Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN PADA By. Ny “N” DENGAN NEONATUS CUKUP


BULAN USIA 2 JAM HARI PERTAMA DI PUSKESMAS KARANG
TALIWANG

DISUSUN OLEH :

@@@@@@@@
(@@@@@@@@)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIII
MATARAM
2019/2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Individu Praktik Laboratorium Klinik Tentang “Asuhan Kebidanan Pada


By. Ny. “N” Dengan Neonatus Cukup Bulan Usia 2 Jam Hari Pertama Di
Puskesmas Karang Taliwang, Ini Telah Disetujui Diajukan Untuk Di Seminarkan
Di Depan Pembimbing
Hari :
Tangal :

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

(Dian Soekmawati R. A., M. Keb) ( Roseana Serargi., S. Keb)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Individu Praktik Laboratorium Klinik Tentang “Asuhan Kebidanan Pada


By. Ny “N” Dengan Neonatus Cukup Bulan Usia 2 Jam Hari Pertama Di
Puskesmas Karang Taliwang” Telah mendapatkan pengesahan pada :

Hari :
Tanggal :

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

( Dian Soekmawati R. A., M. Keb) (Roseana Saragih ., S. Keb)

Mengetahui,
Prodi Kebidanan Jenjang D3
Ketua,

(Baiq Ricca Afrida, M. Keb)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena


dengan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang
berjudul "Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Di Ruang Bersalin Puskesmas
“Karang Taliwang"
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka
menyelesaikan program Praktik Kebidanan STIKES Yarsi Mataram.
Terselesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan
semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada
1. Zulkahfi S.Kep.,Ners.,M.Kes selaku Ketua STIKES YARSI Mataram
2. Dr Dewi Nurlita selaku Kepala Puskesmas Karang Taliwang
3. Baiq Ricca Afrida, M.Keb selaku Ka Prodi DIII Kebidanan STIKES YARSI
Mataram
4. Nurainun A.Md. Keb selaku Bidan Koordinator di Puskesmas Karang
Taliwang
5. Dian Soekmawati, R. A., M. Keb selaku pembimbing pendidikan yang telah
memberi kami bimbingan dalam Praktik Lapangan Kerja di Puskesmas
Karang Taliwang
6. Roseana Serargi., S. Keb selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
bimbingan kepada kami dalam Praktik Lapangan Kerja Puskesmas Karang
Taliwang
Dengan terselesainya laporan ini penulis menyadari bahwa banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penyusun berharap
semoga laporan asuhan kebidanan ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun
pembaca.
Mataram, 28 Desember 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................viii
DAFTAR TABEL .........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................ 2
1.3. Manfaat ...............................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................... 5
2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir ........................................................... 5
2.1.1 Pengertian Bayi Baru Lahir ....................................................... 5
2.1.2 Klasifikasi Neonatus .................................................................. 5
2.1.3 Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal ................................. 6
1) Pencegahan Infeksi ............................................................... 7
2) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi ....... 7
3) Pemotongan dan perawatan tali pusat .................................. 7
4) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) ............................................. 8
5) Pencegahan kehilangan panas .............................................. 8
6) Pemberian salep mata/ tetes mata ......................................... 8
7) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1
dosis tunggal di paha kiri...................................................... 9
8) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) ............................ 13
9) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL) .................................. 14
10) Pemberian ASI ekslusif ....................................................... 14
11) Cara Menyusui yang Benar ................................................ 16

v
2.1.4 Kunjungan Neonatus ................................................................ 19
1. Pengertian ........................................................................... 19
2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan .......................... 19
2.1.5 Teori Manajemen Kebidanan ................................................... 20
BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................... 31
I. Data Subyektif ............................................................................. 31
II. Data Obyektif ............................................................................... 34
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 42
4.1. Identifikasi Data Dasar ...................................................................... 42
4.2.Inteprestasi Data Dasar Dan Identifikasi Diagnosis Masalahs .......... 44
4.3. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial ........................................ 46
4.4. Identifikasi Kebutuhan Segera .......................................................... 46
4.5.Rencana Asuhan Menyeluruh ............................................................ 46
4.6. Pelaksanaan ....................................................................................... 46
4.7 Evaluasi .............................................................................................. 48
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 50
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 50
5.2 Saran ................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 53

vi
DAFTAR SINGKATAN

AKB = Angka Kematian Bayi


ASI = Air Susu Ibu
AKN = Angka Kematian Neonatus
AKABA = Angka Kematian Anak Balita
BAB = Buang Air Besar
BAK = Buang Air Kecil
DEPKES = Departement Kesehatan
IMD = Inisiasi Menyusui Dini
KN = Kunjungan Neonatus
KMK = Kurang Masa Kehamilan
LBW = Low Birth Weight
NCB = Neonatus Cukup Bulan
NKB = Neonatus Kurang Bulan
NLB = Neonatus Lebih Bulan
SMK = Sesuai Masa Kehamilan
SDKI = Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
SIDS = Sudden Infant Death Syndrome
WHO = World Healthy Organization

vii
DAFTAR GAMBAR

Dalam laporan kasus individu ini terdapat gambar tentang cara menyusu yang
baik dan benar:
Gambar 2.1 Gambar cara menyusui yang bai dan benar ................................ 8

viii
DAFTAR TABEL

Dalam laporan kasus individu ini terdapat tabel tentang penilaian Apgar Score
Pada Bayi Baru Lahir.
Tabel 2.1 Penilaian Apgar Score pada Bayi Baru Lahir ................................. 9

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai
dengan usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar
dari kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba bergantung pada ibu
menjadi di luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini terjadi
pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia kurang dari
satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai
masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya penanganan yang
tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan
kepada setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang
dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 28 hari (Riskesdas,
2013).
Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia anatara
lain bayi lahir prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan
bayi lahir dengan Asfiksia dan trauma. Dalam laporan WHO yang dikutip dari
State of the world’s mother dikemukakan bahwa 27% kematian neonates
disebabkan oleh Bayi Berat Lahir rendah (BBLR). Dari hasil studi mortalitas
survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa proposi
penyebab kematian neonatal kelompok umur 0-7 hari tertinggi adalah
premature dan bayi berat lahir rendah/LBW (35%), kemudian asfiksia lahir
(37,6%), penyakit penyebab kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari
tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsis, pneumoni,
diare,), kemudian problem feeding (14,3%).
Menurut Kemenkes RI (2016), Angka Kematian Neonatal (AKN),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)
merupakan indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak.
Kematian neonatal memiliki kontribusi terhadap kematian bayi sebesar 59%
di usia 0-28 hari. Berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan RI tahun

1
2012, Angka Kematian Neonatus (AKN) sebesar 19 per 1.000 kelahiran
hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan
hanya menurun 1 poin dibandingkan SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per
1.000 kelahiran hidup.
Selama ini upaya penurunan angka kematian bayi dan balita merupakan
salah satu prioritas dalam pembangunan kesehatan. Dalam dokumen Propenas
2000–2004, upaya-upaya ini termasuk dalam tiga program kesehatan nasional,
yaitu Program Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan
Masyarakat; Program Upaya Kesehatan; serta Program Perbaikan Gizi
Masyarakat.
Strategi dan usaha untuk mendukung upaya penurunan kematian bayi dan
balita antara lain adalah meningkatkan kebersihan (hygiene) dan sanitasi di
tingkat individu, keluarga, dan masyarakat melalui penyediaan air bersih,
meningkatkan perilaku hidup sehat, serta kepedulian terhadap kelangsungan
dan perkembangan dini anak; pemberantasan penyakit menular, meningkatkan
cakupan imunisasi dan, meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi
termasuk pelayanan kontrasepsi dan ibu, menanggulangi gizi buruk, kurang
energi kronik dan anemi, serta promosi pemberian ASI ekslusif dan
pemantauan pertumbuhan. (DepKes RI, 2001 )
Berdasarkan latar belakang diatas maka saya tertarik untuk mengambil
kasus Asuhan Kebidanan Neonatus pada By. Ny. “N” Usia 2 jam Hari
Pertama di Ruang Bersalin Puskesmas Karang Taliwang.
1.2 Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan dengan
penerapan manajemen kebidanan pada By. Ny “N” dengan Neonatus
normal menggunakan manajemen 7 langkah varney di Puskesmas Karang
Taliwang
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu identifikasi data dasar pada By. Ny “N” dengan
Neonatus normal di Puskesmas Karang Taliwang

