Anda di halaman 1dari 11

e-ISSN: 2808-1382

Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan p-ISSN: 2809-8668


Volume 4, Nomor 1, Desember 2022, pp. 05-14

Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Diare Pada


Balita Di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
Jakarta Selatan
Cantika Iva Nugrahani1*, Nelil Mudarris 2, Lili Rachmawati 3

Politeknik Negeri Madura1*, Akademi Kebidanan Bunda Auni Bogor2

*Corresponding author: Name, address and email

Article history:
Received: 16-10-22
Accepted for publication: 20-11-2022
Published: 10-12-2022

Abstract.

Identification. Menurut WHO, ( 2007 ), menyatakan diare merenggut nyawa sekitar 3,5 juta anak
di seluruh dunia setiap tahunnya dan merupakan penyakit pembunuh kedua terbesar terhadap
anak-anak di negara berkembang. Hasil Survey Badan Anak Dunia Tahun,(2003), menunjukkan,
setiap detik satu balita meninggal karena diare. Penelitian ini bersifat deskriftif yang hanya
mengambarkan karakteristik diare pada balita di puskesmas Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun
2017. Method. adapun variable yang diteliti yaitu : variable Dependent Diare pada Balita
(klasifikasi, dan tingkat dehidrasi), dan variable independent (umur, jenis kelamin, status gizi).
Sumber data berasal dari data sekunder dengan mengunakan data kohort MTBS balita yang
mengalami diare di puskesmas Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2017. Tehnik pengambilan
sampel dengan mengunakan random sampling. Balita yang menderita diare di Puskesmas Kec
Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2017. Result. Berdasarkan klasifikasi diare. Seluruh balita (
100% ) mengalami diare akut. berdasarkan tingkat dehidrasi, hampir seluruhnya 97,8%
mengalami diare tanpa dehidrasi. berdasarkan umur, yang paling tertinggi terjadi pada umur 1-3
tahun mencapai 41 balita (44,6%), namun pada umur 0-28 hari tidak ada balita yang mengalami
diare (0%). berdasarkan jenis kelamin, yang paling tinggi terjadi pada jenis kelamin laki-laki
sebanyak 52 balita (56,5%). Conclusion. berdasarkan status gizi, hampir semua balita memiliki
status gizi yang baik dengan jumlah balita 90 (97,8%). Di harapkan orang tua bisa menjaga
kebersihan dan memilih makanan yang tepat agar anak terhindar dari diare, biasakan anak
mencuci tangan sebelum makan.

Keyword: Karakteristik, Balita, Diare

PENDAHULUAN seluruh dunia setiap tahunnya dan merupakan


Diare merupakan buang air besar penyakit pembunuh kedua terbesar terhadap
(defikasi) dengan jumlah tinja yang lebih anak-anak di negara berkembang. Hasil Survey
banyak dari biasanya (100-200 ml/jam tinja) Badan Anak Dunia Tahun,(2003),
dengan tinja yang berbentuk cairan setengah menunjukkan, setiap detik satu balita
cair (setengah padat) dapat pula disertai meninggal karena diare.
frekuensi defeksi yang lebih meningkat (Arif Penyebab utama kesakitan dan
Mansjoer, 2001). kematian pada anak di Negara berkembang
Menurut WHO, (2007), menyatakan (ASEAN), adalah diare. sampai saat ini diare
diare merenggut nyawa sekitar 3,5 juta anak di tetap sebagai child killer peringkat pertama di
Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan, Vol. 4, Issue 1, Desember (2022) 5
Indonesia. (Nursalam M Nurs, 2005). lama waktu diare terdiri dari, diare akut, diare
Berdasarkan latar belakang diatas dengan persisten, diare kronis yaitu:
masih tingginya kejadian diare di Puskesmas a. Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu
Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2017. berlangsung kurang dari 14 hari dengan
. pengeluaran tinja lunak atau cair.
DASAR TEORI b. Diare persisten adalah diare yang
A. Pengertian Diare berlangsung 15-30 hari merupaakn
Menurut A. Aziz Alimul Hidayat (2008), kelanjutan dari diare akut.
Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja c. Diare kronis adalah diare hilang timbul atau
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. berlangsung lama dengan penyebab non-
Perubahan yang terjadi berupa perubahan infeksi seperti penyakit sensitive terhadap
peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi gluten atau gangguan metabolism yang
dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih menurun lama diare kronis > 30 hari.
dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 Menurut Ngastyah (2003), tingkat dehidrasi
kali/hari. (kehilangan cairan) di bagi 3 yaitu:
Menurut Anik Maryunani (2010), Diare a. Tanpa Dehidrasi
adalah apabila penderita buang air besar Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan BB
mengalami perubahan bentuk dan konsistensi 2,5%.
tinja lembek sampai cair, dengan frekuensi Keadaan umum baik, sadar, dan tanda vital
buang air besar lebih dari biasanya (3 kali lebih dalam batas normal.
dalam 24 jam). Menurut Kementrian Kesehatan b. Dehidrasi Ringan
Republik Indonesia (2006), Diare adalah buang bila terjadi penurunan BB 5-10%.
air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali Terdapat 2 atau lebih tanda – tanda berikut ini:
dalam satu hari dan biasanya berlangsung 1) Gelisah, rewel, mudah marah.
selama 2 hari. Ganstroentritis adalah buang air 2) Mata cekung
besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang 3) Haus, minum dengan lahap
cair dengan frekuensi lebih banyak dari 4) Cubitan kulit perut kembalinya lama
biasanya (Rudianto ,2004). c. Dehidrasi Berat
Balita adalah bayi yang berumur dibawah 5 Bila terjadi penurunan BB lebih dari 10%.
tahun atau masih kecil yang perlu tempat Terdapat tanda- tanda berikut ini :
bergantung pada dewasa yang mempunyai 1) Latergis atau tidak sadar.
kekuatan untuk mandiri dengan usaha anak 2) Mata cekung
balita yang tumbuh (Adzania, 2004). 3) Tidak bisa minum atau malas minum
Balita adalah anak yang berusia dibawah 5 4) Cubitan kulit perut kembalinya lambat.
tahun merupakan generasi yang perlu mendapat 5) Tangan dan kaki dingin
perhatian, karena balitamerupakan generasi Dari hasil penelitian Hendrawan (2005),
penerus dan modal dasar untuk kelangsungan diare yang sering terjadi adalah diare akut
hidup bangsa, balita amat peka terhadap dengan angka kejadian 55 %, dan dengan
penyakit, tingkat kematian balita masih tinggi dehidrasi ringan 48 %, karena tubuh balita
(Arisman, 2004). banyak mengeluarkan keringat, urine, dan
Balita diharapkan tumbuh dan berkembang frekuensi BAB yang sering dapat menyebabkan
dalam keadaan sehat jasmani, sosial dan bukan dehidrasi ringan.
hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Patogenesis
Masalah kesehatan balita merupakan masalah Menurut Lia Yulianti (2010), Mekanisme
kesehatan nasional, menigkat angka kesakitan dasar yang menyebabkan timbulnya diare
dan angka kematian balita masih cukup tinggi adalah:
(Arisman, 2004) a. Gangguan osmotik
B. Klasifikasi Diare Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
Menurut Departemen Kesehatan Republik dapat diserap akan menyebabkan tekanan pada
Indonesia (2006), Klasifikasi diare berdasarkan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga

6
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam Infestasi parasit; cacing cascaris, trichiuris,
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini oxyuris, strongylodes protozoa
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya (entamoebuhistolytica, giardia lamblia,
sehingga timbul diare. taricomonas hominis) jamur (candida
b. Gangguan sekresi abbicans).
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian
pada dinding usus akan terjadi peningkatan tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus media akut (OMA) tonsilofaringtis, bronco
dan selanjutnya diare timbul karena terdapat pneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
peningkatan isi rongga usus. Keadaan ini terutama terhadap pada bayi dan
c. Gangguan motilitas usus anak berumur di bawah 2 tahun.
Hiperperistaltik akan mengakibatkan 2. Faktor makanan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap Faktor lain faktor makanan yang basi, yang
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya beracun alergi terhadap makanan dan juga dapat
bila perperistaltik usus menurun akan menyebabkan bayi mengalami diare adalah
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang kondisi tubuh bayi yang masih rentan,
selanjutnya dapat menimbulakn diare pula. cenderung memudahkah tumbuh dan
Patofisiologi berkembangnya bakteri/kuman dalam tubuh
Menurut Anik Maryunani (2010), Sebagai bayi terutama melalui makanan atau minuman.
akibat diare akan terjadi : Dalam hal ini maka sangat penting untk
1. Dehidrasi : Kehilangan cairan dan elektrolit memperhatikan apa yang dimakan bayi serta
karena kehilangan air atau output lebih banyak bagaimana apa yang dimakan bayi serta
dari pada asupan atau input. bagaimana cara memberikannya. Untuk itu,
2. Gangguan keseimbangan asam-basa dalam mempersiapkan makanan bayi, penting
(asidosis metabolik, hipokalemia dan untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
sebagainya). 1. Kebersihan peralatan
3. Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang Baik dalam proses pembuatan maupun
menderita diare dengan kekurangan kalori penyajian semua peralatan yang akan digunakan
protein. sebaiknya disterilkan terlebih dahulu dengan
4. Gangguan gizi sebagai akibat terjadinya dipanaskan dalam air mendidih selam + 2
penurunan berat badan dalam waktu yang menit.
singkat. 2. Kebersihan bahan makanan
5. Gangguan sirkulasi darah sebagai akibat Selain memperhatikan pemilihan kwalitas
diare dengan muntah atau tanpa disertai dengan bahan makanan yang akan dioleh/dihaluskan
muntah. harus dipanaskan agar terhindar dari kuman,
Etiologi serta menggunakan air sedikit mungkin agar
Menurut Lia Yulianti (2010), Diare dapat tidak banyak zat gizi yang terbuang. Penting
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : untuk diingat bahwa makanan yang sudah
1. Faktor Infeksi diolah tersebut harus segera mungkin untuk
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran menjaga komposisi zat gizi makanan tetap baik,
pencernaan yang merupakan penyebab utama makanan basi, beracun dan alergi terhadap
diare pada anak. makanan juga dapat menyebabkan diare.
Infeksi enteral ini meliputi: 3. Kebersihan Perorangan
2. Infeksi bakteri: vibrio, E'coli, salmonella, Peralatan dan bahan makanan yang
shegella, compylobacter, yersinia, aeromonas, terbebas dari kuman juga harus didukung oleh
dan sebagainya. kebersihan individu yang mempersiapkan,
3. Infeksi Virus: Enteroovirus (virus Echo, mengolah dan memberikan makanan pada bayi.
Caxsackie, poliomyelitis, adenovirus, ratavirus, Beberapa hal yang perlu diperhatikan
astrovirus, dll. diantaranya adalah:

Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan, Vol. 4, Issue 1, Desember (2022) 7


a. Selalu mencuci tangan dengan bersih, 9. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat
sebelum mempersiapkan makanan bayi. defisiensi enzim lactase karena kerusakan vili
b. Menggunakan lap/serbet, baju yang bersih. mukosa usus halus
c. Gunakan masker khusus penutup mulut bila 10. Kejang, terutama pada dehidrasi
anda sakit (influenza/ gangguan pernafasan) hipertonik
pada saat memberikan makanan pada bayi. 11. Malnutrisi energi protein, karena selain
Penyebab lain dari diare misalnya dari faktor diare dan muntah, penderita juga mengalami
makanan, gula buatan pada gula-gula dan kelaparan.
makanan atau minuman jadi. Pada sejumlah C. Pengobatan
kecil orang, karena tidak mampu mengolah Menurut Arif Mansjoer (2001), Pengobatan
laktosa (gula disusu) sehingga akan mengalami dirae berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi
diare setiap kali mengkonsumsi susu atau pada penderita diare dibagi menjadi tiga, yaitu
produk susu. Pemberian makanan yang tidak rencana pengobatan A, B, C.
tepat juga dapat menyebabkan diare. 1. Rencana pengobatan A
Dengan pemberian ASI kelainan atau Digunakan untuk mengatasi diare tanpa
kekurangan enzim pencernaan tertentu dapat dehidrasi, meneruskan terapi diare di rumah,
dihindari, karena ASI mempunyai efek memberikan terapi awal bila anak terkena diare
membantu fungsi saluran pencernaan bayi, dan lagi. Cairan rumah tangga yang diaanjurkan
juga mengandung komposisi zat gizi yang seperti oralit, makanan cair (sup, air tajin), air
mudah diserap dan dicerna oleh bayi. Dengan matang.jumlah larutan oralit yang dibrikan tiap
demikian pemberian ASI sangat dianjurkan BAB dari umur < 12 bulan 50-100 ml, umur 1-4
untuk mencegah diare, bahkan pada saat bayi tahun 100-200 ml, umur > 5 tahun 200-300 ml
diare. Disamping tetap diberi ASI, harus dan jumlah oralit yang disediakan di rumah dari
disertai juga dengan cara pemberian makanan umur < 12 bulan 400 ml/hari (2 bungkus), umur
yang tepat. 1-4 tahun 600-800 ml/hari (3-4 bungkus), > 5
3. Faktor Malabsorbsi tahun 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus).
a. Malabsorbsi karbohidrat; disakarida 2. Rencana Pengobatan B
(intolerzinsi laktosa, maltosa dan sukrosa), Digunakan untuk mengatasi diare dengan
monosakarida (intoleransi glucosa, fraktosa dan derajat dehidrasi ringan dan sedang, dengan
galaktosa, pada bayi dan anak yang terpenting cara dalam 3 jam pertama, berikan 75 ml/Kg
dan tersering ialah intoleransi laktosa BB. Berat badan anak tidak diketahui, berikan
b. Malabsorbsi lemah oralit paling sedikit sesuai umur < 1 tahun 300
c. Malabsorbsi protein ml, umur 1-5 tahun 600 ml, dan > 5 tahun 1200
4. Faktor psikologi; rasa takut dan cemas, ml. Berikan anak yang menginginkan lebih
walalupun jarang, dapat menimbulkan diare banyak oralit, dorong juga ibu untuk
terutama pada anak yang lebih besar. meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang
Komplikasi tidak mendapatkan ASI, berikan juga 100-200
Menurut Lia Yulianti (2010), Sebagai akibat ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali
kehilangan cairan dan elktrolit secara anak menggunakan bagan penilaian, kemudian
mendadak, dapat trjadi berbagai komplikasi pilih rencana A, B, C untuk melanjutkan
seperti: pengobatan.
5. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, 3. Rencana Pengobatan C
isotonic atau hipertonik) Digunakan untuk mengatasi diare dengan
6. Renjatan hipovolemik derajat dehidrasi berat. Pertama-tama berikan
7. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika
hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan keadaan anak sudah cukup baik maka berikan
pada elektrokardiogram) oralit. Setelah 1-3 jam berikutnya nilai ulang
8. Hipoglikemia anak dan pilihlah rencana pengobatan yang
sesuai.

8
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian mantap kefase berikutnya. Bila fase pertama
diare pada balita belum di selesaikan dengan baik maka
Terjadinya diare pada balita dapat di persoalan ini akan terbawa ke fase kedua.
pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu Ketidaksiapan tersebut tampak pada prilaku
: anak yang tergantung dan menolak untuk
a. Faktor agent disebut juga factor penyebab mandiri.
dimana faktor ini yang menyebabkan adanya b. Fase Anal (1-3 tahun)
penyakit. Salah satu tugas utama anak dalam fase ini
b. Faktor host dalam hal ini manusia sebagai adalah latihan kebersihan atau di sebut “ toilet
objek penyakit. training”. Anak mengalami perasaan nikmat
c. Faktor lingkungan dimana lingkungan saat menahan maupun pada saat mengeluarkan
sebagai medianya (Noor, 2008). tinja. Pada fase ini anak mulai menunjuk sifat
Namun menurut Soeningsih (2002), faktor ke -AKU-an nya. Sikap sangat egoistik. Tugas
lingkungan dan faktor sosial ekonomi termasuk orang tua adalah melatih anak untuk dapat
faktor pendukung terjadinya diare pada balita. buang air secara bersih dan teratur. Suatu tugas
Menurut Ilmu Kesehatan Anak Fakultas penting lain dalam fase ini adalah
Kedokteran Universitas Indonesia (2003), perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak
faktor-faktor yang menyebabkan diare adalah mula-mula hanya mengeluarkan bahasa suara
sebagai berikut ini : yang tidak ada artinya, hanya untuk merasakan
1. Usia atau umur. kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya.
Menurut A.Aziz Alimul Hidayat (2008), Melihat reaksi yang menunjukan rasa senang
umur balita di klasifikasikan menjadi: dari orang tua dan orang lain sekitarnya atau
A. Masa neonatus (0- 28 hari) suara-suara tersebut, anak mulai berusaha untuk
B. Masa bayi (28- 1 tahun) meniru dan mengulang , dan akhirnya keluarlah
C. Masa batita (1 – 3 tahun) mama dan papa, dan kemudian timbul bahasa ,
D. Masa balita (3- 5 tahun) kata dan kalimat yang ada artinya. Hubungan
Perkembangan psikoseksual anak (Singmund interpersonal anak masih sngat terbatas. Ia
Freud), merupakan proses dalam perkembangan melihat benda-benda hanya untuk kebutuhan
anak dengan pertambahan pematangan fungsi dan kesenangan dirinya. Pada umur ini seorang
struktur serta kejiwaan yang dapat anak masih bermain sendiri. ia belum bisa
menimbulkan dorongan untuk mencari berbagi atau bermain bersama anak lain.
rangsangan dan kesenangan secara umum untuk Sifatnya masih sangat egosentris.
menjadikan diri anak menjadi orang dewasa. c. Fase Oedifal (3-6 tahun)
Dalam perkembangan psikoseksual anak dapat Anak mulai melakukan rangsangan auto-
melalui fase berikut: erotik yaitu meraba-raba dengan merasakan
a. Fase Oral (lahir- 1 tahun) kenikmatan dari beberapa daerah erogennya.
Di sebut fase oral karena dalam fase ini Anak mulai bias merasakan dorongan seksual
anak mendapatkan kenikmatan dan kepuasan yang kemudian di tunjukan pada orang tua
dari berbagai pengalaman sekitar mulutnya, dengan jenis kelamin yang berbeda dengan
kenikmatan dapat melalui dengan cara dirinya. Anak laki-laki cenderung suka pada
mengisap, mengigit, mengunyah, atau bersuara, ibunya sebaliknya anak perempuan suka pada
ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta di ayahnya.
lindungi untuk mendapatkan rasa aman. d. Fase Laten (6-12 tahun)
Masalah yang di peroleh pada fese ini adalah Periode ini merupakan periode integrasi
masalah menyapih dan makan. Dasar yang bercirikan anak harus berhadapan dengan
perkembangan mental yang sehat sangat berbagai macam tuntutan sosial seperti
tergantung dari hubungan ibu dan anak dalam hubungan kelompok, pelajaran sekolah, konsep
fase ini. Bila ibu berhasil memuaskan moral dan etik dan hubungan dengan dunia
kebutuhan dasar anak maka anak tersebut dewasa.
merasa aman dan dapat melangkah dengan

Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan, Vol. 4, Issue 1, Desember (2022) 9


e. Fase Genital (>12 tahun)
Dalam fase ini anak harus menghadapi Nilai IMT Status gizi
berbagai persolan yang kompleks dan ia di ( BB x TB
²)
harapkan untuk bias bereaksi sebagai orang
< 18,5 Kurus
dewasa, sedangkan sebenarnya ia masih dalam
18,5 -22,9 Normal
masa transisi. Kesulitan yang sering terjadi >23 Overweigt
timbul pada fase ini sering kali di sebabkan oleh
karena si anak belum dapat menyelesaikan fase IMT merupakan salah satu cara untuk
sebelumnya dengan tuntas (Siti Rukiyah S,kp, memantau status gizi orang dewasa terutama
2009 ). berhubungan dengan BB. Seseorang memiliki
Menurut Departemen Republik Indonesia harapan hidup yang panjang jika
Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan mempertahankan BB normal. Perhitungan IMT
Lingkungan, (2006), Pada anak-anak umur hanya berlaku untuk orang dewasa > 18 tahun (
antara 6 bulan sampai 2 tahun sering terjadi Bakrie fajar, 2002).
penyakit diare karena imunitasnya belum Menurut Kemenkes RI ( 2000 ), status gizi pada
sempurna dan bayi yang kurang 6 bulan, diare balita dapat di bagi menjadi kurang gizi, gizi
biasanya terjadi karena minum susu sapi atau baik ,dan gizi buruk dengan berbagai penyebab
susu formula, frekuensi BAB yang normal baik langsung maupun tidak langsung. Salah
konsistensinya lembek, dalam satu hari satu cara untuk mengetahui gizi pada balita
tergantung pada diet dan umur anak. dengan cara melihat grafik KMS, jika BB balita
Dari hasil penelitian Roselin, (2008), di garis hijau maka gizi baik, garis kuning maka
berdasarkan distribusi penderita diare menurut kurang gizi, dan di bawah garis merah maka
umur didapatkan kasus neonatus 8,6%, bayi gizi buruk.
14,8%, batita 30,9%, balita 20,7%, anak 14,5%, Status gizi adalah keberhasilan dalam
dan dewasa 10,5%. pemenuhan nutrisi untuk anak yang
2. Jenis kelamin diindikasikan oleh berat badan dan tinggi
Menurut Purwanto (2005), diare lebih sering badan. Status gizi juga didefinisikan sebagai
terjadi pada anak laki – laki dari padaa status kesehatan yang di hasilkan oleh
perempuan karena anak laki-laki lebih berani keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
dan senang bermain di tempat yang kurang nutrisi. Pada status gizi buruk atau gizi kurang,
bersih seperti lumpur dari pada anak perempuan sistem kekebalan tubuh manusia rentan
yang hanya bermain boneka, selain itu anak terhadap penyakit maupun infeksi, termasuk
laki-laki kurang memperhatikan kebersihan diri diare. Penyakit diare pada balita yang status
dan lingkungannya dari padaa anak gizinya buruk lebih sulit disembuhkan karena
perempuan.hal ini yang mengakibatkan balita vili mukosa usus yang rusak mengalami proses
laki-laki sering terkena diare dari pada anak repitelisasi yang lebih lama sehingga
perempuan. Dengan angka kejadian pada balita penyerapan makanan oleh vili-vili mukosa usus
laki-laki 50,4%, dan anak perempuan 49,6%. berkurang (Beck, 2000).
3. Status gizi Namun menurut Suhardjo (2002), diare
Menurut Hartanto (2006), status gizi adalah juga bisa menyebabkan kurang gizi bahkan gizi
keadaan tubuh akibat dari komsumsi, makanan , buruk karena asupan makanan tidak normal dan
dan pengunaan zat gizi. Status gizi dapat dinilai pengeluaran yang berlebihan melalui tinja dan
oleh ahli gizi melalui wawancara seperti food keringat.
recall, pemeriksaan antoprometri (BB, IMT, Menurut penelitian yang dilakukan Thomas
lingkar perut, dan lainnya). Status gizi di Kegh (2006), angka kejadian diare sering di
bedakan menjadi kurus, normal,overweigt. temui pada anak yang kurang gizi 20,5%, gizi
Adapun kategori atau pembagian status gizi buruk 38,6%, baik 18,1%.
dapat di lihat di tabel 2.1. 4. Faktor lingkungan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003), telah
menyebutkan tingkat Kesehatan lingkungan

10
merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan konsep yang akan diamati atau diukur melalui
masyarakat modern yang meliputi semua aspek penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,
manusia dalam hubungannya dengan 2005).
lingkungan, yang terikat dalam bermacam- Kerangka Konsep Penelitian
macam ekosistem. Lingkungan hidup manusia
sangat erat kaitannya antara host, agent dan
environmet untuk timbulnya suatu masalah
kesehatan seperti halnya dengan penyakit diare.
Pada umumnya masalah penyakit diare
merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan masih merupakan masalah
kesehatan terbesar di Indonesia baik
dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi TUJUAN PENELITIAN
dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya Penelitian ini bertujuan untuk
perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan mengetahui Karakteristik balita yang
sehat. Faktor kondisi lingkungan yang beresiko mengalami diare di puskesmas Kec.Jagakarsa
yaitu kondisi jamban yang sembarangan, Jakarta Selatan Tahun 2017
pembuangan air limbah di selokan,
pembuangan sampah tidak di tempatny, dan METODE PENELITIAN
kondisi air minum yang kurang higinis. Desain penelitian ini adalah penelitian
5. Sosial Ekonomi Masyarakat deskriptif, dengan desain case series. Menurut
Menurut Departemen Republik Indonesia Notoatmodjo (2005), penelitian deskriptif
Ditjen Pengwndalian Penyakit dan Penyehatan adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
Lingkungan MTBS (2006), Menjelaskan dengan tujuan utama membuat gambaran atau
kemiskinan didefinisikan sebagai suatu tingkat deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif.
kekurangan materi pada sejumlah orang di Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
bandinglkan dengan standar kehidupan yang mendapatkan gambaran kejadian diare pada
umum berlaku dalam masyarakat yang balita di Puskesmas Kec. Jagakarsa Jakarta
bersangkutan Selatan Tahun 2017.
Kemiskinan bukan semata-matakekurangan
dalam ukuran ekonomi, tapi juga melibatkan Tempat dan Waktu Penelitian
kekeurangan dalam ukuran kebudayaan dan Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kec.
kejiwaan. Kemiskinan bertangung jawab atas Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2017.
penyakit yang di temukan pada anak. Penelitian ini dilakukan pada juni 2017.
Hal ini karena kemiskinann mengurangi
kapasitas orang tua untuk mendukung Populasi dan Sampel
perawatan kesehatan pada anak, cenderung Populasi
memiliki hygiene yang kurang, miskin diit, Menurut Notoatmodjo (2005), populasi
miskin pendidikan sehingga anak yang miskin adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
memiliki angka kematian dan kesakitan yang yang diteliti.sesuai dengan definisi di atas maka
lebih tinggi untuk hamper semua yang menjadi populasi adalah seluruh data diare
penyakit.frekuensi relative anak dari orang tuaa pada balita di Puskesmas Kec. Jagakarsa Jakarta
yang kurang mampu 2 kali lebih besar Selatan Tahun 2017.
menyebabkan BBLR, dan 4 kali lebih tinggi Sampel
risiko terkena diare dari pada anak dari orang Menurut Notoadmojo (2005), sampel
tua yang mampu. adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
Kerangka Konsep objek yang di teliti dan di angap mewakili dari
Kerangka Konsep seluruh populasi yang ada.
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
adalah kerangka hubungan antara konsep- seluruh balita yang menderita diare di
Puskesmas Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan
Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan, Vol. 4, Issue 1, Desember (2022) 11
Tahun 2017. Sampel merupakan bagian dalam penelitian ini adalah seluruh data yang
populasi yang akan di teliti atau sebagian bersumber dari kohort MTBS puskesmas kec.
jumlah dari karakteristik yang di miliki oleh Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2017. Jenis
populasi ( Hidayat,2007 ). data yang diambil dalam penelitian ini adalah
Besar Sampel adapun besar sample yang data sekunder yaitu data yang di ambil sesuai
dibutuhkan di hitung dengan mengunakan dengan kohort MTBS yang ada di puskesmas
rumus menurut (Soekidjo Notoatmojo,2005) Kec.Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2017.
dengan perhitungan sampel sebagai berikut : Cara pengumpulan data pada penelitian ini
Rumus sampel : n= N dilakukan dengan melihat data dengan cheklist
1 + N (d2) di kohort MTBS dan Alat-alat yang digunakan
Keterangan : dalam penelitian ini adalah dengan
N : Besar Populasi (1090) menggunakan lembar isian (checklist) sebagai
n : Besar Sample yang dibutuhkan alat untuk mendata ulang dari kohort MTBS
d :Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang pada balita yang mengalami diare di puskesmas
diinginkan 10% (0,01) Kec.Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2017.
Maka sample pada penelitian ini adalah : Pengolahan Data
n= N Pengolahan data yang telah terkumpul
1 + N (d2) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
n= 1090 berikut:
1 + 1090 (0,12 ) 1. Editing
n= 1090 Yaitu suatu proses pengelompokan data yang
1 + 1090 (0,01) dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan
n= 1090 data. Kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa
11.9 dan mengamati format data yang telah
n = 92 terkumpul agar dapat diperiksa ketidak
lengkapan dan kesinambungannya. Sehingga
Prosedur pengambilan data peneliti dapat mengulang pengisian data ke
Pengumpulan data sekunder yang diambil dari responden semula jika terjadi kesalahan atau
data rekam medik dengan mengunakan tabel ketidak lengkapan data.
cheklis dan langkah-langkah seperti langkah 2. Koding
persiapan yang mencakup rencana pembuatan Proses pemberian kode pada data yang
proposal lalu rencana tersebut di setujui oleh diperoleh. Perkodean bertujuan untuk
pembimbing dilanjutkan dengan penyajian menyingkat data yang didapat dengan
proposal dan meminta izin untuk melakukan memberikan kode tertentu pada data yang ada.
penelitian dari institusi pendidikan. Langkah 3.Entry data
berikutnya adalah menyerahkan surat izin untuk Merupak pemprosesan data yang dilakuka
mengadakan penelitian di Puskesmas Kec. dengan program komputer.
Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2017. 4.Cleaning
Mengambil data rekam medik untuk Adalah memastikan bahwa seluruh data yang
mengumpulkan data dan menjaga kerahasian telah dimasukkan kedalam mesin pengolah data
data. sudah sesuai dengan yang sebenarnya.
Tehnik Pengumpulan Data 5.Tabulasi data
Tehnik pengumpulan data dilakukan Mengelompokan data dalam bentuk table dan
dengan mengumpulkan data sekunder yaitu narasi menurut sifat yang dimilikinya sesuai
sesuai dengan variabel tertentu. Data sekunder dengan tujuan penelitian. Tabel yang di gunakan
yaitu data yang di peroleh dari catatan kohort adalah tabel univariat yaitu tabel distribusi
MTBS di puskesmas Kec.Jagakarsa Jakarta frekuensi dari masing- masing variable yang di
Selatan Tahun 2017. Pengumpulan data teliti.
dilakukan untuk memperoleh data mengenai
variabel yang diteliti. Data yang dikumpulkan

12
Analisa Data Puskesmas Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan
Analisa data yang digunakan adalah analisa Tahun 2017. Kesimpulan dari hasil penelitian
univariat yaitu untuk mengetahui distribusi adalah:
frekuensi dari masing – masing variabel yang 1. Balita yang menderita diare berdasarkan
diteliti. Analisa ini dilakukan dengan cara klasifikasi diare di puskesmas Kec.Jagakarsa
mentabulasi data dengan rumus sebagai berikut: Jakarta Selatan Tahun 2017. Seluruhnya balita
mengalami diare akut.
X 2. Balita yang menderita diare berdasarkan
F= x100% tingkat dehidrasi di puskesmas Kec.Jagakarsa
N
Jakarta Selatan Tahun 2017. Sebagian besar
Keterangan: tanpa dehidrasi.
F : Frekuensi 3. Berdasarkan umur balita yang mengalami
X : Jumlah Populasi diare di puskesmas Kec.Jagakarsa Jakarta
N : Jumlah seluruh Sampel Selatan Tahun 2017, ditemukan sebagian besar
(Eko Budiarto, 2002) balita yang mengalami diare pada umur batita
1-3 tahun.
KESIMPULAN 4. Berdasarkan jenis kelamin balita yang
mengalami diare di puskesmas Kec.Jagakarsa
Setelah dilakukan pengumpulan data, Jakarta Selatan Tahun 2017 ditemukan lebih
pengolahan data, kemudian data di kumpulkan dari setengahnya balita yang mengalami diare
dan di sajikan dengan tabel sehingga penulis pada jenis kelamin laki-laki.
dapat dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Berdasarkan status gizi balita yang mengalami
dengan mengunakan sempel 92 balita yang diare di puskesmas Kec.Jagakarsa Jakarta
menderita diare untuk mengambarkan Selatan Tahun 2017, ditemukan sebagian besar
karakteristik balita yang mengalami diare di balita memiliki gizi yang baik.

Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan, Vol. 4, Issue 1, Desember (2022) 13


REFERENSI Purnamasari DU.2018. Panduan Gizi &
Budiman, 2007, Pengembangan Model Kesehatan Anak Sekolah. Erang Risanto, editor.
Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Yogyakarta: ANDI.
Perguliran Dana Mikro pada Masyarakat
Perkotaan, Disertasi pada Universitas Aronson, E., Wilson, T. D., &Akert, R. M..
Gunadarma, Jakarta. 2013. Social Psychology (8th ed.). Pearson

_______, 1999, Laporan Pelaksanaan Kegiatan Hardiansyah dan Supariasa. 2017. Ilmu Gizi
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Kuliah Teori dan Aplikasi, Jakarta: EGC
Kerja Nyata Usaha (KKNU) dan Magang
Kewirausahaan (MKU) 31 Agustus 1998 s/d 31 Undang-undang No.83 Tahun 2017 tentang
Januari 1999, Lembaga Pengabdian kepada Kebijakan Pangan dan Gizi
Masyarakat (LPM) Universitas Gunadarma, Supartini. Buku ajar konsep dasar keperawatan
Jakarta. anak. Jakarta. EGC. 2. WHO, Kesehatan gizi
anak usia di bawah 5. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran
Bossel, Hartmut; 1999; Indicators for
Sustainable Development : Theory, Methods,
Rencana strategis Penelitian Politeknik Negeri
Applications; International Institute for
Madura Tahun 2020-2024
Sustainable Development, Canada.
Damayanti, Tri, dkk. Hubungan Usia
Conger, Jay A., Rabindra N. Kanungo,.Jul
Pengenalan Sayur dan Buah dengan Tingkat
1988, The Empowerment Process : Integrating
Konsumsi Sayur dan Buah pada Anak
Theory And Practice; dalam Academy of
Prasekolah Usia 3-5 Tahun. Journal of Nutrition
Management. The Academy of Management
College. Vol 7 Nomor 1, Tahun 2018.
Review. Briarcliff Manor:.Vol.13, Iss. 3; pg.
471, 12 pgs
ITF. Developmental Stages in Infant and
Toodler Feeding. In: Infant and Toodler Forum.
Djohani, Rianingsih (editor), 1996, Berbuat
2014, pp 1–12
Bersama Berperan Setara : Acuan Penerapan
Participatory Rural Appraisal, Konsorsium
Laureati M, Bertoli S, Bergamaschi V, Leone
Pengembangan Dataran Tinggi Nusa Tenggara,
A, Lewandowski L, Giussani B et al. Food
Bandung.
neophobia and liking for fruits and vegetables
are not related to Italian children ’ s overweight.
Friedman, John, 1992, Empowerment : The
Food Qual Prefer 2015; 40: 125–131.
Politics of Alternative Development, Blackwell
Publishers, Cambridge, USA.
Mulyanti, Kurniawati, Fachrurozi, 2016.
Analisis Sikap dan Perilaku Masyarakat
Ohama, Yutaka, 2001, Conceptual Framework
terhadap Pelaksanaan Program Bank Sampah
of Participatory Local Social Development
(Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Bahagia
(PLSD) diselenggarakan oleh JICA, Nagoya.
Bekasi Utara) Jurnal Ilmiah Ekonomi
Manajemen Dan Kewirausahaan
Sen, Amartya, 1999, dalam Marris, Robin,
“Optimal”.Vol.10, No. 2.September.2016
1999, Ending Poverty, Thames & Hudson,
Slovenia.

[KKP] Kementerian Kelautan dan


Perikanan.2018. Laporan Kinerja
Pembangunan. Kelautan dan Perikanan. Jakarta:
KKP.

14

Anda mungkin juga menyukai