Anda di halaman 1dari 97

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

A DENGAN
PENYAKIT ASAM URAT DI KECAMATAN TEGALDLIMO
RT 002 RW 003 BANYUWANGI

DISUSUN OLEH :
INDRI YEKHOLYA
2004042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik di Tegaldlimo Banyuwangi ini telah


diteliti dan disetujui oleh Perceptor Akademik STIKES Bethesda Yakkum
Yogyakarta.

Yogyakarta, Maret 2021

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan Profesi Ners Perceptor Akademik


STIKES Bethesda Yakkum
Yogyakarta

( Ethic Palupi, S.Kep., Ns., MNS.) ( Antonius Yogi, S. Kep., Ns., MSN.)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
tuntunan-Nya penulis dapat menyusun tugas Stase Gerontik tentang “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Ny. A Dengan Penyakit Asam Urat Di Tegaldlimo
Banyuwangi” dapat terselesaikan pada waktunya.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., MAN, selaku Ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Ethic Palupi, S.Kep., Ns., MAN, selaku Ketua Prodi Ners Ilmu
Keperawatan STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
3. Antonius Yogi, S. Kep., Ns., MSN selaku pembimbing akademik.
4. Ny. A yang berkenan menjadi responden dalam menyelesaikan tugas di stase
gerontik.
Penulis menyadari dalam pembuatan asuhan keperawatan ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Banyuwangi, Maret 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A....Latar Belakang................................................................................. 1
B....Tujuan............................................................................................... 2
C....Manfaat............................................................................................. 3
D....Waktu dan Tempat Praktek.............................................................. 3
E.... Metode.............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A....Konsep Lansia.................................................................................. 5
1....Definisi Lansia........................................................................... 5
2....Teori Proses Menua.................................................................... 5
3....Batasan Umur Lansia................................................................. 7
4....Perubahan yang Terjadi pada Lansia......................................... 8
5....Konsep Keperawatan Gerontik.................................................. 11
B....Konsep asam urat............................................................................. 13
1....Definisi asam urat....................................................................... 13
2....Etiologi asam urat....................................................................... 14
3....Patofisiologi asam urat............................................................... 15
4....Tanda gejala asam urat............................................................... 15
5....Faktor resiko asam urat.............................................................. 15
6....Pemeriksaan diagnostik asam urat............................................. 17
7....Komplikasi asam urat ................................................................. 18
8....Penatalaksanaan asam urat ......................................................... 18
9....Pencegahan asam urat ................................................................ 20
10..Asuhan keperawatan pada asam urat......................................... 21

iv
BAB III TINJAUAN KASUS
A.... Pengkajian Keperawatan................................................................ 22
B.... Analisa Data.................................................................................... 29
C....Diagnosa Keperawatan................................................................... 31
D....Rencana Tindakan Keperawatan.................................................... 33
E.... Catatan Perkembangan Keperawatan............................................. 37
BAB IV PEMBAHASAN
A....Pengkajian....................................................................................... 47
B....Perumusan Diagnosa...................................................................... 49
C....Perencanaan.................................................................................... 50
D....Implementasi................................................................................... 51
BAB V PENUTUP
A....Kesimpulan..................................................................................... 54
B....Saran............................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 55
LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua merupakan proses fisiologis yang akan terjadi pada semua orang
dengan mekanisme yang berbeda pada setiap individu. Pada proses ini organ
tubuh akan mengalami penurunan fungsi sehingga menimbulkan berbagai
masalah pada orang lanjut usia. Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh
maka, risiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit
degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara lain dimensia, asam urat,
obesitas dan diabetes melitus (Badriah, 2011).
Asam urat masih menjadi salah satu masalah kesehatan pada kelompok lansia.
Sebagai hasil pembangunan yang besar dewasa ini dapat meningkatkan umur
harapan hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan
usia tersebut sering diikuti dengan meningkatnya penyakit degenerative dan
masalah kesehatan masalah kesehatan lain pada kelompok usia lanjut. Asam
urat sebagai salah satu penyakit degenerative yang serimg dijumpai pada
kelompok usia lanjut (Abdullah, 2015).
Di Indonesia asam urat merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan, karena angka
pravelensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkan. Asam
urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme purin
baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen, di kecamatan Tegaldlimo,
angka penyakit asam urat menduduki peringkat pertama. Penyakit asam urat
cenderung dialami oleh lansia. Di RT 002 RW 003 Kecamatan tegaldlimo
terdapat salah satu lansia terdiagnosa asam urat dan lansia tersebut merasa
penting untuk mencegah komplikasi asam urat. Namun, lansia tersebut belum
mengetahui secara pasti apa itu penyakit asam urat dan mengapa bisa
dialaminya. Fenomena yang terjadi pada lansia tersebut membuat penulis
tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada lansia asam urat.

1
2

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, lansia dapat meningkatkan
kemampuannya dalam memelihara kesehatan keluarga mereka, sehingga
dapat pula meningkatkan status kesehatan menjadi lebih baik.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Gerontik, diharapkan lansia
mampu:
a. Meningkatkan kemampuan lansia dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh lansia.
b. Meningkatkan kemampuan lansia dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam mengatasi masalah kesehatan
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-
masalah dasar kesehatan lansia.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberi Asuhan
Keperawatan terhadap lansia yang sakit dan dalam masalah
kesehatan lansia.
e. Meningkatkan masalah produktivitas lansia dalam meningkatkan
mutu kehidupan.
3

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Memberikan pengalaman dan meningkatkan kompetensi didalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada lansia.
2. Bagi Lansia
Lansia mampu mengenal masalah kesehatan, memutuskan tindakan yang
tepat, melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan tepat.

D. Waktu dan Tempat Praktek


1. Waktu Praktik
Tanggal 15-27 Maret 2021
2. Tempat Praktik : Rumah Ny. A Tegaldlimo, Banyuwangi

E. Metode
Sedangkan dalam pengumpulan data, mahasiswa menggunakan beberapa
metode, diantaranya :
1. Wawancara
Dengan cara tanya jawab tentang hal-hal yang perlu diketahui berkaitan
dengan aspek fisik, sosial budaya, ekonomi dan keadaan lingkungan.
2. Observasi / Pengamatan
Observasi langsung dilakukan terhadap hal-hal yang tidak perlu
dipertanyakan, karena sudah cukup melalui pengamatan saja dan
penilaian dilakukan sendiri sesuai dengan kriteria teori, pengamatan ini
dilakukan terutama pada pengamatan fisik saja.
3. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik.
4. Studi Dokumentasi
Dengan menggunakan studi dokumentasi diharapkan dapat membantu
4

memperoleh data kesehatan keluarga, misalnya melalui kartu sehat


keluarga, KMS, dan kartu kesehatan keluarga lain.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila
usianya 73 tahun ke atas baik pria maupun wanita (Kushariyadi, 2010).
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,
dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan
fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua
orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis
tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir.
Dimana seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
secara bertahap (Ma’rifatul, 2011). Menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya
(Padila, 2013).

2. Teori Proses Menua


Menua (aging) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada
seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan
perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan
kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu (Muhith & Siyoto,
2016). Menurut Bandiyah (2009) dalam Muhith & Siyoto (2016) secara
individual tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda-
beda. Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
sehingga tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses
menua.

5
6

Teori menua menurut para ahli, yaitu:


a. Teori Biologis
Pada tahun 1993, Mary Ann Christ el al. (dalam Mubarak, 2010)
menyatakan bahwa “penuaan merupakan proses berangsur-angsur
yang mengakibatakan perubahan yang kumulatif dan
mengakibatkan perubahan yang berakhir dengan kematian”.
Penuaan menurut teori biologis diantara adalah :
1) Teori stress
Menurut teori ini, penuaan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang
biasa digunakan tubuh jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
2) Teori rantai silang
Menurut teori ini, penuaan terjadi sebagai akibat adanya reaksi
kimia sel-sel yang tua atau yang telah usang menghasilkan
ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan jaringan menjadi kurang elastis, kaku, dan
hilangnya fungsi.
3) Teori program
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena kemampuan
organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori psikologis
Teori-teori psikologis dipengaruhi juga oleh teori biologi dan
sosiologi atau salah satu teori yang ada.Teori tugas perkembangan
yang diungkapkan oleh Hanghurst (1972, dalam Mubarak, 2010)
adalah “setiap individu harus memerhatikan tugas perkembangan
yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan
perasaan bahagia dan sukses”.
Tugas perkembangan yang spesifik ini bergantung pada maturasi
fisik, pengharapan kultural masyarakat, dan nilai aspirasi individu.
7

Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi : penerimaan


adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa
pensiun dan penurunan pendapatan, respon penerimaan adanya
kematian pasangan atau orang-orang yang berarti bagi dirinya,
mempertahankan hubungan dengan kelompok seusia, adopsi dan
adaptasi dengan peran sosisal secra fleksibel, serta
mempertahankan kehidupan secara memuaskan (Mubarak, 2010).
c. Teori kesalahan genetic
Menurut dr. Afgel bahwa “proses menjadi tua ditentukan oleh
kesalahan gen genetik DNA dimana sel genetik memperbanyak diri
(ada yang memperbanyak diri sebelum pembelahan sel) sehingga
mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang berakibat pula pada
terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga
mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian
orang akan tampak menjadi tua”.
d. Teori rusaknya sistem imun tubuh
Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan
sistem untuk mengenali dirinya berkurang (self recognition),
sehingga mengakibtakan kelainan pada sel karena dianggap
sebagai yang membuat hancurnya kekebalan tubuh.
e. Teori penuaan akibat metabolisme
Teori akibat metabolisme menjelaskan bagaimana proses menua
terjadi.
1) Datang dengan sendirinya, merupakan “karunia” yang tidak
bisa dihindari/ditolak.
2) Usaha yang memperlambat menjadi awet muda.

3. Batasan Umur Lansia


Menurut Kushariyadi (2010), batasan umur lansia, yaitu:
a. Usia pertengahan : 45-59 tahun
b. Lanjut usia : 60 – 74 tahun
8

c. Lanjut usia tua : 75- 90 tahun


d. Usia sangat tua : diatas 90 tahun

4. Perubahan yang Terjadi pada Lansia


Semakin bertambahnya usai manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan,
sosial dan sexual (Azizah dan Lilik M, 2011).
a. Perubahan fisik
1) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam
tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran
lebuh besar sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu
dan proposi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
beekurang.
2) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia
akan mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca
indra. Pada indra pendengaran akan terjadi gangguan
pendengaran seperti hilangnya kemampuan pendengaran pada
telinga. Pada indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan
pada kornea, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya
lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon
terhadap nyeri menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada
indra pembau akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan
otot pernafasan, sehingga kemampuan membau juga berkurang
3) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya
selara makan, seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi
air liur (Saliva) dan gerak peristaltic usus juga menurun.
4) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami
pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun. \
9

5) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan


cairan dan makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek,
persendian kaku dan tendon mengerut.
6) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami
pompa darah yang menurun , ukuran jantung secara kesuruhan
menurun dengan tidaknya penyakit klinis, denyut jantung
menurun , katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku
akibat dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik meningkat
pada lansia kerana hilangnya distensibility arteri. Tekanan
darah diastolic tetap sama atau meningkat.
b. Perubahan Kognitif
1) Memori (daya ingat, ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan belajar
4) Kemampuan pemahaman
5) Pemecahan masalah
6) Pengambilan keputusan
7) Kebijaksanaan
8) Kinerja
9) Motivasi
c. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi
1) Perubahan fisik
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indra
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Proses kehilangan
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik
10

d. Perubahan Spiritual
Agama makin terintegrasi dalam kehidupan. Lansia akan semakin
matang dalam hal keagamaannya. Hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian dan Duka Cita
Terjadi ketika pasangan atau teman terdekat meninggal
sehingga menuruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh
pada lansia. Hal tersebut dapat memicu erjadinya gangguan
fisik dan kesehatan.
2) Depresi
Duka cita yang berlanjut mengakibatkan perasaan kosong,
kemudia diikuti keinginan untuk menangis yang berlanjut
menjadi suatu proses depresi. Depresi juga dapat disebabkan
karena stress lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
3) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan yaitu fobia, panik, gangguan
cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan
obsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebut adalah
kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan
sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat
atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
4) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia yang ditandai dengan
waham, lansia sering berfikir negatif tentang orang yang ada
disekitarnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
5) Sindrom Diogenes
Suatu bentuk kelainan dimana lansia menunjukan penampilan
perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau,
sering menumpuk barang tidak teratur.
11

5. Konsep Keperawatan Gerontik


a. Definsi
Keperawata gerontik adalah suatu bentuk pelayanan pofesional
yang didasarkan pada ilmu dan kiat teknik keperawatan yang
bersifat komprehensif terdiri dari biopsikososiospiritual dan
kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat
maupun sakit pda tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat (UU RI No. 38 Tahun 2014). Keperawatan gerontik
adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang
berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional,
perencanaa, implementasi serta evaluasi (Lueckerotte, 2000 dalam
buku Siti Nur Kholifas, 2016)
b. Fokus Keperawatan Gerontik
1) Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)
Upaya yang dilakukan adalah untuk memelihara kesehatan dan
mengoptimalkan kondisi lansia dengan menjaga perilaku hidup
sehat.
2) Pencegahan Penyakit (Preventif)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
karena poses penuaan dengan melakukan pemeriksaan secara
berkala untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya penyakit.
3) Mengoptimalkan fungsi mental
Upaya yang dilakukan dengan bimbingan rohani, diberikan
ceramah agama, sholat berjemaah, senam GLO (Gerak Latih
Otak) dan melakukan terapi aktifitas kelompok.
4) Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
Melakukan upaya kerjasama dengan tim medis untuk
pengobatan pada penyakit yang diderita lansia, terutama lansia
yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit, misalnya pada
saat kegiatan posyandu lansia.
c. Tujuan Keperawatan Gerontik
12

1) Lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri


dan produktif
2) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia seoptimal
mungkin
3) Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat
hidup lansia
4) Menolong dan merawat lansia yang menderita penyakit kronis
5) Memelihara kemandirian lansia yang sakit seoptimal mungkin
d. Fungsi Perawat Gerontik
1) Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua
yang sejati
2) Menghilangkan perasaan takut tua
3) Menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan
yang lain melakukan hal yang sama
4) Memantau dan mendorong kualitas pelayanan
5) Memperhatikan serta mengurangi resiko terhadap kesehatan dan
kesejahteraan
6) Mendidik dan mendorong pemberi layanan kesehatan
7) Membuka kesempatan lansia supaya mampu berkembang sesuai
kapasitasnya
8) Mendengarkan semua keluhan lansia dan memberi dukungan
9) Memberikan semangat, dukungan dan harapan pada lansia
10) Menerapkan hasil penelitian dan mengembangkan layanan
keperawat melalui kegiatan penelitian
11) Melakukan upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
12) Melakukan koordinasi dan manajemen keperawatan
13) Melakukan pengkajian, merencanankan, melaksanakan dan
mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara
menyeluruh
14) Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
13

15) Membangun masa depan perawat gerontk untuk menjadi ahli


dibidangnya
16) Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan
spiritual
17) Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan
tempat bekerja
18) Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi
proses kematian
19) Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan
kebebasan yang optimal

B. Konsep Penyakit asam urat


1. Definisi Penyakit Asam urat
Asam Urat
Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen.
Asam urat sebagian besar diekresi melalui ginjal dan hanya sebagian
kecil melalui saluran cerna.
Asam urat yang beredar dalam darah tidak akan menimbulkan
penyakit jika kadarnya berada pada batas normal.
Peningkatan asam urat dalam darah disebut hiperurisemia
menimbulkan hipersaturasi asam urat, yaitu kelarutan asam urat
melewati ambang batasnya sehingga menyebabkan timbuan asam urat
dalam bentuk garam (monosodium urat) di jaringan. Konsentrasi 7,0
mg/dl adaalah batas kelarutan monosodium urat dalam plasma
sehingga pada konsentrasi >7,0 mg/dl monosodium urat cenderung
mengendap dalam jaringan (pitmen, 2009 dalam Jardewi, 2017).
Hiperurisemia, jika kadar asam urat pada pria >7 mg/dl untuk pria
dan >6 mg/dl untuk wanita
2. Etiologi Asam Urat
14

Menurut Herlina dan Kuswahariani, (2013). Penyakit asam urat


dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu, penyakit asam urat primer dan
penyakit asam urat sekunder. Penyebab penyakit asam urat primer
berasal dari dalam tubuh dan sekunder berasal dari luar tubuh.
1) Penyakit primer
Penyebab penyakit asam urat primer disebabkan oleh faktor
genetik dan ketidakseimbangan hormanal di dalam tubuh. Faktor
tersebut menyebabkan gangguan pada metabolisme yang dapat
meningkatkan produksi asam urat. Ketidakseimbangan hormonal
dapat mempengaruhi sistem kerja jaringan, organ dan sistem
metabolisme di dalam tubuh. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ketidakseimbangan hormonal, yaitu pola hidup
yang tidak teratur, penumpukan racun dan radikal bebas.
Ketidakseimbangan hormonal ini dapat mempengaruhi proses
pembentukan purin yang mengakibatkanpeningkatan asam urat
2) Penyakit sekunder
Penyebab penyakit asam urat sekunder terjadi akibat asupan
makanan ke dalam tubuh. Asupan makanan yang mengandung
purin merupakan penyabab utama terjadinya penyakit asam urat
sekunder. Semakin sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi purin, semakin banyak juga purin di dalam
tubuh. Asupan purin dapat menyebabkan ginjal kesulitan untuk
mengeluarkan zat asam urat tersebut sehingga terjadi penumpukan
di ginjal dan persendian. Penumpukan akhir dari metabolisme ini
yang mengakibatkan rasa nyeri di persendian. Selain asupan
makanan yang tinggi purin, mengkonsumsi alkohol juga menjadi
salah satu faktor terjadinya asam urat. Mengkonsumsi alkohol
dapat menyebabkan dehidrasi, dehidrasi tidak hanya membuat
lemas dan haus, tetapi dapat membuat tubuh kekurangan cairan di
dalam tubuh, kondisi ini akan mengakibatkan kerja ginjal menjadi
tidak normal sehingga menghambat ekresi asam urat. Kondisi ini
15

membuat asam urat dan sisa metabolisme bertahan diperedaran


darah dan menumpuk di persendian sehinnga menimbulkan nyeri.
3. Proses terjadinya Asam Urat
Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat peningkatan
kecepatan biosintesa purin dari asam amino untuk membentuk inti
sel DNA dan RNA produksi asam urat dibantu oleh enzim kantin
oksidasi (xanthineoxidase), dengan efek samping yang
menghasilkan radikal bebas super okida dan selanjutnya
dinetralkan oleh enzim superoksidase. Bisa juga purin tersebut
terjadi asupan makanan yang kaya protein atau mengandung
asam nukleat dalam jumlah berlebih. Atau sebagai hasil
pemecahan sel yang rusak akibat gangguan penyakit atau
penggunaan obat kanker (kemoterapi). sebenarnya tubuh memiliki
sistem penyeimbang dengan memproduksi enzim uriginase untuk
meng oksidasi asam urat menjadi alotonin yang mudah dibuang.
4. Gejala pada Asam Urat
Gejala yang sering dialami adalah berupa rasa nyeri di persendian
yang terjadi secara mendadak. Umumnya serangan asam urat ini
terjadi pada malam hari menjelang pagi hari. Gejala lain yang
muncul adalah sendi yang terserang akan membengkak, demam,
kedinginan dan detak jantung menjadi cepat
5. Faktor resiko pada Asam Urat
Asam urat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi
usia, genetik, jenis kelamin, asupan makanan, kalori, dan obat-
obatan tertentu (deuretik, aspirin dosis rendah), gangguan
kesehatan seperti asam urat, obesitas, hipertrigliserin maupun
ginjal (Weaver,2010). Faktor-faktor tersebut dapat menggangu
proses produksi, ekresi maupun kedua proses sehingga kadar asam
urat dalam tubuh tidak bisa dikendalikan dengan baik.
1) Usia
Penyakit asam urat timbul karena proses penuaan, khususnya
16

pada wanita yang sudah masuki menopouse yaitu pada usia


45-73 tahun. Penyakit asam urat biasanya menyerang pada
laki-laki usia 30-40 tahun (Herlina dan Kuswahariani, 2013)
2) Jenis kelamin
Laki-laki beresiko memiliki penyakit asam urat, sedangkan
pada perempuan persentasenya lebih kecil dan baru muncul
setelah menopouse. Kadar asam urat pada laki-laki
cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia atau
pubertas. Asam urat cenderung pada laki-laki sebab pada
perempuan mempunyai hormon esterogen yang membantu
pembuangan kadar asam urat melalui urine (Price, 2006
dalam Margaretha, 2017).
3) Faktor keturunan
Riwayat keluarga yang dekat, yang menderita asam urat atau
faktor keturunan yang mempertinggi resiko, tentunya faktor
genetik dipengaruhi oleh faktor dari lingkungan lain, yang
kemudian menyebab kan seseorang menderita asam urat (Sari,
2010).
4) Obesitas
Tingginya kadar asam leptin pada orang yang mengalami
obesitas dapat menyebabkan resistensi leptin. Leptin adalah
asam amino yang di sekresi oleh jaringan adipose, yang
berfungsi mengatur nafsu makan dan berperan pada
perangsangan saraf simpatis. Apabila resistensi leptin pada
ginjal maka terjadi gangguan deuresis berupa resistensi urine.
Resistensi urine dapat menyebabkan gangguan pengeluaran
asam urat melalui urine (Fauzia, 2013).
5) Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan tertentu juga bisa memicu
peningkatan kadar asam urat atau membantu dalam
mengekresikan asam urat. Salah satu jenis obat yang
17

membantu sekresi asam urat yaitu jenis urikosurik seperti


probenesit, dan sulfinpirazon. Untuk memperoleh hasil yang
diinginkan maka ketika mengkonsumsi obat tersebut
memerlukan konsumsi air putih yang banyak. Salah satu
fungsinya adalah untuk menurukan tingkat saturasi asam urat
sehingga asam urat dapat menghambat proses ekresi asam
urat sehingga memperparah pada hiperurisemia (Weaver et al,
2010).
6. Pemeriksaan diagnostik pada Asam Urat
Pemeriksaan diagnostik dibagi menjadi 3 cara yaitu (Utami &
Puspaningtyas, 2013).
1) Pemeriksan laboratorium
Seseorang dikatakan menderita asam urat apabila
pemeriksaan laboratorium menunjukan kadar asam urat
dalam darah diatas 7mg/dl untuk pria dan lebih dari
6mg/dl untuk wanita. Kadar asam urat dalam purin lebih
dari 760-1000mg/24jam dengan diet biasa. Pemeriksan
gula darah untuk mendeteksi ada atau tidaknya penyakit
diabetes militus. Ureum dan kreatinin di periksa untuk
mengetahui normal tidaknya fungsi organ ginjalnya.
2) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologis untuk melihat proses yang terjadi
pada sendi dan tulang serta untuk melihat proses
pengapuran didalam tubuh

3) Pemeriksaan cairan sendi


Pemeriksaan cairan sendi (synovial) dilakukan dibawah
mikroskop. Tujuanya untuk melihat kristal asam urat
(monosodiumurate) dalam cairan sendi.
18

7. Komplikasi pada Asam Urat


Dapat menyebabkan persendian menjadi rusak sehingga
menjadi peradangan tulang, kerusakan ligamen dan tendon
(otot), batu ginjal (kencing batu) dan gagal ginjal (Santoso,
2015).
8. Penatalaksanaan Asam Urat
Dapat dilakukan dengan farmakologi dan non farmakologi
1) Farmakologi
Pengobatan secara medis pada umumnya dengan
menggunakan obat kimia. Masing-masing obat memiliki
fungsi yang berbeda. Contoh obat yang diberikan oleh
dokter:
a) Allopurinol
Menghentikan produksi asam urat dengan menghambat
kerja enzim kantinoksidasi yang mengsintosa senyawa
purin sebagai bahan dasar pembentukan asam urat.
Allopurinol mempercepat pembuangan asam urat
melalui ginjal. Dosis awal untuk allopurinol adalan
100mg/hari, dan dapat di tingkatkan menjadi
300mg/hari.
b) Probenecid
Diberikan sebagai pilihan bila ginjal tidak bisa
membuang asam urat dengan baik. Dosis
500mg/tablet(kapsul)
c) Ibuprophen
Obat ini adalah obat AINS yang juga sering di gunakan
dosis 200mg/3x se hari
2) Non farmakologi
Upaya pengobatan pada penderita asam urat dapat dilakukan
dengan memodifikasi gaya hidup yang meliputi menurunkan
berat badan bagi penderita asam urat yang obesitas,
19

mengurangi mengkonsumsi alkohol secara berlebihan serta


mengurangi asupan makanan yang kaya purin dari berbagai
jenis (Kopke & Greff, 2015). Adapun diet pada penderita
asam urat terdiri dari:
a) Membatasi asupan purin mengurangi konsumsi makanan
yang mengandung protein tinggi. Jumlah maksimal
asupan protein bagi penderita asam urat yaitu sekitar 50
– 70 mg/hari setara dengan 1 – 11/2 potong per hari
b) Mengurangi konsumsi lemak.
Makanan yang mengandung lemak bagi penderita artritis
gout dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin.
Ketika didalam tubuh, konsumsi buah – buahan seperti
avokad dan durian akan berubah menjadi alkohol di
dalam usus. Mesikpun kadar purinnya rendah jika
dikonsumsi dalam jumlah besar akan berubah menjadi
alkohol, sehingga konsumsi buah tersebut perlu dibatasi
(Ramayulis, 2013).
c) Tidak mengkonsumsi alkohol.
Alkohol dapat meningkatkan asam laktat plasma. Asam
laktat plasma dapat menghambat pengeluaran asam urat
dari tubuh. Oleh karena itu orang yang sering
mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki kadar
asam urat lebih tinggi daripada orang yang tidak
mengkonsumsi alkohol Alkohol merupakan makanan
dan minuman yang diperoleh melalui proses fermentasi
gula, contohnya tape (Herliana, 2013).

d) Mengkonsumsi banyak cairan.


Penderita asam urat sebaiknya mengkonsumsi banyak air,
minimal 2,5 liter per hari yaitu setara dengan 10 gelas
per hari. Air berfungsi sebagai pelarut dan juga sebagai
20

media pembuangan hasil metabolisme sehingga dapat


menurunkan kadar asam urat di dalam tubuh (Diantari &
Candra, 2013).
9. Pencegahan pada Asam Urat
Menurut Herliana (2013), untuk mencegah terjadinya penyakit
asam urat sebaiknya melakukan upaya pencegahan sebagai
berikut:
1) Olahraga
Olahraga memiliki banyak manfaat bagi tubuh dan pikiran,
salah satunya yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit
asam urat. Ketika berolahraga secara teratur maka sistem
metabolisme tubuh akan berjalan lancar sehingga proses
penyerapan nutrisi dalam tubuh akan menjadi lebih efektif
dan efisien. Selain itu olahraga akan melancarkan sirkulasi
darah dan mengatasi penyumbatan pada pembuluh darah,
serta melancarkan sistem metabolisme sehingga dapat
mengurangi resiko menumpuknya asam urat dalam tubuh.
2) Menghindari alcohol
Makanan dan minuman yang mengandung alkohol
sebaiknya dihindari untuk mencegah terjadinya asam urat.
Kadar alkohol yang tinggi memiliki dampak yang buruk di
dalam tubuh yaitu menimbulkan kerusakan beberapa fungsi
organ dalam tubuh. Contohnya yaitu mengurangi fungsi
jantung dalam mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan
menganggu fungsi ginjal dalam
3) Membatasi asupan purin yang mengandung protein tinggi.
4) Mengurangi konsumsi lemak. makanan yang mengandung
lemak bagi penderita asam urat dapat menghambat ekskresi
asam urat melalui urin
10. Asuhan keperawatan Asam urat
1. Pengkajian
21

a. Aktivitas/istirahat: Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek,


gaya hidup menoton.
b. Sirkulasi: Gejala: riwayat asam urat, penyakit jatung
koroner/katup.
c. Integritas ego : Gejala: ansietas, riwayat perubahan
kepribadian.
d. Eliminasi : Gejala: gangguan ginjal.
e. Makana/cairan: Gejala: makanan yang disukai, seperti
lemak, tinggi garam, kolestrol, mual, muntah, perubahan
berat badan.
f. Neurosensori: Gejala: keluhan pusing, sakit kepala,
gangguan penglihatan.
g. Pernafasan: Gejala: dispnea, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada
malam hari
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
pajanan
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
e. Resiko jatuh berhubungan dengan usia > 65 tahun,
penurunan kekuatan ekstrimitas bawah
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari/ Tanggal : Senin, 15 Maret 2021 Jam : 19.30 WIB


Oleh : Indri Yekholya
Metode : Wawancara, Pemeriksaan Fisik

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Data biografi
Nama : Ny. A
Tempat/ tanggal lahir : Banyuwangi, 12 April 1948
Pendidikan Terakhir : SD
Gol.Darah :B
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Kawin
TB/BB : 155 cm/40kg
Penampilan : Rambut pendek, berpakaian rapi
Ciri-ciri Tubuh : Kulit warna coklat, badan agak kurus
Orang yang dekat dihubungi : Bp. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan usila : Suami
Alamat : Tegaldlimo, Banyuwangi
Tanggal masuk panti :-

22
23

2. Riwayat Keluarga

Keterangan :
laki – laki meninggal

Perempuan tinggal serumah

Pasien

Ny. A anak kedua dari 8 bersaudara. 6 saudara Ny. A masih hidup dan 2
sudah meninggal. Ny. A memiliki 4 orang anak diantaranya 2 laki-laki dan
2 perempuan yang sudah berkeluarga semua.
3. Alasan datang ke rumah sakit : -
4. Keluhan Utama
Ny. A mengatakan nyeri pada kaki kiri
O : Ny. A mengatakan lebih dari 1 tahun kakinya kadang nyeri
P : Ny. A mengatakan bertambah sakit kalau dipakai buat jalan.
Q : Ny. A mengatakan terasa nyeri, hilang timbul
R : Ny. A mengatakan nyeri kaki kiri
S : Ny. A mengatakan nyeri skala 3
T : Ny. A mengatakan sakit berkurang ketika digunakan untuk beristirahat
24

U : Ny. A mengatakan memahami penyakitnya bahwa itu karena asam


uratnya tinggi
V : Ny. A berharap agar nyeri dikaki dapat sembuh
5. Pemahaaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan
Ny. A mengatakan jika kaki terus menurus nyeri langsung segera berobat
ke Puskesmas dan Ny. A rutin kontrol ke puskesmas untuk cek asam urat.
Ny A juga mengatakan belum tahu cara penatalaksaan asam urat.
6. Obat-obatan
Kontra Efek Implikasi
No Nama obat Indikasi
Indikasi Samping Keperawatan
1. Allopurino Orang dengan Hati, kelenjar Mengantuk, Pantau
l 100 mg asam urat tiroid, mual, sakit minum obat
diabetes, perut, diare, rutin satu
hipertensi, dan nyeri sendi hari 1x tiap
penyakit pagi
jantung
kongesti, ibu
hamil dan
menyusui

7. Status Imunisasi
Ny. A mengatakan tidak pernah diimunisasi.
8. Alergi
Ny. A mengatakan tidak ada alergi makanan, minuman, dan obat-obatan.
9. Penyakit yang diderita
Ny. A mengatakan menderita asam urat sejak tahun 2019.
10. Riwayat Pekerjaan
Ny. A mengatakan mengatakan dirinya adalah ibu rumah tangga sejak
dulu sampai sekarang.
11. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal : Rumah semi permanen

Jumlah kamar : 4 kamar

Kamar mandi dan toilet :1

Kondisi tempat tinggal : Pencahayaan cukup, tidak


25

Terdapat ventilasi udara,


pertukaran udara hanya lewat
jendala dan pintu, rumah milik
sendiri.
Jumlah orang yang tinggal dirumah : 3 orang

12. Riwayat Rekreasi


a. Hobby/minat : Ny. A mengatakan hobinya memasak
b. Keanggotaan organisasi
Ny. A dulu sangat aktif dalam kegiatan di gereja dan aktif dalam
kegiatan arisan rt dan lingkungan tetapi karena kondisi pandemic
sehingga Ny. A sudah tidak aktif lagi.
c. Liburan Perjalanan
Ny. A mengatakan tidak pernah rekreasi, sudah lama tidak pergi karena
kondisi yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk pergi.
13. Sistem Pendukung
Puskesmas: Jarak dari rumah: < 200 m
Rumah Sakit: RS gilby allan ± 1,9 km
Pelayanan kesehatan di sekitar rumah: puskesmas dan klinik.
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: Ny. A mengatakan
berusaha menghindari makanan dan minuman yang berlemak dan kacang-
kacangan. Keluarga Ny. A juga mendukungnya.
14. Diskripsi Kekhususan
Ny. A mengatakan kebiasaan ritual agama hanya berdoa dirumah tetapi
sering bolong ridak rutin dalam berdoa.
15. Status Kesehatan
Status kesehatan dalam setahun terakhir adalah Ny. A memeriksakan
asam urat di puskesmas saat control. Ny. A mengatakan terahir kontrol
tanggal 12 Maret 2021 dengan hasil asam urat 8,5mg/dl.
16. Aktivitas Hidup Sehari-hari
a. Indeks Katz : A, Ny. A mandiri dalam hal makan, minum, mandi,
berpindah, ke kamar kecil, kontinen dan berpakaian.
26

b. Oksigenasi: A, Ny. A mengatakan tidak pernah ada keluhan sesak nafas,


dan tidak menggunakan alat bantu.
c. Cairan dan elektrolit: A, Ny. A mengatakan tidak pernah mengalami
dehidrasi, Ny. A selalu minum air putih ± 1500cc/hari
d. Nutrisi : Ny. A mengatakan makan 3 x sehari dengan nasi dan lauk. Ny.
A selalu mengahabiskan satu porsi makan.
e. Eliminasi : Ny. A mengatakan BAB dan BAK tidak ada masalah
f. Aktifitas : Ny. A mengatakan tidak mampu mengangkat beban yang
berat dan merasa lelah bila berjalan ataupun beraktivitas berlebih.
g. Istirahat dan tidur : Ny. A mengatakan Ny. K mengatakan terkadang
ketika tidur malam pasti terbangun pukul 11.00, 02.00 dini hari karena
merasakan nyeri, kepanasan dan sering ke toilet dan susah untuk tidur
kembali. Rata – rata jam tidur setiap malam hanya 3 - 5 jam
dikarenakan merasakan nyeri, kepanasan. Pengkajian PSQI: kualitas
tidur sangat kurang dengan total nilai >14.
h. Personal hygyene : Ny. A mengatakan mandi dua kali sehari dan
mencuci rambut setiap hari.
i. Seksual: Ny. A mengatakan statusnya sebagai istri Bp. S dan memiliki
4 orang anak yang sudah berkeluarga. Ny. A mengatakan sudah
menopause.
j. Rekreasi: Ny. A mengatakan jarang berekreasi, kegiatan yang
dilakukannya hanya dirumah.
k. Psikologis: Ny. A mengatakan mampu menyelesaikan masalah dengan
dibantu oleh suami dan anaknya.
l. Konsep diri: Ny. A mampu menyebutkan identitas diri
m. Emosi: Ny. A mengatakan mampu mengontrol emosi dan tenang jika
ada masalah.
n. Adaptasi: Ny. A mengatakan mengatakan beradaptasi dan bersosialisasi
baik dengan sesama dan tetangganya.
o. Mekanisme pertahanan diri: Ny. A mengatakan mempunyai sistem
pendukung yaitu keluarganya.
27

17. Tinjauan Sistem


- Keadaan Umum :
keadaan klien baik, tidak bedrest, tidak terpasang infus, kateter dan
selang oksigen.
- Tingkat Kesadaran : Composmentis
- GCS : E = 4, V= 5, M = 6
- Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,6 0C
a. Kepala: Rambut pendek, bersih, kepala bulat, dan rambut beruban.
b. Mata, telinga, hidung
Mata : Ny. A mengatakan penglihatan mata kiri dan kanan masih jelas.
Telinga : Ny. A dapat mendengar dengan jelas dan tidak menggunakan
alat bantu dengar.
Hidung : Ny. A mengatakan disekitar hidung tidak ada nyeri saat
ditekan.
c. Leher
Ny. A mengatakan tidak ada nyeri pada daerah leher. Tidak tampak
ada pembesaran kelenjar pada leher.
d. Dada dan Punggung
Bentuk dada datar, tidak ada massa, tidak sesak nafas.
e. Abdomen dan pinggang
Tidak ada nyeri
f. Ekstremitas atas dan bawah
Jari-jari kaki utuh tidak ada kelainan seperti polidaktili dan sindaktili
dan terdapat nyeri pada kaki kiri
Kekuatan otot : 5 5
4 5
28

g. Sistem Immune
Sistem kekebalan tubuh baik.
h. Genetalia
Tidak terkaji
i. Sistem Reproduksi
Ny. A menikah satu kali dan sudah menoupose.
j. Sistem Persarafan
Tidak ada
k. Sistem Pencernaan
Bising usus 7 kali/menit
l. Sistem Penciuman
Tidak ada masalah pada indera penciuman
m. Tactil Respon
Tidak ada kelainan
18. Status Kognitif/ Afektif dan sosial
a. Ny. A dapat menyebutkan tanggal, bulan, hari, usia, tempat dan
tanggal lahir. Ny. A menyebutkan sekarang musim hujan. Ny. A dapat
menyebutkan angka 1 sampai 5.
b. Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh.
c. Mini Mental State Exam (MMSE)
Nilai 30 : tidak ada gangguan kognitif
d. Inventaris Depresi Beck
Normal: 0-4
19. Spiritual
Ny. A beragama Kristen, karena kondisi pandemic sehingga Ny. A selalu
berdoa dirumah. Ny. A juga mengatakan bahwa ia menyerahkan setiap
masalah yang dihadapi pada Tuhan.
20. Data Penunjang
Tekanan darah : 130/90 mmHg
29

Nadi : 83 kali/menit
Pernapasan : 18 kali/menit
Suhu : 36,6 0C
21. Pengkajian Risiko Jatuh (TUGT/time up and go test)
Saat dilakukan pengkajian pada klien tidak terdapat risiko jatuh karena
klien bisa melakukan aktivitas secara mandiri, berdiri ataupun berjalan
secara mandiri tanpa menggunakan alat bantu.
22. Pengkajian Istirahat dan Tidur (PSQI/Pihsberg Sleep Quality Index)
Dari hasil penilaian PSQI klien memperoleh skor >14 yang artinya klien
mengalami kualitas tidur sangat kurang.

B. Analisa Data Keperawatan


NO DATA Masalah Interprestasi
Sign/Simptom (problem) (etiologi)
1. DS: Nyeri kronis Agen cedera
biologis
a. Ny. A mengatakan nyeri
pada kaki kiri
- O: Ny. A mengatakan
lebih dari 1 tahun
kakinya kadang nyeri
- P: Ny. A mengatakan
bertambah sakit kalau
dipakai buat jalan.
- Q: Ny. A mengatakan
terasa cenut-cenut,
hilang timbul
- R: Ny. A mengatakan
nyeri kaki kiri
- S: Ny. A mengatakan
nyeri skala 3
- T: Ny. A mengatakan
30

sakit berkurang ketika


digunakan untuk
beristirahat
- U: Ny. A mengatakan
memahami
penyakitnya bahwa itu
karena usam uratnya
yang tinggi
- V: Ny. A berharap agar
nyeri dikaki dapat
sembuh

DO:
a. Wajah terlihat kadang
menahan sakit
b. Asam urat terakhir
periksa 8,5mg/dl
2. DS : Gangguan pola nyeri
a. klien sering tidur
terbangun karena
nyeri yang
dirasakan
b. klien mengatakan
hanya bisa tidur
selama 3 – 5 jam

DO :
a. kantong mata kusam
b. Hasil pengkajian PSQI
Ny. A mengalami kualitas
tidur yang sangat kurang
dengan total nilai >14

3. DS: Kurang Kurang


a. klien mengatakan masih pengetahuan terpapar
mengkonsumsi kacang- tentang penyakit informasi
kacangan
b. klien tidak tahu cara
menangani asam urat yang
31

tepat

DO:
a. klien hanya lulusan SD
b. Klien diam ketika ditanya
mengenai penyakit asam
urat

C. Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri kronis berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai
dengan:

DS:
Ny. A mengatakan nyeri pada kaki kiri
- O: Ny. A mengatakan lebih dari 1 tahun kakinya kadang nyeri
- P: Ny. A mengatakan bertambah sakit kalau dipakai buat jalan.
- Q: Ny. A mengatakan terasa cenut-cenut, hilang timbul
- R: Ny. A mengatakan nyeri kaki kiri
- S: Ny. A mengatakan nyeri skala 3
- T: Ny. A mengatakan sakit berkurang ketika digunakan untuk
beristirahat
- U: Ny. A mengatakan memahami penyakitnya bahwa itu karena
asam uratnya tinggi
- V: Ny. A berharap agar nyeri dikaki dapat sembuh

DO: a. Wajah terlihat kadang menahan sakit


b. Asam urat terakhir periksa 8,5mg/dl

2 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai dengan :


DS :
a. klien sering terbangun karena nyeri yang dirasakan
b. klien mengatakan hanya bisa tidur selama 3 – 5 jam
32

DO :
c. kantong mata kusam
d. Hasil pengkajian PSQI Ny. A mengalami kualitas tidur yang
sangat kurang dengan total nilai >14

3 Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang


terpapar informasi ditandai dengan:
DS:
a. Klien mengatakan masih mengkonsumsi kacang-kacangan
b. Klien tidak tahu cara menangani asam urat yang tepat

DO:
a. Klien hanya lulusan SD
b. Klien diam ketika ditanya mengenai penyakit asam urat
33

D. Rencana Tindakan Keperawatan

Nama klien : Ny. A


Alamat : RT 002 RW 003 Kecamatan Tegaldlimo Banyuwangi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 16 Maret 2021 pkl.14.00 16 Maret 2021 pkl.14.00 16 Maret 2021 pkl.14.00 16 Maret 2021 pkl.14.00

Nyeri kronis berhubungan NOC NIC


dengan agen cidera biologis Setelah dilakukan tindakan
ditandai dengan: keperawatan selama 3 kali 1. Kaji nyeri 1. Menentukan intervensi
DS : kunjungan di harapkan secara komprehensif selanjutnya
nyeri dapat teratasi dengan seperti lokasi, durasi dan
Ny. A mengatakan nyeri pada
kriteria hasil : frekuensi.
kaki kiri 1. Klien mampu 2. Observasi reaksi 2. Reaksi nonverbal
- O: Ny. A mengatakan mengontrol nyeri nonverbal dari nyeri dapat mengambarkan
dengan cara mampu nyeri yang dirasakan
lebih dari 1 tahun kakinya menggunakan teknik klien.
kadang nyeri nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri. 3. Peningkatan nadi atau
- P: Ny. A mengatakan 2. Klien mampu 3. Observasi TTV tekanan darah dapat
bertambah sakit kalau melaporkan nyeri menggambarkan
berkurang. munculnya nyeri
dipakai buat jalan. 3. Klien mampu
- Q: Ny. A mengatakan mengenali penyebab
nyeri
terasa cenut-cenut, hilang 4. Klien mampu
mengatakan nyaman,
34

timbul setelah nyeri 4. Batasi aktivitas klien 4. Mengurangi factor


berkurang. untuk mengurangi factor penyebab nyeri dapat
- R: Ny. A mengatakan
penyebab nyeri. meredakan nyeri yang
nyeri kaki kiri dirasa, seperti
membatasi aktivitas
- S: Ny. A mengatakan sementara saat nyeri
nyeri skala 3 dirasakan,
mengkondisikan
- T: Ny. A mengatakan lingkungan yang
sakit berkurang ketika tenang
5. Anjurkan tentang teknik 5. Terapi non
digunakan untuk non farmakologi: nafas farmakologis dapat
beristirahat dalam relaksasi dan menurunkan nyeri
kompres hangat dengan cara
- U: Ny. A mengatakan merilekskan klien
memahami penyakitnya sehingga keluhan
nyeri menurun atau
bahwa itu karena usam tidak terasa
uratnya tinggi
- V: Ny. A berharap agar
nyeri dikaki dapat sembuh

DO :
a. Wajah terlihat kadang
menahan sakit.
b. Asam urat terakhir periksa
8,5mg/dl
35

2 16 Maret 2021 pkl.14.00 16 Maret 2021 pkl.14.00 16 Maret 2021 pkl.14.00 16 Maret 2021 pkl.14.00

Gangguan pola tidur NOC NIC


berhubungan dengan nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola atau kualitas 1. Pola tidur
DS : keperawatan selama 3 kali tidur klien ( waktu tidur, mempengaruhi
a. klien sering kunjungan di harapkan kualitas tidur ) kebiasaan klien
terbangun karena gangguan pola tidur dapat
nyeri yang teratasi dengan kriteria 2. Jelaskan kepada klien 2. Usia Usila min tidur
hasil: pentingnya tidur yang kurang lebih 5-6 jam
dirasakan
b. klien mengatakan 1. Jumlah jam tidur dalam adekuat agar energi terisi
klien dalam btas 3. Beri lingkungan yang 3. Lingkungan dapat
hanya bisa tidur
normal (6-8jam) nyaman meningkatkan kualitas
selama 3 – 5 jam
2. Klien merasa segar 4. Motivasi untuk 4. Lingkungan
sesudah tidur atau memodifikasi lingkungan panas/dingin berasal
DO :
istirahat dari
a. kantong mata kusam
3. Klien mampu susunan dan sirkulasi
b. Hasil pengkajian PSQI Ny.
mengidentifikasi hal- udara
A mengalami kualitas tidur
hal 5. Edukasi untuk posisi tangan 5. Aktifitas sebelum tidur
yang sangat kurang dengan dan kaki yang nyeri agar
yang meningkatkan dapat membantu
total nilai >14 terasa nyaman.
tidur dalam kualitas
4. Klien merasakan
nyaman saat tidur
5. Klien dapat
memodifikasi
3 16 Maret 2021 pkl.14.00 16 Maret 2021 pkl.14.00 16 Maret 2021 pkl.14.00 16 Maret 2021 pkl.14.00

Kurang pengetahuan tentang NOC NIC


36

penyakit berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan


kurang terpapar informasi keperawatan selama 3 kali 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Melaukukan apresiasi
ditandai dengan: kunjungan di harapkan klien tentang penyakitnya dengan klien agar
klien menunjukan mengetahui apa yang
DS: peningkatan pengetahuan perlu diajarkan kepada
a. klien mengatakan masih dengan kriteria hasil : klien
mengkonsumsi kacang- 2. Gambarkan pengertian, 2. Setelah klien
1. Klien memahami
kacangan tanda gejala yang biasa mengetahui tanda gejala
tentang penyakit yang
b. klien tidak tahu cara muncul pada penyakit dan penyakit, klien dapat
dialami terkait dengan
menangani asam urat yang penatalaksaan dan diit untuk melakukan penanganan
pengertian, penyebab,
tepat penyakit dan pencegahan
tanda dan gejala, dan
komplikasi
penatalaksanaan asam
DO: 3. Gambarkan proses penyakit 3. Membantu klien dan
urat.
a. klien hanya lulusan SD dengan cara yang tepat keluarga untuk
2. Klien dan keluarga
Klien diam ketika ditanya memahami penyakit
mampu melakukan
mengenai penyakit asam yang dialami dengan
upaya pencegahan pada
urat mudah
penyakit yang dialami.
4. Diskusikan pilihan terapi 4. Memilih terapi apa
atau penanganan sesuai yang dirasa tepat
kemampuan klien. dengan kondisi
keluarga saat ini
sehingga masalah
kesehatan tetap dapat
diatasi.
37

E. Catatan Perkembangan
Nama Pasien : Ny A
Alamat : Tegaldimo Banyuwangi
No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Tanda
Keperawatan Tangan
1 Nyeri kronis 16 Maret 1. Kaji nyeri secara komprehensif seperti S:
berhubungan 2021 lokasi, durasi dan frekuensi. - Klien mengatakan nyeri
dengan agen 2. Observasi reaksi nonverbal dari nyeri masih terasa di kaki kiri
cidera 3. Observasi TTV - Klien mengatakan nyeri Indri
biologis 4. Batasi aktivitas klien untuk mengurangi skala 3
factor penyebab nyeri. - Nyeri terasa tertusuk-
tusuk saat kaki kiri
5. Anjurkan tentang teknik non farmakologi:
digerakkan, nyeri terasa
nafas dalam relaksasi dan kompres hangat
hilang timbul.
O:
- TD: 130/90mmHg,
Nadi: 82x/menit,
Respirasi: 18x/menit,
Suhu: 36,6⁰C
- Ekspresi menahan sakit
saat kaki kiri digerakkan
- Dahi berkerut dank lien
mengatakan “aduh” saat
kaki digerakkan.
A: Masalah nyeri belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
38

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Tanda


Keperawatan Tangan
1,2,3,4,5
2 Gangguan 16 Maret 1. Kaji pola atau kualitas tidur klien S:
pola 2021 ( waktu tidur, kualitas tidur ) - Klien mengatakan sering
Tidur 2. Jelaskan kepada klien pentingnya tidur terbangun karena nyeri
berhubungan yang adekuat dan suhu kamar yang Indri
3. Beri lingkungan yang nyaman dingin
dengan nyeri
4. Motivasi untuk memodifikasi - Klien mengatakan sudah
lingkungan menggunakan selimut
5. Edukasi untuk posisi tangan dan kaki tetapi masih dingin
yang nyeri agar terasa nyaman.
O: wajah tampak kusam, dan
terdapat kantong mata
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
3 Kurang 16 Maret 1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang S: Indri
pengetahuan 2021 penyakitnya - Klien mengatakan tidak
tentang 2. Gambarkan pengertian, tanda gejala yang mengetahui penyebab
penyakit biasa muncul pada penyakit dan kaki kirinya tidak bisa
berhubungan penatalaksaan dan diit untuk penyakit digerakkan
dengan 3. Gambarkan proses penyakit dengan cara - Klien mengatakan belum
kurang yang tepat paham dengan
terpapar 4. Diskusikan pilihan terapi atau penyakitnya
informasi penanganan sesuai kemampuan klien. O: Klien mampu menjawab
kembali sesuai apa yang
ditanyakan mahasiswa terkait
penyakit yang sudah dijelaskan
39

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Tanda


Keperawatan Tangan
sebelumnya

A: Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi, 1,2,3,4
4 Kunjungan 17 Maret 1. Kaji nyeri secara komprehensif seperti S:
hari II, 2021 lokasi, durasi dan frekuensi. - Klien mengatakan masih
Rabu 2. Observasi reaksi nonverbal dari nyeri terasa nyeri
17/03/2021 3. Observasi TTV - Klien mengatakan terasa Indri
4. Batasi aktivitas klien untuk mengurangi nyeri jika digerakan saja
Nyeri kronis factor penyebab nyeri. - Nyeri skala 3, tertusuk-
berhubungan 5. Anjurkan tentang teknik non tusuk di bagian kaki kiri
dengan agen farmakologi: nafas dalam relaksasi dan O :
cidera kompres hangat - TD : 130/90mmHg,
biologis Nadi:78x/menit,
Respirasi:20x/menit,
Suhu: 36,8⁰C
- Klien mampu melakukan
relasasi nafas dalam 3
kali
A : Masalah nyeri belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-5
2 Gangguan 17 Maret 1. Kaji pola atau kualitas tidur klien S:
pola tidur 2021 ( waktu tidur, kualitas tidur ) - klien mengatakan
berhubungan 2. Jelaskan kepada klien pentingnya tidur semalam tidur sering
dengan nyeri yang adekuat terbangun karena nyeri Indri
40

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Tanda


Keperawatan Tangan
3. Beri lingkungan yang nyaman yang dirasakan dan
4. Motivasi untuk memodifikasi lingkungan suhu kamar terasa
5. Edukasi untuk posisi tangan dan kaki dingin masih terasa, tapi
yang nyeri agar terasa nyaman. tidak terlalu nyeri
parah.
- klien mengatakan
mengerti tentang
pentingnya tidur bagi
kesehatan tubuhnya
- Klien mengatakan
sudah menggunakan
selimut tetapi masih
dingin
- klien mengatakan tidur
sering pada posisi
miring, Karen sudah
menjadi kebiasaan yang
nyaman dan terasa
pulas tidur dengan
posisi seperti itu.
O: wajah tampak terlihat segar,
mata tidak mengantuk.
A: Masalah gangguan pola tidur
teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi. 1,4,5
dilanjutkan
41

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Tanda


Keperawatan Tangan
3 Kurang 17 Maret 1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang S: Indri
pengetahuan 2021 penyakitnya - Klien mengatakan sudah
tentang 2. Gambarkan pengertian, tanda gejala yang paham dengan
penyakit biasa muncul pada penyakit dan penyakitnya
berhubungan penatalaksaan dan diit untuk penyakit - Klien mengatakan sudah
dengan 3. Gambarkan proses penyakit dengan cara memahami tentang
kurang yang tepat penyuluhan yang
terpapar 4. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan diberikan oleh mahasiswa
informasi sesuai kemampuan klien. O: Klien mampu menjawab
kembali sesuai apa yang
ditanyakan mahasiswa terkait
penyakit yang sudah dijelaskan
sebelumnya

A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

1 Kunjungan 18 Maret 1. Kaji nyeri secara komprehensif seperti S :


hari ke III 2021 lokasi, durasi dan frekuensi. - Klien masih merasa nyeri
Kamis 2. Observasi reaksi nonverbal dari nyeri - Nyeri skala 3
18/03/2021 3. Observasi TTV - Klien mengatakan bisa Indri
4. Batasi aktivitas klien untuk mengurangi nafas dalam saat terasa
Nyeri kronis factor penyebab nyeri. nyeri
berhubungan 5. Anjurkan tentang teknik non O:
dengan agen farmakologi: nafas dalam relaksasi dan - TD: 130/80mmHg,
cidera kompres hangat Nadi: 74x/menit,
42

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Tanda


Keperawatan Tangan
biologis RR: 18x/menit,
- Ekspresi menahan sakit
A : Masalah nyeri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi.
1,2,3,4,5
2 Gangguan 18 Maret 1. Kaji pola atau kualitas tidur klien S:
pola 2021 ( waktu tidur, kualitas tidur ) 1. klien mengatakan masih
Tidur 4. Motivasi untuk memodifikasi lingkungan belum bisa tidur karena
berhubungan 5. Edukasi untuk posisi tangan dan kaki yang nyeri muncul Indri
dengan nyeri nyeri agar terasa nyaman. 2. Klien mengatakan sudah
menggunakan selimut
saat tidur.
3. klien mengatakan tidur
sering pada posisi miring,
Karena sudah menjadi
kebiasaan yang nyaman
dan terasa pulas tidur
dengan posisi seperti itu.
O: wajah tampak terlihat segar,
mata tidak mengantuk.
A: masalah gangguan pola tidur
teratasi sebagian.
P: lanjutkan intervensi. 1,4,5
1. Kunjungan 19 Maret 1. Kaji nyeri secara komprehensif seperti S: Indri
hari ke IV 2021 lokasi, durasi dan frekuensi. - Klien mengatakan
2. Observasi reaksi nonverbal dari nyeri merasa nyeri tetapi sudah
43

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Tanda


Keperawatan Tangan
Jumat 3. Observasi TTV mulai berkurang
19/03/2021 4. Batasi aktivitas klien untuk mengurangi - Nyeri skala 2
factor penyebab nyeri. - Klien mengatakan bisa
Nyeri kronis 5. Anjurkan tentang teknik non nafas dalam saat terasa
berhubungan farmakologi: nafas dalam relaksasi dan nyeri
kompres hangat O:
dengan agen
- TD: 120/90mmHg,
cidera
Nadi: 74x/menit,
biologis
RR: 18x/menit,
- Tidak ekspresi menahan
sakit
A: Masalah nyeri teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi. 1,2,5

Gangguan 1. Kaji pola atau kualitas tidur klien S:


2. pola 19 Maret ( waktu tidur, kualitas tidur ) 1. klien mengatakan
2021
Tidur 4. Motivasi untuk memodifikasi lingkungan semalam tidur sudah bisa
berhubungan 5. Edukasi untuk posisi tangan dan kaki yang tidur tetapi sesekali
dengan nyeri nyeri agar terasa nyaman. bangun karena nyeri
muncul.
2. Klien mengatakan sudah
menggunakan selimut
44

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Tanda


Keperawatan Tangan
saat tidur.
3. klien mengatakan tidur
sering pada posisi miring,
Karena sudah menjadi
kebiasaan yang nyaman
dan terasa pulas tidur
dengan posisi seperti itu.
O: wajah tampak terlihat segar,
mata tidak mengantuk.
A: masalah gangguan pola tidur
teratasi sebagian.
P: lanjutkan intervensi. 1,4,5
45

F. Evaluasi Sumatif
Diagnosa Keperawatan Tanggal Evaluasi (SOAPIE) Tanda
Tangan
Nyeri kronis berhubungan 20 Maret S:
dengan agen cidera biologis 2021 - Klien mengatakan nyeri berkurang. Indri
- Klien mengatakan saat nyeri diberikan kompres hangat
O: klien tampak memegang kaki
A: Masalah nyeri sebagian teratasi
P: intervensi 1, 2, 5 dilanjutkan Indri
I:
1. Mengevaluasi nyeri secara komperhensif.
2. Batasi aktivitas klien untuk mengurangi factor penyebab nyeri.
5. Anjurkan tentang teknik non farmakologi: nafas dalam Indri
relaksasi dan kompres hangat

E:
S:
- Klien mengatakan nyeri sudah banyak berkurang, skala nyeri 1, Indri
nyeri sudah jarang terasa, dank lien mengatakan bisa nafas dalam
saat terasa nyeri
- Klien mengatakan akan mengistrahatkan apabila kaki terasa
nyeri Indri
- klien mengatakan nyeri sedikit berkurang ketika dikompres hangat
O:
- klien merasa nyaman saat di kompres
- klien tampak antusias mengikuti setiap demontrasi yang
diajarkan, meskipun dengan posisi duduk.
46

Diagnosa Keperawatan Tanggal Evaluasi (SOAPIE) Tanda


Tangan
A: Masalah nyeri teratasi sebagian
P: pertahankan Intervensi 1,2,5
Gangguan pola 20 Maret S: Klien mengatakan sudah bisa tidur nyaman. Tetapi tidak terlalu pulas.
Tidur berhubungan dengan 2021 O: Wajah tampak lebih segar dan tidak lemah.
nyeri A: Masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian. Indri
P: Intervensi dilanjutkan 1,4,5
I:
1. Kaji pola atau kualitas tidur klien (waktu tidur, kualitas tidur) Indri
4. Motivasi untuk modifikasi lingkungan
5. Edukasi untuk posisi tangan dan kaki yang nyeri agar terasa
nyaman Indri

E:
S:
- Klien mengatakan semalam tidur sudah bisa, nyeri muncul tidak
terlalu lama, jadi bisa tidur dengan tenang.
- Klien mengatakan sudah menggunakan selimut saat tidur.
- Klien klien mengatakan tidur sering pada posisi miring, Karen
sudah menjadi kebiasaan yang nyaman dan terasa pulas tidur
dengan posisi seperti itu.
O: wajah tampak terlihat segar, mata tidak mengantuk.
A: masalah gangguan pola tidur teratasi.
P: Intervensi dihentikan, pertahankan intervensi 1,2,5
47

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengamatan kasus pada Ny. A Selama 4 kali pertemuan di


rumah Ny. A, penulis melakukan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
menentukan diagnosa keperawatan, menyusun rencana tindakan keperawatan,
melakukan implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tindakan peninjauan situasi lansia untuk memperoleh
data dengan maksud menegaskansituasi penyakit, diagnose masalah
penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang
dikumpulkan mencangkup data subjektif dan objektif meliputi bio-psiko-
sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia serta data
tentang factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. (Kemenkes,
2016).
Ny. A berusia 73 tahun tinggal bersama dengan suami dan anak keduanya
yang sudah bercerai, dan anak-anaknya yang lain hidup diluar kota dan sudah
menikah semua. Keluhan utama saat dikaji klien menderita penyakit asam
urat dan nyeri pada kaki kiri sejak 1 tahun yang lalu, frekuensi nyeri hilang
timbul, klien juga mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas yang berat
karena kaki kiri sakit saat beraktivitas berlebih. Ny. A juga mengatakan
bahwa sering terbangun saat tidur malam karena nyeri yang dirasakan.
Menurut Azizah (2011), usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir
siklus kehidupan manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 73 tahun sampai
akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup,
48

termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas


fungsional. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih
rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan
dengan orang dewasa lain.

Selain itu, penulis juga melakukan pengkajian terkait aspek mental, kognitif,
sosial, dan fungsional dengan hasil :
1. Aspek fisik/biologis
a. Hasil pengukuran pengkajian dengan menggunakan indeks KARTZ
didapatkan hasil nilai klien A yaitu kemandirian dalam hal makan,
kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar kecil, madi, dan
berpakaian.
b. Hasil pengkajian dengan TUGT (Time Up and Go test) dengan Jenis
kelamin perempuan, Usia 73 tahun berjalan sejauh 5 meter
menghabiskan waktu < 14 detik sehingga lansia tersebut tidak
memiliki resiko tinggi jatuh.
c. Hasil pengukuran pengkajian dengan indeks Bartel didapatkan nilai
100 yang artinya tidak ada ketergantungan klien mandiri.
2. Aspek psikologis
a. Pengkajian dengan menggunakan PSQI untuk menilai kualitas tidur
sangat kurang dengan total nilai >14.
b. Pengkajian dengan SPMSQ untuk menilai fungsi intelektual klien
mendapatkan hasil pengukuran pengkajian dengan Ny. A
menyebutkan dimana dia berada dan alamat rumahnya, Identitas,
tanggal hari ini, bulan dan tanggal lahir. Interpretasi SPMSQ: salah
menjawab 2 soal, fungsi intelektual kerusakan utuh.
c. Pengkajian MMSE untuk menilai status mental mendapatkan nilai
Ny. A mampu menyebut tahun saat ini, Ny. A mampu membaca dan
tidak bisa menulis. Ny. A dapat mengikuti gambar yang dicontohkan
Skor MMSE: 20, kemungkinan terdapat gangguan kognitif.
49

3. Aspek sosial
APGAR keluarga Ny. A mendapatkan total nilai yaitu 8, menandakan
bawah Keluarga Ny. A tidak memiliki disfungsi pada keluarganya.

B. Perumusan Diagnosa
Diagnosis keperawatan adalah kesimpulan yang ditarik dari data yang
dikumpulkan tentang lansia yang berfungsi sebagai alat untuk
menggambarkan masalah lansia, dan penarikan kesimpulan ini dapat dibantu
oleh perawat. Diagnose keperawatan adalah tahap kedua dari proses
keperawatan setelah dilakukannya pengkajian. (Kemenkes, 2016).
Berdasarkan teori yang ada terdapat diagnosa keperawatan yang muncul :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada malam hari
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
5. Resiko jatuh berhubungan dengan usia > 65 tahun, penurunan kekuatan
ekstrimitas bawah

Namun pada kasus Ny. A ditemukan 3 masalah keperawatan utama yaitu :


1. Nyeri kronis b.d agen cidera biologis, menurut NANDA (2017) nyeri
kronis adalah serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan ke
berat, konstan atau berulang tanpa dapat diantisipasi /dipresiksi dan durasi
waktunya lebih dari 6 bulan. Hal ini sesuai dengan Ny. A yang
mengatakan bahwa nyeri pada kaki kiri hilang timbul seperti tertusuk-
tusuk, nyeri juga dirasakan sudah 1 tahun yang lalu, Ny. A juga
mengatakan nyeri akan sangat terasa ketika melakukan aktivitas.
2. Gangguan pola tidur b.d nyeri, menurut NANDA (2017) gangguan
kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal. Hal ini sesuai
dengan Ny. A yang mengatakan bahwa kesulitan tidur, sering terbangun
karena nyeri yang dirasakan, sesuai dengan hasil pengkajian PSQI Ny. A
50

mengalami kualitas tidur yang sangat kurang dengan total nilai >14, dan
Ny. A mengatakan tidur hanya 3-5 jam
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d kurang terpapar informasi,
menurut NANDA (2017) tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif
tentang hal yang spesifik. Hal ini sesuai dengan Ny. A yang mengatakan
masih belum memahami dengan penyakit yang ia alami.

C. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan
yang berguna untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-
masalah lansia. (Kemenkes, 2016). Tahap perencanaan dapat disebut sebagai
inti atau pokok dari proses keperawatan sebab perencanaan merupakan
keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang
akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan
tindakan keperawatan. Dalam perencanaan, penulis merencanakan kepada Ny.
A sesuai diagnosis keperawatan.

1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cidera biologis adalah melakukan


pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, durasi, frekuensi,
observasi reaksi nonverbal dari nyeri, batasi aktivitas klien untuk
mengurangi faktor penyebab nyeri, ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dalam, relaksasi, dan kompres hangat/ dingin
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri adalah mengkaji pola
atau kualitas tidur klien (waktu tidur, kualitas tidur), Jelaskan kepada
klien pentingnya tidur yang adekuat, tindakan yang dilakukan beri
lingkungan yang nyaman dan tenang, motivasi untuk memodifikasi
lingkungan dan mengedukasi untuk posisi kaki yang nyeri agar terasa
nyaman.
3. Kurang pengetahuan penyakit berhubungan dengan kurang terpapar
informasi adalah mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya,
51

menggambarkan dari proses penyakit dengan cara yang tepat dan


melakukan edukasi tentang diit asam urat

D. Implementasi
Implementasi telah dilaksanakan pada ketiga diagnosa keperawatan. Semua
rencana keperawatan telah berhasil dilakukan. Secara keseluruhan
pelaksanaan intervensi keperawatan tidak mengalami kendala. Hal ini
dikarenakan saat dilaksanakan intervensi, Ny. A sangat antusias terhadap
informasi yang diberikan dan cukup kooperatif. Ny. A juga dapat melakukan
apa yang diajarkan oleh mahasiswa dengan baik dan benar. Selain itu pada
saat dilakukan intervensi Ny. A banyak bertanya mengenai hal – hal yang
berkaitan dengan kesehatannya.
1. Sesuai dengan hasil pengkajian bahwa keluhan utama klien adalah nyeri
maka tindakan keperawatan difokuskan kepada penanganan nyeri.
Implementasi keperawatan pada diagnosis nyeri kronis adalah mengkaji
nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologi mengatasi nyeri yaitu teknik
relaksasi benson. Ny. A mampu melakukan teknik relaksasi benson
dengan baik. Ny. A merasa setelah melakukan teknik relaksasi benson, ia
merasa lebih tenang dan tentram, serta sangat mudak untuk dicoba secara
mandiri dirumah.
Hal ini sesuai dalam Mau (2012) bahwa relaksasi benson atau relaksasi
religius merupakan pengembangan dari respon relaksasi yang
dikembangkan oleh Benson, dimana relaksasi ini merupakan gabungan
antara relaksasi dengan keyakinan agama yang dianut. Relaksasi Benson
merupakan pengembangan metode respon relaksasi pernafasan dengan
melibatkan faktor keyakinan klien, yang dapat menciptakan suatu
lingkungan internal sehingga dapat membantu klien mencapai kondisi
kesehatan dan kesejahtraan yang lebih tinggi. Hal ini kemudian didukung
oleh Khinanti (2019) bahwa terapi relaksasi benson dapat menurunkan
nyeri pada persendian penderita asam urat. Diagnosis ini sudah teratasi
52

karena klien sudah tau cara mengatasi nyeri, nyeri terkadang muncul
tetapi tidak sesering sebelumnya.
2. Gangguan pola tidur adalah mengkaji pola atau kualitas tidur klien,
menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, memberikan lingkungan
yang nyaman, memotivasi untuk memodifikasi lingkungan, dan edukasi
untuk posisi kaki yang nyeri agar terasa nyaman. Ny. A mengatakan
mengatakan tidur sering pada posisi miring, Karena sudah menjadi
kebiasaan yang nyaman dan terasa pulas tidur dengan posisi seperti itu.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
3. kurang pengetahuan adalah mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang
penyakitnya pengetahuan klien tentang penyakitnya dan melakukan
edukasi tentang diit asam urat, masalah kurang pengetahuan sudah
teratasi karena klien sudah tahu tentang penyakitnya dan klien juga tahu
mengenai diit yang benar untuk penyakit asam urat.
Hal ini didukung oleh penelitian Indrawati (2016) tentang pengaruh
pendidikan kesehatan tentang diit asam urat terhadap pengetahuan
penyakit asam urat, bahwa tingkat pengetahuan tentang penyakit asam
urat sesudah pendidikan kesehatan tentang diit asam urat sebagian besar
adalah baik sedangkan pada lansia yang tidak menerima pendidikan
kesehatan sebagian besar cukup dan terdapat pengaruh pendidikan
kesehatan tentang diit asam urat terhadap penurunan pengetahuan tentang
penyakit asam urat. Perawat (mahasiswa) telah melaksanakan peran
edukator dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang pemilihan
aktivitas sesuai dengan kemampuan fisik klien. Sebagai fasilitator,
perawat memfasilitasi klien dengan memberikan gambar poster dengan
beberapa contoh prosedurnya, Ny. A juga telah menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan namun hanya waktu tertentu saja.

E. Evaluasi
Pada evaluasi, baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor Ny. A dapat
menjelaskan dan mempraktikkan secara langsung teknik relaksasi benson dan
53

diet asam urat yang benar sesuai anjuran Kementrian Kesehatan. Dalam
menerima intervensi yang dilakukan, Ny. A cukup antusias dan dapat
melakukannya dengan cukup baik dalam hal menyimak ataupun
mendemonstrasikan kembali apa yang diberikan. Penyuluhan yang dilakukan
dapat diterima dengan baik dan akan dilanjutkan di rumah, sehingga Ny. A
dapat meningkatkan dan menjaga kesehatan secara mandiri. Hasil yang
didapatkan yaitu untuk masalah nyeri dapat teratasi. Ny. A mengatakan
bahwa sudah jarang merasakan nyeri. Kemudian untuk masalah gangguan
pola tidur klien sudah mulai berkurang untuk terbangun dimalam hari serta
jam tidur sudah mulai bisa tidur dari biasanya lebih awal. Sementara untuk
kurang pengetahuan yang dialami, Ny. A mengatakan sudah mengerti tentang
penyakitnya dan paham dengan apa yang dijelaskan oleh mahasiswa waktu
penyuluhan terkait diit asam urat, sehingga masalah sudah teratasi.
54

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 minggu pada Ny. A
didapatkan 3 masalah keperawatan yaitu nyeri kronis, gangguan pola tidur,
dan kurang pengetahuan. Dari ketiga masalah keperawatan tersebut
terdapat satu masalah keperawatan yang belum teratasi yaitu nyeri. Ny. A
sudah mampu mengontrol pola makannya dan sangat antusias dalam
mempraktekkan teknik relaksasi benson. Terjadi perubahan yaitu Ny. A
mulai jarang merasakan nyeri.

B. Saran
1. Untuk Klien
a. Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup,
misalnya membatasi makanan mengandung purin seperti kaya
protein atau asam nukleat berlebih seperti jeroan, makanan laut,
kaldu kental, alkohol.
b. Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien
demi peningakat status kesehatan klien dan diharapkan keluarga
ikut waspada terhadap resiko pada keluarga klien sendiri
2. Untuk Mahasiswa
a. Diharapkan mahasiswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari
segi teori, skill, mamupun mental dalam menghadap masyarakat
agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi
peningkatan status kesehatan pada masyarakat. Memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat
aspekbio-psiko-sosio-spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, M. Lilik. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha ilmu.

Boedhi, Darmojo. 2015. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi Ke-
5.Jakarta :Balai Penerbit FKUI.

Corwin, Elizabeth J. 2019. Patofisiologi : Buku Saku edisi 3. Jakarta : EGC

IPPKI.(2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok, dan

Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, dan NIC di

Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta : UI-Press.

Kemenkes RI. (2016). Keperawatan Gerontik

http://bppsdmk.kemkes.go.id/.pusdiksdmk/wp-

content/uploads/2017/08/Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf –

diakses pada 22 maret 2021

Syaifudin. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V, jilid III. Jakarta :

Internal Publishing

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada

Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC

Nurma, Ningsih lukman. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika

55
LAMPIRAN
KONTRAK BELAJAR
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

Unit/stase : Keperawatan Gerontik


Nama Preceptee : Indri Yekholya
Nama Preceptor : Antonius Yogi, S. Kep., Ns., MSN.
Periode Waktu : 15-27 Maret 2021

TTD
TUJUAN PEMBELAJARAN RENCANA TINDAKAN METODE/MEDIA WAKTU
PRECEPTOR
Setelah menyelesaikan praktek 1. posconference dengan 1. Poster Setlah melakukan praktek stase
di unit stase Keperawatan pembimbing klinik dan 2. Video keperawatan gerontik selama 2
gerontik saya mampu: akademik 3. Ceramah minggu saya akan :
1. Membina hubungan 2. Menyusun kontrak 4. demonstrasi 1. Membuat kontrak belajar
interpersonal dengan belajar 2. Melakukan pengkajian
membina komunikasi secara 3. Membuat askep kelolaan 3. Membuat Asuhan
evektif pada klien dengan 4. Memberikan terapi keperawatan gerontik
kasus gerontik, terdiri dari aktifitas kelompok 4. Melaksanakan TAK
individu, keluarga, 5. Membuat log book 5. Melakukan implementasi
kelompok, kasus gerontik, keperawatan gerontik
TTD
TUJUAN PEMBELAJARAN RENCANA TINDAKAN METODE/MEDIA WAKTU
PRECEPTOR
masyaraka 6. Memberikan edukasi pada
2. Mellaksanakan asuhan lansia
keperawatan profesional 7. Membuat evaluasi
dengan pendekatan NANDA keperawatan
pada askep gerontik dengan
menerapkan legal etik dan
menggunakan
pendekatanProses
keperawatan.
3. Melakukan peran sebagai
edukator kepada klien
gerontik
4. Mengaplikasikan
kepemimpinan dan
manajemen keperawatan di
area keperawatan gerontik
5. Mendokumentasikan askep
yang dikakukan
TTD
TUJUAN PEMBELAJARAN RENCANA TINDAKAN METODE/MEDIA WAKTU
PRECEPTOR
6. Menggunakan hasil
penelitian dalam upaya
meningkatkan kualitas askep
7. Mengembangkan hasil
penelitian dalam upaya
meningkatkan kualitas askep
8. Mwnerapkan berbagai
metode pembelajaran dalam
upaya promosi kesehatan
9. Menggunakan sumber-
sumber yang tersedia untuk
promosi dan pendidkan
kesehatn
LOG BOOK
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

Unit/stase : Keperawatan Gerontik


Nama Preceptee : Indri Yekholya
Nama Preceptor : Antonius Yogi, S. Kep., Ns., MSN.
Periode Waktu : 15-27 Maret 2021

Rencana TTD
No Tanggal/Jam Aktifitas Hasil Yang Ddiperoleh Kendala
kegiatan Pertceptor
1. 15-03-2021 Melakukan Ny. A adalah lansia berusia 73 Tidak ada Lanjutkan
Pukul pengkajian tahun yang tinggal bersama pengkajian dan
11.00 WIB suaminya yaitu Bp. S dan pembuatan
anak keduanya. Keempat askep
anaknya sudah menikah dan
tinggal di luar kota bersama
istri dan anaknya. Ny. A
memiliki riwayat penyakit
asam urat sejak 1 tahun yang
lalu.
2 16-03-2021 Melakukan Masalah keperawatan pada Tidak ada Konsultasi
Pukul pengkajian pada Ny. Ny. A adalah Nyeri kronis, askep
10.00 WIB E gangguan pola tidur, dan
kurang pengetahuan
3 17-06-2020 Konsultasi askep Konsultasi hasil pengkajian Tidak ada Lanjut
Pukul dengan pembimbing intervensi
Rencana TTD
No Tanggal/Jam Aktifitas Hasil Yang Ddiperoleh Kendala
kegiatan Pertceptor
11.00 WIB
4 17-03-2021 Konsultasi media Konsultasi media penyuluhan Tidak ada Lanjutkan
Pukul penyuluhan berupa poster dan video intervensi
14.30 WIB
5 16-03-2021 Melakukan Melakukan implementasi Tidak ada Lanjutkan
Pukul implementasi hari keperawatan. Mengajarkan intervensi
10.00 WIB pertama dengan Ny. teknik nafas dalam.
A
8 17-03-2021 Melakukan Melakukan Terapi Aktivitas Tidak ada Lanjutkan
Pukul implementasi hari Kelompok terapi relaksasi intervensi
17.00 WIB kedua dengan Ny. A benson dengan Ny. A.
9 18-03-2021 Melakukan Melakukan implementasi diit Tidak ada Lanjutkan
Pukul implementasi hari asam urat dengan PATUH intervensi
15.00 WIB ketiga dengan Ny. A
10 19-03-2021 Melakukan Melakukan implementasi Tidak ada Hentikan
Pukul implementasi hari teknik relaksasi benson intervensi
11.00 WIB keempat dengan
dengan Ny. A
11 25-03-2021 Mengumpulkan Mengumpulkan video saat Tidak ada Response
Pukul video TAK melakukan TAK dengan Ny. dengan
10.00 WIB A pembimbing
Foto bersama Ny. A dan suaminya
Poster implementasi diit asam urat
LAPORAN PENDAHULUAN
IMPLEMENTASI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Disusun Oleh:
Indri Yekholya
2004042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Preceptor Akademik

(Antonius Yogi, S. Kep., Ns., MSN.)


Hari : Selasa
Tanggal : 23 Maret 2021
Jam : 18.00 WIB
A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 73 tahun keatas
(Maryam dan Siti, 2010). Lansia merupakan suatu proses alami yang
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami
proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat dengan Lansia adalah warga
Indonesia yang berusia ≥ 73 tahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

Menurut WHO, proses penuaan yang dialami lansia menyebabkan berbagai


aspek kehidupan, baik, social, ekonomi, maupun kesehatan. Ditinjau dari
aspek kesehatan, dengan semakin bertambahnya usia maka lansia lebih
rentan terhadap berbagai keluhan fisik, karena factor alamiah maupun
factor penyakit. Prevalensi asam urat di Indonesia diperkirakan 1,6-
13,6/100.000 orang. Prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya
umur. Prevalensi asam urat di Indonesia terjadi pada usia dibawah 34 tahun
sebesar 32% dan diatas 34 tahun sebesar 68%. Prevalensi asam urat di Jawa
Timur sebesar 17% (Festy, et al., 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh didapatkan dengan meningkatnya jumlah
penduduk lanjut usia maka meningkat pula berbagai penyakit yang dialami
lansia salah satunya yaitu asam urat (Widyanto, 2014). Asam urat sendiri
dapat mengancam penderita atau hanya menimbulkan gangguan rasa
nyaman dan masalah yang disebabkan adalah nyeri sendi tidak hanya
berupa keterbatasan yang tampak pada aktivitas sehari-hari dan kualitas
hidup juga menurun.
Nyeri dapat diatasi dengan penatalaksanaan nyeri yang bertujuan untuk
meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai tingkat kenyamanan yang
dirasakan oleh klien. Ada dua cara penatalaksanaan nyeri yaitu terapi
farmakologis dan non farmakologis. Tindakan perawat untuk
menghilangkan nyeri selain mengubah posisi, meditasi, makan dan
membuat klien merasa nyaman yaitu mengajarkan teknik relaksasi.
Salah satu upaya non farmakologis untuk mengatasi nyeri adalah teknik
relaksasi yaitu relaksasi benson. Relaksasi benson merupakan
pengembangan metode respon relaksasi dengan melibatkan faktor
keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal
sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan
kesejahteraan lebih tinggi (Effendi & Makhduli, 2013). Kelebihan dari
latihan teknik relaksasi dibandingkan dengan teknik lainnya adalah lebih
mudah dilakukan dan tidak ada efek sangping apapun (Rasubala et al., 2017)
Berdasarkan hasil literatur tersebut, Saya mengangkat masalah utama
tentang nyeri, karena nyeri sangat menggangu aktivitas lansia, saya
menerapkan teknik relaksasi benson untuk mengurangi rasa nyeri pada
lansia.

B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosis Keperawatan Gerontik: Menurunkan nyeri asam urat pada
lansia
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan lansia mampu
mendemonstrasikan teknik relaksasi benson.
3. Tujuan Khusus
Setelah satu kali pertemuan selama 30 menit, lansia mampu:
a. Menjelaskan pengertian relaksasi benson
b. Menjelaskan manfaat relaksasi benson
c. Mendemonstrasikan relaksasi benson

C. Implementasi Tindakan Keperawatan


1. Hari/tanggal : Selasa, 23 Maret 2021
2. Waktu : 18.00 WIB
3. Tempat : Rumah Ny. A
4. Topik : Teknik Relaksasi Benson
5. Metode : Demonstrasi dan Tanya Jawab
6. Media : Poster

D. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Laporan pendahuluan telah siap dan dikonsulkan dengan
pembimbing minimal 1 hari sebelum supervisi.
b. Mahasiswa telah memahami dan menguasai materi mengenai
teknik relaksasi benson.
c. Klien dengan gangguan tidur siap menyepakati waktu.
d. Media dan alat telah dibuat dan siap digunakan minimal 2 hari
sebelum supervisi.
2. Proses
a. Mahasiswa menjelaskan tujuan kunjungan yaitu penyuluhan dan
demonstrasi relaksasi benson
b. Mahasiswa melakukan kunjungan sesuai dengan waktu yang
telah disepakati dengan lansia
c. Mahasiswa menjelaskan dan mendemontrasikan relaksasi benson
d. Lansia aktif selama proses implementasi dan interaksi dengan
mahasiswa
e. Alat dan media dapat digunakan
3. Hasil sesui kriteria NOC
a. 70% dari lansia mampu menyebutkan pengertian relaksasi
benson
b. 70% dari lansia mampu menyebutkan manfaat relaksasi benson
c. 70% mampu menjelaskan dan mendemonstrasikan kembali
relaksasi benson
d. Disepakatinya waktu dan tujuan pertemuan selanjutnya

Pembimbing Akademik Mahasiswa,

(Antonius Yogi, S. Kep., Ns., MSN.) (Indri Yekholya)

E. Lampiran
Materi, SOP, gambar setting tempat TAK, lembar observasi, poster.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Adella Ayu & Arina Maliya. (2018). Pengaruh Pemberian Terapi
Genggam Jari Dan Dzikir Terhadap Kejadian Insomnia pada Lansia
Di Panti Wredha Daerah Surakarta. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Badan Pusat Statistik. (2010). Pendataan Program Perlindungan Sosial. Jakarta
Pusat: Badan Pusat Statistik.
Effendi & Makhduli. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Maryam, R & Siti. (2010). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Mau, Aemilianus., Stefanus Mendes., Sevasinus Ratu. (2012). Pengaruh Teknik
Relaksasi Benson Tehadap Gangguan Tidur pada Lansia di UPT
Panti Sosisl Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung Kupang. NTT:
PPNI.
Maulida, Indah. (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Kualitas
Tidur Lansia Di Posyandu Permadi Tlogomas Kota Malang. Malang:
FIK.
Lampiran 1. Materi Teknik Relaksasi Benson

A. Pengertian Teknik Relaksasi Benson


Menurut (Benson, dalam Mau, 2012) teknik relaksasi benson adalah suatu
prosedur untuk membantu individu berhadapan pada situasi yang penuh stress.
Relaksasi benson atau relaksasi religius merupakan pengembangan dari
respon relaksasi yang dikembangkan oleh Benson, dimana relaksasi ini
merupakan gabungan antara relaksasi dengan keyakinan agama yang dianut.
Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi
pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat
menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien
mencapai kondisi kesehatan dan kesejahtraan yang lebih tinggi.

B. Manfaat Teknik Relaksasi Benson


Kelebihan latihan teknik relaksasi dari pada latihan yang lain adalah latihan
relaksasi lebih mudah dilakukan bahkan dalam kondisi apapun serta tidak
memiliki efek samping apapun. Disamping itu kelebihan dari tehnik relaksasi
lebih mudah dilaksanakan oleh pasien, dapat menekan biaya pengobatan, dan
dapat digunakan untuk mencegah terjadinya stres. Sedangkan kita tahu
pemberian obat-obatan kimia dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
efek samping yang dapat membahayakan pemakainya seperti gangguan pada
ginjal. Teknik yang dapat dilakukan dapat bersifat respiratori yaitu dengan
mengatur aktivitas bernafas atau bersifat otot. Pelatihan relaksasi pernafasan,
dilakukan dengan mengatur mekanisme pernafasan yaitu pada irama dan
intensitas yang lebih lambat dan dalam. Keteraturan dalam bernafas
khususnya dengan irama yang tepat akan menyebabkan sikap mental dan
badan yang rileks (Mau, 2012).

C. Langkah-langkah Teknik Relaksasi Benson


Langkah-langkah teknik relaksasi benson (Mau, 2012), sebagai berikut:
1. Berikan posisi pasien yang nyaman dan lingkungan yang tenang
2. Instruksikan pada pasien untuk memejamkan mata selama melakukan
teknik relaksasi benson.
3. Instruksikan pasien agar tenang dan mengendorkan otot-otot tubuh dari
ujung kaki sampai dengan otot wajah dan rasakan rileks.
4. Instruksikan kepada pasien agar tarik nafas dalam lewat hidung, tahan 3
detik lalu hembuskan lewat mulut disertai dengan mengucapkan doa
atau kata yang sudah dipilih (menurut kepercayaan masing masing
pasien).
5. Instruksikan pasien untuk membuang pikiran negatif, dan tetap fokus
pada nafas dalam dan doa atau kata-kata yang diucapkan.
6. Instruksikan pada pasien untuk melakukan tarik nafas dalam tersebut
selama 10 menit.
7. Setelah dilakukan selama 10 menit tarik nafas dalam Instruksikan pasien
untuk mengakhiri relaksasi dengan tetap menutup mata selama 2 menit,
lalu membukanya dengan perlahan.
8. Anjurkan klien untuk mengulangi kata kata tersebut sebanyak 5x.
9. Selanjutnya klien di anjurkan untuk membayangkan situasi yang berada
di tempat yang nyaman.
Lampiran 2. SOP Teknik Relaksasi Benson

Standar Operasi Prosedur (SOP)


Teknik Relaksasi Benson
No Komponen Keterangan
Prosedur Tindakan.
A. Tahap Pra Interaksi
1. Persiapan diri oleh perawat
2. Verifikasi program yang akan dilakukan
3. Persiapan alat:
a. Persiapkan lingkungan yang tenang
b. Poster
c. Kursi
d. Bolpoin/ alat tulis
e. Lembar observasi
f. Persiapan APD (masker, yas dan sarung tangan
bila diperlukan)

B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam terapeutik
2. Identifikasi pasien (nama, alamat)
3. Jelaskan tujuan dan manfaat dilakukannya teknik
relaksasi benson.
4. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya.

C. Tahap Kerja
1. Perawat cuci tangan
2. Memakai alat pelindung diri
3. Berikan posisi pasien yang nyaman
4. Instruksikan pada pasien untuk memejamkan mata
selama melakukan teknik relaksasi benson.
5. Instruksikan pasien agar tenang dan
mengendorkan otot-otot tubuh dari ujung kaki
sampai dengan otot wajah dan rasakan rileks.
6. Instruksikan kepada pasien agar tarik nafas dalam
lewat hidung, tahan 3 detik lalu hembuskan lewat
mulut disertai dengan mengucapkan doa atau kata
yang sudah dipilih (menurut kepercayaan masing
masing pasien).
7. Instruksikan pasien untuk membuang pikiran
negatif, dan tetap fokus pada nafas dalam dan doa
atau kata-kata yang diucapkan.
8. Instruksikan pada pasien untuk melakukan tarik
nafas dalam tersebut selama 10 menit.
9. Setelah dilakukan selama 10 menit tarik nafas
dalam Instruksikan pasien untuk mengakhiri
relaksasi dengan tetap menutup mata selama 2
menit, lalu membukanya dengan perlahan.
10. Anjurkan klien untuk mengulangi kata kata
tersebut sebanyak 5x.
11. Selanjutnya klien di anjurkan untuk
membayangkan situasi yang berada di tempat yang
nyaman.

D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon klien
2. Menyimpulkan hasil kegiatan
3. Pemberian pesan terhadap pasien

E. Dokumentasi
1. Hasil tindakan dari teknik relaksasi benson. yang
dilakukan oleh pasien.
2. Observasi respon klien
3. Amati waktu pelaksanaan yang dibutuhkan oleh
klien dalam melakukan teknik relaksasi benson.
4. Lakukan paraf dan tulis jam melakukan teknik
relaksasi benson.

F. Sikap
1. Teliti
2. Empati
3. Peduli
4. Sabar
5. Sopan
Lampiran 3. Gambar Setting Tempat TAK

Bagan 1. Setting Tempat TAK

Keterangan:

Mahasiswa (Indri)

Lansia

Lampiran 4. Lembar Observasi

TAK
Teknik Relaksasi Beson

Nama Klien
No Aspek yag dinilai
23/03/2021
1 Mengikuti kegiatan dari awal √
sampai akhir
2 Memberi respons (melakukan √
nafas dalam, mengulang kata-
kata)
3 Menjelaskan perasaan setelah √
melakukan teknik relaksasi
benson

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti,
merespons, menyampaikan perasaan setelah mengikuti teknik
relaksasi benson. Beri tanda [√] jika klien mampu atau tanda [-] jika
klien tidak mampu.
Lampiran 5. Poster relaksasi benson
Jurnal pendukung relaksasi benson
PENILAIAN STATUS MENTAL MINI
(Mini-Mental State Examination/ MMSE)
Isilah hasil penilaian pada kolom DICAPAI Skor
Orientasi Tertinggi Dicapai
1. Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan) (tanggal), (hari) 5 5
apa?
2. Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (panti 5 5
wredha), (lantai/kamar)
Registrasi Memori
3. Sebut 3 obyek. 3 3
Tiap objek 1 detik, kemudian lansia diminta mengulangi 3
nama obyek tadi. Nilai 1 untuk setiap nama obyek yang
benar. Ulangi sampai lansia dapat menyebutkan dengan
benar. Catat jumlah pengulangannya.
Atensi dan Kalkulasi
4. Kurangkan 100 dengan 5, kemudian hasilnya berturut-turut 5 5
kurangnkan dengan 5 sampai penguranga kelima (100; 95;
90; 85; 80; 75). Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar.
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau
Eja secara tervalik kata “WAHYU”. Nilai diberikan pada
huruf yang benar sebelum kesalahan, missal “UYAHW”
Pengenalan Kembali (recalling)
5. Lansia diminta menyebut lagi 3 obyek di atas. 3 3
(pertanyaan ketiga)
Bahasa
6. Lansia diminta menyebut 2 benda yang ditunjukkan 2 2
perawat.
Misal : pensil, buku
7. Lansia diminta mengulangi ucapan perawat: 1 1
namun, tanpa, apabila
8. Lansia mengikuti 3 perintah : ambil kertas itu dengan 3 1
tangan kanan Anda, lipatlah menjadi dua, dan letakkan di
lantai
9. Lansia diminta membaca dan melakukan perintah: 1 1
Pejamkan mata Anda
10. Lansia diminta menulis kalimat singkat tentang pikiran/ 1 1
perasaan secara spontan di bawah ini. Kalimat terdiri dari 2
kata (subyek dan predikat) :
11. Lansia diminta menggambar bentuk di bawah ini : 1 1

Skor total 30 30
Interpretasi :
Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi :
(1) Skor ≤ 16 : Terdapat gangguan kognitif
(2) Skor 17-23 : Kemungkinan terdapat gangguan kognitif
(3) Skor 24-30 : Tak ada gangguan kognitif

Sumber :
Dimodifikasi dari Yellowless, P. (2002). MJA. Practice Essentials – Mental
Health: 1. Psychiatric assessment in community practice, Med. Jou. of Australia.
http//www.mja.com.au. diunduh pada tanggal 14 Nivember 2003.
PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF/AFEKTIF
(Short Portable Mental Status Questionnair/SPSMSQ)

A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tingkat intelektual klien, tingkat pengetahuan klien,
dan pendidikan klien.
2. Untuk mengetahui daya ingat klien.

B. INSTRUKSI
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini, dan cacat semua jawaban. Ajukan
pertanyaan 4 A hanya jika klen tidak mempunyai telepon. Cacat jumlah
kesalahan total berdasarkan sepuluh pertanyaan.
+ - PERTANYAAN
√ 1. Tanggal berapa hari ini? (Tanggal, bulan, tahun)
√ 2. Hari apa sekarang ini?
√ 3. Apa nama tempat ini?
√ 4. Berapa nomor telepon anda?
√ Dimana alamat anda? (tanyakan jika klien tidak memiliki telepon)
√ 5. Berapa umur anda?
√ 6. Kapan anda lahir?
√ 7. Siapa presiden indonesia sekarang?
√ 8. Siapa presiden anda sebelumnya?
√ 9. Siapa nama ibu anda?
√ 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun.
19 2 Jumlah kesalahan total

Dilengkapi oleh pewawancara :


Nama klien : Ny. A
Jenis kelamin :P
Pendidikan : SD
Nama pewawancara : Indri Yekholya
Tanggal pengkajian : 16 Maret 2021
Suku : Jawa

Penilaian :
Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh.
Kesalahan 3-4 : kerusakan intelektual ringan.
Kesalahan 5-7 : kerusakan intelektual sedang.
Kesalahan 8-10 : kerusakan intelektual berat.

Keterangan penilaian yang berhubungan dengan tingkat pendidikan.


Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan sekolah dasar.

Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subyek mempunyai
pendidikan diatas sekolah menengah
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Nama klien : Ny. A Tanggal : 16 Maret 2021


Jenis kelamin :L/P Umur : 73 tahun TB / BB : 155 cm / 54 kg
Agama : Kristen Suku : Jawa Gol. Darah : B
Tahun pendidikan : ……… SD ……… SLTP ………SLTA ………PT
Alamat : Tegaldlimo, Banyuwangi
Skor Kriteria
A Kemadirian dalam hal makan, kontinen, ke kamar kecil, berpakaian dan
mandi.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
B
tersebut.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
C
fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
D
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
E
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
F
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai C, D, E atau F.
THE BARTEL INDEX
Aktivitas Skor
Makan
0 = tidak mampu
5 = memerlukan bantuan, seperti memotong makanan, mengoleskan 10
mentega, atau memerlukan bentuk diet khusus
10 = mandiri/ tanpa bantuan
Mandi
0 = tergantung 5
5 = mandiri
Kerapian/ Penampilan
0 = memerlukan bantuan untuk menata penampilan diri
5
5 = mampu secara mandiri menyikat gigi, mengelap wajah, menaya
rambut dan bercukur
Berpakaian
0 = tergantung/ tidak mampu
5 = perlu dibantu tapi dapat melakukan sebagian 10
10 = mandiri (mampu mengancingkan baju, menutip resleting,
merapikan)
Buang air besar
0 = inkontinensia, atau tergantung pada enema
10
5 = kadang mengalami kesulitan
10 = normal
Buang air kecil
0 = inkontinensia, harus dipasang katetet, atau tidak mampu mengontrol
BAK secara mandiri 10
5 = kadang mengalami kesulitan
10 = normal
Penggunaan kamar mandi/ toilet
0 = tergantung
10
5 = perlu dibantu tapi tidak tergantung penuh
10 = mandiri
Berpindah tempat (dari tempat tidur ke tempat duduk, atau sebaliknya)
0 = tidak mampu, mengalami gangguan keseimbangan
5 = memerlukan banyak bantuan (satu atau dua orang) untuk bisa duduk 15
10 = memerlukan sedikit bantuan (hanya diarahkan secara verbal)
15 = mandiri
Mobilitas (berjalan pada permukaan yang rata)
0 = tidak mampu atau berjalan kurang dari 50 yard
5 = hanya bisa bergeraj dengan kursi roda, lebih dari 50 yard 15
10 = berjalan dengan bantuan lebih dari 50 yard
15 = mandiri (meskipun menggunakan alat bantu)
Menaiki/ menuruni tangga
0 = tidak mampu
10
5 = memerlukan bantuan
10 = mandiri
PENGKAJIAN RISIKO JATUH TUGT
TUGT (Time Up and Go Test)

A. Tujuan pengukuran:
Mengukur kecepatan terhadap aktivitas yang mungkin menyebabkan
gangguan keseimbangan.
B. Alat yang dibuthkan :
Kursi dengan sandaran dan penyangga lengan, stopwatch, dinding.
C. Waktu tes: 10 detik – 3 menit.
D. Prosedur tes :
1. Posisi awal lansia duduk bersandar pada kursi dengan lengan berada pada
penyangga lengan kursi.
2. Lansia mengenakan alas kaki yang biasa dipakai. Pada saat Perawat
memberi aba-aba “mulai” lansia berdiri dari kursi, boleh menggunakan
tangan untuk mendorong berdiri jika lansia menghendaki.
3. Lansia terus berjalan sesuai dengan kemampuannya menempuh jarak 3
meter menuju ke dinding, kemudian berbalik tanpa menyentuh dinding
dan berjalan kembali menuju kursi. Sesampainya di depan kursi lansia
berbalik dan duduk kembali bersandar. Waktu dihitung sejak aba-aba
“mulai” hingga lansia duduk bersandar kembali.

Lansia tidak diperbolehkan mencoba atau berlatih lebih dulu, stopwatch


mulai menghitung setelah pemberian aba-aba mulai dan berhenti
menghitung saat subyek kembali pada posisi awal atau duduk. Bila kurang
dari 10 detik, maka subjek dikatakan normal. Bila kurang dari 20 detik,
maka dapat dikatakan baik. Subjek dapat berjalan sendiri tanpa
membutuhkan bantuan. Namun bila lebih dari 30 detik, maka subjek
dikatakan memiliki problem dalam berjalan dan membutuhkan bantuan
saat berjalan. Sedangkan pada subjek yang lebih lama dari 40 detik harus
mendapat pengawasan yang optimal karena sangat beresiko untuk jatuh
(Shumway, 2000). Nilai normal pada lansia sehat umur 75 tahun, rata –
rata waktu tempuh yang dibutuhkan adalah 8,5 detik (Podsiadlo et al.,
1991).
Menurut Jacobs & Fox (2008), nilai normal lansia pada Time Up and Go
Test berdasarkan kategori umur yaitu :
Tabel 2.1.
Nilai Normal Time Up and Go Test
(Jacobs & Fox , 2008)

Nilai rata-rata Nilai Normal


Umur Jenis Kelamin ( detik ) ( detik )
60-69 Laki-laki 8 4-12
60-69 Perempuan 8 4-12
70-79 Laki-laki 9 5-13
70-79 Perempuan 9 5-15
80-89 Laki-laki 10 8-12
80-89 Perempuan 11 5-17

Jika skor < 14 detik; 87% tidak ada resiko tinggi untuk jatuh
Jika skor ≥ 14 detik; 87% resiko tinggi untuk jatuh
APGAR KELUARGA
SELALU KADANG- TIDAK
NO ITEMS PENILAIAN KADANG PERNAH
(2) (1) (0)
1. A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk √
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu dengan √
saya dan mengungkapkan masalah saya.
3. G : Growth
Saya puas bahwa keluarga (teman-teman)
saya menerima & mendukung keinginan √
saya untuk melakukan aktifitas atau arah
baru.
4. A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan √
berespon terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih atau mencintai.
5. R : Resolve
Saya puas dengan cara teman-teman saya
dan saya menyediakan waktu bersamasama √
mengekspresikan afek dan berespon

JUMLAH 8

Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
KUESIONER KUALITAS TIDUR
(Pittsburgh Sleep Quality Index/ PSQI)

1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam? 20.00 malam


2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam? 1-2 jam
3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi? 03.00 pagi
4. Berapa lama anda tidur dimalam hari? 4-5 jam

5 Seberapa sering masalah-masalah dibawah Tidak 1x 2x ≥3x


ini mengganggu tidur anda? pernah seminggu seminggu seminggu
a) Tidak mampu tertidur selama 30 menit sejak

berbaring
b) Terbangun ditengah malam atau terlalu dini √
c) Terbangun untuk ke kamar mandi √
d) Tidak mampu bernafas dengan leluasa √
e) Batuk atau mengorok √
f) Kedinginan dimalam hari √
g) Kepanasan dimalam hari √
h) Mimpi buruk √
i) Terasa nyeri √
j) Alasan lain ………
6 Seberapa sering anda menggunakan obat tidur √
7 Seberapa sering anda mengantuk ketika

melakukan aktifitas disiang hari
Tidak Hanya Antuasias Antusias
antusias sebagian Sedang Besar
Kecil
Antusias
8 Selama beberapa bulan yang lalu, seberapa
besar masalah yang Anda hadapi, apakah Anda √
antusias untuk menyelesaikan masalah tersebut?
Sangat Baik kurang Sangat
baik kurang
9 Pertanyaan preintervensi : Bagaimana kualitas

tidur anda selama sebulan yang lalu
Pertanyaan postintervensi : Bagaimana kualitas

tidur anda selama seminggu yang lalu
Keterangan Cara Skoring

Komponen :
1. Kualitas tidur subyektif  Dilihat dari pertanyaan nomer 9
0 = sangat baik
1 = baik
2 = kurang
3 = sangat kurang

2. Latensi tidur (kesulitan memulai tidur)  total skor dari pertanyaan nomer 2
dan 5a
Pertanyaan nomer 2:
≤ 15 menit = 0
16-30 menit = 1
31-60 menit = 2
> 60 menit = 3
Pertanyaan nomer 5a:
Tidak pernah = 0
Sekali seminggu= 1
2 kali seminggu = 2
>3 kali seminggu= 3
Jumlahkan skor pertanyaan nomer 2 dan 5a, dengan skor dibawah ini:
Skor 0 = 0
Skor 1-2 = 1
Skor 3-4 = 2
Skor 5-6 = 3

3. Lama tidur malam  Dilihat dari pertanyaan nomer 4


> 7 jam = 0
6-7 jam = 1
5-6 jam = 2
< 5 jam = 3

4. Efisiensi tidur  Pertanyaan nomer 1,3,4


Efisiensi tidur= (# lama tidur/ # lama di tempat tidur) x 100%
# lama tidur – pertanyaan nomer 4
# lama di tempat tidur – kalkulasi respon dari pertanyaan nomer 1 dan 3
Jika di dapat hasil berikut, maka skornya:
> 85 % = 0
75-84 % = 1
65-74 % = 2
< 65 % = 3
5. Gangguan ketika tidur malam  Pertanyaan nomer 5b sampai 5j
Nomer 5b sampai 5j dinilai dengan skor dibawah ini:
Tidak pernah = 0
Sekali seminggu= 1
2 kali seminggu = 2
>3 kali seminggu= 3

Jumlahkan skor pertanyaan nomer 5b sampai 5j, dengan skor dibawah ini:
Skor 0 = 0
Skor 1-9 = 1
Skor 10-18 = 2
Skor 19-27 = 3

6. Menggunakan obat-obat tidur  Pertanyaan nomer 6


Tidak pernah = 0
Sekali seminggu= 1
2 kali seminggu = 2
>3 kali seminggu= 3
7. Terganggunya aktifitas disiang hari  Pertanyaan nomer 7 dan 8
Pertanyaan nomer 7:
Tidak pernah = 0
Sekali seminggu= 1
2 kali seminggu = 2
>3 kali seminggu= 3

Pertanyaan nomer 8:
Tidak antusias = 0
Kecil = 1
Sedang = 2
Besar = 3

Jumlahkan skor pertanyaan nomer 7 dan 8, dengan skor di bawah ini:


Skor 0 = 0
Skor 1-2 = 1
Skor 3-4 = 2
Skor 5-6 = 3

Skor akhir: Jumlahkan semua skor mulai dari komponen 1 sampai 7


Skor 0-3 : kualitas tidur sangat baik
Skor > 3-9 : kualitas tidur baik
Skor > 9-14 : kualitas tidur kurang
Skor > 14 : kualitas tidur sangat kurang

Sumber :
Muhibin Syah, 2006, Psikologi Belajar, Rajawali Pers: Bandung
Slameto, 2010, Belajar Dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai