Anda di halaman 1dari 4

Neuropati Perifer

Neuropati perifer adalah gangguan yang terjadi akibat kerusakan pada sistem saraf
perifer atau sistem saraf tepi. Kerusakan tersebut menyebabkan proses pengiriman
sinyal antara sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi terganggu.
\
Sistem saraf tepi menghubungkan sistem saraf pusat di otak dan tulang belakang ke
seluruh organ tubuh. Kerusakan pada sistem saraf tepi dapat mengganggu fungsi
normalnya. Salah satu contohnya adalah tidak bisa mengirim sinyal sakit ke otak,
walaupun ada sesuatu yang menyakiti tubuh. Atau sebaliknya, mengirim sinyal sakit
meski tidak ada yang menyebabkan sakit.

Jenis Neuropati Perifer


Neuropati perifer dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:

 Mononeuropati. Cedera hanya pada salah satu saraf tepi.


 Neuropati motorik. Gangguan pada saraf yang mengontrol gerakan tubuh.
 Neuropati sensorik. Gangguan pada saraf yang mengirim sinyal sensasi seperti
sensai sentuhan, suhu, atau nyeri.
 Neuropati otonomik. Cedera pada saraf otonom, yaitu saraf yang mengontrol
proses tubuh yang bekerja secara otomatis (tanpa perintah), seperti saluran
pencernaan, kandung kemih, atau tekanan darah.

Gejala Neuropati Perifer


Gejala neuropati perifer bervariasi, tergantung pada saraf yang terkena gangguan.

 Mononeuropati
o Penglihatan ganda atau sulit fokus, kadang disertai sakit pada mata.
o Kelumpuhan pada salah satu sisi wajah pada Bell’s palsy.
o Nyeri tungkai.
o Jari tangan terasa lemah atau kesemutan pada carpal tunnel syndrome.

 Neuropati motorik
o Kedutan.
o Kram atau lemah otot, hingga kelumpuhan pada satu otot atau lebih.
o Kaki yang lunglai dan tampak jatuh saat berjalan (foot drop).
o Penurunan massa otot (atrofi otot).

 Neuropati sensorik
o Mudah merasa sakit meski hanya tersentuh sedikit (alodinia).
o Nyeri seperti tertusuk atau terasa panas, yang biasanya terjadi di kaki.
o Kesemutan.
o Ketidakmampuan dalam merasakan perubahan suhu, terutama di kaki.
o Gangguan dalam keseimbangan atau koordinasi gerak tubuh (ataksia
sensorik).

 Neuropati otonomik
o Detak jantung cepat (takikardia) meski saat beristirahat.
o Disfagia atau sulit menelan.
o Perut kembung.
o Sering bersendawa.
o Mual.
o Sembelit atau diare di malam hari.
o BAB yang sulit dikontrol (inkontinensia tinja).
o Beser atau sering buang air kecil.
o Tubuh jarang berkeringat, atau sebaliknya terus-menerus berkeringat.
o Gangguan fungsi seksual, seperti disfungsi ereksi.
o Hipotensi ortostatik.

Penyebab Neuropati Perifer


Berikut ini beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya neuropati perifer, di
antaranya:

 Diabetes.
 Infeksi bakteri atau virus, misalnya HIV, cacar, difteri, kusta, dan hepatitis C.
 Penyakit autoimun, seperti sindrom Guillain-Barre, lupus, sindrom Sjogren,
dan rheumatoid arthritis.
 Faktor genetik, misalnya penyakit Charcot-Marie-Tooth.
 Hipotiroidisme.
 Kekurangan vitamin B1, B6, B12, dan vitamin E.
 Penyakit liver.
 Gagal ginjal.
 Peradangan pembuluh darah (vaskulitis).
 Penumpukan protein amiloid di dalam jaringan atau organ tubuh (amiloidosis).
 Kerusakan saraf, misalnya akibat cedera atau efek samping operasi.
 Kanker darah multiple myeloma.
 Kanker kelenjar getah bening atau limfoma.
 Keracunan merkuri atau arsenik.
 Kecanduan alkohol.
 Efek samping penggunaan obat dalam jangka panjang, antara lain antibiotik
(nitrofurantoin dan metronidazole), obat kemoterapi untuk kanker usus, obat
antikonvulsan (misalnya phenytoin), thalidomide, dan amiodarone.

