Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO

A. PENGERTIAN

Vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan

sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan

alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing

saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik

(nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.

sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai

gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh

Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan

gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik

(pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.

Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga

bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan

atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo

menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat

hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf

vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular

atau aktivitas vestibulocerebellar.


B. ETIOLOGI

a. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer

 Telinga bagian luar : serumen, benda asing.

 Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta

akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa

dengan perdarahan.

 Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan

vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan,

vertigo postural

 Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.

 Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli

posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.

b. Penyakit SSP

 Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia,

hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan

insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik,

blok jantung.

 Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.

 Trauma kepala/ labirin.

 Tumor.

 Migren.

 Epilepsi.
c. Kelainan endokrin:

Hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal, keadaan

menstruasi-hamil-menopause.

d. Kelainan psikiatrik

Depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.

e. Kelainan mata

Kelainan proprioseptik.

C. MANIFESTASI KLINIS

 Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan

reak dan lembab

 Mual

 Muntah

 rasa kepala berat

 nafsu makan turun

 lelah

 lidah pucat dengan selaput putih lengket

 nadi lemah

 puyeng (dizziness)

 nyeri kepala

 penglihatan kabur

 Tinitus

 mulut pahit

 mata merah

 mudah tersinggung
 Gelisah

 lidah merah dengan selaput tipis.

D. PATOFISIOLOGI

Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere,

parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga

tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena

penyebaran bakteri maupun virus (otitis media). Selain dari segi otologi, vertigo juga

disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan

serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu,

vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan

terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan

sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan

keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).

Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi

telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan

tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di

telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat

mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah

naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain

itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi

seseorang berbeda-beda.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Meliputi uji tes

keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan diagnostik yang

penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:

1. Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan mata

b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh

c) Pemeriksaan neurologik

d) Pemeriksaan otologik

e) Pemeriksaan fisik umum

2. Pemeriksaan khusus

a) ENG

b) Audiometri dan BAEP

c) Psikiatrik

3. Pemeriksaan tambahan

a) Radiologik dan Imaging

b) EEG, EMG

G. PENATALAKSANAAN

1. Medis

Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti

biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler

lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan

nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat

atau benda.
2. Keperawatan

a. Vertigo posisional Benigna (VPB)

Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada

sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan

merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk

dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya

untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia

kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai

vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap

hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.

b. Obat-obatan

obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat

digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika

muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek

(nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek

samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter

menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat

mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat

mengurangi gangguan.

H. PENGKAJIAN

1. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.

2. Riwayat kesehatan sekarang


3. Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada

pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap

terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.

4. Riwayat kesehatan yang lalu

Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan

penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal

antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain

atau riwayat penyakit lain baik

6. Aktivitas / Istirahat

 Letih, lemah, malaise

 Keterbatasan gerak

 Ketegangan mata, kesulitan membaca

 Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.

 Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja)

atau karena perubahan cuaca.

7. Sirkulasi

 Riwayat hypertensi

 Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.

 Pucat, wajah tampak kemerahan.

8. Integritas Ego

 Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu

 Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi


 Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala

 Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).

9. Makanan dan cairan

 Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,

bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk,

saus,hotdog, MSG (pada migrain).

 Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)

 Penurunan berat badan5.

10. Neurosensoris

 Pening, disorientasi (selama sakit kepala)

 Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.

11. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.

12. Perubahan visual

sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.

13. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore

14. Perubahan pada pola bicara/pola pikir

15. Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.

16. Penurunan refleks tendon dalam

17. Papiledema.

18. Nyeri/ kenyamanan

 Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal

migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.

 Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.

 Fokus menyempit
 Fokus pada diri sendiri

 Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.

 Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vocal

 Keamanan

19. Riwayat alergi atau reaksi alergi

 Demam (sakit kepala)

 Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis

 Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)

20. Interaksi sosial

21. Pemeriksaan Fisik

22. Keadaan Umum

23. Pemeriksaan Persistem

 Sistem persepsi sensori

Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa

benda yang diam tampak bergerak maju mundur.

 Sistem Persarafan

Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual

maupun dengan alat.

 Sistem Pernafasan

Adakah gangguan pernafasan.

 Sistem Kardiovaskuler

Adakah terjadi gangguan jantung.

 Sistem Gastrointestinal

Adakah Nausea dan muntah


 Sistem integumen

 Sistem Reproduksi

 Sistem Perkemihan

24. Pola Fungsi Kesehatan

 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman

pasien dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.

 Pola aktivitas dan latihan

Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya

vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo.

 Pola nutrisi metabolisme

Adakah nausea dan muntah

 Pola eliminasi

 Pola tidur dan istirahat

 Pola Kognitif dan perseptua

Adakah disorientasi dan asilopsia

 Persepsi diri atau konsep diri

 Pola toleransi dan koping stress

 Pola sexual reproduksi

 Pola hubungan dan peran

 Pola nilai dan kenyakinan


I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI

1. Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan

Tujuan : Masalah resiko jatuh dapat teratasi.

KH : 1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya

2) Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji tingkat energi yang dimiliki klien a. Energi yang besar dapat memberikan

keseimbangan pada tubuh saat istirahat

b. Salah satu terapi ringan adalah menggerakan


b. Berikan terapi ringan untuk
bola mata, jika sudah terbiasa dilakukan,
mempertahankan kesimbangan
pusing akan berkurang

c. Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif c. Mengantisipasi dan meminimalkan resiko

dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas jatuh.


klien.

d. Berikan health education tentang d. Nyeri yang berkurang dapat meminimalisasi

penyebab nyeri yg dialami pasien terjadinya jatuh

2. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring

Tujuan : Masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi.

KH :

1) Meyadari keterbatasan energi

2) Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas


3) Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat

4) Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual a. Respon emosi, sosial, dan spiritual

terhadap aktivitas mempengaruhi kehendak klien dalam

melakukan aktivitas

b. Berikan motivasi pada klien untuk b. Klien dapat bersemangat untuk melakukan

melakukan aktivitas aktivitas

c. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan c. Energi yang tidak stabil dapat menghambat

teknik manajemen waktu untuk mencegah dalam melakukan aktivitas, sehingga perlu

kelelahan. dilakukan manajemen waktu

d. Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi. d. Terapi okupasi dapat menentukan tindakan

alternatif dalam melakukan aktivitas.

3. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan

Tujuan : Masalah kurang nutrisi dapat sedikit teratasi.

KH :

1) Klien tidak merasa mual muntah

2) Nafsu makan meningkat

3) BB stabil atau bertahan


INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji kebiasaan makan yang disukai a. Kebiasaan makan yang disukai dapat

klien meningkatkan nafsu makan

b. Pantau input dan output pada klien b. Untuk memantau status nutrisi pada

klien

c. Kaji pola nutrisi pasien c. Untuk mengetahu status nutrisi pasien

d. Ajarkan untuk makan sedikit tapi d. Mempertahankan status nutisi pada

sering klien agar dapat meningkat atau stabil.

e. Ahli gizi dapat menentukan makanan


e. Kolaborasi dengan ahli gizi
yang tepat untuk meningkatkan

kebutuhan nutrisi pada klien.

4. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus

Tujuan : Masalah gangguan perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.

KH :

1) Klien dapat memfokuskan pendengaran

2) Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan

3) Pendengaran adekuat
INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji tingkat pendengaran pada a. Mengetahui tingkat

klien kemaksimalan pendengaran

pada klien untuk menentukan

terapi yang tepat.

b. Mengetahui keabnormalan
b. Lakukan tes rinne, weber, atau yang terjadi akibat tinitus
swabah untuk mengetahui

keseimbangan pendengaran saat c. Mempertahankan


terjadi tinitus keadekuatan pendengaran
c. Ajarkan untuk memfokuskan d. Memaksimalkan pendengaran
pendengaran saat terjadi tinitus pada klien
d. Kolaborasi penggunaan alat

bantu pendengaran

5. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

Tujuan : Masalah koping individu tidak efektif dapat teratsi.

KH :

1) Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran

2) Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri


INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji kemampuan klien dalam a. Mengetahui batas maksimal

mempertahankan keadekuatan kemampuan pendengaran klien

pendengaran

b. Berikan motivasi dalam menerima


b. Klien tidak mengalami depresi
keadaan fisiknya
akibat keadaan fisiknya

c. Ajarkan cara mengatasi masalah


c. Pusing yang terjadi dapat
pendengaran akibat pusing yang
memunculkan tinitus
diderita

d. Kolaborasi pemberian antidepresan d. Obat untuk mengatasi tinitus.

sedatif, neurotonik, atau transquilizer

serta vitamin dan mineral.


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.(2002). Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok

kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Santosa, Budi.(2005).Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Alih bahasa.Jakarta

: Prima Medika

Wilkinson, Judith M.(2007).Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai