Anda di halaman 1dari 37

REFERAT

POLINEUROPATI
Pembimbing :
dr. Susanto, SpS
Oleh :
Zul Achmad Fauzan
2010730169
Pendahuluan . .
• Neuropati : gangguan saraf perifer yang meliputi kelemahan
motorik, gangguan sensorik, otonom dan melemahnya refleks
tendon, dapat akut atau kronik.
• Kelainan saraf tepi : kelainan saraf yang ditandai dengan
paralysis yang bersifat flaksid, atrofi, dan hipotoni dan hilang
atau menurunnya refleks fisiologis.
Anatomi sel syaraf. .
Pola Kehilangan Sensorik. .
Definisi. .
• Polineuropati : suatu keadaan yang ditandai gangguan fungsi
dan atau struktur yang mengenai banyak saraf tepi, bersifat
simetris dan bilateral.
• Lesi utama : neuron neuronopati.
• Kelainan : sensorik, motorik, sensorimotor, autonom.
• Distribusi : proksimal, distal, dan umum.
Klasifikasi . .
• Onset : akut, subakut, kronis.
• Gangguan fungsi : sensorik, motorik, otonom, campuran.
• Proses patologis : aksonal, demyelinisasi.
• Etiologi : herediter, trauma, infeksi, metabolik, uremia,
keganasan.
Epidemiologi. .
Epidemiologi. .
• Prevalensi neuropati akibat DM berkisar antara 8-54% pada
DM tipe I dan 13-46% pada DM tipe II. Prevalensi neuropati
diabetika (ND) pada pasien diabetes sekitar 30% dari pasien
DM yang dirawat di rumah sakit dan 20% pada pasien
komunitas umum. Insidensi neuropati diabetika mencapai 50%
pada pasien yang mengalami diabetes selama lebih dari 25
tahun
Patofisiologi. .
Gejala Klinis. .
• Kesemutan, mati rasa, nyeri terbakar dan ketidakmampuan
untuk merasakan getaran atau posisi lengan, tungkai dan sendi
merupakan gejala utama dari polineuropati kronik.
• Nyeri dan suhu (-), Baal, ketidakmampuan merasakan posisi
sendi, gangguan berdiri dan berjalan, kelemahan otot.
• Otonom : gangguan sistem pencernaan, detak jantung,
tekanan darah, kandung kemih, kulit kering.
Diagnosis. .
• Anamnesis.
• Pemeriksaan fisik umum dan vital
• Pemeriksaan neurologis, dapat ditemukan :
• Sistem motorik: kelumpuhan bersifat simetris bilateral, flaksid,
atrofi
• Sistem sensorik: bersifat simetris bilateral (glove dan stocking)
• Sistem otonom: hipertensi, hipotensi, hiperhidrosis, takikardi
• Refleks fisiologis: hilang atau menurun
• Pemeriksaan Penunjang :
• Lab : kelainan metabolik.
• Elektromyografi
• Uji Konduksi Syaraf
Beberapa tipe Polineuropati. .
• Guillain Bare Syndrom
• Miastenia Gravis
• Polineuropati diabetikum
• Polineuropati karsinomatosa
Guiillain Bare Syndrome. .
• Kelumpuhan otot ekstremitas yang akut biasanya
timbul sesudah suatu penyakit infeksi
Definisi

• Gangguan pada saraf tepi dan akar-akarnya.


Etiologi

• Pria dewasa muda sekitar 20-50 tahun, akan


tetapi dapat juga terjadi pada wanita, anak, dan
Insidensi orang tua
Guiillain Bare Syndrome. .
• Gambaran umum seperti influenza : demam, nyeri kepala dan seluruh tubuh, kadang
disertai mual muntah.
• Kelumpuhan otot setelah beberapa hari : beraneka ragam, sifat flaccid, reflek tendon (-)
Gejala • Gangguan sensibilitas sedikit atau tidak ada.

• Lab : darah : leukositosis, LCS : protein tinggi.


• EMG : kerusakan sel neuron, radiks, dan akson.
Penunjang

• Didasarkan atas permulaan dan perjalanan penyakit yang akut, disusul oleh paresis flaksid
lengan dan tungkai, simetrik atau tidak, sedangkan sensibilitas tidak atau hanya sedikit
terganggu.
Diagnosis • DD : polineuritis biasa, penyakit polimyelitis akut dan kadang-kadang penyakit mielitis
Guiillain Bare Syndrome. .
• Ukur selalu tanda vital dan EKG.
• Pemasangan NGT jika ada keluhan
sulit menelan.
• Ventilasi buatan jika ada gangguan
pernapasan.
Tata • Heparin 5000 unit 2x1 untuk
profilaksis DVT dan emboli paru.
• Fisioterapi untuk mencegah
Laksana kekakuan sendi dan kontraktur.
Miastenia Gravis
Definisi
• Suatu penyakit menahun • Keadaan miasthenia juga terdapat
pada beberapa penyakit dan
dengan kelelahan otot keadaan lain seperti misalnya
yang luar biasa cepatnya pada penyakit polimiositis dan
bila bekerja, yang pulih dermatomiositis, penyakit lupus
sistemik dan pada keadaan
kembali bila istirahat dan karsinoma yang lanjut. Yang
memberi response baik penting ialah bahwa pada semua
atas obat keadaan ini dengan reaksi
miastenik, response terhadap
antikholinesterase. obat antikholinesterase tidak atau
kurang memuaskan, berbeda
dengan penyakit miastenia gravis
Miastenia Gravis
Epidemiologi
• Penyakit miastenia gravis • Penyakit ini jarang,
terdapat pada semua insidensi per tahun kira –
bangsa, baik pada kaum kira 0,4/100.000, tetapi
pria maupun pada kaum karena banyak pasien
wanita dengan yang mengalami
perbandingan pria : wanita penyakit ini dalam waktu
= 1 : 2. Frekwensi terbesar
lama maka prevalensi
ialah pada usia dewasa
mencapai 1/10.000.
muda 20-30 tahun, namun
orang tua dan bayi juga
dapat diserang
Miastenia Gravis
Etiopatofisiologi
• Miastenia gravis • Dapat disertai patologi
merupakan penyakit timus seperit hiperplasia,
autoimun yaitu atrofi atau tumor –
terdapatnya antibodi timoma).
terhadap reseptor
asetilkolin pada sinaps
neuromuskular.
Miastenia Gravis
Gambaran Klinis Pemeriksaan Penunjang
• Ptosis fatig • Analisis antibodi
• Diplopia reseptor asetil kolin.
• Kelemahan wajah • Tes asetilkolinesterase :
• Disfagia (+) menunjukkan
• Disartria perbaikan klinis.
• Keterlibatan otot • Tes fungsi tiroid :
pernapasan
tirotoksikosis.
• Kelemahan otot leher dan
wajah dan ekstermitas gerak • CT scan mediastinum
terutama pada sore dan anterior : timoma.
malam hari.
Miastenia Gravis
Terapi

• Antikolinesterase : meredakan
gejala, ES : gangguan saluran
pencernaan.
• Kortikosteroid selang satu hari,
dianjurkan di rawat inap pada
dosis awal untuk penyakit yang
sedang hingga berat.
• Imunosupresi pada keadaan
berat.
• Timektomi jika terdapat
pembesaran timus.
Polineuropati Diabetik. .
• Neuropati yang disebabkan DM dengan kadar glukosa yang
tidak terkontrol, terutama DM tipe I.
• Mekanisme kerusakan saraf terjadi karena gangguan
metabolisme dimana akumulasi sorbitol dan fruktosa di akson
dan sel Schwann atau terjadi oklusi pembulah darah yang
menyediakan nutrisi pada saraf tersebut terhambat (vasa
vasorum).
Polineuropati Diabetik. .
• Prevalensi dari neuropati pada diabetes melitus bervariasi
antara 30-70%, umumnya berbentuk polineuropati atau
mononeuropati multipleks, tapi juga dapat berupa campuran
dari polineuropati dan mononeuropati.
• Polineuropati simetris distal merupakan bentuk neuropati
diabetika yang paling sering dijumpai, awitannya biasanya
tidak jelas.
Polineuropati Diabetik. .
• Gejala Klinis yang terdapat pada neuropati diabetikum adalah :
• Motoris : Penurunan daerah distal
• Sensoris : Penurunan daerah distal
• Neuropati serabut saraf besar mengakibatkan atraksia, sedangkan
serabut saraf kecil menyebabkan allodynia.
• Otonom : Abnormalitas pupil, pengeluaran keringat terganggu,
hipotensi orthostatik, takikardi saat istirahat, gastroparese dan
diare, kandung kemih yang berdilatasi, dan impotensi.
Polineuropati Diabetik. .
• Diagnosa ditegakkan dari gejala klinik dan pemeriksaan
elektromiografi, serta menyingkirkan neuropati kronis oleh
penyebab lain. Pasien diabetes melitus juga dapat mengalami
neuropati karena defisiensi atau kompresi
Polineuropati Diabetik. .
• Penatalaksanaannya dapat berupa :
• Kontrol penyakit diabetes
• Pengendalian nyeri dengan penggunaan Carbamazepin,
gabapentin, antidepresan atau α-adrenergik blocker, seperti
phenoxybenzene.
• Penggunaan obat yang mengurangi enzim aldose reductase dan
menghambat pengumpulan sorbitol dan fruktosa di saraf masih
dalam tahap penelitian
• Manajemen neuropati otonom
Tata Laksana Polineuropati. .
• Tergantung etiologi.
• Diabetes : pengendalian kadar gula darah bisa menghentikan
perkembangan penyakit dan menghilangkan gejala, tetapi
penyembuhannya lambat
• Pembedahan dilakukan pada penderita yang mengalami
cedera atau penekanan saraf.
• Terapi fisik kadang bisa mengurangi beratnya kejang otot atau
kelemahan otot.
Prognosa. .
• Akut : 75% penyembuhan spontan, 10-17% penyembuhan
dengan intervensi, 8% berulang, 5% meninggal, Kronis:
tergantung etiologi.
Kesimpulan. .
• Polineuropati adalah suatu keadaan yang ditandai gangguan
fungsi dan atau struktur yang mengenai banyak saraf tepi,
bersifat simetris dan bilateral.
• Klasifikasi polineuropati dibagi berdasarkan onset (akut,
subakut, kronik) dan etiologinya (infeksi, herediter, metabolik,
toksik, pengaruh obat, tumor).
• Patofisiologi polineuropati dapat berupa degenerasi wallerian,
kerusakan segmental, dan degenerasi akson distal.
Patofisiologi polineuropati bergantung pada etiologi yang
mendasarinya dan menghasilkan ketiga tipe patofisiologi
tersebut.
Kesimpulan. .
• Diagnosa berdasarkan gejala dan pemeriksaan neurologi dasar
pada pasien.
• Pada pemeriksaan neurologi dapat ditemukan keadaan :
• Sistem motorik: kelumpuhan bersifat simetris bilateral, flaksid,
atrofi
• Sistem sensorik: bersifat simetris bilateral (glove dan stocking)
• Sistem otonom: hipertensi, hipotensi, hiperhidrosis, takikardi
• Refleks fisiologis: hilang atau menurun
Kesimpulan. .
• Elektromiografi dan uji kecepatan penghantaran saraf
dilakukan untuk memperkuat diagnosis.
• Pemeriksaan darah dilakukan jika diduga penyebabnya adalah
kelainan metabolik (anemia pernisiosa karena kekurangan
vitamin B12), diabetes (kadar gula darah meningkat) dan gagal
ginjal (kadar kreatinin meningkat).
• Pemeriksaan air kemih bisa menunjukkan adanya keracunan
logam berat atau mieloma multipel.
Kesimpulan. .
• Beberapa penyakit yang memiliki gejala polineuropati antara
lain Guillain Bare Syndrome, Myastenia Gravis, Polineuropati
Diabetik, dan Polineuropati karsinomatosa yang cukup sering
ditemukan di beberapa RS. Tata laksana polineuropati
berdasarkan etiologi yang mendasari polineuropati. Prognosa
dari polineuropati antara lain : Akut : 75% penyembuhan
spontan, 10-17% penyembuhan dengan intervensi, 8%
berulang, 5% meninggal, Kronis: tergantung etiologi.
Referensi. .
• Kenneth W. Lindsay, Ian Bone, Robin Callander. Neurology And Neurosurgery
Illustrated. Fourth Edition. Chuchill Livingstone. London : 2004
• Polineuropati. www.medicastore.com, di akses tanggal 28 April 2015
• Polineuropati Diabetik. www.libraryusu.com, di akses tanggal 29 April 2015
• Ginsberg, Lionel. 2007. Lectures Note Neurologi. Jakarta : EMS
• Priguna Sidharta, M.D., Ph.D. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian
Rakyat. Jakarta. 1999
• http://www.scribd.com/doc/37945733/Etiologi-Klasifikasi-Polineuropati, di
akses tanggal 28 April 2015
• https://www.scribd.com/doc/160938391/Polineuropati-Finish di akses tanggal
28 April 2015
• https://www.scribd.com/doc/101122610/Css-Polyneuropathy-P3D-UNISBA-Riz
al-Zulham
, di akses tanggal : 29 April 2015.
• M. Baehr & M. Frotcher. 2014. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Jakarta : EGC.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai