Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Berikut adalah definisi vertigo menurut beberapa ahli :
A) Vertigo adalah keadaan pusing yang luar biasa. Seseorang yang menderita vertigo
merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh gangguan
keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga. Perasaan
tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa tak
mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah keseimbangan. Keseimbangan tubuh
dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ
keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan
telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan (Putranta, 2005).
B) Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah
benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual
dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa
berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika
berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak
sama sekali (Israr, 2008).
C) Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan mungkin
dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala yang
sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung
pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo
sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009)

2. JENIS VERTIGO

Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang


mengalami kerusakan, yaitu

A. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis,
yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan. Gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakitpenyakit seperti benign parozysmal
positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan
keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan
pada sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
B. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan
informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan. Vertigo sentral terjadi jika
ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu
daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).

3. ETIOLOGI VERTIGO

Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan


yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan
dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab
umum dari vertigo: (Israr, 2008)

1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)

2. Obat-obatan
Alkohol
Gentamisin

3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke
salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler

4. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam
(menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
Herpes zoster
Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
Peradangan saraf vestibuler
Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multipel
Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya
Tumor otak
Tumor yang menekan saraf vestibularis.

4. PATOFISISIOLOGI VERTIGO
Anatomi Vertigo
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
a. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu mengubah
rangsangan menjadi bioelektrokimia:

Reseptor mekanis divestibulum


Resptor cahaya diretina
Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat keseimbangan di otak:

Saraf vestibularis
Saraf optikus
Saraf spinovestibulosrebelaris.

c. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi, integrasi/koordinasi


dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri, hypotalamusi, inti akulomotorius,
formarsio retikularis

Patofisiologi Vertigo

Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat keseimbangan tubuh
yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan,
jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon
yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan
bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan
sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan
gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh dibagian
tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan
informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot
menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
Pathway Vertigo

Pathway Vertigo

5. MANIFESTASI KLINIS

Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu
mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih
lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit,
mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
6. TANDA DAN GEJALA VERTIGO
Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia, perubahan
serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan koordinasi,
kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara berturut-
turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan
tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian
menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia.
Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung
sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi
vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum)
yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa
posterior, migren basiler.

Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung :
A. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB). Pencetusnya
adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil
barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab
vertigo posisional berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis
vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.

B. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.


Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere
mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia
penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam berjalan
“Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus
kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis
lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa terdapat penurunan
fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah terdapat kelompok
serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit
akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan
cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium
(gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin
mengalami gejala yang serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa
kemungkinana sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.

C. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.


Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit ini mulanya
vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala ini berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas
sama sekali dari gejala bila ia berbaring atau diam.
Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu kemungkinannya disebabkan
oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nistagmus yang menjadi lebih
basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan
mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total pada beberapa
penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan vertibular berbagai
tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna. Pada penderita dengan serangan
vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke serebelar. Nistagmus yang bersifat
sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang
tidak bergerak dan nigtamusdapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus
perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh
penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit
meniere, vertigo pasca trauma
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG VERTIGO
1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang
yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam selama 30 detik
atau lebih
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.
Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter atau
badan berputar lebih dari 30 derajat
3. Salah Tunjuk (post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)
kemudian kembali kesemula
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung
dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus
kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nistagmus
5. Tes Kalori
Dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan
somatosensorik.
8. Komplikasi
A. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII
(Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan
berjalan.
B. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk
berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat
menyebabkan kelemahan otot.

9. PENGKAJIAN DAN PENGUMPULAN DATA


A. ANAMNESA
a. Identitas Klien
Identitas biasanya berisi tentang nama, umur, alamat, pendidikan, agama, pekerjaan, dll
b. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian. Biasanya pada pasien
vertigo keluhan utama yang dirasakan yaitu nyeri kepala hebat serta pusing.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo
tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo,
posisi mana yang dapat memicu vertigo.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor otak.
Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan
dan salisilat
e. Riwayat Penyakit keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat
penyakit lain baik bersifat genetic maupun tidak.
f. Riwayat Psikososial
Di kaji emosi klien, body image klien, harga diri, interaksi klien terhadap keluarga dan
data spiritual klien.
g. Pola-Pola fungsi Kesehatan
Pola Fungsi dan tata laksana kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan keluarga
mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
Pola nutrisi dan metabolism
Adakah nausea dan muntah
Pola eliminasi
Bagaimana BAK dan BABnya, lancar atau tidak
Pola tidur dan istirahat
Dikaji bagaimana tidur klien nyenyak atau tidak, berapa lama tidur klien, pada pasien
vertigo biasanya pasien mengalami gangguan tidur.
Aktivitas
Biasanya pada pasien vertigo aktivitasnya kurang, klien sering mengalami Letih, lemah,
Keterbatasan gerak, Ketegangan mata, kesulitan membaca, Insomnia, bangun pada pagi
hari dengan disertai nyeri kepala, Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh,
aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
Pola hubungan peran
Meliputi hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar
Pola presepsi dan konsep diri
Bagaimana klien menggambarkan dirinya terkait dengan penyakitnya.
Pola sensori dan kognitif
Bagaimana klien menghadapi rasa sakit ? apakah mengalami penurunan panca indra?
Pola reproduksi seksual
Dikaji bagaimana hubungan seksual klien dengan pasangannya, apakah ada gangguan
atau tidak
Pola penanggulangan stress
Meliputi penyebab stress, koping terhadap stress.
Pola tata nilai dan keyainan
Di kaji tentang agama yang di anut klien

B. DIAGNOSA
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasopressor.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode
koping tidak adekuat.
3. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber informasi, kurang kemampuan
mengingat.

C. INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasopressor.
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
• Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang atau hilang.
• Tanda-tanda vital normal.
• Klien tampak rileks.

Intervensi dan rasional :


1. Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri. R : Mengenal dan memudahkan dalam
melakukan tindakan keperawatan.
2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur. R : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin. R : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan
mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam. R : relaksasi mengurangi ketegangan dan
membuat perasaan lebih nyaman.
5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik. R : untuk mengurangi nyeri sehingga pasien
menjadi lebih nyaman.

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode


koping tidak adekuat.
Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat.
Kriteria hasil :
• Klien mengidentifikasi perilaku yang tidak efektif.
• Klien mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang dimiliki.
• Mengkaji situasi saat ini yang akurat.
• Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan/situasi yang tepat.

Intervensi dan rasional :


1. Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum. R : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi
penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
2. Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya. R : klien akan merasakan kelegaan
setelah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang.
3. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang
diharapkan. R : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan
memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih.
4. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang
dapat diajarkan. R : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.
5. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber informasi, kurang kemampuan
mengingat. Tujuan : klien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur, dan
proses pengobatan.

Kriteria hasil :
• Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
• Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi dan rasional :
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. R : megetahui seberapa
jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
2. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang. R : dengan
mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang
dan mengurangi rasa cemas.
3. Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui. R : untuk mengurangi
kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien tetang penyakitnya.
4. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. R :
mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan.
5. Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal. R : agar klien
mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik.
6. Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-
faktor yang berhubungan. R : dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien
dapat mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring,
beristirahat pada saat serangan.

a. Penatalaksanaan medis.
Terapi menurut Kang (2004), terdiri dari :
• Terapi kausal
• Terapi simtomatik
• Terapi rehabilitative

b. Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo :


• Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.
• Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.
• Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke kiri dan ke kanan.
• Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak dari tempat tidur.
• Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
• Gerakkan kepala secara hati-hati
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.

2. Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004.

3. Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.Vol.2. Jakarta:

EGC.

4. Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Ed: 2. Jakarta: EGC

5. Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth, vol:3.

Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai