Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN VERTIGO DI RUANGAN

SEKATUNG DI RUMKITAL Dr. MIDIYATO SURATANI


TANJUNGPINANG

Disusun Oleh :

Gris Perjenawati, S.Kep

Preseptor Klinik :

Apri Yunita, S.Kep, Ns

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TANJUNGPINANG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
VERTIGO

A. Pengertian
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ
tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan
tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya
sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik).
Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3
sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo,
penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak
terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun
kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang
vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya
nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata.
(Lumban Tobing. S.M, 2003)
Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam
telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam
artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun
melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular.
Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh
kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh
kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.
(www.wikipedia.com)
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau
bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad
Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)
B. Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf
yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh
kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan
otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan
kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara
tibatiba. Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008).
1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
Alkohol
Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral
dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
Herpes zoster
Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
Peradangan saraf vestibuler
Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multipel
Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya
atau keduanya
Tumor otak
Tumor yang menekan saraf vestibularis.
A. Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi
pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke
VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik.
Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit
neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga
diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan
terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga,
akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan
vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi
pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan
parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan
tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan
perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-
beda.
C. Pathway

Trauma Ukuran lensa mata Aliran darah Infeksi pada


cerebellum tidak sama ke otak telinga dalam (vestibuler)

VERTIGO

Penurunan Tekanan Stres meningkat Tekanan pada


fungsi kognitif intrakranial otot leher

Cemas Nyeri Koping individu tidak Gangguan pola tidur


efektif

B. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu
mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan
selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala,
penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung,
gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya
berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya,
bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika
kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa
cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan
vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara
aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan
berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau
beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada
perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi
pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti
secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum
tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah
dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya
dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak
sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi
dengan gejala :
1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik
dirinya sendiri atau lingkungan
2. Merasakan mual yang luar biasa
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4. Gerakan mata yang abnormal
5. Tiba - tiba muncul keringat dingin
6. Telinga sering terasa berdenging
7. Mengalami kesulitan bicara
8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan
berputar
9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan
penglihatan
D. KOMPLIKASI
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring
yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan
kelemahan otot.

E. PENATALAKSANAAN
Menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Meliputi uji tes
keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan
diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo
antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan mata
b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c) Pemeriksaan neurologik
d) Pemeriksaan otologik
e) Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
a) ENG
b) Audiometri dan BAEP
c) Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan
a) Radiologik dan Imaging
b) EEG, EMG
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

G. INTERVENSI DAN RASIONAL


1. Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Masalah resiko jatuh dapat teratasi.
KH : 1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2) Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat energi a. Energi yang besar dapat
yang dimiliki klien memberikan keseimbangan pada
tubuh saat istirahat
b. Berikan terapi b. Salah satu terapi ringan adalah
ringan untuk mempertahankan menggerakan bola mata, jika
kesimbangan sudah terbiasa dilakukan, pusing
akan berkurang.
c. Mengantisipasi dan
c. Ajarkan penggunaan meminimalkan resiko jatuh.
alat-alat alternatif dan atau alat-
alat bantu untuk aktivitas klien. d. Nyeri yang berkurang dapat
d. Berikan health meminimalisasi terjadinya jatuh.
education tentang penyebab
nyeri yg dialami pasien
2. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
Tujuan : Masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi.
KH :
1) Meyadari keterbatasan energi
2) Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas
3) Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
4) Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji respon emosi, sosial, dan a. Respon emosi, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas spiritual mempengaruhi
kehendak klien dalam
melakukan aktivitas
b. Berikan motivasi pada klien b. Klien dapat bersemangat untuk
untuk melakukan aktivitas melakukan aktivitas
c. Ajarkan tentang pengaturan c. Energi yang tidak stabil dapat
aktivitas dan teknik manajemen menghambat dalam melakukan
waktu untuk mencegah aktivitas, sehingga perlu
kelelahan. dilakukan manajemen waktu
d. Kolaborasi dengan ahli terapi d. Terapi okupasi dapat
okupasi. menentukan tindakan alternatif
dalam melakukan aktivitas.

3. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan


Tujuan : Masalah kurang nutrisi dapat sedikit teratasi.
KH :
1) Klien tidak merasa mual muntah
2) Nafsu makan meningkat
3) BB stabil atau bertahan
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji kebiasaan makan yang a. Kebiasaan makan yang disukai
disukai klien dapat meningkatkan nafsu
makan
b. Pantau input dan output pada b. Untuk memantau status nutrisi
klien pada klien
c. Ajarkan untuk makan sedikit c. Mempertahankan status nutisi
tapi sering pada klien agar dapat meningkat
atau stabil.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi d. Ahli gizi dapat menentukan
makanan yang tepat untuk
meningkatkan kebutuhan nutrisi
pada klien.

4. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus


Tujuan : Masalah gangguan perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.
KH :
1) Klien dapat memfokuskan pendengaran
2) Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan
3) Pendengaran adekuat
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat pendengaran pada a. Mengetahui tingkat
klien kemaksimalan pendengaran
pada klien untuk menentukan
terapi yang tepat.
b. Lakukan tes rinne, weber, atau b. Mengetahui keabnormalan yang
swabah untuk mengetahui terjadi akibat tinitus
keseimbangan pendengaran saat
terjadi tinitus
c. Ajarkan untuk memfokuskan c. Mempertahankan keadekuatan
pendengaran saat terjadi tinitus pendengaran
d. Kolaborasi penggunaan alat d. Memaksimalkan pendengaran
bantu pendengaran pada klien

5. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat


Tujuan : Masalah koping individu tidak efektif dapat teratsi.
KH :
1) Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan
pendengaran
2) Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji kemampuan klien dalam a. Mengetahui batas maksimal
mempertahankan keadekuatan kemampuan pendengaran klien
pendengaran
b. Berikan motivasi dalam b. Klien tidak mengalami depresi
menerima keadaan fisiknya akibat keadaan fisiknya
c. Ajarkan cara mengatasi masalah c. Pusing yang terjadi dapat
pendengaran akibat pusing yang memunculkan tinitus
diderita
d. Kolaborasi pemberian d. Obat untuk mengatasi tinitus.
antidepresan sedatif, neurotonik,
atau transquilizer serta vitamin
dan mineral.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.(2002). Buku ajar ilmu kesehatan

telingahidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Rahayu,Nira.(2011).NeuronitisVestibular.(http://niarahayu9.blogspot.com).Online

diakses pada 17 Juli 2012.Pukul 23.50 WIB

Santosa, Budi.(2005).Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Alih

bahasa.Jakarta : Prima Medika

Wilkinson, Judith M.(2007).Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan

Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai