A. Pengertian Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Dari (http://www.kalbefarma.com). B. Anatomi
o o o o
Obat ; misalnya quinine, salisilat. Otitis media Motion sickness Benign post-traumatic positional vertigo Neuroma akustik Obat ; misalnya streptomycin Neuronitis vestibular Infark atau perdarahan pons Insufisiensi vertebro-basilar Migraine arteri basilaris Sklerosi diseminata Tumor Siringobulbia Epilepsy lobus temporal
Telinga bagian luar : serumen, benda asing. Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan. Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural. Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor. Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
o o
2. Penyakit SSP :
Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung. Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues. Trauma kepala/ labirin. Tumor. Migren. Epilepsi.
o o o o o
3. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause. 4. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia. 5. Kelainan mata: kelainan proprioseptik. 6. Intoksikasi. D. Patofisiologi Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan
diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya
PATHWAY peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan Stres Sekresi CRF >> Susunan Saraf Simpatis Aktif Aktivitas susunan saraf Parasimpatis >> Vertigo TIK >>
Ansietas
Vestibula cereblum Aktivitas ke cereblum kortex >> gangguan keseimbangan (ataxia, headache, dizziness)
Nyeri akut
Risiko Cedera
E. Klasifikasi Vertigo Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok : 1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
o
Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen. Yang tanpa disertai keluhan telinga : Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de Lenfance), Labirin picu (trigger labyrinth). Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi : Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.
2. Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
o
Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin. Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin. Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis. Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
Ada pula yang membagi vertigo menjadi : 1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler. 2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual.
D. Manifestasi klinik Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis. F. Pemerikasaan Penunjang 1. Pemeriksaan fisik :
o o o o o
Pemeriksaan mata Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh Pemeriksaan neurologik Pemeriksaan otologik Pemeriksaan fisik umum. ENG
2. Pemeriksaan khusus :
o
o o
Audiometri dan BAEP Psikiatrik Laboratorium Radiologik dan Imaging EEG, EMG, dan EKG.
3. Pemeriksaan tambahan :
o o o
G. Penatalaksanaan Medis Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) : Terdiri dari : 1. Terapi kausal 2. Terapi simtomatik 3. Terapi rehabilitatif.
Letih, lemah, malaise Keterbatasan gerak Ketegangan mata, kesulitan membaca Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
2. Sirkulasi
o o o
Riwayat hypertensi Denyutan vaskuler, misal daerah temporal. Pucat, wajah tampak kemerahan. Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik). Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain). Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri) Penurunan berat badan Pening, disorientasi (selama sakit kepala) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore Perubahan pada pola bicara/pola pikir
3. Integritas Ego
o o o o
o o
5. Neurosensoris
o o o o o o
o o o
Mudah terangsang, peka terhadap stimulus. Penurunan refleks tendon dalam Papiledema. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah. Fokus menyempit Fokus pada diri sendiri Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal. Riwayat alergi atau reaksi alergi Demam (sakit kepala) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus). Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit.
6. Nyeri/ kenyamanan
o
o o o o o
7. Keamanan
o o o o
8. Interaksi sosial
o
9. Penyuluhan / pembelajaran
o o
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.
B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan aktivitas berhubungan dengan pusing, nyeri dikepala. 2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
C. Rencana Keperawatan Diagnosa Keperawatan 1. : Gangguan aktivitas berhubungan dengan pusing, nyeri dikepala Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria Hasil :
Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang Tanda-tanda vital normal pasien tampak tenang dan rileks.
Intervensi :
Atur posisi pasien senyaman mungkin Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri
Kaji intensitas/skala nyeri. Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan. Pantau tanda-tanda vital Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik. Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
Diagnosa Keperawatan 2. : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah Tujuan : Tidak adanya muntah, mual Kriteria Hasil :intake adekuat baik IV ataupun oral Intervensi :
Monitor output dan intake pasien Rasional : Evaluasi ketat kebutuhan intake dan output Beri cairan sesuai dengan pengeluaran Rasional: Jumlah pengeluaran cairan yang banyak harus di imbangi dengan masukan.
Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering Rasional : Meningkatkan nafsu makan. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antasida. Rasional : Antasida untuk mengurangi mual, muntah.
C. Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28) Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah : 1. Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi. 2. Tidak terjadi mual, muntah.
I. Identitas Klien a. Identitas Klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama Suku Pekerjaan Tanggal MRS No Med Rec Diagnosa Medis : Ny. M : 51 tahun : Perempuan : Perum Kom Blok E Palembang. : Islam : Indonesia : Ibu Rumah tangga : 30 Januari 2011 : 021548 : Vertigo
b. Identitas Penaggung Jawab Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat Hub dengan klien : Ny E : 26 tahun : Perempuan : Islam : PNS : Perum Kom Blok E Palembang. : Keponakan
II. Status Kesehatan Saat Ini: a. Keluhan utama: Klien mengeluh pusing, berkunang-kunang b. Riwayat kesehatan sekarang: Klien mengeluh kepala pusing, nyeri dikepala, perut terasa mual.. c. Riwayat kesehatan masa lalu: Klien mengatakan belum pernah merasakan sakit
seperti ini. d. Riwayat kesehatan keluarga: Dalam anggota keluarga tidak ada yang pernah menderita penyakit seperti ini. e. Riwayat Kesehatan Psikososial Spiritual 1. Psikologis: Klien sesekali bertanya mengenai prognosis penyakit dan pengobatannya 2. Sosial: Hubungan klien dengan orang disekitarnya selama dirumah sakit terjalin cukup baik 3. Spiritual : Klien tampak sering berdoa untuk kesembuhan penyakitnya. f. Aktivitas sehari-hari No 1. Aktivitas Pola Nutrisi - Makanan Sebelum MRS Selama MRS
Makan nasi 1 porsi habis 3 Makan 3 x sehari dengan x sehari dengan lauk dan diet yang diberikan oleh sayur RS Minum air putih
2. -
BAB frekuensi 1-2x sehari, BAB frekuensi 1-2x sehari, konsistensi padat, warna konsistensi padat, warna kuning kuning warna kuning
BAK
BAK frekuensi 4-5x sehari, BAK frekuensi 4-5x sehari, warna kuning
3.
Pola Istirahat (Tidur) Siang Malam Personal Hygiene Mandi Klien mandi 2x sehari Klien hanya di lap badannya oleh keluarganya 1-2 jam/hari 5-6 jam/ hari 1-2 jam/hari 7-8 jam/ hari
4.
g. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum Kesadaran TD Nadi Suhu RR Skala nyeri 2. Keadaan khusus Sistem Persepsi Sensori Pendengaran Penglihatan Pengecap Peraba Sistem Penglihatan Nyeri tekan Lapang pandang Alis Kelopak mata Konjungtiva (bulbi) Kornea Reflek Pupil Diameter Respon cahaya : Tidak OD/OS : Normal : Normal : Normal : Normal : Normal : Ada OD/OS : Isokor : Normal (2-6 mm) : Ada OD/OS : Normal : Normal : Normal : Normal : Lemah : Komposmentis : 120/70 mmHg : 84 x/menit : 36,5 oC : 16 x/menit : 8-10
Sistem Pernapasan Frekuensi Kualitas Batuk TD Nadi Bunyi jantung Edema Sistem Perkemihan Warna h. Data Penunjang Pemeriksaan EKG (tanggal 30 Januari 2011) Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 31 Januari 2011) Hb LED Lekosit BSS i. Terapi IVFD RL gtt xx/menit Inj ranitidin 1 amp (1xorder) Inj ondacontron 3 x 8mg Freto 3 x 10 Dramamin 3 x 1 Vastigo 3 x 8mg : 11,4 g/dl : 85 mm/jam : 6800/mm : 112 mg/dl : Kuning jernih : 16 x/menit : Normal : Tidak ada : 120/70 mmHg : 84 x/menit : Normal : Tidak ada
Sistem Kardiovaskular
DITCOUNT : 0/0/1/76/19/4
Analisis Data
No 1.
Penyebab Saraf keseimbangan Penyesuaian otot-otot mata Tubuh bergerak Penyesuaian adekuat Pusing (nyeri dikepala) otot tidak
meringis, pucat
2. Ds: Os mengatakan badannya lemas karena sering muntah Do: Ku lemah, klien Gangguan tubuh Pusing Peningkatan asam lambung Mual, muntah
Diagnosa Keperawatan 1.Gangguan aktivitas berhubungan dengan pusing, nyeri dikepala. 2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
Rencana Keperawatan
No 1.
Diagnosa Keperawatan Gangguan aktivitas berhubungan dengan pusing, nyeri dikepala. Ds: Os mengatakan kepalanya pusing, berkunangkunang Do: Ku lemah, Os meringis, pucat.
Perencanaan Tujuan Tupan: Nyeri hilang berkurang. Intervensi Rasionalisasi posisi yang tepat Atur posisi senyaman mengurangi penekanan mencegah ketegangan Tupen: nyeri Dalam serta nyeri. Mengenal dan otot mengurangi dan
waktu 2 x 24 jam berkurang, Kaji intensitas/ TTV normal, Klien skala nyeri. tampak tenang.
Pantau
memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan. - analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien
tanda-tanda vital.
Kolaborasi
-Evaluasi
ketat
kebutuhan intake dan output. 2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah Tupen: Dalam waktu 1 x 24 jam intake adekuat baik IV ataupun oral
Beri cairan
nafsu makan
Beri
Antasida
untuk mual,
mengurangi muntah.
Kolaborasi
Catatan Perkembangan
No
Tanggal/jam
Implementasi
Evaluasi
1.
31 2011
Januari
Mengatur posisi pasien S: klien mengatakan kepalanya masih pusing O: Ku masih lemah, TD: 110/80 mmHg T: 36,4 0C Aktivitas masih dibantu
17.00 WIB skala nyeri yang dirasakan klien. Skala 3-4 dengan menggunakan skala nyeri 010, skala tersebut termasuk skala nyeri sedang Memantau tanda-tanda
vital. Tekanan darah klien, suhu tubuhnya Berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi (obat oral vastigo) P: Intervensi diteruskan A: Masalah belum teratasi
2.
2 2011
Februari pukul
S: Klien mengatakan muntah berkurang O: Ku masih lemah, Klien tampak menghabiskan makanannya A: Masalah teratasi sebagian
intake pasien
06.00 WIB
dengan pengeluaran
Memberikan
Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999. Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999. http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415 Vertigo.pdf/144_15TerapiAkupunkturuntukVertigo.html Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004. Terapi Akupunktur untuk