Diagnosis Neuropati Perifer


Pada saat konsultasi penyakit saraf dengan dokter, terutama untuk neuropati perifer,
dokter akan menanyakan seputar gejala yang dirasakan pasien, gaya hidup pasien, dan
riwayat penyakit pasien serta keluarganya. Selain itu, dokter juga akan bertanya
tentang obat-obatan yang sedang atau rutin dikonsumsi pasien.
Selain menanyakan mengenai riwayat penyakit, pada saat konsultasi penyakit saraf 
neuropati perifer, dokter juga akan melakukan pemeriksaan pada pasien, seperti
memeriksa kemampuan pasien dalam merasakan sensasi tertentu, menguji kekuatan
otot, serta memeriksa gaya berjalan, postur, dan koordinasi tubuh.
Bila diperlukan, dokter akan menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan lain
seperti:

 Tes darah. Tes darah dilakukan guna mencari tahu kemungkinan adanya
penyakit diabetes, gangguan fungsi imun, atau kekurangan vitamin tertentu.
 Tes pencitraan. CT scan dan MRI akan dilakukan untuk melihat kemungkinan
adanya tumor atau mengetahui apakah ada kelainan pada otak atau saraf tulang
belakang, misalnya hernia pada bantalan tulang belakang (hernia nukleus
pulposus).
 Tes fungsi saraf. Dokter akan melakukan elektromiografi (EMG) untuk
mengukur aktivitas listrik pada otot, sehingga diketahui aliran saraf yang
mengalami kerusakan. Tes lain yang bisa dilakukan adalah tes konduksi saraf
untuk mengukur kekuatan dan kecepatan sinyal pada saraf.
 Pungsi lumbal. Dokter akan mengambil sampel cairan saraf tulang belakang
untuk memeriksa apakah ada peradangan pada tulang belakang.
 Biopsi saraf. Dilakukan dengan mengambil sebagian kecil saraf tepi di
pergelangan kaki, untuk diperiksa di bawah mikroskop.

Pengobatan Neuropati Perifer


Pengobatan neuropati perifer tergantung dari penyebab yang mendasarinya, misalnya:

 Pemberian vitamin B12 bentuk tablet atau suntik, pada neuropati perifer yang


disebabkan oleh kekurangan vitamin B12.
 Menjaga berat badan ideal, berolahraga secara teratur, berhenti merokok dan
mengurangi konsumsi alkohol, pada neuropati perifer yang disebabkan oleh
diabetes.
 Pemberian kortikosteroid sebagai obat anti peradangan dan mengurangi aktivitas
sistem kekebalan tubuh, pada neuropati perifer yang disebabkan oleh penyakit
autoimun.
 Suntik immunoglobulin (IVIG) dalam dosis tinggi, yang bekerja sebagai antibodi.
 Plasmaferesis atau transfusi tukar plasma darah untuk menekan aktivitas sistem
kekebalan tubuh. Terapi dilakukan dengan membuang plasma darah pasien
yang mengandung antibodi dan protein, serta menukarnya dengan cairan lain,
seperti albumin.
 Tindakan bedah pada neuropati perifer yang disebabkan oleh tekanan pada
saraf, misalnya tekanan akibat tumor.
Untuk mengurangi gejala nyeri pada pasien, dokter dapat meresepkan obat pereda
nyeri dari yang ringan seperti paracetamol atau ibuprofen, hingga tramadol. Untuk
meredakan nyeri pada neuropati perifer juga dapat digunakan obat antidepresan
seperti amitriptyline atau duloxetine, serta obat antikejang
seperti gabapentin atau pregabalin. Pada pasien yang tidak bisa mengonsumsi
sejumlah obat di atas, salep dengan kandungan capsaicin bisa menjadi pilihan.
Salep capcaisin digunakan 3-4 kali sehari, dan tidak boleh dioleskan pada kulit yang
radang atau luka terbuka.
Pada sejumlah kasus, penderita neuropati perifer mungkin mengalami keringat berlebih
(hiperhidrosis). Kondisi tersebut dapat ditangani dengan suntik botulinum toxin (botox).
Sedangkan pada pasien yang mengalami gangguan berkemih, dokter dapat
menyarankan penggunaan kateter.
Selain dengan obat-obatan, gejala yang dialami pasien dapat dikurangi
dengan fisioterapi, seperti terapi listrik berkekuatan rendah (TENS), atau penggunaan
alat bantu berjalan, seperti tongkat atau kursi roda, pada pasien yang mengalami lemah
otot.
Selain beberapa metode pengobatan di atas, pasien juga bisa melakukan sejumlah hal
untuk penanganan mandiri, di antaranya:

 Latihan rutin berupa berjalan ringan dapat mengurangi nyeri, meningkatkan


kekuatan otot, dan membantu mengendalikan kadar gula darah.
 Berhenti merokok untuk mencegah terjadinya komplikasi neuropati perifer.
 Hindari konsumsi alkohol secara berlebihan agar gejala tidak memburuk.
 Konsumsi makanan sehat, seperti buah, sayur, gandum, dan protein.
 Rutin periksa kadar gula darah, terutama pada pasien neuropati perifer yang
juga menderita diabetes.

Komplikasi Neuropati Perifer


Penderita neuropati perifer bisa tidak merasakan perubahan suhu tubuh pada area
yang mati rasa. Kondisi tersebut akan membuat penderita tidak sadar jika kulit di area
yang mati rasa mengalami cedera atau luka bakar. Keadaan ini berbahaya karena
dapat menimbulkan infeksi, terlebih lagi jika penderita memiliki penyakit diabetes yang
membuat penyembuhan luka menjadi lebih lambat. Tubuh yang terasa lemah juga bisa
menyebabkan penderita kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Anda mungkin juga menyukai