Hemiplegia
Hemiplegia adalah kondisi kelumpuhan atau hilangnya kemampuan otot untuk bergerak yang
terjadi pada salah satu sisi tubuh. Sebagian besar kasus hemiplegia disebabkan oleh cedera
saraf tulang belakang, cedera pada leher hingga patah, atau stroke.
Faktor Risiko Hemiplegia
Terdapat berbagai faktor risiko yang bisa menyebabkan seseorang mengalami hemiplegia.
Misalnya:
Hipertensi.
Penyakit jantung.
Stroke.
Stroke perinatal pada bayi dalam 3 hari.
Masalah kehamilan seperti kesulitan persalinan atua trauma saat kelahiran.
Cedera otak traumatis.
Diabetes.
Tumor otak.
Infeksi, terutama encephalitis dan meningitis. Beberapa infeksi serius, terutama sepsis
dan abses pada leher, dapat menyebar ke otak jika tidak ditangani
Leukodystrophies.
Vaskulitis.
Penyebab Hemiplegia
Seperti penjelasan di atas, sebagian besar kasus hemiplegia atau kelumpuhan pada otot
disebabkan oleh stroke. Pada tingkatan tertentu setelah mengalami stroke, kira-kira 9 dari 10
pengidap stroke mengalami kondisi medis ini.
Meski bisa memengaruhi bagian tubuh manapun, tapi umumnya penyakit ini terjadi pada satu
sisi tubuh yang berlawan dengan sisi otak yang rusak gegara stroke.
Hemiplegia ini terjadi pada salah satu sisi yang membuat seseorang tak bisa
bergerak. Sedangkan kelemahan pada sebagian tubuh, tapi pengidap masih bisa
menggerakkan tubuh disebut dengan hemiparesis.
Gejala Hemiplegia
Ketika seseorang mengalami hemiplegi, maka dirinya akan mengalami berbagai macam
gejala. Gejala utamanya adalah hilangnya kemampuan untuk menggerakan salah satu atau
banyak otot. Terkadang pengidap juga dapat merasakan sensasi mati rasa atau kebas sebelum
terjadi hemiplegia. Berikut beberapa gejala yang umumnya dialami oleh pengidap
hemiplegia:
Kehilangan keseimbangan.
Kesulitan dalam berjalan, menelan, atau berbicara.
Kehilangan keseimbangan.
Kelelahan, kekakuan, ataukelemahan pada otot di salah satu sisi tubuh.
Berkurannya presisi gerakan.
Rasa kesemutan atau mati rasa.
Sulit menggenggam suatu benda.
Gangguan koordinasi gerakan.
Diagnosis Hemiplegia
Seperti penyakit lainnya, dokter akan memulai diagnosis dengan melakukan wawancara
medis secara mendetail. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada untuk
menentukan bagian tubuh yang mengalami hemiplegia. Di samping itu, dokter juga akan
melakukan pemeriksaan penunjang seperti sinar X, CT scan, MRI, dan lainnya untuk
membantu menegakkan diagnosis.
Komplikasi Hemiplegia
Hemiplegia yang tak ditangani dengan tepat bisa menimbulkan berbagai komplikasi.
Contohnya atrofi otot, masalah kandung kemih (inkontinensia urine), deep vein thrombosis,
kesulitan bernapas, hingga depresi.
Pengobatan Hemiplegia
Terdapat berbagai pengobatan atau perawatan yang bisa digunakan untuk memperbaiki
gerakan pada pengidap hemiplegia, misalnya pada lengan dan tungkai kaki. Perawatannya ini
bisa meliputimodified constraint-induced therapy. Terapi ini bertujuan untuk mendorong
pengunaan bagian tubuh yang mengalami kelumpuhan.
Perawatannya juga bisa menggunakan stimulasi listik. Tujuan terapi ini untuk memperkuat
bagian tubuh yang melemah, meningkatkan kewaspadaan sensori, hingga meningkatkan
jangkauan gerak.
Hal yang perlu digarisbawahi, ada beberapa hal yang mesti dilakukan pengidapnya, seperti:
Jika kondisi ini dibiarkan terus-menerus akan menimbulkan komplikasi seperti kondisi yang
bertahan terus-menerus, sehingga alat gerak dan tubuh dapat semakin menghilang fungsinya
dan atrofi pada otot-otot.
Pencegahan Hemiplegia
Salah satu penyebab tersering hemiplegia adalah stroke. Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mencegahnya, meliputi:
Pengertian Paraplegia
Paraplegia merupakan kondisi paralis pada anggota tubuh di bagian bawah, terutama
pinggang ke bawah (tungkai dan organ panggul). Paralisis merujuk pada hilangnya
kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk bergerak dan/atau merasakan sensasi. Sebagian
besar kasus paraplegia disebabkan oleh kerusakan dari otak, sumsum tulang belakang, atau
bisa juga keduanya.
Lansia (65 tahun ke atas), cenderung mudah jatuh dan mengalami degenerasi tulang
belakang.
Penyebab Paraplegia
Seringnya paraplegia disebabkan oleh masalah pada otak atau sumsum tulang belakang, yang
berfungsi untuk bekerjasama dalam menerima impuls sensorik dan mengirimkan impuls
motorik. Oleh karena itu, jika salah satunya tidak berfungsi dengan seharusnya, sinyal yang
seharusnya diterima dan dikirim dapat menjadi lemah atau bahkan tidak ada. Cedera sumsum
tulang belakang merupakan penyebab utama paraplegia.
Walaupun kebanyakan kerusakan otak dan sumsum tulang belakang bersifat traumatik,
kondisi-kondisi medis lain juga dapat menyebabkan kerusakan organ-organ pada sistem saraf
pusat tersebut. Kondisi-kondisi tersebut antara lain:
Penyakit autoimun.
Gejala Paraplegia
Seseorang yang mengalami paraplegia bisa merasakan gejala yang cukup bervariasi, bisa
berubah dari hari ke hari. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain proses regenerasi
dan penyembuhan, pengobatan, dan penyakit yang mendasari. Gejala penyerta yang paling
sering dikeluhkan pada individu paraplegia adalah:
Sensasi fantom atau sensasi aneh yang tidak dapat dijelaskan, sensasi setruman listrik,
atau sensasi lainnya pada tubuh bagian bawah.
Penurunan libido.
Kenaikan berat badan, terutama jika asupan kalori tidak sesuai dengan aktivitas fisik
yang berkurang.
Infeksi sekunder pada bagian tubuh yang mengalami paralisis, umumnya luka
decubitusatau penyakit kulit.
Nyeri kronis.
Diagnosis Paraplegia
Pemeriksaan neuromuskular lengkap, bersama dengan pencitraan tulang belakang seperti
MRI atau CT scan. Rontgen polos dapat mengonfirmasi fraktur, penyempitan, tumor, atau
massa lainnya pada struktur sumsum tulang belakang, sehingga dapat membantu diagnosis.
Untuk melihat adanya infeksi, dapat juga dilakukan pemeriksaan darah dan fungsi lumbal
untuk mengecek infeksi pada cairan spinoserebral.
Komplikasi Paraplegia
Paraplegia yang tidak ditangani dengan tepat bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Dalam
beberapa kasus, paraplegia bisa menyebabkan pengidapnya kesulitan bernapas dan batuk.
Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya pneumonia. Selain itu, paraplegia juga bisa
menyebabkan depresi, penggumpalan darah pada pembuluh darah tungkai, serta memicu
depresi.
Pengobatan Paraplegia
Setiap pengidap berbeda, karenanya penanganan yang bekerja baik untuk seseorang mungkin
tidak berhasil untuk orang lain. Secara umum, perawatan intensif memberi kesempatan
terbaik bagi pemulihan individu, terutama jika perawatan diberikan secepatnya.
Untuk mengobati paraplegia, dokter akan melakukan tindakan sesuai dengan penyebab yang
mendasari terjadinya paraplegia. Beberapa opsi tatalaksana termasuk:
Pembedahan sekunder, contohnya untuk mengtasi masalah pada cedera otot akibat
paraplegia.
Terapi latihan untuk membantu tubuh tetap dalam bentuk fisik yang baik dan
mengurangi rasa sakit kronis.