SEBELUM SELESAI RENCANA
TERAPI B
Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di
23
dan 4% akan menjadi karier kronik. Risiko menjadi karier kronik pada anak
cukup rendah.
Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renyatan Hiporomelik
c. Kejang
d. Bakterikimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
1. Diagnosis pasien adalah diare yang disertai dehidrasi. Kami menetapkan
diagnosis ini karena diare pada bayi dan balita ditandai dengan buang air
besar >3 kali / hari dan terdapat tinja cair kekuningan yang seharusnya
berbentuk padat pada keadaan normal. Pasien ini juga mengalami
dehidrasi karena pada pemeriksaan fisik didapatkan mata cowong, air
mata berkurang, mukosa mulut kering serta turgor kulit kembali lambat
yang merupakan tanda-tanda dehidrasi pada tubuh.
2. Prinsip penatalaksanaan pasien diare dengan dehidrasi adalah dengan
beberapa tahap, yaitu :
a. Rehidrasi. Usaha ini meliputi pemberian cairan minum berupa oralit
untuk mencagah terjadinya dehidrasi.
b. Dukungan nutrisi. Anak yang diare tetap melanjutkan makan seperti
biasa, termasuk pemberian ASI atau cairan lain seperti susu, kuah sop,
sari buah atau minuman lain.
c. Suplementasi zinc.
d. Antibiotik selektif.
e. Edukasi. Usaha ini termasuk memberikan edukasi kepada ibu untuk
terus memberikan cairan oralit semau anak, mengenali tanda-tanda
dehidrasi dan kegawatan lain serta 5 lintas tata laksana diare.
B. Saran
Dari diskusi tutorial yang sudah dilakukan, diharapkan mahasiswa
lebih aktif dalam mengungkapkan pendapat dan curah analisis. Peran
25
Objective)
dengan
pertemuan.
26
mempersiapkan
materi
sejak
awal