S DENGAN VERTIGO DI
DI SUSUN
OLEH
KRISNABELA : 2004046
NOVA OMEGA : 2004055
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kelompok persembahkan kehadirat Tuhan Yang Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-nya semata sehingga kelompok mampu menyelesaikan
penyusunan laporan Asuhan Keperawatan pada Nn. S dengan Vertigo di Ruang C
Rumah Sakit Bethesda Yogakarta. Penyusunan laporan Askep ini dapat terlaksana
dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ethic Palupi, S.Kep., Ns., MNS selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Ners.
2. Ibu Nimsi Melati., S.Kep., Ns., MAN selaku dosen pembimbing akademik
STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
Dalam penyusunan Askep ini, Kelompok menyadari bahwa masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga laporan askep ini bermanfaat
bagi semua pihak yang membaca. Tuhan memberkati.
Kelompok
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
A. LAPORAN PENDAHULUAN ...............................................................
1. KONSEP DASAR MEDIS...............................................................1
2. DEFINISI.......................................................................................... 1
3. ANATOMI FISIOLOGI...................................................................1
4. KLASIFIKASI..................................................................................12
5. PENYEBAB.....................................................................................13
6. TANDA DAN GEJALA...................................................................14
7. PATOFISIOLOGI.............................................................................15
8. PATHWAY.......................................................................................18
9. DIAGNOSTIK KLINIS....................................................................19
10. PENATALAKSANAAN..................................................................19
11. PENCEGAHAN...............................................................................21
12. KOMPLIKASI..................................................................................21
13. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................23
14. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN.................................24
B. KASUS................................................................................................... 29
C. DATA FOKUS...................................................................................... 34
D. ANALISA DATA..................................................................................52
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN..........................................................54
F. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN...................................54
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN.....................................55
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................58
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep Dasar Medis
a. DEFINISI
Vertigo adalah kondisi yang membuat penderitanya mengalami
pusing, sampai merasa dirinya atau sekelilingnya
berputar. Penderita dapat mengalami vertigo dengan tingkat
keparahan yang berbeda-beda (Junaidi, 2013)
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau gerakan dari tubuh
atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang disebabkan
oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan
atau penyakit dengan demikian vertigo bukan suatu gejala pusing
berputar saja, tetapi merupakan suatu kumpulan gejala atau satu
sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus, untoble),
otonomik (pucat, peluh dingin, mual dan muntah dizziness lebih
mencerminkan keluhan rasa gerakan yang umum tidak spesifik,
rasa goyah, kepala ringan dan perasaan yang sulit dilukiskan
sendiri oleh penderitanya. Pasien sering menyebutkan sensasi ini
sebagai nggliyer, sedangkan giddiness berarti dizziness atau vertigo
yang berlangsung singkat (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
b. ANATOMI FISIOLOGI
1
1) Otak
Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges.
Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan
durameter, lapusan araknoid, dan lapisan piameter.
a) Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar
dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat
langsung dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk
melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan
medula spinalis.
b) Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah
dan terdiri dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba.
Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang
subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan
serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak
dan medulla spinalis dari guncangan.
c) Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam
dari otak dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini
banyak memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk
melindungi otak secara langsung.
Fisiologi Keseimbangan
Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga
dalam (labirin), terlindung oleh tulang yang paling keras
yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah
telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai
alat keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin tulang dan
labirin membran. Labirin membran terletak dalam labirin
tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk labirin
tulang. Antara labirin membran dan labirin tulang terdapat
perilimfa, sedang endolimfa terdapat di dalam labirin
membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih tinggi
daripada cairan perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada
dalam labirin membran yang terapung dalam perilimfa,
yang berada dalam labirin tulang. Setiap labirin terdiri
dari
3 kanalis semi-sirkularis (kss), yaitu kss horizontal
(lateral), kss anterior (superior) dan kss posterior
(inferior). Selain 3 kanalis ini terdapat pula utrikulus dan
sakulus.
c. KLASIFIKASI
1) Vertigo vestibular perifer
Vertigo perifer terjadi jika terdapat gangguan di saluran yag
disebut kanalis simirkularis, yaitu telinga bagian tegah yang
bertugas mengontrol keseimbangan. Vertigo jenis ini biasanya
diikuti gejala-gejala seperti:
a) Pandangan mata gelap
b) Rasa lelah dan stamina menurun
c) Jantung berdebar
d) Hilang keseimbangan
e) Tidak mampu berkonsentrasi
f) Perasaan seperti mabuk
g) Otot terasa sakit
h) Muan dan muntah
i) Daya pikir menurun
j) Berkeringat
Gangguan kesehatan berhubungan dengan vertigo perifer antara
lain penyakit (Benign Proxymal Postional Vertigo) atau BPPV
(gangguan keseimbangan karena ada perubahan posisi kepala),
minire disease (gangguan keseimbangan yang sering kali
menyebabkan hilangnya pendengaran), vestibular neuritis
(peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan) dan labyrinthis
(radang di bagian dalam pendengaran) (Sutarni, Rusdi & Abdul,
2019).
2) Vertigo vestibular sentral
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di
dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu
daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil). Gejala
vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan
mengalami hal tersebut di antaranya ialah:
a) Penglihatan ganda
b) Sukar menelan
c) Kelumpuhan otot-otot wajah
d) Sakit kepala yang berat
e) Kesadaran terganggu
f) Tidak mampu berkatakata
g) Mual dan muntah
h) Tubuh terasa lemah
Gangguan kesehatan yang berhubugan dengan vertigo sentral
termasuk antara lain, stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang
bekalang dan otak), tumor, trauma di bagian kepala, migren,
infeksi, kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses
(penyakit kemunduran fungsu saraf) yang menimbulkan damak
pada otak kecil. Penyebab dan gejala keluhan vertigo biasanya
datang mendadak, diikuti gejala klinis tidak nyaman seperti
banyak berkeringat, mual dan munahfaktor penyebab vertigo
adalah Sistemik, Neurologik, Ophatalmogik, Otolaringologi,
Psikogenik, dan dapat disingkat SNOOP, sedangkan perbedaan
vertigo vestibular perifer dan sentral sebagai berikut (Sutarni,
Rusdi & Abdul, 2019).
d. PENYEBAB
Menurut (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019). Penyebab vertigo dapat
dibagi menjadi 5 yaitu:
1) Otologi
Otologi ini merupakan 24-61 kasus vertigo (paling sering),
dapat disebabkan oleh BPPV (benign paroxysmal positional
vertigo), penyakit Meniere, parase N. VIII (vestibulokoklearis)
maupun otitis media.
2) Neurologis
Merupakan 23-30%
a) Gangguan serebrovaskular batang otak, serebelum
b) Ataksia karena neuropati
c) Gangguan visus
d) Gangguan serebelum
e) Seklerosis multiple yaitu suatu penyakit saat sistem
kekebalan tubuh menggerogoti lapisan pelindung
saraf
f) Malformasi chiari, yaitu anomaly bawaan di mana
serebelum dan medulla oblongata menjorok ke
medulla spinalis melalui foramen magnum.
g) Vertigo servikal.
3) Interna
Kurang lebih 33% dari keseluruhan kasus terjadi karena
gangguan kardiovaskuler. Penyebabnya biasanya berupa
tekanan darah yang naik atau turun, aritma kordis, penyakit
jantung koroner, infeksi, hipoglikemia, serta intoksikasi obat,
misalnifedipin, benzodiazepine, Xanax (Sutarni , Rusdi &
Abdul, 2019).
4) Psikiatrik
Terdapat pada lebih dari 50% kasus vertigo. Biasanya
pemeriksaan klinis dan laboratoris menunjukkan hasil dalam
bebas normal. Penyebabnya biasanya berupa depresi, fobia,
ansietas, serta psikosomatis (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
5) Fisiologis
Misalnya, vertigo yang timbul ketika melihat ke bawah saat
kita berada di tempat tinggi (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
f. PATOFISIOLOGI
Kondisi alat keseimbangan baik sentral maupun perifer yang tidak
normal atau adanya gerakan yang aneh/ berlebihan, maka tidak
terjadi proses pengolahan input yang wajar dan muncullah vertigo.
Selain itu, terjadi pula respons penyesuaian otot-otot yang tidak
adekuat, sehinggan muncul gerakan abnormal mata (nistagsum),
unsteadiness/ ataksia sewaktu berdiri/ berjalan dan seperti gejala
lainnya (Akbar, 2013).
Menurut Akbar (2013) ada beberapa teori di antaranya :
1) Teori rangsangan berlebihan (overstimulasi)
Dasar teori ini adalah suatu asumsi bahwa makin banyak dan
semakin cepat rangsangan (gerakan kendaraan), makin
berpeluang menimbulkan sindrom vertigo akibat gangguan
fungsi Alat Keseimbangan Tubuh (AKT). Jenis rangsangan
AKT ini yang ada pada saat ini antara kursi putar Barany,
faradisasi/ galvanisasi dan irigasi telinga, serta kendaraan laut
dan darat. Menurut teori ini sindrom vertigo timbul akibat
rangsangan berlebihan terhadap kanalis semisirkulasi
menyebabkan hiperemi dari organ ini sehingga bisa muncul
sindrom vertigo (vertigo, nistagmus, mual dan muntah).
2) Teori konflik sensori
Keadaan normal (fisiologi), impuls yang diterima akan
diperbandingkan antara sisi kiri dengan kanan, antara impuls
yang berasal dari penglihatan dengan proprioseptik dan
vestibular secara timbal balik. Pengolahan informasi berjalan
secara reflektoris lewat proses yang normal dengan hasil akhir
terjadinya penyesuaian otot-otot penggerak/ penyangga tubuh
dan otot penggerak bola mata. Oleh karena itu, maka tubuh dan
kepala tetap tegak serta berjalan lurus (tidak sempoyongan atau
tidak melawan arah) serta dapat melihat objek penglihatan
dengan jelas meskipun sedang bergerak (jalan lari). Disamping
itujuga tidak ada keluhan vertigo dan gejala lainnya. Menurut
teori konfliks sensori ini dari kedua sisi (kanan-kiri) antara
masukan dari ketiga jenis (vestibulum, visus, proprioseptik)
atau reseptor AKT. Keadaan ini bisa sebagai akibat rangsangan
berlebihan, dari lesi sistem vestibular sentral atau perifer
sehingga bisa menyebabkan pusat pengolah data di otak
mengalami kebingunan dan selanjutnya proses masnya sensori
yang menempuh jalur tidak normal. Proses tidak normal ini
akan menimbulkan perintah (keluaran) dari pusat AKT menjadi
tidak sesuai dengan kebutuhan keadaan yang sedang dihadapi
dan membangkitkan tanda kegawatan. Perintah/ keluaran yang
tidak sesuai akan menimbulkan refleks antisipatif yang salah
dari otot-otot ekstremitas (deviasi jalan sempoyongan),
penyangga tubuh (deviasi saat berposisi tegak) otot, dan otot
penggerak mata (nistagmus). Tanda kegawatan berupa vertigo
yang bersumber dari korteksotak dan keringat dingin serta
mual muntah yang berasaldari aktivitas sistem saraf otonom.
Teori konflik sensori ini belum dapat mengungkap terjadinya
vertigo akibat kelainan psikis, dan terjadinya habituasi/adaptasi
yang bermanfaat untuk penanganan vertigo.
Kelamahan teori konflik sensori ini deperbaiki oleh teori
Neural Mismatch dan teori sinaps. Jika dalam keadaan normal,
informasi untuk alat keseimbangan tubuh di tangkap oleh tiga
jenis reseptor, yaitu reseptor vestibular, penglihatan dan
propioseptik. Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan
masuknya sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik
perifer yaitu antara mata, vestibulum dan propiosepti atau
ketidakseimbangan masuknya sensorik dari sisi kanan dan kiri.
Ketidakcocokan tersebut bisa menimbulkan kebingungan
sensorik di sentral sehingga menimbulkan respons yang dapat
berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata). Ataksia atau sulit
berjalan (gangguan vestibular serebelum) atau rasa melayang
berputar (yang berasal dari sensasi kortikal).
3) Teori neural mismatch
Dikemukakan oleh Reason, seorang pakarpsikologi di
University of Leicester yang tekun meneliti mabuk gerakan,
bahwa timbulnya gejala disebabkan oleh terjadinya mismatch
(ketidak sesuaian/discrepancy) antara pengalaman gerakan
yang sudah disempan di otak dengan gerakan yang sedang
berlangsung/ dihadapi. Teori in merupakan pengembangan
teori konflik sensorik. Menurut teori ini otak mempunyai
memori/ ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika
pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/ tidak sesuai
dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari
susunan saraf otonom.
Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang
akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur
tidak lagi timbul gejala
4) Teori Otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom
sebagai usaha adaptasi gerakan atau perubahan posisi gejala
klinis timbul jika siatem simpatis terlalu dominan, sebaliknya
hilang jika sistem parasimpatis mulai berperan.
5) Teori Sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau
perasaan neurotranamisi dan perubahan-perubahan
biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan
daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan
memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor).
Peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mencetuskan
mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistem
saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerapkan gejala penyerta
yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan
vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi
gejala mual muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat
akibat dominasi aktivitas susunansaraf parasimpatis (Akbar,
2013).
g. PATHWAY
23
h. DIAGNOSTIK KLINIS
Diagnostik klinis yang biasa dilakukan adalah:
1) Elektroensefalografi (EEG). Salah satu penyebab utama
vertigo adalah adanya gangguan pada otak. Tes ini
menggunakan alat berupa piringan berukuran kecil yang
diletakkan di sekitar kepala (elektrode), yang berfungsi untuk
mengamati aktivitas listrik di dalam otak.
2) Tes pendengaran. Dalam tes pendengaran, pasien akan diminta
untuk mendengarkan suara yang diputar pada earphone.
Volume dan nada suara akan diatur berbeda-beda. Tes
pendengaran berfungsi untuk mendeteksi adanya gangguan
pada telinga, yang dapat menimbulkan gejala hilang
pendengaran atau vertigo.
3) Tes darah. Dokter akan mengukur jumlah sel darah merah dan
putih dalam tubuh pasien. Apabila jumlah sel darah tidak
normal, hal itu dapat menandakan adanya gangguan pada
tubuh, seperti peradangan atau infeksi yang dapat menjadi
penyebab vertigo.
4) Posturography. Tes ini menggunakan alat khusus, di mana
pasien akan berdiri pada alat tersebut, tanpa alas kaki, dan
menggunakan perlengkapan keselamatan. Selanjutnya, alat
akan menjalankan sebuah simulasi untuk mendeteksi bagian
tubuh yang bermasalah, yang memicu timbulnya vertigo.
5) Pemindaian. Pada kasus tertentu, dokter akan menyarankan CT
scan atau MRI, guna mendeteksi masalah pada otak.
i. PENATALAKSANAAN
Vertigo biasanya di atasi dengan menangani sesuai penyebabnya.
Misal, vertigo disebabkan pada gangguan telinga, maka diobati di
bagian telinganya. Jika vertigo disebabkan pada gangguan
penglihatan, maka diobati di bagian penglihatannya. Keluhan
24
vertigopun akan hilang dengan sendirinya seiring dengan
sembuhnya yang mendasari vertigo tersebut. Pemberian vitamin
antihistamin, diuretika, dan pembatasan konsumsi garam yang
telah diketahui dapat mengurangi keluhan vertigo (Widjajalaksmi,
2015).
Pada pasien dengan gangguan vestibular, sebaiknya
menggunakan obat anti vertigo di antara lainnya adalah
1) Antikolinergik
Mengurangi eksitabilitas neuron dengan menghambat jaras
eksitatorik kolinergik ke nervus.vestibularis yang bersifat
kolinergik mengurangi respon nervus.vestibularis terhadap
rangsang. Efek samping: mulut kering, dilatasi pupil, sedasi,
gangguan akomodasi menghambat kompensasi. Tidak
dianjurkan pemakaian kronis contoh:
a) Sulfas atropine: 0,4mg/im
b) Skopolamin: 0,6mg iv dapat diulang tiap 3 jam.
2) Antihistamin
Memiliki efek anti kolinergik dan merangsang inhibitori
dengan akibat inhibisi nervus.vestibularis. hamper semua anti
histamine yang digunakan untuk terapi vertigo mempunyai
efek anti kolinergik.
a) Diphenhidramin: 1,5mg/im-oral dapat diulang tiap 2 jam
b) Dimenhidrinat: 50-100 mg/6 jam
3) Ca entryblodsker: mengurangi eksitatori SSP dengan menekan
pelepasan glutamate dan bekerja langsung sebagai depressor
labirin. Bisa untuk vertigo central atau periver contoh:
flonarizin
4) Monuaminergik: merangsang jaras inhibitori monuamenergik
pada n.vestibularis, sehingga berakibat mengurangi
eksatibilitas neuron. Contoh: amfetamin. Efedrin
5) Antidopaminergik: bekerja pada chemoreseptor trigger zone
dan pusat muntah dimedula contoh: klopromazin, haloperidol
6) Benzodiazepine: termasuk obat sedative, menurunkan resting
aktivitas neuron pada n.vestibularis dengan menekan reticular
paskilitatori sistem. Contoh: diazepam
7) Histaminic: inhibisi neuron polisinaptik pada nervus
vestibularis lateraris. Contoh: betahistin mesilat.
8) Antiyepileptik: bekerja dengan meningkatkan ambang, husunya
pada vertigo akibat epilepsi lobus temporalis contoh:
karbamezepin, venitoin
(Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
j. PENCEGAHAN
Vertigo bisa dicegah dengan beberapa cara menurut Wijada &
Putri, (2014), antara lain:
1) Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi
2) Duduk diam sejenak saat bangun tidur
3) Gerakan kepala secara perlahan
4) Hindari posisi membungkuk, agar vertigo tidak kambuh
Vertigo ringan dapat diatasi secara mandiri. Namun, kasus vertigo
berulang atau cukup berat membutuhkan konsumsi obat, terapi,
hingga operasi, yang mungkin membutuhkan biaya pengobatan
yang cukup besar.
k. KOMPLIKASI
Menurut Sutarni (2018) vertigo dapat menyebabkan komplikasi
sebagai berikut
1) Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan
keseimbanganakibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis),
sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap
berdiri dan berjalan.
2) Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan
aktivitas.Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran,
sehingga berbaringyang terlalu lama dan gerak yang terbatas
dapat menyebabkan kelemahan otot.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. PENGKAJIAN
1) Identitas klien
2) Keluahan utama : yang dialami oleh klien
3) Aktivitas/istirahat
a) Letih, lemah, malaise
b) Keterlibatan gerak
c) Ketegangan mata, kesulitan membaca
d) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai
nyeri kepala
e) Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur
tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca
4) Sirkulasi
a) Riwayat hipertensi
b) Denyutan vaskuler, misal daerah temporal
c) Pucat, wajah tampak kemerahan
5) Integritas Ego
a) Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
b) Perubahan ketidakmampuan, keputusan,
ketidakberdayaan depresi
c) Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama
sakit kepala
d) Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepaa kronik)
6) Makanan dan cairan
a) Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein,
coklat, bawang, keju, alkhol, anggur, daging, tomat,
makan berlemak, jeruk, saus.
b) Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
c) Penurunan berat badan
7) Neurosensoris
a) Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
b) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi,
trauma, stroke
c) Aura, fasialis, olfaktorius, tinitus
d) Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara
yang keras, epitaksis
e) Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
f) Perubahan pada pola bicara/pola pikir
g) Mudah teransang, peka terhadap stimulus
h) Penurunan refleks tendon dalam
i) papiledema
8) Nyeri/kenyamanan
a) Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala,
misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak,
pascatrauma, sinusitis
b) Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah
c) Respon emosional/perilaku tak terarah seperti
menangis, gelisah
d) Otot-otot daerah leher juga menegang
9) Keamanan
a) Riwayat alergi atau reaksi alergi
b) Demam (sakit kepala)
c) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
d) Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)
10) Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab /peran interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) (SDKI. D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologi ditandai dengan menyatakan nyeri,
skala nyeri ringan hingga berat, gelisah
2) (SDKI. D.0076) Nausea berhubungan dengan iritasi
lambung dibuktikan dengan klien mengatakan mual, merasa
ingin muntah, anoreksia
3) (SDKI. D.0111) Defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi dibuktikan dengan klien
mengatakan tidak tahu akan penyakitnya, dan penyebab
terjadinya penyakit.
c. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI
(SDKI, D.0077) Nyeri Kontrol Nyeri (SLKI, L.08063) Manajemen nyeri (SIKI, I.08238)
Akut berhubungan setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi,karakteristik, 1. Sebagai indikator menentukan
dengan agen pencedera keperawatan selama …x…jam durasi, frekuensi, kualitas, dan penyebab nyeri
fisiologis nyeri berkurang dengan kriteria intensitas nyeri pasien
dibuktikan dengan hasil : 2. Observasi Skala Nyeri pasien 2. Sebagai indikator dalam menentukan
menyatakan nyeri, skala 1. Melaporkan Nyeri terkontrol intervensi
nyeri ringan hingga berat, meningkat 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 3. Sebagai indikator menentukan derajat
gelisah 2. Kemampuan pasien pasien. nyeri
mengenali penyebab nyeri
meningkat 4. Berikan teknik nonfarmakologis 4. Teknik relaksasi napas dalam dapat
3. Kemampuan pasien untuk mengurangi nyeri: relaksasi mengendalikan nyeri dengan
menggunakan teknik nafas dalam meminimal aktifitas simpatik dalam
nonfarmakologis meningkat sistem syaraf otonom.
4. Keluhan nyeri menurun 5. Kontrol lingkungan yang 5. Istirahat diperlukan pada fase akut,
5. Penggunaan analgetik memperberat nyeri/ ciptakan lingkungan tenang akan stimulus nyeri
menurun lingkungan yng tenang dan nyaman. eksternal dan pembatasan pengunjung
dapat membantu meningkatkan O2
ruangan yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung berada diruaangan
30
6. Berikan therapi analgetik sesuai 6. Kandungan ketorolac mampu
program dokter Injeksi ketorolac menghambat atau memblok
2x30mg/ml melalui IV. prostaglandin yang berkerja
menurunkan nyeri.
B. KASUS
Tanggal 22 Mei 2021 pukul 10.46 WIB Seorang klien bernama Nn. S, usia
20 tahun dirawat di ruang C RS Bethesda dengan diagnosis vertigo. Saat
dikaji oleh mahasiswa tanggal 25 MEI 2021, klien mengatakan datang ke
IGD RS Bethesda dengan keluhan pusing berputar sejak kurang lebih 2
minggu yang lalu. Riwayat sakit sebelumyna: tanggal 20 Mei 2020 klien
pingsan di rumah dan oleh saudaranya dibawa ke RS Lempuyangwangi, klien
mendapat obat namun lupa namanya, dan berobat jalan. Selama dirumah
pusing belum hilang. Tanggal 22 Mei 2021 di rumah muntah 1 kali.
Kemudian oleh keluarganya di bawa ke IGD Rumah sakit Bethesda ,
dilakukan pemeriksaan kesadaran compos mentis, GCS E: 4 V:5 M:6, TD :
120/80 mmHg, Nadi : 102x/m,suhu: 36,70C, nafas: 20x/m. Di IGD klien
diberikan obat Paracetamol 500mg melalui oaral, Betahistin 6 mg melalui
oral, dipasang infus RL 500, 40 tetes permenit, dilakukan pemeriksaan darah
lengkap. Jam
13.00 WIB keluhan tidak membaik lalu klien disarankan rawat inap, klien di
rawat ruang C pukul 16.00 WIB. Di ruang C dilakukan pemeriksaan TTV TD
: 120/70mmHg, Nadi: 79x/m Rr: 20x/m suhu: 36,80C, kesadaran
Composmentis.
Saat di kaji oleh mahasiswa, klien mengeluh nyeri di lambung, nyeri
dirasakan sejak hari 1 bulan yang lalu. Nyeri muncul saat menarik nafas
panjang seperti ditusuk-tusuk, nyeri di lambung tidak menjalar, nyeri skala
4, nyeri berkurang jika dibawa tiduran. Klien mengatakan kepala pusing
berputar juga mual dan nafsu makan menurun. Selama sakit Jenis diet :
bubur, Porsi yang dihabiskan : 5 sendok makan, banyak minum dalam sehari
: 800 cc. Selama di rumah sakit klien juga belum BAB sejak 22 Mei 2021.
Buang Air Kecil (BAK), Frekuensi : 5-6 kali sehari , Jumlah : 1200cc,Warna
: kuning jernih, Keluhan : tidak ada.. Klien mengatakan belum pernah
dirawat di RS. Selama sakit, Hubungan dengan anggota keluarga: baik,
orangtua dan sepupu datang menjenguk ke Rumah sakit. Klien beragama
islam, kegiatan keagamaan yang dilakuakn sholat 5 waktu.
32
Pada Saat Pengakajian Pengukuran TB :160 cm, Pengukuran BB : 55 Kg,
IMT : Berat Badan : Tinggi badan 55 kg : 1,60 cm = 21,48, Pengukuran
tanda vital, Tekanan darah :120/70 , mHg, diukur dilengan kanan, posisi
baring terlentang. Nadi : 88 x/menit, diukur di nadi radialis 3. Suhu : 37,10C,
diukur di aksila, . Respirasi : 20 x/menit, reguler, tipe pernapasan dada.
Tingkat kesadaran dengan metode kualitatif dan atau kuantitatif . Kualitatif :
composmentis, Kuantitatif dengan GCS : 15, E: 4, V:5, M:6, Keadaan umum
: Klien sakit sedang. Pemeriksaan fisik .Kepala bentuk kepala bulat, tidak
ada ketombe, rambut berwarna hitam, kesan wajah simetris, muka pucat,
wajah meringis. Mata bersih, konjungtiva anemis, ada reflek cahaya, pupil
isokor. Telinga, Fungsi pendengaran terganggu (tinitus), bentuknya simetris
kanan dan kiri, telinga bersih tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
Hidung,Bentuk hidung simetris, posisi septum di tengah, tidak ada nyeri
tekan pada sinus. Mulut dan tenggorokan :Klien mampu berbicara dengan
jelas, mukosa bibir kering, mulut,bersih, warna lidah merah muda, tidak ada
bau mulut. Leher :Bentuk simetris, ada reflek menelan, tidak ada nyeri
dileher,Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Tengkuk Kaku kuduk (-
).
Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri, tidak ada kelainan bentuk dada,
tidak ada ketinggalan gerak dan kulit berwarna putih, bersih.Tidak ada nyeri
tekan, simetris kanan dan kiri saat bernafas, tidak ada massa. Batas atas
jantung ICS 2, batas bawah jantung ICS 5, Batas kanan jantung linea sternalis
dekstra, batas paru hepar ics 4-ics 6. suara nafas vesikuler pada kedua lapang
paru. Payudara : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan. Punggung :Tidak ada
kelainan bentuk punggung. Abdomen Warna kulit putih bersih , umbilikis
berada di tengah, tidak ada lesi. Terdengar bising usus 18x/mnt, sifatnya
gurgles. Suara Tympani. Perut teraba lunak, nyeri tekan diperut bagian atas
umbilicus .Genetalia : tidak dilakukan, klien menolak.
Ekstermitas Atas Anggota gerak lengkap, simetris antara kanan dan kiri,
tidak ada kelainan bentuk, tidak ada oedem, terpasang infus ditangan kiri,
infus RL 500, 20 tetes permenit.
Bawah Tidak ada edema, anggota gerak lengkap, simetris antara kanan dan
kiri, tidak ada kelainan bentuk, kekuatan otot atas, bawa, kanan dan kiri: 5.
Reflek-reflek neorulogi Reflek fisiologis: biseps +/+, triseps +/+ Refleks
patologis : laseque (-)
DIAGNOSTIK TEST :
Pemeriksaan laboratorium : 22 Mei 2021 : Hematologi : HB : 11,5 , HCT :
35,5 , AL : 6,35, Eosinofil : 1,9, Basofil : 0,2, Netrofil Segmen : 71,1,
Limposit : 20, 6 , Monosit : 6,8 , Jumlah Retikulosit : 14,0 , MCV : 81,3 ,
MCH : 25,6 , MCHC : 31,5 .
PROGRAM PENGOBATAN
Paracetamol (3x 500mg), Betahistin (3x 6mg), Difenhidramin (2x25mg),
Ondancentron (2x8mg, Pantoprazole (2x40mg) Ketorolac (2x3mg )
Identitas Klien : Nn, S .Tempat/Tgl Lahir (Umur) :Gunungkidul, 15-02-2000
usia (20 tahun) , Agama : Islam, Status perkawinan : Belum Menikah,
Pendidikan : SMA. Pekerjaan : Buruh, Lama bekerja : 1 Bulan, Suku / bangsa
: Jawa / Indonesia.
C. DATA FOKUS
Tgl pengkajian: 25 Mei 2020 Pukul: 08.00 Oleh: Bili
1. IDENTITAS
a. Klien
Nama : Nn. S
Tempat/ tanggal lahir : Gunungkidul, 15-02-2000 (20
tahun) Agama : Islam
Status perkawinan : Belum
Menikah Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Lama bekerja : 1 bulan
Suku/bangsa :
Jawa/Indonesia Tanggal masuk RS
: 22 Mei 2021
No. RM : 0522xx
Bangsal : Ruang C RS Bethesda Yakkum Yogyakarta
Diagnosis Medis : Vertigo
Alamat : Bantul, Yogyakarta
b. Keluarga/ penanggung jawab
Nama : Bp.
T
Hubungan : Ayah
Umur : 56 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat :Bantul, Yogyakarta
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Kesehatan Klien
1) Keluhan Utama Saat Dikaji
O: Klien mengeluh nyeri di lambung dan kepala pusing, nyeri
dirasakan sejak dari 1 bulan yang lalu dan pusing dirasakan 2
minggu yang lalu.
P: Nyeri muncul saat menarik napas panjang nyeri di lambung
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Pasien mengatakan nyeri tidak menjalar
S: Skala nyeri 4
T: Nyeri berkurang jika dibawa tiduran.
U: Pasien mengatakan nyeri karena banyak pikiran
V: Pasien mengatakan ingin nyerinya segera sembuh dan pasien
ingin sehat tidak sakit-sakit lagi
Pasien mengatakan mengeluh nyeri dilambung dan kepala
pusing, nyeri dirasakan sejak dari 1 bulan yang lalu dan pusing
dirasakan 2 minggu yang lalu, nyeri muncul saat menarik napas
pada panjang nyeri di lambung, nyeri seperti ditusuk-tusuk,
pasien mengatakan nyeri tidak menjalar, skala nyeri 4, nyeri
berkurang jika dibawa tiduran, pasien mengatakan nyeri karena
banyak pikiran, pasien mengatakan ingin nyerinya segara
sembuh dan pasien ingin sehat tidak sakit-sakit lagi.
2) Keluhan Tambahan/ keluhan yang lain saat dikaji
Klien mengatakan kepala pusing berputar juga mual dan nafsu
makan menurun.
3) Alasan masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan pada tanggal 22 Mei 2021 datang ke UGD RS
Bethesda dengan keluhan pusing berputar sejak kurang lebih 2
bulan yang lalu.
4) Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 20 Mei 2021 klien pingsan di rumah dan oleh
saudaranya dibawa ke RS Lempuyangwangi, klien mendapat obat
tetapi lupa nama obatnya dan rawat jalan. Selama di rumah masih
pusing. Tanggal 22 Mei 2020 klien muntah 1x di rumah,
kemudian dibawa keluarganya jam 10.46 WIB ke UGD RS
Bethesda dengan keluhan pusing berputar sejak kurang lebih 2
minggu. Di UGD dilakukan pemeriksaan : Kesadaran Compos
mentis,GCS
E:4 V:5 M:6 dan tanda-tanda vital TD: 120/80 mmHg, Nadi :
102x/mnt, suhu : 36,70 C, nafas : 20x/mnt. Kemudian diberi obat
per oral Paracetamol 500mg dan Betahistin 6mg serta dipasang
infus RL 500, 40 tetes per menit, dilakukan pemeriksaan darah
lengkap. Jam 13.00 WIB keluhan tidak membaik dan klien
disarankan rawat inap. Jam 16.00 WIB Klien diantar ke ruang
perawatan yaitu ruang C dan dilakukan pemeriksaan TTV TD :
120/ 70 mmHg, Nadi: 79x/mnt, RR: 20x/mnt, suhu 36,8 0C.
Kesadaran Composmentis.
5) Riwayat Penyakit yang Lain
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit lain dan
belum pernah dirawat di RS.
6) Alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat atau
makanan atau alergi lainnya.
b. Kesehatan Keluarga
Tidak ada Riwayat sakit keluarga
Genogram
klien tinggal bersama kedua orang tua dan 2 orang saudaranya, kakak
keluarganya.
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
X : Anggota keluarga meninggal
: Anggota keluarga tinggal satu rumah
: Klien
3. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola nutrisi metabolik
1) Sebelum sakit
a) Frekuensi makan dalam sehari :
Makan 3x sehari
b) Jenis makanan :
Jenis makanan yang dimakan nasi, sayur, lauk yang bervariasi
c) Porsi yang di habiskan :
Habis 1 porsi penuh
d) Makanan yang di sukai :
Klien suka mengkonsumsi sup jamur
e) Makanan yang tidak disukai :
Klien menyukai semua makanan
f) Makanan yang pantang :
Tidak memiliki makanan pantangan
g) Makanan tambahan/vitamin :
Klien tidak memiliki makanan tambahan atau vitamin
h) Kebiasaan makan :
Klien biasa makan di rumah
i) Minuman yang disukai
: Teh hangat dan kopi.
j) Minuman yang tidak disukai :
Klien tidak menyukai minuman bersoda.
k) Minuman pantang :
Minuman
beralkohol.
l) Perubahan berat badan
: tidak ada
2) Selama di rumah sakit :
a) Jenis makanan :
Bubur biasa
b) Frekuensi makanan dalam sehari : 3x sehari
c) Porsi yang di habiskan :
Makan selalu tidak habis karena klien nafsu makan menurun,
mual, makan yang dihabiskan hanya 5 sendok makan.
d) Banyak minum :
Klien banyak minum dalam sehari 800ml.
e) Jenis minuman :
Air putih
f) Keluhan :
Klien mengeluh nyeri di lambung sejak 1 bulan yang lalu,
muncul saat menarik nafas seperti ditusuk-tusuk tidak
menjalar, nyeri skala 4, berkurang saat tiduran. Klien
mengatakan pusing berputar, nafsu makan menurun dan mual
dan merasa ingin muntah karena mulut terasa pahit.
b. Pola eliminasi
1) Sebelum masuk rumah sakit
a) Buang air besar (BAB)
(1) Frekuensi :
1 kali
sehari
(2) Waktu :
waktu tidak menentu
(3) Konsistensi :
konsistensi
lembek
(4) Penghantar untuk BAB :
Tidak ada
(5) Keluhan :
Tidak terdapat keluhan
b) Buang air kecil (BAK)
(1)Frekuensi : minimal 6 kali / hari
(2)Warna : jernih
(3)Bau : amonia
(4)Keluhan : tidak ada
(5)Alat bantu buang air kecil : tidak ada
b) Kebutuhan istirahat
Klien mengungkapkan merasa bosan di rumah sakit. Tidak bias
beraktifitas.
c) Kebutuhan tidur
Klien mengatakan tidur selama 5 jam/hari di rumah sakit
f. Pola reproduksi-seksualitas
Klien mengatakan belum menikah dan menstruasi teratur tiap
bulan. Menstruasi terakhir tanggal 15 Mei 2021.
g. Pola kognitif-persepsi/sensori
1) Keadaan mental : Sadar
2) Berbicara : Jelas
3) Bahasa yang dikuasai : Indonesia, Jawa
4) Kemampuan komunikasi : baik.
5) Ketrampilan berinteraksi : memadai.
6) Tingkat ansietas : sedang
7) Pendengaran : ada gangguan pendengaran (tinitus)
8) Penglihatan : tidak ada gangguan penglihatan
j. Pola peran-hubungan
1) Status pekerjaan : bekerja
2) Jenis pekerjaan : buruh pabrik
3) Klien mengatakan tidak berkecimpung dalam kelompok
masyarakat.
4) Sistem pendukung : orangtua dan saudara
5) Klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam keluarga.
6) Hubungan selama di RS : Klien mengatakan hubungan
dengan saudara dan keluarga baik, hubungan dengan klien lain
baik, hubungan dengan petugas kesehatan juga baik.
52
D. ANALISA DATA
No Data Masalah Penyebab
1 DS: Nyeri Akut Agen Pencedera
O: klien mengeluh nyeri di Fisiologis
lambung dan kepala pusing, nyeri
dirasakan sejak hari 1 bulan yang
lalu dan pusing dirasakan 2 minggu
yang lalu.
P: Nyeri muncul saat menarik nafas
panjang nyeri di lambung
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: pasien mengatakn nyeri tidak
menjalar
S: skala nyeri 4
T: nyeri berkurang jika dibawa
tiduran.
U: pasien mengatakan nyeri karena
banyak pikiran
V: pasien mengatakan ingin
nyerinya segera sembuh dan pasien
ingin sehat tidak sakit-sakit lagi
DO:
- Pasien tampak meringis
kesakitan
- Skala nyeri 4
- Pasien tampak gelisah
- Adanya nyeri tekan diperut
bagian atas umbilicus
2 DS: Nausea Iritasi lambung
- klien mengeluh nyeri di
lambung sejak 1 bulan
yang lalu
- Klien mengatakan mual
dan ingin muntah
- Klien mengatakan
mulut terasa pahit
- Klien mengatakan nafsu
makan menurun, hanya
habis 5 sendok makan
setiap kali makan
DO:
- Pasien tampak
pucat, konjungtiva
anemis
- Mukosa bibir kering
53
3 DS: Risiko jatuh Gangguan
Klien mengatakan pusing berputar- keseimbangan
putar
Klien mengatakan pusingnya hilang
saat jika tiduran
DO:
- Pendengaran terganggu
(Tinitus)
- Mobilisasi sebagian di bantu
- Klien tampak pusing
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan klien mengeluh nyeri, kepala pusing, nyeri dirasakan saat narik
napas, skala nyeri 4. (SDKI. D.0077)
2. Nausea berhubungan dengan iritasi lambung dibuktikan dengan klien
mengeluh nyeri lambung, mual, muntah, mulut terasa pahit, nafsu makan
menurun (SDKI, D.0076)
3. Risiko jatuh dibuktikan dengan gangguan keseimbangan (SDKI, D.0143)
F. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan klien mengeluh nyeri, kepala pusing, nyeri dirasakan saat narik
napas, skala nyeri 4. (SDKI. D. 0077)
2. Nausea berhubungan dengan iritasi lambung dibuktikan dengan klien
mengeluh nyeri lambung, mual, muntah, mulut terasa pahit, nafsu makan
menurun (SDKI, D.0076)
3. Risiko jatuh dibukti gangguan keseimbangan (SDKI, D.0143)
Elfbriser Bili
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI
(SDKI. D.0077) Kontrol Nyeri (SLKI, L.08063) Manajemen nyeri (SIKI, I.08238)
Nyeri Akut berhubungan setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi 1. Sebagai indikator menentukan penyebab
dengan agen pencedera keperawatan selama 3x24 jam lokasi,karakteristik, durasi, nyeri
fisiologis dibuktikan dengan: nyeri berkurang dengan kriteria frekuensi, kualitas, dan
DS: hasil : intensitas nyeri pasien
1. Melaporkan Nyeri terkontrol 2. Observasi Skala Nyeri pasien 2. Sebagai indikator dalam menentukan
- O: klien mengeluh nyeri
meningkat intervensi
di lambung dan kepala 2. Kemampuan 3. Identifikasi respon nyeri non 3. Sebagai indikator menentukan derajat
pusing, nyeri dirasakan pasien mengenali verbal pasien. nyeri
sejak hari 1 bulan yang penyebab nyeri meningkat
4. Teknik relaksasi napas dalam dapat
lalu dan pusing dirasakan 3. Kemampuan pasien 4. Berikan teknik
2 minggu yang lalu. menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengendalikan nyeri dengan meminimal
nonfarmakologis meningkat mengurangi nyeri: relaksasi aktifitas simpatik dalam sistem syaraf
- P: Nyeri muncul saat
4. Keluhan nyeri menurun skala nafas dalam otonom.
menarik nafas panjang
nyeri di lambung 0 5. Kontrol lingkungan yang 5. Istirahat diperlukan pada fase akut,
- Q: nyeri seperti ditusuk- 5. Penggunaan analgetik memperberat nyeri/ ciptakan lingkungan tenang akan stimulus nyeri
menurun lingkungan yng tenang dan eksternal dan pembatasan pengunjung
tusuk
nyaman. dapat membantu meningkatkan O2
- R: pasien mengatakan
nyeri tidak menjalar ruangan yang akan berkurang apabila
- S: skala nyeri 4 banyak pengunjung berada diruangan
- T: nyeri berkurang jika Nova
dibawa tiduran.
- U: pasien mengatakan
nyeri karena banyak
pikiran
56
- V: pasien mengatakan 6. Kolaborasi pemberian therapi 6. Kandungan ketorolac mampu menghambat
ingin nyerinya segera analgetik sesuai program atau memblok prostaglandin yang berkerja
sembuh, ingin sehat tidak dokter ketorolac (2x3mg) menurunkan nyeri.
sakit-sakit lagi
DO:
- Pasien tampak meringis
Nova Nova
kesakitan
- Skala nyeri 4
- Pasien tampak gelisah
Nova
DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI
(SDKI, D.0076) Tingkat Nausea (SLKI, L.08065) Manajemen mual (SIKI, I.03117)
Nausea berhubungan dengan setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi faktor penyebab 1. Sebagai indikator dalam memberikan
iritasi lambung dibuktikan keperawatan selama 3x24 jam mual tindakan keperawatan mengatasi mual dan
dengan: nausea berkurang dengan kriteria muntah
DS: hasil : 2. Monitor mual (frekuensi,durasi 2. Sebagai indikator dalam menentukan
1. Melaporkan nafsu makan dan tingkat keparahan) intervensi selanjutnya
- klien mengeluh nyeri
meningkat dari 5 sendok
di lambung sejak 1 menjadi ½ -3/4 porsi 3. Monitor asupan nutrisi dan 3. Monitoring dapat mengetahui asupan
bulan yang lalu 2. Keluhan mual menurun kalori nutrisi dan kalori yang masuk pasien
- Klien mengatakan 3. Perasaan ingin muntah sehingga mencegah kekurangan nutrisi.
mual dan ingin menurun 4. Berikan makanan dalam 4. Pemberian makanan dalam porsi kecil dan
muntah 4. Perasaan asam di mulut jumlah kecil dan menarik menarik dapat menjaga asupan makanan
- Klien menurun pasien.
mengatakan 5. Pucat membaik 5. Ajarkan teknik 5. Teknik relaksasi, terapi musik dapat
mulut terasa pahit nonfarmakologis untuk membantu merangsang pelepasan hormon
- Klien mengatakan mengurangi mual: relaksasi, endorfin yang menimbulkan perasaan
nafsu makan terapi musik) senang,rileks sehingga dapat mengurangi
mual.
menurun, hanya habis
6. Kendalikan faktor lingkungan 6. Lingkungan tenang dan nyaman akan
5 sendok makan setiap memberikan suasana menyenangkan dan
penyebab mual (mis: bau tidak
kali makan Jatu. K sedap, suara dan rangsangan membuat pasien rileks sehingga membantu
DO: visual) mengurangi mual.
- Pasien tampak
pucat, konjungtiva
anemis
- Mukosa bibir kering
Jatu. K
7. Kolaborasi pemberian therapi 7. Antiemetik dapat membantu mengatasi
antiemetik sesuai program dan menghilagkan rasa mual muntah
dokter Injeksi Ondancentron
(2x8mg) melalui IV .dan
pantoprazole (2x40mg)
Jatu. K
Jatu. K
DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI
(SDKI, D.0143) Keseimbangan (SLKI, L.05039) Pencegahan jatuh (SIKI, I.14540)
Risiko jatuh dibuktikan setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi faktor risiko jatuh 1. Memudahkan dalam melakukan tindakan
gangguan keseimbangan keperawatan selama 3x24 jam (mis. Usia >65 tahun, selanjutnya
keseimbangan meningkat penurunan tingkat kesadaran,
dengan kriteria hasil : gangguan keseimbangan)
1. Kemampuan duduk tanpa 2. Identifikasi risiko jatuh 2. Menilai tingkat jatuh klien
sandaran meningkat setidaknya sekali setiap shift.
2. Keseimbangan saat berdiri 3. Orientasi rungan pada pasien 3. Kien dan keluarga mengenal ruangan
Bella meningkat dan keluarga dengan baik
3. Pusing menurun 4. Pastikan tempat tidur dan kursi 4. Mencegah terjadinya jatuh dan cedera
4. Tersandung menurun roda selalu dalam keadaan pada klien
terkunci
5. Pasang handrail tempat tidur 5. Menjaga klien agar tidak jatuh dari
tempat tidur dan menjadi pegangan
pasien untuk memindahkan posisi
6. Tempatkan pasien berisiko 6. Memudahkan pemantauan dan
Bella tinggi jatuh dekat pemantauan kebutuhan yang diperlukan
perawat dari nurse station
7. Dekatkan bel pemanggil dalam 7. Membantu klien untuk memenuhi
jangkauan pasien kebutuhan dengan bantuan perawat
8. Anjurkan berkonsentrasi untuk 8. Membantu klien dalam menguranngi
menjaga keseimbangan tubuh resiko terjadinya jatuh
9. Anjurkan melebarkan jarak 9. Melebarkan jarak kaki dapat menjaga
kedua kaki untuk meningkatkan keseimbangan sehingga klien tidak
keseimbangan saat berdiri terjatuh
Bella Bella
DAFTAR PUSTAKA
Sutarni, dkk .2018. Bunga Rampai Vertigo. Yogyakarta> Gajah Mada University
Press
Wijaya & Putri. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Keperawatan Dewasa. Nuha
Medika: Yogyakarta
61