Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO

A. PENGERTIAN VERTIGO
”Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari
vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan dengan
pusing (Wahyono, 2007).
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa
saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa
lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita
tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008).
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan
mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan
gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan
sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal
atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK,
2009)

B. ETIOLOGI VERTIGO
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di
dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam
otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari vertigo:
(Israr, 2008)
1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut).
2. Obat-obatan
Alkohol, Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi

1
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian
dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo), Infeksi telinga
bagian dalam karena bakteri, Herpes zoster, Labirintitis (infeksi labirin di dalam
telinga), Peradangan saraf vestibuler, Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multipel, Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,
persarafannya atau keduanya, Tumor otak, Tumor yang menekan saraf
vestibularis.

C. PATOFISISIOLOGI VERTIGO
1. Anatomi Vertigo
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
a. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi
yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia: Reseptor mekanis
divestibulum, Resptor cahaya diretina, Resptor mekanis dikulit, otot dan
persendian (propioseptik)
b. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak: Saraf vestibularis, Saraf optikus, Saraf
spinovestibulosrebelaris.
c. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri,
hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis
2. Patofisiologi Vertigo
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan
diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa
penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di
samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan

2
sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk
vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang
aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak
berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala
dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi
tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.

D. PATHWAYS VERTIGO

Pathway Vertigo

E. MANIFESTASI KLINIS VERTIGO
1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah,
gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara
berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan

3
kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari
pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan
buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer
dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler
labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan
strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat
menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior,
migren basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik. Vertigo perifer
paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB). Pencetusnya
adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau
menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung
beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah
trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular
prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam. Dapat dijumpai
pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere
mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo
dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya
penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan
kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem
yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki
yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari
penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi
oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti
tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan
cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita mengalami
disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita
sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan

4
penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap
penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada
penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah
mendadak. Gejala ini berlangsung  beberapa hari sampai beberapa minggu.
Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala
bila ia berbaring diam. Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak
terganggu kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan
digerakkan menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara
gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu. Pemeriksaan
elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total pada beberapa
penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan
vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional
benigna. Pada penderita dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri
kemungkinan stroke serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak
berkurang jika dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang satu benda
yang tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan
berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita
menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh
gangguan system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit
meniere, vertigo pasca trauma

VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL


NO
(VESTIBULOGENIK) (NON-VESTIBULER)

5
1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan
3 Jantung berdebar wajah Kelumpuhan otot-otot
4 Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
5 Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
6 Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
7 Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
8 Mual dan muntah-muntah Mual dan muntah-muntah
9 Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah
10 Sensitif pada cahaya terang dan
11 Suara
Berkeringat

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG VERTIGO
1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup.
Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih.
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.
Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter
atau badan berputar lebih dari 30 derajat.
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)
kemudian kembali kesemula.
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung
dipinggir tempat tidur dengan sudut 300  kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala
lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi
nistagmus.
5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul

6
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan
somatosensorik.
                                                 
G. PENATALAKSANAAN VERTIGO
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
a. Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan
merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir
tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk
membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali
keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo
melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai
tidak didapatkan lagi respon vertigo.
b. Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika
muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea)
dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih
buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa
kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan
membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti  biotika
dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih
meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan
nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau
benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan 
dari terapi medik yang diberi adalah:
a. Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan
upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo.
Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan

7
mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau toleransi terhadap
serangan berikutnya.
b. Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih
jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang
menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin dan
vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan yang baik.
c. Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat
diredakan oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid
tidak dapat bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan
vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi. Misalnya
Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan
latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri
meningkat dan kemungkinan jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat
ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada
penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
a. TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih
sempurna dalam kurun waktu 24 jam
b. RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna
terjadi lebih dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau penanganan
yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan jika kambuh bisa
meninggalkan cacat.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VERTIGO

A. PENGKAJIAN VERTIGO

8
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien
vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor
otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid,
antikonvulsan dan salisilat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain baik
5. Aktivitas / Istirahat
a. Letih, lemah, malaise
b. Keterbatasan gerak 
c. Ketegangan mata, kesulitan membaca
d. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
e. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau
karena perubahan cuaca.
6. Sirkulasi
a. Riwayat hypertensi
b. Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
c. Pucat, wajah tampak kemerahan.
7. Makanan dan cairan
a. Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,hotdog, MSG
(pada migrain).
b. Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
c. Penurunan berat badan.
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Pemeriksaan Persistem

9
a. Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa benda
yang diam tampak bergerak maju mundur.
b. Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun
dengan alat.
c. Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
d. Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 
Diagnosa Keperawatan Low Back Pain (Aplikasi Panduan Asuhan Keperawatan
Berdasarkan SDKI, SLKI DAN SIKI):
1. Nyeri akut (D.0077)
2. Gangguan pola tidur (D.0055)
3. Koping tidak efektif (D.0096)
4. Ansietas (D.0080)

10
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
Nyeri akut (D.0077) SLKI: SIKI:
Setelah dilakukan Tindakan
DS: tindakan keperawatan Observasi
- Meng selama…. Nyeri akut  Identifikasi lokasi,
eluh nyeri teratasi dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualiatas,
DO: 1. Melapor intensitas nyeri
- Tamp kan nyeri  Identifikasi skala
ak meringis terkontrol atau nyeri
- Bersik berkurang  Identifkasi respon
ap protektif 2. Kemam nyeri non verbal
(missal, puan  Identifikasi factor
waspada,posi mengeanali yang memperberat dan
si onset nyeri yang memperingan nyeri
menghindar 3. Kemam  Identifikasi
nyeri) puan mengenali pengetahuan dan
- Gelisa penyebab nyeri keyakinan tentang nyeri
h 4. Kemam  Identifikasi
- Freku puan pengaruh budaya terhadap
ensi nadi menggunakan respon nyeri
meningkat teknik non-  Identifikasi
- Sulit farmakologis pengaruh nyeri pada
tidur 5. Dukung kualiatas hidup
- Tekan an orang  Monitor
an darah terdekat keberhasilan terapi
meningkat 6. Keluhan komplemter yang sudah
- Pola nyeri menurun diberikan
nafas berubah 7. Penggun  Monitor efek
- Nafsu aan analgesik samping penggunaan
makan menurun analgetik
berubah
- Proses Terapeutik
berpikir  Berikan teknik non
terganggu farmakologis untuk
- Menar mengurangi rasa nyeri
ik diri (misal, TENS, hypnosis,
- Berfo akupresur, therapy music,
kus pada diri biofikbek, therapy pijat,
sendiri aroma therapi, teknik
- Diaph imjinasi terbimbing,
oresis kompres hangat atau
dingin, therapi bermain )
 Control
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(missal. Suhu ruangan,

11
pencahayaan, kebisingan )
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian analgetik

Gangguan pola SLKI: SIKI:


tidur (D.0055) Intervensi Utama
Setelah dilakukan  Dukungan tidur
DS: tindakan keperawatan
- Mengeluh sulit selama….gangguan Intervensi Pendukung
tidur pola tidur teratasi  Dukungan kepatuhan program
- Mengeluh sering dengan kriteria hasil: pengobatan
terjaga 1. Keluhan  Dukungan meditasi
- Mengeluh tidak sulit tidur  Dukungan perawatan diri:
puas tidur 2. Keluhan BAB/BAK
- Mengeluh pola sering terjaga  Fototerapi gangguan mood/tidur
tidur berubah 3. Keluhan  Latihan otogenik
- Mengeluh tidak puas tidur  Manajemen demensia
istirahat tidak 4. Keluhan  Manajemen energi
cukup pola tidur  Manajemen lingkungan
- Mengeluh berubah  Manajemen medikasi
kemampuan 5. Keluhan  Manajemen nutrisi
beraktivitas istirahat tidak  Manajemen nyeri
menurun cukup  Manajemen penggantian hormon
DO: 6. Kemam
- puan
beraktivitas
meningkat

12
Koping tidak SLKI : SIKI :
efektif(D.0096) Setelah dilakukan Intervensi Utama
tindakan keperawatan  Dukungan pengambilan
DS: selama….koping tidak keputusan
- Mengungkapkan efektif teratasi dengan  Dukungan penampilan peran
tidak mampu kriteria hasil:
mengatasi masalah 1. Kemampuan Intervensi Pendukung
- Tidak mampu memenuhi peran  Bimbingan ssstem kesehatan
memenuhi sesuai usia  Biofeedback
kebutuhan dasar 2. Perilaku koping  Dukungan belajar
- Kekhawatiran adaptif  Dukungan emosional
kronis 3. Verbalisasi  Dukungan kelompok
kemampuan  Dukungan keyakinan
DO: mengatasi masalah  Dukungan meditasi
- Tidak mampu 4. Verbalisasi  Dukungan memaafkan
memenuhi peran pengakuan masalah  Dukungan pelaksanaan ibadah
yang diharapkan 5. Verbalisasi  Dukungan pengungkapan
(sesuai usia) kelemahan diri kebutuhan
- Menggunakan 6. Perilaku asertif  Dukungan perasaan bersalah
mekanisme koping 7. Partisipasi social  Dukungan perlindungan
yang tidak sesuai 8. Tanggung jawab diri penganiayaan
- Penyalahgunaan 9. Orientasi realitas  Dukungan sumber finansial
zat 10. Minat  Dukungan tanggung jawab pada
- Memanipulasi mengikuti Diri sendiri
orang lain untuk perawatan/  Dukungan tidur
memenuhi pengobatan
keinginannya 11. Kemam Intervensi Krisis
sendiri puan membina
 Konseling
- Pelaku tidak asertif hubungan
 Kontrak perilaku positif
- Partisipasi sosial
 Limit Setting
kurang
 Manajemen demensia
 Manajemen lingkungan
 Manajemen mood
 Manajemen medikasi
 Manajemen Overdosisi
 Manajemen pengendalian marah
 Manajemen perilaku
 Manajemen perilaku seksual
Ansietas (D.0080) SLKI : SIKI:
Setelah dilakukan Intervensi Utama
DS: asuhan keperawatan  Reduksi ansietas
- Merasa bingung selama….ansietas
- Merasa khawatir tertasi dengan kriteria Intervensi Pendukung
dengan akibat dari hasil :  Bantuan kontrol marah
kondisi yang 1. Verbalisasi  Biblioterapi
dihadapi kebingungan  Dukungan emosi
 Dukungan hipnosis diri

13
- Sulit 2. Verbalisasi khawatir  Dukungan kelompok
berkonsentrasi akibat kondisi yang  Dukungan keyakinan
- Mengeluh pusing dihadapi  Dukungan memaafkan
- Anoreksia 3. Perilaku gelisah  Dukungan pelaksanaan
- Palpitasi 4. Perilaku tegang ibadah
- Merasa tidak 5. Keluhan pusing  Dukungan pengungkapan
berdaya 6. Anoreksia kebutuhan
7. Palpitasi  Dukungan proses berduka
DO: 8. Frekuensi
- Tampak gelisah Intervensi krisis
pernapasan
- Tampak tegang  Konseling
berkurang atau
- Sulit tidur  Manajemen demensia
dalam batas normal
- Frekuensi nafas
9. Frekuensi nadi
meningkat
dalam batas
- Frekuensi nadi
normal
meningkat
10. Tekanan darah
- Tekanan darah
dalam bats normal
meningkat
- Diaphoresis 11. Diaphoresis
- Tremor 12. Tremor berkurang
- Muka tampak 13. Pucat
pucat 14. Konsentrasi
- Suara bergetar meningkat
- Kontak mata 15. Pola tidur
buruk membaik
- Sering berkemih 16. Perasaan
- Berorientasi pada keberdayaan
masa lalu 17. Kontak mata
meningkat
18. Pola berkemih
normal
19. Orientasi
meningkat

14
DAFTAR PUSTAKA

Lumban Tobing. S.M, 2008, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 2008, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan
Terapi, Malang : Perdossi

Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.Vol.2.
Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif M .dkk. 2007.Kapita selekta kedokteran 3 jilid 2,Jakarta:Media Aesculapius

Israr. Y. 2008. Vertigo. Diakses 9 November 2013, jam 08.05


Http://yayanakhyr.wordpress.com

15

Anda mungkin juga menyukai