Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

OLEH:

Desvi Fitriawan
19091013

PRAKTIK PROFESI NERS


STIKes HANGTUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Masalah/Penyakit

1. Pengertian 
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat
dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur
oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system
somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan,
maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik.
Padavertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya
bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun
kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal.
Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. 
Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing.
S.M, 2003). 
Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian
dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang
di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo menunjukkan
ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya
masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau
juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau
aktivitasvestibulocerebellar. Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang
merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak
memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad
Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002).

2. Etiologi
Otologi 24-61% kasus
 

a)      Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)


b)      Meniere Desease
c)      Parese N VIII Uni/bilateral
d)     Otitis Media

Neurologik  23-30% kasus
a)      Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b)      Ataksia karena neuropati
c)      Gangguan visus
d)     Gangguan serebelum
e)      Gangguan sirkulasi LCS
f)       Multiple sklerosis
g)      Vertigo servikal
Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a)      Tekanan darah naik turun
b)      Aritmia kordis
c)      Penyakit koroner
d)     Infeksi
e)       <  glikemia
f)       Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,

Psikiatrik > 50% kasus


a)      Depresi
b)      Fobia
c)      Anxietas
d)     Psikosomatik

Fisiologik
 

a) Melihat turun dari ketinggian.

3. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-
kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa
kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi
lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata
merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu.
Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat
tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari,
mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya
vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali
pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo.
Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa
ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya
berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan
posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi
kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa
waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan
pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan
melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua
sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi.
Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
a) Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya
sendiri atau lingkungan
b) Merasakan mual yang luar biasa
c) Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
d) Gerakan mata yang abnormal
e) Tiba - tiba muncul keringat dingin
f) Telinga sering terasa berdenging
g) Mengalami kesulitan bicara
h) Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
i) Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

4. Komplikasi
a) Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
b)  Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka
lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama
dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

5. Patofisiologi dan Pathway


Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N
VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut
menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena
penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan
visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain
saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV,
dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan
menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan
yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga
akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan
darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga
sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi
tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan
dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor
fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang
berbeda-beda.

6. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan
diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:
a) Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan mata
 Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
 Pemeriksaan neurologik
 Pemeriksaan otologik
 Pemeriksaan fisik umum

b) Pemeriksaan khusus
 ENG
 Audiometri dan BAEP
 Psikiatrik

c) Pemeriksaan tambahan
 Radiologik dan Imaging
 EEG, EMG

7. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti:
 Anti kolinergik

 Sulfas Atropin : 0,4 mg/im


 Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam

Simpatomimetika
 Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit

Menghambat aktivitas nukleus vestibuler


 Golongan antihistamin
 Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
 Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
 Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.      
            
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi
bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :  
 Terapi kausal
 Terapi simtomatik
 Terapi rehabilitatif

b) Penatalaksanaan Keperawatan
 Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring
diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
 Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan
subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya
neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir
pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau
jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring
dengan kedua mata ditutup.
 Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi
mental disertai fiksasi visual yang kuat.
  Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah

dehidrasi.
  Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer

akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau
kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan
berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang
meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan
vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus
menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo
menghilang setelah beberapa hari.
 Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.
Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat
untuk gangguan vestibular akut.

B. Asuhan Keperawatan sesuai teori


1. Pengkajian data keperawatan
a) Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca,
insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang
hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b) Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak
kemerahan
c)  Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan
selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d) Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain),
mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
e)  Neurosensoris

Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru
terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif
terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah
terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
f)  Nyeri/ kenyamanan

Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah
wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak
terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas
vokal.
g) Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan,
parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h) Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit
i) Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan
alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

2. Diagnosa Keperawatan
a.       Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
b.      Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c.       Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d.      Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e.       Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