2
b. Mahasiswa mampu menganalisa diaganosa pada kasus By. Ny “N’
dengan Neonatus normal di Puskesmas Krang Taliwang
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah potensial berdasarkan
diagnosis yang sudah di identifikasi pada kasus By. Ny “N” dengan
Neonatus normal di Puskesmas Karang Taliwang
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindakan
segera baik mandiri, kolaborasi, rujukan pada kasus pada By. Ny “N”
dengan Neonatus normal di Puskesmas Karang Taliwang
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan menyeluruh pada kasus By.
Ny “N” yang ditemukan berdasarkan langkah langkah sebelumya.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan pada kasus By. Ny “N” yang
sudah direncanakan dengan efesien dan aman.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi serta mengkaji ulang asuhan yang
tidak efektif pada By. Ny “N” dengan Neonatus normal di Puskesmas
Karng Taliwang
1.3 Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien
Klien dapat berhubungan langsung dengan tenaga kesehatan
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil guna meningkatkan
kesehatan dirinya dan jnainnya, serta memanfaatkan sarana kesehatan
ataupun tenaga kesehatan dengan kesadarannya sendiri.
2. Bagi Lahan
Dapat mengevaluasi mutu pelayanan asuhan kebidanan yang
diterapkan dan dapat memberikan dan meningkatkan pelayanan yang
komprehensif bagi pasien sehingga tetap tercermin citra kerja bidan yang
profesional.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat mengevaluasi sejauh mana mahasiswa mampu memahami dan
menerapkan teori yang telah diberikan dari institusi.

3
4. Bagi Mahasiswa
Mampu menerapkan asuhan kebidanan sesuai teori yang telah
didapatkan khususnya asuhan pada pasien dengan kehamilan normal.

4
BAB II
TUJUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


2.1.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia
satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggudan berat
badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir
2500-4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,
bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak
ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir
normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm,
lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit,
pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala
tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7,
refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro,
grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada pada
skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra
berlubang serta adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah
keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2010)
2.1.2 Klasifikasi Neonatus
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi
menurut Marmi (2015) , yaitu :
1) Neonatus menurut masa gestasinya :
a) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
b) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
c) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
2) Neonatus menurut berat badan lahir :
a) Berat lahir rendah : < 2500 gram

5
b) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c) Berat lahir lebih : > 4000 gram
3) Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi
dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
a) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
Dibawah ini merupakan penilaian Apgar Score Pada Bayi
Baru Lahir Menurut Varney, (2015).
Tabel 2.1 Penilaian Apgar Score Pada Bayi Baru Lahir
TANDA 0 1 2
Appearance Biru, pucat, Badan pucat, muda Semuanya merah
tungkai biru

Pulse Tidak teraba <100 >100


Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas / lumpuh Gerakan, Aktif/fleksi,
sedikit/fleksi tungkai baik/
tungkai reaksi melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak Baik, menangis
teratur kuat

Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variabel dinilai


dengan angka 0, 1 dan 2, nilai tertinggi adalah 10, selanjutnya
ditentukan keadaan bayi:Nilai 7-10 menunjukkan bayi baik
(vigorous baby), Nilai 4 6 menunjukkan depresi sedang dan
membutuhkan tindakan resusitasi, Nilai 0-3 menunjukkan bayi
mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera
sampai ventilasi
2.1.3 Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui
apakah transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan
dengan lancar dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif
dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan Pemeriksaan rutin pada bayi
baru lahir harus dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau

6
anomali kongenital yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per
1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang
terdeteksi pada saat antenatal, mempertimbangkan masalah potensial
terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan, dan
memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden
infant death syndrome (SIDS) (Lissauer, 2013).
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk
membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi
(Saifuddin, 2008).
Asuhan bayi baru lahir meliputi :
1) Pencegahan Infeksi (PI)
2) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak
dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga
pertanyaan :
a) Apakah kehamilan cukup bulan?
b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia
sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada
jalan napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan
RI, 2013)
3) Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi,
dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi
mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks kemudian bayi diletakkan di atas dada atau
perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan
tali pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi. Perawatan tali pusat
adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau mengoleskan

7
cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan sebelum
memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena
menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah
umbilikus (Lissauer, 2013).
4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi
tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,
menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan
berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu pertama
biasanya berlangsung pada menit ke 45-60 dan berlangsung selama 10-
20 menit dan bayi cukupmenyusu dari satu payudara (Kementerian
Kesehatan RI, 2013). Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam
waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan
kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi
masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan
perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K,
salep mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan
lagi kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI,
2013).
5) Pencegahan kehilangan panas
Melalui tunda mandi selama jam, kontak kulit bayi dan ibu serta
menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
6) Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan
infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis
(tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep
atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan

8
infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah
kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
7) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1dosis tunggal di
paha kiri
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh
sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pemberian
vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic disease of the
newborn dapat diberikan dalam suntikan yang memberikan pencegahan
lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan beberapa dosis
untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang pasti
pada bayi (Lissauer, 2013). Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6
jam setelah lahir (Lowry, 2014).
a. Pengertian Vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang dapat di larutkan di dalam
lemak dan terdapat pada Tumbuh-tumbuhan seperti wortel, bayam,
kubis. Hati dan ikan juga mengandung vitamin tersebut. vitamin K
juga dapat disintis dalam usus manusia dalam berbagai kuman yang
terdpat dalam usus besar seperti eschericha colli dan sebagainya,
vitamin K diserap oleh usus bersama-sama dengan lemak (Pudjianti,
2005, )
Vitammin K merupakan bahan pembentuk faktor pembekuan
darah. Karena itu, vitamin K sangat berperan penting dalam proses
pembekuanan darah. Kekurangan vitamin K dapat memperpanjang
proses pembekuan darah pada kulit, selaput lendir dan organ lain
dalam tubuh (Utami, 2006, hlm. 28).
b. Macam–Macam Vitamin K
Ada tiga bentuk vitamin K yaitu:
1. Vitamin K1 (phyloquninone) = yang terdapat pada sayuran
hijau.

9
2. Vitamin K2 (menaquinones) = yang disintesis oleh flora usus
normal seperti bacteroodes fragilis.
3. Vitamin K3 (menodione) = merupakan vitamin K sintetik (tiruan
yang terdapat di alam)
c. Defisiensi Vitamin K Defisiensi vitamin K menyebabkan
pembekuan darah berlangsung lebih lama, sehingga mudah terkena
homonorrhage, yakni keluarnya darah dari pembuluhnya. Angka
kecukupan vitamin K untuk bayi usia 0-6 bulan adalah 5 mg/ hari.
Terjadi perdarahan pada tali pusat, hidung, mulut, telinga, salurang
kemih, atau anus. Memar tanpa sebab (bukan karena terantuk
benda). Terjadi perdarahan pada bekas pengambilan darah sampai
lebih dari enam menit, padahal bagian tersebut sudah ditekan. Jika
terjadi perdarahan di otak, bayi tampak pucat, menangis melengking,
muntah-muntah, demam, ubun-ubun tampak menonjol, kadang
tampak kuning, dan akhirnya diikuti kejang (Dahlia, 2008, hlm. 6).
d. Fungsi Vitamin K Fungsi fitamin K pada bayi baru lahir adalah
mencegah terjadinya perdarahan pada otak, selain itu merupakan
bahan pembentuk faktor pembekuan darah pada kulit, selaput lendir,
dan organ lain dalam tubuh bayi (Utami, 2008, hlm. 28).
e. Fungsi Vitamin K
Fungsi fitamin K pada bayi baru lahir adalah mencegah terjadinya
perdarahan pada otak, selain itu merupakan bahan pembentuk faktor
pembekuan darah pada kulit, selaput lendir, dan organ lain dalam
tubuh bayi (Utami, 2008, hlm. 28).
f. Profilaksis Perdarahan Bayi Baru Lahir
Semua bayi baru lahir harus di berikan vitamin K1 injeksi I mg
(dosis tunggal) Intramuskuler di paha kanan atau kiri sesegera
mungkin untuk mencegah perdarahan pada bayi baru lahir
(perdarahan intrakranial) akibat difisiensi vitamin K yang di alami
oleh sebagian bayi baru lahir (Ikatan Bidan Indonesi, 2007, hlm.
106).

10
g. Dosis Pemberian Vitamin K
Pada Bayi Baru Lahir. Dosis Vitamin K1 (phytomenadione)
pada bayi baru lahir adalah: 10 mg/ml dosis tunggal, suntik IM (intra
muskular), atau oral, 3 kali 2mg, diberikan pada waktu bayi baru
lahir, umur 3 sampai 7 hari, dan pada saat bayi berumur 1 - 2 bulan.
Untuk bayi yang lahir ditolong oleh dukun maka diwajibkan
pemberian profilaksis vitamin K1 secara oral.
h. Peralatan dan Perlengkapan Dalam Pemberian Vitamin K
1. Vitamin K injeksi
2. Sarung tangan satu pasang
3. Sepuit seteril 1 cc (sepuit kecil)
4. Bak instrumen
5. Kom
6. Bengkok
7. Kapas basah (DTT)
8. Kapas kering
9. Waskom berisi larutan chlorin 0,5 %
10. Safety box
11. Wastafel/ tempat cucu tangan
12. Sabun biasa/ antiseptik
13. Handuk/ lap tangan
i. Prosedur pelaksanaan pemberian vitamin K
1. Sapa ibu dan bayi dengan ramah dan menginformasikan bahwa
bayinya akan di suntik
2. Cek kembali kepastian vitamin K injeksi.
3. Jelaskan hal-hal yang berkaitan denngan ijeksi yang akan di
berikan pada ibu: manfaat, efek samping, tempat injeksi, dan
lain-lain.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, keringkan
dengan handuk

11
5. Siapkan vitamin K injeksi yang akan diberikan dengan
mendekatkan meja yang tidak terkena matahari langsung.
6. Pakai sarung tangan (tidak perlu seteril hanya untuk melindungi
petugas dari infeksi).
7. Ambil vitamin K injeksi kemudian buka (patahkan) tutupnya.
8. Lepaskan tutup sepuit dengan tidak menyentuh jarum sepuit.
9. Masukkan vitamin K injeksi ke dalam sepuit kecil 1cc.
10. Keluarkan gelembung udara, pegang sepit tegak lurus dan tarik
penyumbatnya kemudian masukan perlahan.
11. Tentukan tempat injeksi di paha anterolateral di vastus lateralis.
12. Desinfeksi tempat penyuntikan dengan kapas (bukan kapas
alkohol).
13. Suntikkan vitamin K injeksi secara intramuskuler tegangkan
kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri (tangan yang
tidak dominan) tusukkan jarum kedalam kulit membentuk sudut
900. hapus darah dilokasi penyuntikan dengan kapas kering.
14. Masukan sepuit kedalam larutan kelorin, hisap larutan larutan
kelori ke dalam sepuit.
15. Buang sampah spuit ke dalam safety box.
16. Beritahu ibu tentang relaksasi lokal yang mungkin timbul rasa
sakit atau kemerahan dan pembengakan di sekitr tempat
penyuntikan. Relaksasi yang terjadi bersifat ringan dan
biasanya hilang setelah dua hari.
17. Bereskan semua peralatan yang digunakan dan pisahkan sampah
kering dan sampah basah
18. Cuci tangan di wadah larutan kelorin 0,5%, bersihkan
sarungtangan dan lepaskan secara terbalik
19. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan
handuk.
20. Amati reaksi pasca penyuntikan.
21. Ingatkan ibu untuk kunjungan ulang imunisasi

12
22. Pedokumentasian (yuli. 2009. hal. 41-43).
8) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan
kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
a. Imunisasi Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B (hepB) harus segera diberikan setelah lahir,
mengingat vaksinasi hepB merupakan upaya pencegahan yang
sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi
maternal dari ibu kepada bayinya (Ranuh, 2008).
b. Fungsi imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B ditujukan untuk memberi tubuh kekebalan
terhadap penyakit Hepatitis B (Proverawati, 2010).
c. Kandungan vaksin Hepatitis B
Kandungan vaksin ini adalah HBsAg dalam bentuk cair
(Proverawati, 2010).
d. Cara pemberian imunisasi Hepatitis B Imunisasi Hepatitis ini
diberikan melalui injeksi intramuskular dalam. Dosis pertama (HB-
0) diberikan segera setelah bayi lahir atau kurang dari 7 hari setelah
kelahiran. Vaksin ini menggunakan PID (Prefilled Injection Device),
merupakan jenis alat suntik yang hanya bisa digunakan sekali pakai
dan telah berisi vaksin dosis tunggal dari pabrik. Vaksin ini
diberikan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin tidak hanya diberikan pada
bayi. Vaksin juga diberikan pada anak usia 12 tahun yang di masa
kecilnya belum diberi vaksin Hepatitis B. Selain itu orang-orang
yang berada dalam rentan risiko Hepatitis B sebaiknya juga diberi
vaksin ini (Proverawati, 2010).
e. Efek samping Imunisasi Hepatitis B
Efek samping yang terjadi umumnya berupa reaksi lokal seperti rasa
sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan.

13
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari
(Proverawati, 2010). Kadang-kadang dapat menimbulkan demam
ringan untuk 1-2 hari (Ranuh, 2008).
f. Kontraindikasi imunisasi Hepatitis B Hipersensitif terhadap
komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini
tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai
kejang (Proverawati, 2010). Kehamilan dan laktasi bukan indikasi
kontra imunisasi VHB (Ranuh, 2008).
g. Jadwal imunisasi Hepatitis B
1) Imunisasi hepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12
jam) setelah lahir, mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil
mengidap Hepatitis B aktif dengan risiko penularan kepada
bayinya sebesar 45%.
2) Imunisasi hepB-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari
imunisasi hepB-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk
mendapat respons imun optimal, interval imunisasi hepB-2
dengan hepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka
imunisasi hepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
9) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan
tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar
kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. saat kunjungan
tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7
hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
10)
10) Pemberian ASI eksklusif
a. Pengertian ASI Ekslusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
minuman tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika
memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan

14
pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif
mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada
bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi
kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI
Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi
baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.
b. Manfaat ASI
ASI memiliki banyak manfaat selain bermanfaat untuk bayi
namun dapat pula bagi ibu bayi yang menyusui. Manfaat ASI bagi
bayi yaitu:
a. Menurut UNICEF (2013) seorang anak yang diberikan ASI
memiliki kesempatan untuk bertahan hidup tiga kali lebih besar
dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan ASI.
b. ASI dapat mencerdaskan mental maupun kognitif bayi, meiliki
risiko yang lebih kecil dari terserangnya infeksi diare, otitis
media, infeksi saluran pernafasan dan lain-lain (Haryono, 2014).
c. ASI merupakan makanan alami yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis, mudah dicerna, zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga
melindungi dari infeksi gastrointestinal. ASI tidak mengandung
beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
Manfaat ASI bagi ibu yang menyusui untuk bayinya yaitu
dengan menyusui mengurangi perdarahan post partum. ASI juga
dapat mengurangi kemungkinan terjadi kanker payudara pada masa
yang akan datang (Gupte, 2014). Menyusui dapat pula mengurangi
kemungkinan terjadi kanker ovarium, dan penurunan risiko diabetes
tipe 2 (Stanley, 2010). Ibu yang memberikan ASI eksklusif pada
bayinya juga efektif menurunkan berat badan dibandingkan dengan
yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu terdapat perbedaan 0.02
kg (Harum, 2013).

15
c. Komposisi ASI
S
Kandungan yang terdapat di dalam ASI Protein (g %) , Lemak (g
%), Laktosa (g %), Kalori (kcal/100ml), Natrium (g %), Kalium (g
%), Kalsium (g %), Fosfor (g %) (Boedihartono, 2002)
11) Cara Menyusui Yang Benar
a. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005, p.31) 1) Ibu
duduk atau berbaring dengan santai
1) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala
2) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara
3) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
4) Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu
garis dengan leher dan lengan bayi
5) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu.
b. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005, pp.26-
32)
1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain
menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara
dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang
areola (kalang payudara)
2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut
puting susu.
3) Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar
dan lidah ke bawah
4) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara
menekan bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala 5)
Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan-
hadapan dengan hidung bayi

16
5) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit
mulut bayi
6) Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut
bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-
langit yang keras (palatum durum) dan langit- langit lunak
(palatum molle)
7) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan
gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus
lactiferous yang terletak dibawah kalang payudara
8) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
9) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan
hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas.
Hal itu tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari
payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
10) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk
mengelus- elus bayi
11) Cara Menyendawakan Bayi
a) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan
perlahan-lahan diusap punggung belakang sampai
bersendawa
b) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau
tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya
c. Langkah – langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009) 1) Ibu
mencucui tangan sebelum menyusui bayinya
1) Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak
sejajar punggung kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak
menggantung
2) Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu
dan aerola sekitarnya

17
3) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung
siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan
4) Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan
satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala
bayi menghadap ke payudara
5) Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis
lurus
6) Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menopang dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola
7) Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi
sebelum menyusui
8) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang
atau disangga lagi.
9) Ibu menatap bayi saat menyusui
10) Pasca Menyusui
a) Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan
ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi
ditekan ke bawah
b) Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan
kering dengan sendirinya
11) Menyendawakan bayi dengan :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan atau
b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian
punggungnya di tepuk perlahan-lahan.
12) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi
menginginkan (on demand)
d. Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004, p.51)
1) Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan.

18
2) Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.
3) Bayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara
selama 5-7 menit.
Dibawah ini merupakan cara menyusu yang baik dan benar
Menurut (KemKes, 2016).

Gambar 2.1 cara menyusu yang baik dan benar (KemKes, 2016).
2.1.4 Kunjungan Neonatus
1. Pengertian Kunjungan Neonatus
Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada
neonatus sedikitnya 3 kali yaitu kunjungan neonatal I (KN1) pada 6
jam sampai dengan 48 jam setelah lahir, kunjungan neonatal II
(KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari, kunjungan neonatal III (KN3) pada
hari ke 8 – 28 hari. Pelayanan kesehatan diberikan oleh
dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di puskesmas atau melalui
kunjungan rumah. Pelayanan yang diberikan mengacu pada
pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada algoritma
bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM) termasuk ASI
ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, perawatan
talipusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB-0 diberikan

19
pada saat kunjungan rumah sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak
diberikan pada saat lahir) (Kemenkes RI, 2010).
Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan
kesehatan neonatal dasar (ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, tali pusat,pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak
diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1
apabila tidak diberikan pada saat lahir dan manajemen terpadu
bayi muda).
Berdasarkan Profil Kesehatan Jateng 2011, kunjungan
neonatal menurut Permenkes 741/ Th. 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagi
menjadi 3 yaitu :
1) Kunjungan Neonatal ke satu (KN1) Adalah kunjungan neonatal
pertama kali yaitu pada hari pertama sampai hari kedua.
2) Kunjungan Neonatal ke dua (KN2) Adalah kunjungan neonatal
yang kedua kalinya yaitu pada hari kedua sampai hari ke tujuh.
3) Kunjungan Neonatal ke tiga (KN3) Adalah kunjungan neonatal
yang ketiga kalinya yaitu pada hari ke tujuh sampai hari ke dua
puluh delapan
2.1.5 Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan
ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Asuhan kebidanan juga merupakan aplikasi atau penerapan dari
peran, fungsi, dan tanggung jawab bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan sesuai kewenangan bidan dan kebutuhan klien
dengan memandang klien sebagai makhluk biopsikososial kultural
secara menyeluruh yang berfokus kepada perempuan (Yulifah dan
Surachmindari, 2014).

20
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengoorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
keterampilan dalam rangkaian keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh
dan menyeluruh dari bidan kepada kliennya, yang merupakan suatu
proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan dan
langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan
data-data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan
keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat (Sianturi ,
2015:61).
2. Langkah-Langkah Manajemen Asuhan Kebidanan
Menurut Varney 2015, proses manajemen kebidananan terdiri
dari 7 (tujuh) langkah/step, yaitu sebagai berikut:
a. Langkah 1: pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap, yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan
sebelumnya, serta meninjau data laboratorium dan
membandingkan dengan hasil studi.
Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama
overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari
langkah-langkah tersebut), karena data yang diperlukan diambil
dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik
yang lain.
Pada langkah ini penulis tidak merasaada hambatan dalam
pengumpulan data dasarawal yang lengkap karenaadanya kerja
sama yang baik antara orang tua bayi, perawat, bidan dan dokter
yang ada diruangan untuk mendapatkan informasi atau datadari

21
orang tua bayi yaitu nama/identitas lengkap, serta ibu
mengatakan bayinya lahir tanggal 7 agustus 2017 jam 09.00
Wita dengan kaki/tangan teraba dingin dengan usia gestasi 39
minggu 4 hari, bayi telah dirawat dibawah infant warmer,JK:
perempuan, BB: 2800 gram, PB: 48 cm, AS: 8/9 dan pengukuran
antropometri dan melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik
sesuai dengan penyakit pada bayi tersebut sehingga
memudahkan tindakan selanjutnya.
1) Pengkajian setelah lahir
Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru
lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus
yaitu dengan penilaian APGAR, meliputi:
2) Pengkajian keadaan fisik
Data subjektif bayi baru lahir yang harus dari riwayat
kesehatan bayi baru lahir yang penting adalah:
a) Faktor genetic
b) Faktor maternal (ibu)
c) Faktor antenatal
d) Faktor perinatal
Data objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan
antara lain :
a) Pemeriksaan umum
Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar
kepala yang dalam keadaan normal berkisar 33-35 cm,
LD: 30,5-33 cm, PB: 45-50 cm dan BB bayi 2500-4500
gram.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir bervariasi
dalam berespon terhadap lingkungan.

22
(1) Suhu bayi
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara
36,5-37,5 oC pada pengukuran diaksila.
(2) Nadi
Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali
permenit.
(3) Pernafasan
Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur
kedalaman, kecepatan, iramanya.Pernafasannya
bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit.
(4) Tekanan darah
Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk
diukur secaraadekuat.Rata-rata tekanan darah pada
waktu lahir adalah 80/64 mmHg.
c) Pemeriksaan fisik secara sistematis (head too toe)
Pemeriksaan fisik secara sistematis pada bayi baru
lahir dimulai dari:
(1) Kepala
Periksa adanya trauma kelahiran misalnya:
caputmsuksedaneum, sefalhematoma, perdarahan
subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.
(2) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah
matang.Perhatikan letak daun telinga.Daun telinga
yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada
bayi yang mengalami sindrom tertentu.
(3) Mata
Periksaadanya trauma seperti palpebra, perdarahan
konjungtivaatau retina, adanya secret pada mata,

23
konjungtivitas oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan.
(4) Hidung atau mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya
harus rata dan simetris, bibir dipastikan tidak adanya
sumbing dan langit-langi harus tertutup.Refleks
hisap bayi harus bagus, dan berespon terhadap
rangsangan.
(5) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak
lipatan tebal.Periksaadanya pembesaran kelenjar
tiroid dan vena jugularis.Adanya lipatan kulit yang
berlebihan dibagian belakang leher menunjukkan
adanya kemungkinan trisomi 21.
(6) Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat
bernafas.Apabila tidak simetris kemungkinan bayi
mengalami pneumotorik, paresis diafragma atau
hernia diafragmatika.Pernafasan yang normal
dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan.
(7) Bahu, lengan dan tangan
Periksa jumlah jari.Perhatikan adanyaplidaktil atau
sidaktil.Telapak tangan harus dapat terbuka, garis
tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan
abnormalitas kromosom seperti trisomi.
(8) Perut
Perut tampak harus bulat dan bergerak secara
bersamaandengan gerakan dada saat bernafas.Kaji
adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung
kemungkinan terdapat hernia diafragmatika.

24
(9) Kelamin
Pada lekukan labia mayora normalnya menutupi
labia minora dan klitoris.Klitoris normalnya
menonjol.Pada bayi laki laki rugae normalnya
tampak pada skrotum dan kedua testis turun kedalam
skrotum.
(10) Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan
baik dengan gerakan yan gsimetris. Refleks
menggengam normalnyaada.Ekstremitas bagian
bawah normalnya pendek, bengkok dan fleksi
dengan baik.Nadi femoralis dan pedis
normalnyaada.
(11) Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi,
cari adanya tanda-tandaabnormalitas seperti spina
bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau
bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan
adanyaabnormalitas, medulla spinalis atau kolumna
vertebrata.
(12) Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena untuk
menjaga kehangatan tubuh bayi), warna,
pembengkakan atau bercak bercak hitam, tanda-
tanda lahir.Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang
banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
(13) Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada
pada waktu lahir dan tetap tidak berubah sampai
dewasa. Beberapa refleks lain normalnyaada waktu
lahir, yang menunjukkan imaturitas neurologis,

25
Tidakadanya refleks- refleks ini menandakan
masalah neurologis yang serius.
b. Langkah 2 : Identifikasi diagnosis/masalah actual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi/interpretasi yang
benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis
aktual terhadap bayi baru lahir yaitu APGAR score, pemeriksaan
fisik, tanda-tanda vital serta di temukannya aspek pada BBL
diantara di dalam teori dikatakan bahwa tanda-tanda hipotermia
yaitu Suhu badan <36 derajat celcius, Seluruh badan terasa
dingin disertai gejala, Bayi tampak lesu atau mengantuk,
Mengantuk dan letargis, Kemampuan menghisap lemah. Adanya
diagnosa masalah aktual yang dapat diidentifikasikan pada BBL
dengan hipotermia.
c. Langkah 3:Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnose
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
potensial lain yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, jika memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial ini benar-
benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan
yang sama.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian
diagnosaatau masalah potensial pada BBL adalah berpotensi
terjadi hipotermia.Hipotermia adalah bayi yang kaki dan
tangannya terasa dingin dan sering menangis karena produksi
panas yang kurang akibat sirkulasi masih belum sempurna,
respirasi masih lemah dan konsumsi oksigen rendah, inaktifitas

26
otot serta asupan makanan rendah.Faktor lain dikarenakan
kehilangan panas yang tinggi. Komplikasi yang mungkin akan
terjadi seperti:
Hipoglikemiaasidosis metabolik, karena vasokonstriksi
perifer dengan metabolisme anaerob, kebutuhan oksigen yang
meningkat, metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan
terganggu, gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan
perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermia berat, Shok.
d. Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan
Penanganan Segera
Mengeidentifikasi perlunnya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim yang lain yang sesuai dengan
kondisi klien. Langkah keempat ini mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan dari data yang
dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi
sesuai kebutuhan klien yaitu penanganan segera pada bayi baru
lahir dengan hipotermia seperti: kontak kulit dengan kulit,
perawatan metode kangguru (PMK), Inisiasi menyusui dini
(IMD)dan inkubator.
e. Langkah 5: Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau
masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini
informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi tentang
hal yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman

27
antisipasi terhadap bayi tersebut tentang hal yang akan terjadi
berikutnya.
Pada langkah ini perlu asuhan yang menyeluruh adapun
penanganan atau upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
kehilangan panas dari tubuh bayi adalah:
1. Keringkan bayi secara seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah bayi
lahir untuk mencegah kehilangan panas secara
evaporasi.Selain untuk menjaga kehangatan tubuh bayi,
mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga merupakan
rangsangan taktil yang dapat merangsang pernafasan bayi.
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan
hangat
Bayi yang di selimuti kain yang sudah basah dapat
terjadi kehilangan panas secara konduksi.Untuk itu setelah
mengeringkan tubuh bayi, ganti kain tersebut dengan selimut
atau kain yang bersih, kering dan hangat.
3. Tutup bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi merupakan permukaan yang relatif
luas dan cepat kehilangan panas.Untuk itu tutupi bagian
kepala bayi agar bayi tidak kehilangan panas.
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Selain untuk memperkuat jalinan kasih sayang ibu dan
bayi, kontak kulit antara ibu dan bayi akan menjaga
kehangatan tubuh bayi. Untuk itu anjurkan ibu untuk
memeluk bayinya.
5. Perhatikan cara menimbang bayi atau jangan segera
memandikan bayi baru lahir.
a) Menimbang bayi tanpa alas timbangan dapat
menyebabkan bayi mengalami kehilangan panas secara

28
konduksi. Jangan biarkan bayi ditimbang telanjang.
Gunakan selimut atau kain bersih.
b) Bayi baru lahir rentan mengalami hipotermi untuk itu
tunda memandikan bayi hingga 6 jam setelah lahir.
(1) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Jangan tempatkan bayi di ruang ber-
AC.Tempatkan bayi bersama ibu (rooming in).Jika
menggunakan AC, jaga suhu ruangan agar tetap
hangat.
(2) Jangan segera memandikan bayi baru lahir
Bayi baru lahir akan cepat dan mudah
kehilangan panas karena sistem pengaturan panas di
dalam tubunya belum sempurna. Bayi sebaiknya di
mandikan minimal enam jam setelah lahir.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama
setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang
sangat membahayakan kesehatan bayi baru
lahir(Indrayani, 2013).
f. Langkah 6: Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ke-6 ini, perencanaan yang menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah 5 dilaksanakan secara
efesien dan aman.Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian oleh klien atau anggotatim kesehatan lainnya
dalam menangani klien.Langkah ini memerlukan pelaksanaan
asuhan kebidanan pada BBL sesuai tindakan yang yang telah
direncanakan sebelumnya dan memerlukan tindakan segera
sesuai kebutuhan klien dan memberikan penanganan yang baik
sesuai standar operasional kesehatan.

29
g. Langkah 7: Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah
dan diagnosis.Evaluasi merupakan tahapan akhir dari asuhan
kebidanan yang penting guna mengetahui sejauh mana kemajuan
dan keberhasilan telah dicapai dalam evaluasi dan pemantauan
dalam perencanaan tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif pelaksanaannya. Mengevaluasiapakah penanganan
bayi baru lahir dengan hipotermiatelah diberikan dengan
semaksimal mungkin dan komplikasi komplikasi yang mungkin
terjadi dapat teratasi.

30
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BY. NY “N” DENGAN NEONATUS CUKUP BULAN
USIA 2 JAM HARI PERTAMA DI PUSKESMAS KARANG TALIWANG

Tanggal pengkajian : Sabtu, 14/12/2019


Jam : 23:00 WIB
No rekam medik :-
Tempat pengkajian : Puskesmas Karang Taliwang/ Ruang Bersalin

LANGKAH I PENGKAJIAN
I. DATA SUBYEKTIF
A. Identitas
1. Identitas bayi
Nama : By. Ny. N
Umur bayi : 2 jam
Tgl / jam lahir : 14-12-2019 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : 14/12/2019
Anak ke : Anak ke 1/ Anak Pertama

2. Identitas orang tua


Identitas klien
Nama Ayah : Tn. S Nama ibu : Ny. N
Umur : 25 Tahun Umur : 26 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : sasak Suku /bangsa : Sasak
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Dagang Pekerjaan : IRT
Alamat : Nesa Utara Alamat : Nesa Utara

31
B. Keluhan utama / alasan kunjungan
Ibu datang ke Puskesmas Karang Taliwang untuk memeriksa keadaan
bayinya dan juga imunisasi Vitamin K dan Hb0 kepada bayinya
C. Riwayat keluhan utama
Tidak Ada
D. Riwayat antenatal
Penyakit / kesehatan ibu dan pengobatan
Sebelum hamil : Ibu mengatan tidak ada
Selama hamil ( trimester I, II, III) : Ibu mengatakan riwayat antenatal
3x dalam masa kehamilan (
Perdarahan / pre eklamsi / eklamsi
/ penyakit kelamin / DM / anemia /
jantung, dll)
Kebiasaan waktu hamil
Makan : 3-4 x/hari (nasi,ikan,sayur)
Obat / jamu : ibu mengatakan mengkonsumsi
tablet Fe
Merokok : ibu mengatakan tidak merokok
Aktivitas : ibu mengatakan hanya
mengerjakan pekerjaan rumah
Lain-lain : -
E. Riwayat proses persalinan
Umur kehamilan : 9 bulan
Tempat bersalin : Puskesmas Karang Taliwang
Ditolong oleh : Bidan
BBL/PBL : 3.250 gram / 49 cm
Menetek pertama kali IMD : Bayi Sudah dilakukan IMD 1 Jam
Imunisasi : Bayi sudah disuntikan vitamin K1 dan
diberikan imunisasi HB 0

32
a. Penilaian APGAR 5 menit pertama
TANDA 0 1 2
Appearance Biru, pucat, Badan pucat, Semuanya
tungkai biru muda merah
Pulse Tidak teraba <100 >100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas / Gerakan, Aktif/fleksi,
lumpuh sedikit/fleksitungkai baik/
tungkai reaksi
melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak Baik,
teratur menangis kuat

Jadi pada 5 menit pertama didapatkan nilai APGAR = 7


b. Penilaian APGAR 5 menit kedua
TANDA 0 1 2
Appearance Biru, pucat, Badan pucat, Semuanya
tungkai biru muda merah
Pulse Tidak teraba <100 >100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas / lumpuh Gerakan, Aktif/fleksi,
sedikit/fleksi tungkai baik/
tungkai reaksi
melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak Baik,
teratur menangis kuat

Jadi pada 5 menit kedua didapatkan nilai APGAR = 9


F. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nurtisi
 Makan
Frekuensi : Tidak ada
Porsi : Tidak ada
Jenis makanan : Tidak ada
 Minum
Frekuensi : 2 jam sekali
Porsi : Dua payudara,kiri dan kanan
Jenis : ASI ( kolustrum)

33
b. Eliminasi
 BAB
Frekuensi : 1x segera setelah bayi lahir
Konsistensi : Kental
Warna : Hijau kehitaman
Keluhan : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 1x segera setelah bayi lahir
Warna : Kuning jernih
Keluhan : Tidak ada
c. Personal hygiene
Mandi : Tidak ada
Keramas : Tidak ada
Ganti pakaian : Tidak ada
G. Riwayat imunisasi
Jenis Tgl Tgl Tgl Tgl
Keterangan
imunisasi imunisasi imunisasi imunisasi imunisasi
BCG -
Polio -
DPT -
HB0 14/12/19
Campak -
Vitamin K1 Tanggal : 14/12/19
II. DATA OBYEKTIF
A. Riwayat kesehatan saat ini
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Pemeriksaan bayi
1. Pemeriksaaan awal
Aktivitas : -
Warna kulit : Merah muda

34
Tangisan : Menangis kuat
2. Tanda vital
Suhu : 36,5 °C Nadi : 120 x/m
Pernafasan : 50 x/m jantung :120 x/m
Pemeriksaan Antropometri
Berat badan saat ini : 3.250 (gr)
Panjang badan saat ini : 49 (cm)
Lingkar dada : 33 (cm)
Lingkar kepala : 32 (cm)
Lingkar perut : 33 (cm)
3. Kepala
Simetris / asimetris / cephal hematoma / microcephalus /
macrocephalus / caput succedanium/ hidrocephalus / luka lecet /
oedema/ mongoloid
Sutura : Normal / melebar / moulage
Frontanel : Normal / cekung / cembung
Lain – lain jelaskan :
Mata
Simetris
Tanda – tanda infeksi : Tidak ada
Perdarahan pada kornea : Tidak ada perdarahan
Kelopak mata terbuka / tertutup : Ya, ada
Refleks pupil : Ya, ada
Refleks mengedip : Ya, ada
4. Telinga : Simetris , bersih, normal/kelainan
jelaskan
5. Hidung : Normal / kelainan jelaskan
6. Mulut
simetris : Normal
warna : Warna kemerahan
bibir dan langit – langit : Bibir tidak sionosis

35
periksa adanya sumbing : Tidak ada bibir sumbing pada bayi,
bibir normal
refleks rooting :Baik,terbukti saat bayi menoleh
saat disentuh pipi
refleks sucking : Baik, terbukti saat bayi menghisap
putting ibu
refleks swallowing : Baik, terbukti saat bayi menelan air
ASI ibu
Leher
Pembengkakan : Tidak ada
benjolan : tidak ada
Dada
Bentuk : Simetris
Puting : Simetris,menonjol
Pembesaran mamae : Tidak ada pembesaran mamae
7. Abdomen
bentuk : simetris
penonjolan pada tali pusat saat menagis : terlihat menonjol
bising usus :Positif / negatif , meningkat /
menurun
meteorismus : Ya / tidak
talipusat
berdarah : Ya / tidak
bau : Ya / tidak
lain-lain jelaskan : -
Bahu, tangan dan lengan
bentuk : Simetris
gerakan normal : Bergerak aktif
warna : Kemerahan
jumlah jari : Lengkap
refleks grasping : Baik

36
refleks tonic neck : Positif
Genitalia
1. Perempuan
labia mayora dan minora : Ada normal
vagina berlubang : Ya / tidak
uretra berlubang : Ya / tidak
miksi dalam 24 jam : 1x dalam 24 jam
kelainan (keluhan ) : Tidak ada
2. Laki – laki
dua testis dalam skrotum :-
penis berlubang pada ujung : -
miksi dalam 24 jam : -
kelainan (keluhan ) :-
8. Tungkai dan kaki
bentuk : Simetris
gerakan : Bergerak aktif
warna : Kemerahan
jumlah jari : Lengkap 10 jari
jumlah kaki : Lengkap 10 jari
refleks babynsky : Normal
refleks walking : Belum bisa berjalan
Punggung
Benjolan : Tidak ada
spina bifida : Tidak ada
lain-lain :-
9. Anus
adanya anus : Normal
pengeluaran mekonium dalam 24 jam : 1x dalam 24 jam
warna mekonium : Warna hitam
keluhan : Tidak ada

37
10. Kulit
verniks : Ada
lanugo : Tidak terlihat
warna : Merah muda
pembengkakan bercak hitam (tanda lahir) : Tidak ada
lain – lain jelaskan : Tidak ada

B. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium (tidak dilakukan pemeriksaan)
b. Radiologi ( tidak dilakukan pemeriksaan)
LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR DAN INDENTIFIKASI
DIAGNOSIS/MASALAH
Diagnosa / masalah :
By. Ny “N” dengan Neonatus Cukup Bulan usia 2 jam hari pertama
DS :
1. Ibu mengatakan melahirkan anak pertama dengan usia kehamilan 9 bulan
tanggal 14/12/2019 Pukul : 23:00 WIB
2. Ibu mengatakan berat badan lahir bayinya 3. 250 gram
3. Ibu mengatakan ingin imunisasi Vitamin K dan Hb0 kepada bayinya
DO :
1. UK 39 minggu
2. Suhu : 36,5 °C
3. Nadi : 120 x/m
4. Pernafasan : 50 x/m
5. Jantung :120 x/m
6. Berat badan saat ini : 3.250 (gr)
7. Panjang badan saat ini : 49 (cm)
8. Lingkar dada : 33 (cm)
9. Lingkar kepala : 32 (cm)
10.Lingkar perut : 33 (cm)

38
LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Diagnosa / masalah potensial : Tidak ada.
LANGKAH IV : IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Mandiri : Bidan
Kolaborasi :
Rujukan :
LANGKAH V : RENCANA ASUHAN MENYELURUH
Rencana asuhan :
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan tanda vital bayinya
2. Beritahu ibu cara menghangatkan bayi agar bayi tetap hangat
3. Berikan ibu konseling tentang pemberian ASI Ekslusif
4. Beritahu ibu cara menyusui bayinya dengan benar
5. Beritahu ibu bahwa bayinya akan diberikan salep mata dan manfaat dari
pemberian salep mata, beritahu ibu bahwa bayinya akan disuntikkan
vitamin K1 dan manfaat vitamin K1 untuk bayinya, beritahu ibu bahwa
bayinya akan diimunisasi Hb0 dan beritahu manfaat dari Hb0
LANGKAH VI : PELAKSANAAN
Tanggal : 14/12/2019
Jam : 23:00
Implementasi :
1. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan
antropometri bayi ibu normal yaitu
suhu : 36,5 °C Nadi : 120 x/m
pernafasan : 50 x/m jantung :120
berat badan saat ini : 3.250 (gr)
panjang badan saat ini : 49 (cm)
lingkar dada : 33 (cm)
lingkar kepala : 32 (cm)
lingkar perut : 33 (cm)
2. Memberitahu ibu cara menghangatkan bayi dengan cara kontak kulit bayi dan
ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.

39
3. Memberikan konseling kepada ibu tentang pemberian ASI ekslusif karena ASI
dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, dapat mengembangkan kecerdasan
bayi dan ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
yang seimbang dan disesuaikan dengan pertumbuhan bayi.
4. Memberitahukan ibu cara menyusui bayinya dengan benar
1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang
dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk
dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang payudara)
2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara
menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.
3) Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah
ke bawah
4) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu
belakang bayi bukan bagian belakang kepala 5) Posisikan puting susu
diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan dengan hidung bayi
5) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut bayi
6) Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit- langit yang keras
(palatum durum) dan langit- langit lunak (palatum molle)
7) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan
memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak
dibawah kalang payudara
8) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara
tidak perlu dipegang atau disangga lagi
9) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung
bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu
karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu
10) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus
bayi

40
5. Memberitahu ibu manfaat dari dari pemberian salep mata pada bayi untuk
pencegahan infeksi mata, memberitahu ibu manfaat dari vitamin K1 yanga
akan disuntikan kepada bayinya untuk pencegahan perdarahan, memberitahu
ibu manfaat dari imunisasi Hb0 yang akan diberikan pada bayinya yang
bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi
yang dapat menimbulkan kerusakan hati.
LANGKAH VII: EVALUASI
Tanggal :14/12/2019
Jam :21:00
Evaluasi :
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan tanda vital bayinya normal
2. Ibu sudah mampu mengulang kembali apa yang dijelaskan bidan tentang cara
menghangatkan bayi
3. Ibu sudah mampu mengulangi penjelasan dari bidan tentang pemberian ASI
ekslusif
4. Ibu sudah mampu mengulangi penjelasan dari bidan tentang cara menyusui
yang benar pada bayinya
5. Ibu sudah mampu mengulangi penjelasan yang diberikan bidan tentang
manfaat dari pemberian salep mata pada bayi ibu, ibu sudah mampu
mengulangi penjelasan dari bidan tentang pemberian manfaat dari vitamin K1,
ibu sudah mampu mengulangi penjelasan dari bidan tentang manfaat dari
imunisasi Hb0, ibu sudah mampu mengulangi penjelasan dari bidan tentang
supaya untuk tetap imunisasi bayinya secara rutin

41
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Data Dasar


1. Data Subyetif
By. Ny.”N” dengan Neonatus Cukup Bulan usia 2 jam hari
pertama BBL : 3.250 gram dan PBL 49cm,bayi sudah dilakukan IMD
lama 1 jam, bayi BAB dan BAK segera setelah frekuensi 1x segerah
setelah lahir, bayi sudah disuntikan vitamin K1 pada paha kiri dan bayi
sudah diberikan imunisasi Hb0 pada paha kiri. lahir,warna mekonium
hijau kehitaman dan warna urin bayi kuning jernih,
Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2010) Bayi baru lahir
(neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir adalah bayi
berusia 1-2 jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat
badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010). Menurut (Kementrian
Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat
badan lahir 2500-4000 gram, umur kehamilan 37-42 minggu. Jadi pada
tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan karena sesuai
dengan teori
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2013) Setelah bayi lahir dan tali
pusat dipotong, segera setelah bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi
kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD selama 1 jam.
Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian
besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit,
menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke 45-60 dan
berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu
payudara. Jadi pada tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat
kesenjangan karena sesuai dengan teori. Jadi pada tinjauan kasus dan
tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan karena sesuai dengan teori.
Pada usia 2 jam bayi Ny. “N” sudah BAB warna hitam kehijauan
(mekonium). Menurut penelitian, hal ini menunjukkan keadaan fisiologis.

42
Mekonium adalah feses pertama bayi, hal ini bagus karna menandakan
system pencernaan bayi bayi baru lahir sedang melakukan tugasnya
mengeluarkan zat sisa dari tubuh bayi. Normalnya feses ini akan
dikeluarkan bayi setelah lahir, kira-kira 24 jam pertama setelah kelahiran.
Jadi pada tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan
karena sesuai dengan teori.
Menurut vivian (2010), proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi
24 jam pertama setelah bayi lahir. Feses bayi baru lahir berwarna hijau
kehitaman, konsistensi mekonium lebih kental dan lengket. Feses bayi
yang keluar akan berubah warna menjadi kuning setelah beberapa hari
bayi lahir (3;5 hari seteah lahir). Berdasarkan hal diatas proses eliminasi
pada bayi Ny. “N” berjalan normal. Jadi pada tinjauan kasus dan tinjauan
teori tidak terdapat kesenjangan karena sesuai dengan teori.
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2010), Semua bayi baru lahir
harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg
intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat
defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2010), Imunisasi Hepatitis B
diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan vitamin K1 yang
bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi
yang dapat menimbulkan kerusakan hati. Jadi pada tinjauan kasus dan
tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan karena sesuai dengan teori.
2. Data Objektif
Pemeriksaan By. Ny. “N” ,pernafasan ; 50x/ menit, jantung ; 120x/
menit, lngkar dada ; 33 cm, panjang badan : 49 cm, refleks rooting,
sucking, grasping baik, vagina dan uretra berlubang : ya, labia dan minora:
ada normal.
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2010), pemeriksaan BBL
bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Bayi yang
lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut
selama 24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam

43
pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada
umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1kali pada umur 8-28 hari.
Jadi pada tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan
karena sesuai dengan teori.
Menurut (Dewi, 2010), Bayi baru lahir normal memiliki panjang
badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm,
frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit,
lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak
panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk
dengan baik (rooting, sucking, morro, grasping), pada bayi perempuan
vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan mayora,
mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam
kecoklatan. Jadi pada tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat
kesenjangan karena sesuai dengan teori.
4.2 Interprestasi Data Dasar Dan Identifikasi Diagnosa/Masalah
1. Diagnosa / masalah :
By. Ny. “N” dengan Neonatus Cukup Bulan usia 2 jam hari pertama
a. Data subjektif
Ibu mengatakan berat badan lahir bayinya 3.250 gram ibu
mengatakan ingin imunisasi vitamin K dan Hb0 pada bayinya
Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2010) Bayi baru lahir
(neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir adalah
bayi berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu
dan berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010). Jadi pada tinjauan
kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan karena sesuai
dengan teori.
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir
normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000 gram, umur
kehamilan 37-42 minggu. Jadi pada tinjauan kasus dan tinjauan teori
tidak terdapat kesenjangan karena sesuai dengan teori

44
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2010), Semua bayi baru
lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg
intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat
defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2010), Imunisasi Hepatitis B
diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan vitamin K1 yang
bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke
bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati. Jadi pada tinjauan
kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan karena sesuai
dengan teori.
b. Data objektif
Pemeriksaan By. Ny. “N” ,pernafasan ; 50x/ menit, jantung ;
120x/ menit, lngkar dada ; 33 cm, panjang badan : 49 cm, refleks
rooting, sucking, grasping baik, vagina dan uretra berlubang : ya, labia
dan minora: ada normal.
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2010), pemeriksaan BBL
bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Bayi
yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di fasilitas
tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi
pada 24 jam pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut (KN)
yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1kali
pada umur 8-28 hari. Jadi pada tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak
terdapat kesenjangan karena sesuai dengan teori.
Menurut (Dewi, 2010), Bayi baru lahir normal memiliki
panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12
cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60
x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna,
kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah
terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro, grasping), pada bayi
perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan
mayora, mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna

45
hitam kecoklatan. Jadi pada tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak
terdapat kesenjangan karena sesuai dengan teori.
4.3 Identifikasi Diagnosa Masalah/Potensial
Pada By. Ny. “N” diagnosa masalah/potensial tidak ada
4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Secara mandiri adalah memberitahu cara perawatan tali pusat dan
konseling tentang pemberian ASI ekslusif secara kolaborasi tidak ada secara
rujukan tidak ada.
4.5 Rencana Asuhan Menyeluruh
Rencana asuhan menyeluruh pada By.ny. “N” beritahu ibu bahwa
bayinya akan disuntikkan vitamin K1, beritahu ibu bahwa bayinya akan
diimunisasi Hb0 atau beritahu pada ibu manfaat dari imunisasi Hb0.
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2010), Semua bayi baru lahir
harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler
di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang
dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir. Menurut (Kementrian Kesehatan
RI, 2010), Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis
B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati. Jadi
pada tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan karena
sesuai dengan teori.
4.6 Pelaksanaan
Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan tanda vital bayi ibu normal
yaitu suhu : 36,5 °C Nadi : 120 x/m pernafasan : 50 x/m Jantung :120 x/m
berat badan saat ini : 3.250 (gr)panjang badan saat ini : 49 (cm) lingkar dada :
33 (cm lingkar kepala : 32 (cm) lingkar perut: 33 (cm). Memberitahu ibu cara
menghangatkan bayi dengan cara kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti
kepala dan tubuh bayi, memberikan konseling kepada ibu tentang pemberian
ASI ekslusif karena ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, dapat
mengembangkan kecerdasan bayi dan ASI merupakan sumber gizi yang
sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan

46
pertumbuhan bayi. Memberitahu ibu cara menyusui yang benar. Memberitahu
ibu manfaat dari dari pemberian salep mata pada bayi untuk pencegahan
infeksi mata. Membritahu ibu manfaat dari vitamin K1 yanga akan disuntikan
kepada bayinya untuk pencegahan perdarahan. Memberitahu ibu manfaat dari
imunisasi Hb0 yang akan diberikan pada bayinya yang bertujuan untuk
mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat
menimbulkan kerusakan hati.Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan tanda
vital bayi ibu normal yaitu suhu : 36,5 °C Nadi : 120 x/m pernafasan : 50 x/m
Jantung :120 x/m berat badan saat ini : 3.250 (gr) panjang badan saat ini : 49
(cm) lingkar dada : 33 (cm lingkar kepala : 32 (cm) lingkar perut: 33 (cm).
Menurut (DepKes RI, 2005) Cara menyusui yang benar adalah Posisi
Badan Ibu dan Badan Bayi Ibu duduk atau berbaring dengan santai. Pegang
bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala. Rapatkan dada bayi
dengan dada ibu atau bagian bawah payudara. Tempelkan dagu bayi pada
payudara ibu . Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu
garis dengan leher dan lengan bayi . Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu
dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu. Posisi Mulut Bayi dan
Putting Susu Ibu Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain
menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari
telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang payudara)
.Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara
menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu. Tunggu samapi
bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah ke bawah.Dengan
cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu belakang bayi
bukan bagian belakang kepala 5) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi
dan berhadapan- hadapan dengan hidung bayi. Kemudian masukkan puting
susu ibu menelusuri langit- langit mulut bayi Usahakan sebagian aerola
(kalang payudara) masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada diantara
pertemuan langit- langit yang keras (palatum durum) dan langit- langit lunak
(palatum molle). Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan
gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang

47
terletak dibawah kalang payudara. Setelah bayi menyusu atau menghisap
payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi .
Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi
dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu karena
hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi
dengan lengan ibu. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk
mengelus- elus bayi.
4.7 Evaluasi
Pada tanggal 14/12/2019 pukul 23:00 WIB Ibu sudah mampu
mengulang kembali apa yang dijelaskan bidan tentang cara menghangatkan
bayi, ibu sudah mampu mengulang penjelasan dari bidan tentang pemberian
ASI ekslusif , ibu sudah mampu mengulangi penjelasan dari bidan tentang
cara menyusui bayinya dengan benar, Ibu sudah mampu mengulangi
penjelasan yang diberikan bidan tentang manfaat dari pemberian salep mata
pada bayi ibu,Ibu sudah mampu mengulangi penjelasan dari bidan tentang
pemberian manfaat dari vitamin K1, Ibu sudah mampu mengulangi
penjelasan dari bidan tentang manfaat dari imunisasi Hb0, Ibu sudah mampu
mengulangi penjelasan dari bidan tentang supaya untuk tetap imunisasi
bayinya secara rutin, Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan tanda vital
bayinya normal.
Menurut ( Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004) ASI eksklusif
adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi
berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI
dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif
mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6
bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan
dan perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan
bayi. Jadi pada tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan
karena sesuai dengan teori.

48
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2013), pemberian salep atau tetes
mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes
mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika
lain). Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1jam setelah kelahiran.
Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam
setelah kelahiran.

49
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang penulis uraikan dalam laporan studi kasus kebidanan
diharapkan:
1. Mahasiswa mampu melakukan itendifikasi data dasar pada By. Ny. “N”
dengan NCB usia 2 jam hari pertama di puskesmas karang taliwang, dapat
ditarik suatu kesimpulan yang didapatkan;
a) Data subyektif, Ibu datang ke Puskesmas Karang Taliwang untuk
memeriksa keadaan bayinya dan juga imunisasi Vitamin K dan Hb0
kepada bayinya
b) Data objektif, yaitu pernafasan ; 50x/ menit, jantung ; 120x/ menit,
lngkar dada ; 33 cm, panjang badan : 49 cm, refleks rooting, sucking,
grasping baik, vagina dan uretra berlubang : ya, labia dan minora: ada
normal.
2. Mahasiswa mampu melakukan interprestasi data dasar terhadap By. Ny
“N” dengan NCB usia 2 jam hari pertama di puskesmas karang taliwang.
Dari data subyektif dan data objektif. .
3. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potencial
dan kebutuhan segera pada By. Ny “N” dengan NCB usia 2 jam hari
pertama, di puskesmas karang taliwang, disimpulkan tidak ada ditemukan
masalah potencial pada By. Ny “N”
4. Mahasiswa mampu menetapkan kebutuhan akan tindakan segera pada By.
Ny “N” dengan NCB usia 2 jam hari pertama di puskesmas karang
taliwang dapat disimpulkan. Bidan secara mandiri memberitahu cara
perawatan tali pusat dan konseling tentang pemberian ASI ekslusif secara
kolaborasi tidak ada secara rujukan.
5. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh pada By. Ny ‘N’ usia 2 jam dengan NCB di Puskesmas
karang taliwang yaitu: Beritahu ibu cara menghangatkan bayi agar bayi

50
tetap hangat, berikan ibu konseling tentang pemberian ASI
Ekslusif,beritahu ibu bahwa bayinya akan diberikan salep mata dan
manfaat dari pemberian salep mata,beritahu ibu bahwa bayinya akan
disuntikkan vitamin K1 dan manfaat vitamin K1 untuk bayinya,beritahu
ibu bahwa bayinya akan diimunisasi Hb0 dan beritahu manfaat dari Hb0,
beritahu ibu hasil pemeriksaan tanda vital bayinya.
Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan secara
efisien dan menjamin rasa aman klien sesuai dengan intervensi/rencana
tindakan terhadap By. Ny “N” dengan NCB usia 2 jam hari pertama
dipuskesmas karnag taliwang yaitu; Memberitahu ibu cara menghangatkan
bayi. Memberitahu ibu cara merawat tali pusat. Memberikan konseling kepada
ibu tentang pemberian ASI ekslusif. Memberitahu ibu manfaat dari pemberian
salep mata pada bayi. Memberitahu ibu manfaat dari vitamin K1 yanga akan
disuntikan kepada bayinya. Memberitahu ibu manfaat dari imunisasi Hb0
yang akan diberikan pada bayinya. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan
tanda vital bayi ibu normal.
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan
dengan Neonatus normal dengan pendokumentasian menggunakan 7
langkh varney, yaitu pengumpulan data dasar, iterpretasi data dasar,
diagnosa potencial dan antisipasi, tindakan segera, rencana asuhan,
penatalaksanaan, evluasi. Serta dapat menerapkan teori yang telah
didapatkan dikampus dengan sebaik;baiknya, dan mengikuti peraturan
yang ada ditempat praktek, sehingga apa yang dikerjakan dapat
bermanfaat serta mahasiswa diharapkan untuk lebih aktif lagi.
2. Untuk instisuti
Semoga dengan adanya presentasi kasus di lahan dapat dijadikan
klarifikasi antara teori dikampus dengan lahan

51
3. Untuk Lahan
Diharapkan kepada Puskesmas Karang Taliwang untuk terus
meningkatkan mutu pelayanan, khususnya pelayanan kebidanan sehingga
angka morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal dapat diturunkan.
Selain itu, kami juga berharap kepada pembimbing untuk terus
mempertahankan dan meningkatkan bimbingan kepada para mahasiswa
yang melaksanakan praktek untuk dapat menerapkan teori yang telah
diperoleh dari institusi masing-masing dalam memberikan asuhan
kebidanan.

52
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari, Saifuddin. 2008. Pelayanan Kesehatan Matternal Dan Neonatal.


Jakarta: Bina Pustaka.

Awar, Saifuddin. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cristina Widya Utami. 2006. Strategi Dan Implementasi Ritel, Moderen. Jakarta:
Salembang Empat

Cuningham. 2006. Obstetri William vol. 1. Jakarta: EGC

Depkes RI, 2005: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005


Tentang Kesehatan. Jakarta .

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika

Kemenkes RI 2013. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS. Jakarta : Balitbang


Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan RI, 2010. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun


2010-2014. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2016. : Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor


450/Menkes/SK/IV/2004. Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara
Ekslusif Pada Bayi Di Indonesia.

Lassaue, Tom., dan Fanaroff, Avroy., 2013. Selayang Neonatologi. Jakarta: Edisi
2. Cetakan 1. PT. Indeks.

Marmi K, R,. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.

Purwanti, H.S .2004. Konsep Penerapan ASI Ekslusif Buku Saku Bidan. Jakarta :
EGC

Ranuh,I.G.N. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Badan Penerbit


Ikatan Dokter Anak Indonesia

Saifuddin AB. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: EGC.

Sarwono Prawirohardjo. 2009. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarata: Yayasan Bina Pustaka. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.

53
Varney Helle. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta :
Kementrian Kesehatan JICA.

54

Anda mungkin juga menyukai