Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Pengertian Vertigo
Vertigo adalah rasa sakit kepala hebat disertai dengan nistagmus atau perasaan
benda di sekeliling berputar. Adapun pengertian vertigo menurut beberapa teori.
Wahyu (2012) mendefinisikan sebagai ilusi gerakan, yang paling sering adalah
perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap limgkungan atau sebaliknya,
lingkungan sekitar kita rasakan berputar. Irianto (2015) menjelaskan bahwa vertigo
adalah perasaan yang abnormal mengenai adanya gerakan penderita terhadap
sekitarnya atau sekitarnya terhadap penderita, tiba-tiba semuanya terasa berputar atau
bergerak naik turu di hadapannya.
2.2 Etiologi Vertigo
Vertigo adalah gejala dari beberapa masalah kesehatan. Biasanya, masalah ini
terjadi ketika seseorang mengalami gangguan pada telinga bagian dalam. Berikut
masalah-masalah yang memicu timbulnya vertigo:
1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BBPV).
BBPV terjadi ketika sebagian kecil partikel kalsium (canaliths) membentuk
gumpalan di bagian kanal telinga dalam. Telinga bagian dalam bekerja mengirimkan
sinyal ke otak seputar gerakan badan dan kepala, yang terkait dengan gaya gravitasi.
Inilah yang menjaga tubuh seseorang tetap seimbang.
2. Penyakit Meniere
Ini adalah masalah bagian dalam telinga yang diduga diakibatkan oleh penumpukan
cairan dan perubahan tekanan di dalam telinga. Penyakit Meniere menyebabkan
munculnya vertigo bersamaan dengan suara berdenging (tinnitus) maupun
kehilangan pendengaran.
3. Vestibular neuronitis
Masalah telinga bagian dalam ini umumnya berhubungan dengan infeksi, yang
cenderung diakibatkan oleh virus. Infeksi ini menimbulkan peradangan pada telinga
bagian dalam, di sekitar saraf vestibular, yang berfungsi untuk tubuh merasakan
keseimbangan.

4. Migrain
Migrain adalah sakit kepala parah yang umumnya dirasakan di bagian depan atau
salah satu sisi kepala. Masalah ini biasanya banyak dialami oleh anak-anak muda.
5. Gangguan pada otak
Misalnya tumor otak di dalam cerebellum yang berlokasi di bagian bawah otak, atau
acoustic neuroma, yaitu tumor otak langka yang tumbuh di saraf acoustic (saraf
yang membantu mengontrol pendengaran dan keseimbangan).
6. Obat-obatan tertentu
Terkadang, vertigo merupakan efek samping setelah mengonsumsi tipe-tipe obat
tertentu. Karenanya, Anda harus mengetahui secara pasti apa efek samping dari
obat-obatan yang diberikan oleh dokter.
7. Trauma atau luka di kepala dan leher
Cedera pada kepala dan leher, baik yang ringan maupun berat, sering kali
menimbulkan gejala pusing atau vertigo.
2.3 Klasifikasi Vertigo
Vertigo dapat dibagi menjadi ( Kelompok Studi Vertigo, PERDOSSI, 2012)
a. Vertigo Vestibular
Timbul pada gangguan sistem vestibular, menimbulkan sensasi berputar timbulnya
episodic, diprovikasi oleh gerakan kepala dan bisa disertai rasa mual/muntah.
Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vetibular ( Kelompok Studi
Vertigo, PERDOSSI, 2012)
1. Vertigo Vestibular Perifer
Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis. Vertigo vestibular perifer
timbulnya lebih mendadak setelah perubahan posisi kepala, dengan rasa
berputar yang berat, disertai mual/muntah dan keringat dingin. Bila disertai
gangguan pendengaran berupa tinnitus atau ketulian dan disertai gejala
neurologis fokal seperti, hemiparesis, diplipia perioral parastesia, penyakit
paresisfasialis. Penyebabnya antara lain adalah begin paroxysmal positional
vertigo (BPPV), penyakit miniere, neuritisvesti oklusia, labirin, labirinitis.

2. Vertigo Vestibular Sentral


Timbul pada lesi di nucleus vestibularis di batang otak atau thalamus sampai ke
korteks serebri. Vertigo vestibular sentral timbulnya lebih lambat, tidak
terpengaruhi oleh gerakan kepala. Rasa berputarnya ringan jarang disertai
mual/muntah, atau kalau ada ringan saja. Tidak disertai gangguan-gangguan
pendengaran. Bisa disertai gejala neurologis fokal, penyebabnya antara lain
migrain, CVD, tumor, epylepsi, demielinisasi dan degenerasi.
b. Vertigo Nonvestibular
Timbul pada gangguan sistem propriseptif atau sistem visual menimbulkan sensasi
bukan berputar, melainkan rasa melayang, goyang berlangsung konstan/kontinu,
tidak disertai rasa mual/muntah, serangan biasanya dicetuskan oleh gerakan objek
disekitarnya, misalnya di tempat keramaian atau lalu lintas macet. Penyebab antara
lain polineuropati, meliopati artrosis servikalis trauma leher, presinkope, hipotensi,
ortostatik, hiperventilasi tension, headache hipoglikemi, penyakit sistemik.
2.4 Manifestasi Klinik

Menurut Dewanto, (2015) Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan weak dan
lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan tunm, lelah, lidah pucat
dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan
kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah
dengan selaput tipis.

Menurut Dewanto (2015) Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang
paling baik adalah dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak,
kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kcpala dijatubkan mendadak
sainbil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan
gejala Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya
sendiri atau lingkungan, Merasakan mual yang luar biasa, Sering muntah behagar
akibat dari rasa mual, Gerakan mata yang abnonnal, Tiba - tiba muncul keringat dingin,
Telinga sering terasa berdenging, Mengalami kesulitan bicara, Mengalami kesulitan
berja1an karena merasakan sensasi gerakan berputar, Pada keadaan tertentu, penderita
juga bisa mengalami gangguan penglihatan.

2.5 Patofisiologo Vertigo

Menurut Price,S.A (2007) Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi


aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampai kan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah
sistem optik dan pro prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis
dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.

Menurut Wilson (2007) Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan
ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor
visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Menurut Wilson
(2007) Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan
dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan
diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi
kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh
di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang
gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu,
akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons
penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat
berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.

2.6 Penatalaksanaan Medis Vertigo

Penatalaksanaan vertigo berbeda tergantung dari penyebab vertigonya. Walau


demikian, penanganan gejala vertigo pada umumnya dapat ditangani mengunakan
medikamentosa yang sama, yaitu betahistine atau dimenhydrinate. Terapi
nonmedikamentosa yang dapat dilakukan di antaranya adalah terapi rehabilitasi
vestibular dan pembedahan.

1. Medikamentosa

Medikamentosa utama untuk vertigo adalah betahistine yang digunakan untuk


menangani vertigo perifer. Obat lain yang dapat digunakan di antaranya
adalah metoclopramide, dimenhydrinate, ondansetron, prometazine, atau golongan
benzodiazepine seperti diazepam dan lorazepam. Vertigo terkait migraine dapat
ditangani dengan pemberian metoprolol, flunarizine, asam valproat, dan topiramat.

Pada vertigo yang disebabkan oleh stroke, medikamentosa untuk stroke juga harus
diberikan berupa pemberian alteplase intravena, aspirin, atau clopidogrel pada
stroke iskemik atau pemberian antihipertensi pada stroke hemorrhagik.

a. Betahistine
Betahistine merupakan obat yang umum digunakan untuk meredakan gejala
vertigo, bekerja dengan cara menyekat reseptor histamin H3 (presinaps) dan H2
(postsinaps, lemah). Betahistine dapat meningkatkan sirkulasi mikro darah ke
telinga dalam (labirin). Efek terapeutik yang optimal tercapai dalam jangka
waktu panjang, sehingga dosis pemberian betahistine direkomendasikan sebesar
24 mg, 2 kali sehari, selama 2-3 bulan. [19] Betahistine umum digunakan pada
vertigo dengan penyebab di perifer seperti penyakit Meniere dan benign
paroxysmal positional vertigo (BPPV).

2. Nonmedikamentosa
Rehabilitasi vestibular untuk tata laksana vertigo kronis (gejala yang timbul
persisten lebih dari 1 bulan) direkomendasikan untuk mengurangi gejala vertigo.
[27] Rehabilitasi vestibular dapat dilakukan untuk pasien dengan lesi vestibular
stabil, lesi perifer atau campuran dengan sentral, pasca trauma, psikogenik, BPPV
dan untuk orang tua dengan vertigo. Rehabilitasi dan latihan ini dapat dilakukan di
rumah sehari-hari dan memiliki prinsip dan tujuan untuk menstabilkan pandangan
dan postur, mengurangi vertigo dan meningkatkan aktivitas sehari-hari.
Manuver reposisi dapat dilakukan untuk BPPV. Pada BPPV kanal posterior dapat
dilakukan manuver Epley dan manuver Semont. Pada BPPV kanal lateral, dapat
dilakukan manuver Lampert roll dan manuver Gufoni. Manuver ini dilakukan untuk
mengembalikan debris pada endolimfe ke vestibular, dimana yang menjadi
penyebab vertigo.
a. Pembedahan
Tata laksana pembedahan dipertimbangkan pada BPPV kanal posterior yang
tidak membaik dengan manuver reposisi. Neurektomi dan pembedahan pada
oklusi kanalis semisirkularis dapat dilakukan untuk vertigo perifer yang tidak
membaik.

Anda mungkin juga menyukai