3. Intervensi Keperawatan
a)      Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko jatuh
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1)      Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2)      Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
Intervensi Rasional
1.      Kaji tingkat energi yang dimiliki klien 1.      Energi yang besar dapat memberikan
2.      Berikan terapi ringan untuk keseimbangan pada tubuh saat istirahat
mempertahankan kesimbangan 2.      Salah satu terapi ringan adalah
3.      Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif menggerakan bola mata, jika sudah
dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas terbiasa dilakukan, pusing akan
klien. berkurang.
4.       Berikan pengobatan nyeri (pusing) 3.      Mengantisipasi dan meminimalkan
sebelum aktivitas resiko jatuh.
4.      Nyeri yang berkurang dapat
meminimalisasi terjadinya jatuh.

b)      Intoleransi aktivitas b.d tirah baring


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah intoleransi
aktivitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1)      Meyadari keterbatasan energi
2)      Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas
3)      Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
4)      Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
Intervensi Rasional
1.      Kaji respon emosi, sosial, dan 1.      Respon emosi, sosial, dan spiritual
spiritual terhadap aktivitas mempengaruhi kehendak klien dalam
2.      Berikan motivasi pada klien untuk melakukan aktivitas
melakukan aktivitas 2.      Klien dapat bersemangat untuk melakukan
3.      Ajarkan tentang pengaturan aktivitas aktivitas
dan teknik manajemen waktu untuk 3.      Energi yang tidak stabil dapat menghambat
mencegah kelelahan. dalam melakukan aktivitas, sehingga perlu
4.      Kolaborasi dengan ahli terapi dilakukan manajemen waktu
okupasi 4.      Terapi okupasi dapat menentukan tindakan
alternatif dalam melakukan aktivitas.

c)      Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah kurang
nutrisi dapat sedikit teratasi.
Kriteria Hasil :
1)      Klien tidak merasa mual muntah
2)      Nafsu makan meningkat
3)      BB stabil atau bertahan
Intervensi Rasional
1.      Kaji kebiasaan makan yang disukai 1.      Kebiasaan makan yang disukai dapat
klien meningkatkan nafsu makan
2.      Pantau input dan output pada klien 2.      Untuk memantau status nutrisi pada klien
3.      Ajarkan untuk makan sedikit tapi 3.      Mempertahankan status nutisi pada klien
sering agar dapat meningkat atau stabil.
4.      Kolaborasi dengan ahli gizi 4.      Ahli gizi dapat menentukan makanan yang
tepat untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi
pada klien.

d)     Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah
gangguan perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1)      Klien dapat memfokuskan pendengaran
2)      Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan
3)      Pendengaran adekuat
Intervensi Rasional
1.      Kaji tingkat pendengaran pada klien1.      Mengetahui tingkat kemaksimalan
2.      Lakukan tes rinne, weber, atau pendengaran pada klien untuk menentukan
swabah untuk mengetahui terapi yang tepat. 
keseimbangan pendengaran saat 2.      Mengetahui keabnormalan yang terjadi
terjadi tinitus akibat tinitus
3.      Ajarkan untuk memfokuskan 3.      Mempertahankan keadekuatan pendengaran
pendengaran saat terjadi tinitus 4.      Memaksimalkan pendengaran pada klien
4.      Kolaborasi penggunaan alat bantu
pendengaran

e)      Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah koping
individu tidak efektif dapat teratsi.
Kriteria Hasil :
1)      Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran
2)      Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri
Intervensi Rasional
1.      Kaji kemampuan klien dalam 1.      Mengetahui batas maksimal kemampuan
mempertahankan keadekuatan pendengaran klien
pendengaran 2.      Klien tidak mengalami depresi akibat
2.      Berikan motivasi dalam menerima keadaan fisiknya
keadaan fisiknya 3.      Pusing yang terjadi dapat memunculkan
3.      Ajarkan cara mengatasi masalah tinitus
pendengaran akibat pusing yang 4.      Obat untuk mengatasi tinitus.
diderita
4.      Kolaborasi pemberian antidepresan
sedatif, neurotonik, atau transquilizer
serta vitamin dan mineral.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok
kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru 

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta


: Prima Medika

Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai